Anda di halaman 1dari 185

PIJAR LENSA

GEREJA KRISTEN
PASUNDAN

Edisi V
APRIL 2022 - MARET 2023

TEMA TAHUNAN:
“Allah adalah Sumber Pengharapan dan Kekuatan Kita
(Yeremia 14:22, Keluaran 15:2)

SUB TEMA TAHUNAN:


Menghadirkan Pemulihan, Membangun Kehidupan Sejahtera
Bersama (Mazmur 80:8; Roma 14:19)

BAHAN PEMBACAAN ALKITAB


KAUM REMAJA & PEMUDA
GEREJA KRISTEN PASUNDAN
PIJAR LENSA
GEREJA KRISTEN PASUNDAN

Edisi V
April 2022-Maret 2023

Diterbitkan oleh:
Gereja Kristen Pasundan
Jalan Dewi Sartika 119
Bandung - JAWA BARAT
40252

Penyusun Bahan: Komisi Kategorial Sinode GKP


Penyunting: Veronica Hematang, Dina Novita Tuasuun

Buku ini dicetak dan diterbitkan untuk kalangan sendiri


SISTEMATIKA TULISAN
PIJAR LENSA GKP

Buku PIJAR LENSA GKP ini disediakan sebagai bahan pembinaan/


renungan kaum remaja dan pemuda. Pengguna buku ini adalah Pendeta,
Vikaris, Majelis Jemaat, Pengajar/Mentor, dan/atau Anggota Jemaat yang
secara khusus dimandatkan sebagai pelayan Firman Tuhan dalam kebaktian
Pemuda GKP. Bahasa dalam buku ini tentu tidak serta-merta dapat
diterapkan langsung kepada remaja dan pemuda, tetapi perlu diolah sesuai
dengan konteksnya.

Untuk memudahkan para pengajar/pemateri/pelayan Firman yang melayani


di Kebaktian remaja dan pemuda, buku PIJAR LENSA GKP disusun dalam
sistematika:
⬥ Penjelasan Tema dan Tujuan Renungan
Bagian ini berisi konteks umum (sebagai latar belakang) yang sedang
dihadapi oleh generasi muda GKP masa kini. Bagian ini dapat menjadi
inspirasi untuk membuka perenungan/khotbah. Pada bagian ini juga,
digambarkan sekilas tentang arah perenungan berdasarkan teks Alkitab
yang akan diulas.

⬥ Penjelasan Teks
Bagian ini berisi penjelasan teks Alkitab secara teologis. Pengguna dapat
menemukan interpretasi melalui penggalian latar belakang teks Alkitab,
tafsir narasi, kritik teks, dan berbagai metode tafsir lainnya. Bagian ini
akan memperkaya wawasan Alkitab sekaligus korelasinya dengan tema
yang diangkat.

⬥ Relevansi
Bagian ini berisi poin-poin arahan praktis yang hendak ditekankan bagi
remaja dan pemuda GKP. Bagian ini dibuat terpisah antara remaja dan
pemuda dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan remaja dan
pemuda yang berbeda. Pengguna dapat mengarahkan perenungan pada
implementasi yang disajikan pada bagian ini.

⬥ Pertanyaan Pendalaman
Remaja dan pemuda dapat diajak untuk berefleksi lebih dalam melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dapat didiskusikan. Pertanyaan yang ada
dapat diarahkan sebagai bentuk komitmen remaja dan pemuda untuk
mengalami pembaruan diri sesuai Firman Tuhan. Bagian ini juga dibuat
terpisah antara remaja dan pemuda dengan mempertimbangkan konteks
dan kebutuhan remaja dan pemuda yang berbeda.
MENERAPKAN GAYA HIDUP
BERSAHAJA SEBAGAI WUJUD
APRIL I
EKSPRESI IMAN
Yohanes 12:12-19

Pengantar
Gaya hidup adalah suatu cara atau model yang dilakukan manusia untuk menjalani
kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya hidup adalah pola tingkah laku
sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. 1 Di dalam dunia, ada berbagai gaya
hidup yang dilakukan manusia untuk menjalani kehidupannya. Misalnya, ada gaya hidup
modern yang lebih mengutamakan cara hidup yang mewah atau segalanya diukur dengan
barang-barang yang mahal dan terbaru. Ada juga gaya hidup kuno atau tradisional. Gaya
hidup kuno (jadul) merupakan cara hidup yang masih menggunakan hal-hal berhubungan
dengan cara-cara yang lama dan nampak ketinggalan zaman. Ada juga gaya hidup yang
dilihat dari cara berpakaian, kesenangan atau hobi, nomaden, pedesaan, dan lain-lain.
Namun secara umum, orang Kristen diperhadapkan dengan dua gaya hidup di
dalam dunia ini dan harus memilih satu di antaranya. Gaya hidup itu adalah: gaya hidup
duniawi dan gaya hidup orang percaya. Sebagai orang Kristen, kita pasti akan memilih gaya
hidup orang percaya. Gaya hidup orang percaya adalah bersumber dari keteladanan Tuhan
Yesus. Orang Kristen dapat menerapkan gaya hidup bersahaja sebagai wujud ekspresi iman
dengan belajar dari kesahajaan Tuhan Yesus saat memasuki kota Yerusalem.

Penjelasan Teks
Kitab Yohanes menjadi bagian keempat dari Kitab Injil. Kitab Yohanes ditulis oleh
rasul Yohanes, yaitu murid Yesus yang dikasihi-Nya (Yoh.21:20). Orang termuda di antara
murid Yesus.2 Rasul Yohanes nampaknya menjadi murid yang berbeda dari rasul lainnya di
antara rasul Tuhan Yesus. Bisa saja Tuhan Yesus melihat Yohanes sebagai murid yang
memiliki pemahaman dan pengertian yang lebih mendalam tentang-Nya dari para murid
lainnya. Hal ini terlihat dalam isi dari Injil Yohanes yang dijelaskan lebih mendalam daripada
bagian lain dari kitab injil (Matius, Markus dan Lukas). Kedekatan Yohanes dengan Tuhan
Yesus terlihat saat Perjamuan Paskah, Yohanes diberi tempat duduk dekat sebelah kanan
Tuhan Yesus dan bersandar pada-Nya (Yohanes 13:23).
Kedekatan Rasul Yohanes kepada Tuhan Yesus mengingatkan orang Kristen untuk
menjaga hubungan yang akrab dengan Tuhan. Lalu bagaimana gaya hidup orang Kristen
berdasarkan pembacaan Alkitab hari ini? Kitab Yohanes 12:12-19 menceritakan tentang
kisah orang banyak yang datang ke Yerusalem. Kedatangan orang banyak ke Yerusalem
terlihat ada dua kelompok (ayat 17 dan 18). Kelompok pertama adalah orang-orang yang

1
https://kamuslengkap.id/kamus/kbbi/arti-kata/gaya-hidup/2022/02/8/20.35/
2
J.Wesley Brill. Tafsiran Injil Yohanes (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995), hlm. 11
menyaksikan mukjizat Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, yaitu orang-
orang dari daerah sekitar Betania dan Yerusalem. Kelompok kedua yaitu, orang-orang
Galilea yang datang untuk merayakan Paskah, dan hanya mendengar peristiwa Yesus
membangkitkan Lazarus. Kedua kelompok ini datang ke Yerusalem adalah untuk melihat
dan menghormati Tuhan Yesus yang dipandang sebagai Mesias.
Ayat 13, menjelaskan adanya orang-orang yang mendengar bahwa Tuhan Yesus
sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, mereka segera mengambil daun-daun palem.
Mereka menyongsong dan bersorak untuk Tuhan Yesus. Membawa daun-daun palem adalah
tindakan yang dilakukan sebagai penghormatan kepada yang menang. Orang-orang banyak
bersorak mengungkapkan perasaan hormat kepada Tuhan Yesus dengan perkataan yang
berasal dari kitab Mazmur 118:26, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan.” Perkataan dari Mazmur ini merupakan satu mazmur yang dinyanyikan oleh para
peziarah ketika mereka mendaki menuju Yerusalem. Mazmur 118 juga merupakan nyanyian
dan doa dalam perayaan Paskah, sebagai permohonan akan keselamatan Tuhan agar
datang pada waktu itu. Dengan perkataan tersebut, orang banyak mengakui akan
keberadaan Tuhan Yesus yang datang sebagai Mesias yang dinanti-nantikan.
Pada ayat 14-15, merupakan respon Tuhan Yesus terhadap orang banyak. Tuhan
Yesus terharu atas sambutan orang banyak yang mengelu-elukan-Nya. Saat itu dengan
menunggangi seekor keledai, Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia adalah Raja, Raja Damai.
Dalam tradisi sebuah kerajaan, jika seorang raja akan berperang maka ia akan menunggangi
seekor kuda. Tetapi jika dalam keadaan damai, maka raja akan menunggangi keledai.
Dengan demikian Tuhan Yesus datang sebagai Raja Damai.3
Ayat 14-15 merupakan kutipan Yohanes dari kitab Zakharia 9:9 sebagai bukti yang
menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengendarai seekor keledai muda ke Yerusalem dan hal
itu sudah dinubuatkan.
Ayat 16, merupakan sikap para murid yang mendengar pengakuan Tuhan Yesus
sebagai Raja. Para murid tidak memahami maksud perkataan Tuhan Yesus tersebut. Tetapi
Yohanes menerangkan bahwa sebenarnya mereka baru memahaminya setelah Tuhan Yesus
dimuliakan, yaitu peristiwa kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga.
Ayat 19, ada penjelasan tentang reaksi dari orang-orang Farisi. Penulis Injil Yohanes
mengungkapkan adanya kekuatiran yang dialami oleh orang-orang Farisi. Karena mereka
melihat bahwa banyak orang menemui dan menyambut Tuhan Yesus dengan begitu
meriahnya. Dengan sorak-sorai yang mengagumkan. Orang-orang Farisi merasa putus asa.
Mereka tidak mungkin membuat tindakan makar karena semua orang datang dan
menyanjung Tuhan Yesus seperti tokoh populer dunia.

Relevansi
Remaja
● Remaja Kristen dapat mewujudkan hidup yang bersahaja dengan cara memiliki
prinsip hidup yang jelas yaitu dengan cara menjadi remaja Tuhan yang bertanggung

3
Ibid. Hlm,123
jawab. Dalam menjalani hidup, remaja Kristen perlu mengatur setiap kegiatan
dengan baik dan teratur. Sangat penting bagi remaja Kristen untuk menetapkan
skala prioritas dalam setiap kegiatannya sehingga tidak ada waktu yang terbuang
dengan sia-sia dan setiap tugas serta kegiatan dapat dijalankan dengan baik.
● Hidup bersahaja dapat diterapkan remaja dengan memahami bahwa setiap orang
adalah pribadi yang penting untuk diperhatikan tanpa kepura-puraan. Perbuatan
kasih yang dinyatakan remaja adalah perbuatan kasih dengan berdasarkan
ketulusan di hati. Bukan kepura-puraan saja karena ingin mencari pujian semata.
● Tidak suka mencari kepentingan diri sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain
dapat diutamakan. Remaja mau mewujudkan hidup bersahaja dengan cara menjalin
persahabatan dengan setiap orang tanpa membeda-bedakan orang lain. Remaja
tidak bersifat egois atau mau menang sendiri.
● Mensyukuri setiap berkat yang dimiliki dengan penuh sukacita sebagai wujud hidup
yang bersahaja.
Tuhan Allah adalah Mahabaik. Pemeliharaan Tuhan tidak pernah berhenti. Wujud
nyata sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan adalah senantiasa bersyukur
dalam segala hal, antara lain: tidak suka mengeluh dan berputus asa, serta tidak
menjadi remaja yang boros dalam penggunaan keuangan.

Pemuda
● Dalam mewujudkan hidup yang bersahaja, pemuda dapat menjadi teladan dalam
pikiran dan perbuatan. Pemuda Kristen hidup dalam rasa takut akan Tuhan dan
mewujudkannya dalam kerajinan serta tanggung jawab terhadap setiap tugas dan
aktivitasnya. Lakukanlah tugas sesuai kemampuan tanpa memaksakan diri pada
tugas yang bukan menjadi bagiannya.
● Hidup yang bersahaja menjadi ciri dari kedewasaan iman pemuda. Kedewasaan
iman pemuda harus nampak dalam sikap yang menghargai orang lain, yaitu hidup
dalam kerendahan hati. Pemuda tidak bersikap sombong dan merendahkan orang
lain. Kehidupan pemuda Kristen dapat dilihat sebagai surat Kristus yang terbuka
yang dapat dibaca oleh orang lain sebagai pemuda yang baik, jujur, ramah dan
peduli.
● Pemuda yang hidup bersahaja adalah pemuda yang hidupnya senantiasa bersyukur.
Pemuda Kristen senantiasa dapat mensyukuri setiap berkat Tuhan. Bahwa setiap
kebaikan yang dialami adalah karena berkat yang Tuhan anugerahkan. Pemuda
Kristen mewujudkan hidup yang bersahaja sebagai sikap yang meneladani Tuhan
Yesus. Wujudkanlah hidup sederhana tanpa mencari pujian belaka. Selalu
bersukacita atas setiap kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
● Pemuda yang hidup bersahaja adalah pemuda yang selalu belajar dari setiap
kesalahan. Pemuda Kristen senantiasa menyadari sebagai manusia yang penuh
keterbatasan. Walaupun sebagai manusia yang terbatas, tetapi memiliki semangat
untuk berusaha melakukan yang terbaik. Milikilah semangat untuk memperbaiki
setiap kesalahan.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana cara remaja Kristen sebagai persekutuan mengatur setiap kegiatan
untuk mewujudkan hidup yang bersahaja?
2. Apa saja yang dapat diterapkan remaja Kristen terhadap sesama dalam pergaulan
untuk mewujudkan hidup yang bersahaja ?

Pemuda
1. Hal-hal apa sajakah yang dapat dilakukan pemuda Kristen untuk mewujudkan hidup
bersahaja?
2. Ada pandangan bahwa orang-orang Kristen hidupnya berlebihan dalam hal
kekayaan. Sebagai persekutuan pemuda Kristen, bagaimana mewujudkan
kehidupan yang bersahaja di tengah pandangan tersebut?

Daftar Acuan
https://kamuslengkap.id/kamus/kbbi/arti-kata/gaya-hidup/2022/02/8/20.35/
Brill, J. Wesley. 1995. Tafsiran injil Yohanes. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Browning, W.R.F. 2011. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Douglas, J.D. 1999. Ensiklopedi Alkitab masa kini. Jakarta: YKBK/OMF.
Guthrie, D. 1982. Tafsiran Alkitab masa kini 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hudson, Christopher D dkk. 2008. Buku pintar Alkitab. Jakarta: Bethlehem Publisher.

[YS]
Menjumpai Kristus dalam
APRIL II Peristiwa Sehari-hari
Yohanes 21:1-14

Pengantar
Seorang perempuan, dalam sebuah diskusi, bertanya: “Jika ribuan tahun lalu Kristus
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana Kristus dapat dijumpai saat ini?” 4
Pertanyaan tersebut menggelisahkan. Meskipun demikian, pendekatan “spiritualitas dan
mistisisme” dapat menjadi salah satu alternatif dalam menjawabnya. Berbeda dengan istilah
“spiritualitas”, istilah “mistik” sering disalahpahami sebagai hal yang berkaitan dengan sihir,
hantu, tidak masuk akal, aneh, dst. Maka, dengan mengutip pernyataan Bernard McGinn,
mistisisme perlu dipahami sebagai relasi istimewa antara Tuhan dan ciptaan 5—sebuah
ikatan kebersatuan antara yang Tak Terbatas dan yang terbatas di dalam letupan Cinta
Ilahi. Berdasarkan pemahaman yang demikian, menjumpai Kristus tidak lagi terbatas pada
pemahaman perjumpaan yang bersifat fisis. Kristus melampaui sekat-sekat batas itu; Ia
dialami, bahkan, dalam peristiwa sederhana di dalam kehidupan sehari-hari manusia.6

Penjelasan Teks
Yohanes 21:1-14 menarasikan penyataan Kristus yang bangkit kepada para murid
di pantai danau Tiberias.7 Di pantai itu, berkumpul tujuh orang, di antaranya: Simon Petrus,
Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus,8 dan
dua orang murid yang lain. Saat itu, Simon Petrus pergi menangkap ikan dan keenam murid

4
“Lent 2021 | Bible Sharing Group (John 3:14-21),” Taizé, last modified 2021, accessed March 13,
2022, https://www.youtube.com/watch?v=n3BiBx691cA.
5
“@Theovlogy 188 - What Is Mysticism? | Prof. Bernard McGinn, The University of Chicago,”
Theovlogy Channel, last modified 2020, accessed March 13, 2022,
https://www.youtube.com/watch?v=uVmVd0MleJE.
6
Joas Adiprasetya, Labirin Kehidupan, ed. Samuel Septino Saragih (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016).
7
Terletak di pantai barat laut Galilea. Lih. Robert H. Gundry, Commentary on John, Commentary on
the New Testament (Grand Rapids: Baker Publishing, 2011),
https://www.overdrive.com/search?q=887C5F92-50FD-4658-A60B-25F79F3816CB. Informasi lokasi
yang disertakan oleh penulis Injil Yohanes memunculkan ingatan tentang peristiwa Yesus memberi
makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan.
8
Anak-anak Zebedeus merujuk pada Yakobus dan Yohanes. Lih. Markus 41:35 dan Lukas 42:10.
lainnya mengikuti dia.9 Akan tetapi, malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.10 Padahal,
malam hari adalah waktu yang biasa mereka gunakan untuk menangkap ikan di sana. 11
Ketika hari mulai siang,12 Yesus berdiri13 di pantai. Para murid tidak tahu bahwa Ia
adalah Yesus. Yesus memulai percakapan dengan bertanya: “Hai anak-anak, adakah kamu
mempunyai lauk-pauk?”14 Saat itu, para murid belum menangkap apa-apa. Maka, Yesus
memerintahkan15 mereka untuk menebar jala di sebelah kanan perahu mereka. Ketika para
murid melakukannya, mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan yang
mereka tangkap. Pengalaman ini memunculkan memori lainnya ketika mereka sedang
bersama Yesus: “…sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa...”16 Pengalaman
gagal menangkap ikan berubah menjadi pengalaman keberhasilan setelah Yesus terlibat
dalam prosesnya.17
Proses menangkap ikan membuat para murid sadar bahwa mereka sedang bersama
Yesus. Ketika murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan”, Petrus
memakai pakaiannya18 lalu terjun ke dalam danau. Penafsir melihat bahwa tindakan Petrus
merupakan bentuk antusiasnya untuk melihat Yesus. 19 Para murid lainnya berada tidak jauh
dari darat,20 sehingga mereka datang dengan menggunakan perahu dan menghela jala yang
penuh ikan. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan

9
Detail yang ditulis oleh penulis Injil Yohanes “…pergi menangkap ikan” sarat makna penginjilan
Kristen dalam pemenuhan Amanat Agung. Lih. Gundry, Commentary on John. “Menangkap ikan”
pun memunculkan ingatan tentang panggilan Yesus pada murid-murid-Nya yang pertama. Melalui
Markus 1:17, Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala
manusia.” Lih. Francis Martin and William M. Wright IV, The Gospel of John (Grand Rapids: Baker
Academic, 2015).
10
Lih. Yohanes 21:3.
11
Martin and Wright IV, The Gospel of John. Injil Markus memberikan informasi bahwa beberapa
rasul Yesus adalah nelayan Galilea. Lih. Markus 1:16-20.
12
Penulis Injil Yohanes membuat kontras dengan menyertakan keterangan waktu “malam” dan “hari mulai
siang”. “Siang” diidentikkan dengan “terang”. Simbol-simbol ini ditemukan dalam tradisi-tradisi kekristenan,
misalnya: “Kristus sebagai Sang Terang” atau “Yesus Kristus adalah Terang Dunia”. Bandingkan dengan
Yohanes 8:12.
13
Kata “berdiri” ditafsir merujuk pada “kebangkitan”. Lih. Gundry, Commentary on John.
14
Pengalaman ini memunculkan ingatan tentang lima ribu orang yang Yesus beri makan.
15
Perintah Yesus untuk “menebarkan jala di sebelah kanan perahu”, menurut penafsir,
berhubungan dengan ungkapan ibu Yesus di Kana ketika ia berkata kepada para pelayan untuk
melakukan apa pun yang Yesus perintahkan kepada mereka. Lih. Yohanes 2:5. Pengalaman para
nelayan yang berkelimpahan anggur setelah menjalankan perintah Yesus dikaitkan dengan
pengalaman para murid yang berkelimpahan ikan setelah melakukan apa yang Yesus perintahkan.
16
Bandingkan dengan Yohanes 15:5.
17
Martin and Wright IV, The Gospel of John. Penangkapan ikan yang banyak dan besar itu
merupakan tanda yang menyingkapkan sesuatu tentang kebangkitan Yesus dan misi-Nya bagi dunia.
18
Memakai pakaian dipahami sebagai cara Petrus menghormati Yesus sebagai Tuhan. Lih. Gundry,
Commentary on John.
19
Martin and Wright IV, The Gospel of John.
20
Penulis Injil Yohanes memberikan informasi bahwa jarak mereka sekitar dua ratus hasta. Lih.
Yohanes 21:8.
roti.21 Yesus menyuruh mereka untuk bawa beberapa ikan dari jala yang mereka bawa. 22
Jala itu penuh ikan-ikan besar. Namun demikian, sekalipun seratus lima puluh tiga 23 ekor
ikan itu besar-besar, jala itu tidak koyak. Dengan tangkapan mereka itu, Yesus mengajak
mereka makan.24
Dalam momen kebersamaan dengan Yesus, tidak ada di antara para murid yang
bertanya sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Yesus, Tuhan mereka. Sebelum kematian-
Nya, Yesus telah memberitahu—dan tertulis di dalam Yohanes 16:23a: “Dan pada hari itu
kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.” Ayat ini kemudian paralel dengan
Yohanes 21:12b: “Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya:
‘Siapakah Engkau?’” Para murid tahu bahwa Yesus, Tuhan, yang memberi mereka makan. 25
Dalam teks Yohanes 21:1-14, penulis Injil memuat detail-detail yang kaya makna.
Pengalaman para murid; pergi untuk menangkap ikan, menjumpai kesulitan dan kegagalan
(tidak mendapat apa-apa sepanjang malam), dijumpai Kristus yang bangkit, mengalami
mukjizat (mendapat ikan yang banyak dan besar)—yang memunculkan ingatan tentang
tindakan-tindakan mahadahsyat-Nya, hingga diberi-Nya makan, merupakan alur yang
menegaskan penyertaan Kristus yang tidak pernah berhenti di dalam kehidupan anak-anak
yang dikasihi-Nya.

Relevansi
Remaja
Dengan mengutip Hurlock, Ruslia Isnawati, dalam Pentingnya Problem Solving bagi
Seorang Remaja, menulis bahwa masa remaja merupakan masa penuh konflik yang
disebabkan oleh aneka sebab: perubahan bentuk pada tubuh, pola perilaku, dan peran
sosial. Masa remaja diidentifikasi sebagai masa transisi yang berpotensi meningkatkan
tekanan yang menjemukan. Proses adaptasi yang tidak terolah pada masa transisi ini,

21
Ikan dan roti khas dikontraskan oleh penulis Injil Yohanes. Ikan dan roti adalah dua jenis
makanan yang dalam narasi Yesus memberi makan lima ribu orang. Pada Yohanes 21, Yesus pun
kembali memberi makan para murid dengan ikan dan roti. Melalui pasal ini, roti juga menyimbolkan
esensi Kristus sebagai Roti Kehidupan. Lih. Gundry, Commentary on John. Para murid tidak
mendapat apa-apa sepanjang malam, dan Yesus memberi mereka makan. Lih. Martin and Wright IV,
The Gospel of John.
22
Perintah Yesus untuk membawa ikan yang mereka tangkap menyiratkan tugas dan tanggung
jawab para murid dalam amanat pengutusan. Lih. Gundry, Commentary on John.
23
Detail jumlah ikan (153 ekor) tidak begitu jelas maknanya. Meskipun demikian, banyaknya ikan
dimaknai penafsir sebagai tanda universalitas misi dari Yesus kepada para murid. Pada ayat ini, yang
ditekankan adalah jala yang tidak koyak. Padahal, penulis Injil Yohanes telah mendeskripsikan
bahwa ikan yang mereka tangkap banyak dan besar. Ayat 11 ini sarat makna; para murid diutus ke
dunia. Lih. Martin and Wright IV, The Gospel of John.
24
Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” “Sarapan” adalah tanda “hari baru”. Lih.
Gundry, Commentary on John.
25
Martin and Wright IV, The Gospel of John. Momen Yesus memberi para murid makan ini memuat
penghayatan ekaristi. Ayat 13 mendeskripsikan Yesus yang mengambil roti dan memberikannya
kepada para murid, dan juga ikan itu. Pemberian roti dan ikan merupakan simbol Kristus yang
memberi Diri melalui pengorbanan-Nya di dalam peristiwa salib. Lih.Gundry, Commentary on John;
Martin and Wright IV, The Gospel of John.
memunculkan kemungkinan terjadi frustrasi. Akibatnya, remaja dapat melakukan ragam
bentuk tingkah laku reaktif: mengamuk, menghancurkan, merusak, dst. 26 Dalam upaya
mengolah dan mengantisipasi hal buruk yang mungkin terjadi di dalam proses transisi ini,
keterbukaan dan sumbangan pemikiran dari Remaja Gereja Kristen Pasundan amat
berharga. Menyelami pikiran mereka dapat dimulai dengan menilik perspektif mereka atas
pengalaman sulit atau pengalaman gagal yang pernah mereka alami. Hasil percakapan
tersebut dapat didalami dengan pertanyaan: Bagaimana mereka menghayati Tuhan di
dalam pengalaman berada di dalam kesulitan atau kegagalan itu? Melalui refleksi atas
Yohanes 21:1-14, pelayan Firman atau fasilitator kebaktian kiranya dapat menolong Remaja
Gereja Kristen Pasundan untuk merefleksikan pengalaman para murid yang menjumpai
Yesus ketika mereka menghadapi kesulitan dan kegagalan ketika hendak menangkap ikan
dan melaluinya, diharapkan Remaja Gereja Kristen Pasundan dapat menghayati penyertaan
Tuhan dalam setiap peristiwa, termasuk di dalam hal-hal sederhana dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

Pemuda
Pemuda rentan pada sebuah situasi yang dikenal dengan istilah “quarter life crisis”.
Quarter life crisis (QLC) atau “Krisis seperempat abad” adalah krisis pencarian jati diri yang
umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun. QLC lazimnya ditandai
dengan rasa bingung, bimbang, dan khawatir akan ketidakpastian kehidupan dan masa
depan.27 Kegelisahan ini umumnya meliputi persoalan relasi, percintaan, karier, dan
kehidupan sosial.28 Situs Alo Dokter mengurai beberapa kemungkinan yang dapat memicu
terjadinya QLC, di antaranya: mengalami masalah pekerjaan atau finansial, merencanakan
karier dan masa depan, menjalankan hidup mandiri, menjalani relasi percintaan, mengalami
putus cinta, melihat keberhasilan teman sebaya, dan membuat keputusan. 29 Dengan
kesadaran bersama atas kemungkinan Pemuda Gereja Kristen Pasundan bergumul dengan
QLC, pelayan Firman atau fasilitator kebaktian dapat berefleksi bersama-sama atas peristiwa
Yesus menjumpai, menyapa, dan menolong para murid yang mengalami kesulitan dan
kegagalan ketika mereka sedang pergi menangkap ikan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Kesulitan atau kegagalan apa yang umumnya dialami oleh remaja?

26
Ruslia Isnawati, Pentingnya Problem Solving Bagi Seorang Remaja, ed. Abdul Rofiq (Surabaya:
Jakad Media Publishing, 2020), https://books.google.co.id/books?id=D1InEAAAQBAJ.
27
Redaksi OCBC NISP, “Apa Itu Quarter Life Crisis? Ini Pengertian & Cara Menghadapi,” last
modified 2021, accessed March 13, 2022, https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/04/08/quarter-
life-crisis.
28
Meva Nareza, “Memahami Quarter Life Crisis Dan Cara Menghadapinya,” Alo Dokter, last modified
2020, accessed March 13, 2022, https://www.alodokter.com/memahami-quarter-life-crisis-dan-cara-
menghadapinya.
29
Nareza, “Memahami Quarter Life Crisis Dan Cara Menghadapinya.”
2. Bagaimana menghayati penyertaan Tuhan dalam kesulitan dan kegagalan yang
dihadapi?

Pemuda
1. Pernahkah mengalami pengalaman berada dalam kesulitan atau kegagalan? Mari
berbagi cerita!
2. Bagaimana merefleksikan Tuhan yang menjumpai, menyapa, dan menolong kita
saat mengalami kesulitan dan kegagalan?
3. Para murid dijumpai, disapa, dan ditolong Yesus ketika mereka pergi menangkap
ikan. Bagaimana Kristus menjumpai, menyapa, dan menolong dalam hal-hal
sederhana di dalam kehidupan sehari-hari kita?

Daftar Acuan
Adiprasetya, Joas. Labirin kehidupan. Edited by Samuel Septino Saragih. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016.
Gundry, Robert H. Commentary on John. Commentary on the new testament. Grand
Rapids: Baker Publishing, 2011. https://www.overdrive.com/search?q=887C5F92-
50FD-4658-A60B-25F79F3816CB.
Isnawati, Ruslia. Pentingnya problem solving bagi seorang remaja . Edited by Abdul Rofiq.
Surabaya: Jakad Media Publishing, 2020.
https://books.google.co.id/books?id=D1InEAAAQBAJ.
Martin, Francis, and William M. Wright IV. The gospel of John. Grand Rapids: Baker
Academic, 2015.
Nareza, Meva. “Memahami quarter life crisis dan cara menghadapinya.” Alo Dokter. Last
modified 2020. Accessed March 13, 2022. https://www.alodokter.com/memahami-
quarter-life-crisis-dan-cara-menghadapinya.
NISP, Redaksi OCBC. “Apa itu quarter life crisis? Ini pengertian & cara menghadapi.” Last
modified 2021. Accessed March 13, 2022.
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/04/08/quarter-life-crisis.
“@Theovlogy 188 - What is mysticism? | Prof. Bernard McGinn, The University of
Chicago.” Theovlogy Channel. Last modified 2020. Accessed March 13, 2022.
https://www.youtube.com/watch?v=uVmVd0MleJE.
“Lent 2021 | Bible Sharing Group (John 3:14-21).” Taizé. Last modified 2021. Accessed
March 13, 2022. https://www.youtube.com/watch?v=n3BiBx691cA.

[SM]
KEBANGKITAN KRISTUS MERENGKUH
APRIL III YANG “TERLUPAKAN”
Matius 28:1-10

Pengantar
Melalui pendalaman atas teks Matius 28:1-10, Remaja dan Pemuda Gereja Kristen
Pasundan akan bercakap dan berefleksi tentang Maria Magdalena dan Maria yang lain,
perempuan “yang terlupakan” dalam budaya dan sistem orang-orang Yahudi. Percakapan
dan refleksi yang terfokus pada dua tokoh perempuan tersebut merupakan salah satu topik
yang dapat diolah untuk menerjemahkan sub tema tahunan Gereja Kristen Pasundan saat
ini: “Menghadirkan Pemulihan, Membangun Kehidupan Sejahtera Bersama”.
Judul “Kebangkitan Kristus Merengkuh yang ‘Terlupakan’” merangkum muatan tafsir
yang memperlihatkan peran penting perempuan dalam pewartaan kebangkitan Kristus. Injil
menarasikan bahwa sebelum kepada para murid, Kristus telah menampakkan diri-Nya
kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain. Maka, pertanyaan reflektif yang amat penting
dalam percakapan dan refleksi hari ini adalah: Mengapa Yesus memilih para perempuan,
yang menurut sistem orang-orang Yahudi tidak diperhitungkan? Mengapa bukan para murid
yang menjadi saksi utama kebangkitan-Nya?

Penjelasan Teks
Perikop pertama Matius 2830 mempersaksikan peran perempuan sebagai saksi
utama dari kebangkitan Yesus. Peran perempuan tersorot kontras sebab orang-orang
Yahudi memelihara sistem patriarki31 yang membuat suara [kesaksian] perempuan dianggap
tidak kredibel.32 Selain itu, meletakkan fokus pada peran penting perempuan akan

30
Matius 28 menutup penggenapan tragedi salib Kristus yang telah disampaikan melalui nubuat-
nubuat para nabi terdahulu. Injil Matius dibuka dengan silsilah yang menyejarah; tentang 42
generasi sejak Abraham hingga kelahiran dan kematian Yesus. Injil Matius ditutup dengan amanat
agung Yesus. Lih. Herbert W. Basser and Marsha B. Cohen, The Gospel of Matthew and Judaic
Traditions: A Relevance-Based Commentary, ed. Alan J. Avery-Peck and William Scott Green, The
Brill. (Leiden: Koninklijke Brill, 2015). Injil Matius memuat peristiwa Mesianik Yesus Kristus:
dikandung dari Roh Kudus, hidup sebagai manusia sepenuh-penuhnya dan Allah sepenuh-
penuhnya, dan menempuh jalan penderitaan untuk karya penebusan yang dinyatakan di dalam
peristiwa salib. Lih. Michael J. Wilkins, Matthew, ed. Clinton E. Arnold, Zondervan. (Grand Rapids:
Zondervan, 2016).
31
Patriarki adalah perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Lih. “Patriarki,” KBBI Daring, last modified 2016, accessed February 20,
2022, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/patriarki.
32
Yesus memilih para perempuan; yang keberadaannya seringkali tidak masuk hitungan dalam
sistem orang-orang Yahudi dan kesaksiannya dianggap tidak cukup kuat di pengadilan. Lih. Wilkins,
Matthew. Maka, berdasarkan sistem orang-orang Yahudi, perempuan masuk ke dalam kategori
menimbulkan kegelisahan sebab dianggap dapat mengurangi wibawa murid-murid [laki-
laki] Yesus.33 Ketika Maria Magdalena dan Maria yang lain menjadi saksi utama kebangkitan
Yesus, orang banyak tentu bertanya-tanya: “Mengapa perempuan-perempuan itu? Mengapa
bukan murid-murid-Nya?” Melalui kebangkitan-Nya, Yesus melampaui batas-batas yang
diciptakan manusia dan merengkuh yang terlupakan.
Kronologi penyaksian kebangkitan Yesus oleh Maria Magdalena dan Maria yang
lain34 diuraikan oleh Matius. Kala itu, Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi ke kubur
Yesus menjelang fajar, tepatnya setelah Sabat berakhir. 35 Mereka tidak menunggu fajar
seperti yang umumnya dilakukan oleh perempuan-perempuan lainnya.36 Penulis Injil Matius
tidak menjelaskan secara spesifik sebab kedua perempuan itu datang ke kubur. Namun
demikian, kemungkinan karena mereka sedang berduka atas kematian-Nya. Datang ke
kubur di masa berduka lazim dilakukan orang-orang Yahudi. Umumnya, orang-orang yang
berkabung akan datang ke kubur beberapa kali selama satu minggu. 37 Maria Magdalena dan
Maria yang lain berduka. Hal tersebut tersirat dalam Matius 28:61, ketika mereka tinggal di
situ duduk di depan kubur Yesus.

marginal. Marginal, secara harfiah, berarti “berada di pinggir”. Lih. “Marginal,” KBBI Daring, last
modified 2016, accessed February 20, 2022, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/marginal. Kata ini
dipakai untuk merujuk pada kelompok-kelompok yang dipinggirkan (didiskriminasi) dari tatanan
kehidupan (dalam hal sosial, ekonomi, pendidikan, dan/atau budaya arus utama). Lih. Jae M
Sevelius et al., “Research with Marginalized Communities: Challenges to Continuity During the
COVID-19 Pandemic,” AIDS and Behavior 24, no. 7 (2020): 2009–2012,
https://doi.org/10.1007/s10461-020-02920-3.
33
R. T. France, The New International Commentary on the New Testament: The Gospel of Matthew
(Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2007).
34
Maria yang lain merujuk pada Maria ibu Yakobus (bnd. Mrk. 16:1). Lih. Wilkins, Matthew.
35
Basser and Cohen, The Gospel of Matthew and Judaic Traditions: A Relevance-Based
Commentary. Tindakan Maria Magdalena dan Maria yang lain ditafsir oleh Basser dan Cohen
sebagai tindakan “tergesa-gesa”, seolah tidak tahan lagi untuk memvalidasi iman mereka sekaligus
membuktikan keraguan yang ada di dalam hati mereka.
36
Dalam tradisi Yahudi, para perempuan umumnya datang untuk membantu keluarga
mempersiapkan orang mati yang akan dikuburkan. Lih. Wilkins, Matthew.
37
Rodney Reeves, The Story of God: Bible Commentary: Matthew, ed. Tremper Longman III and
Scot McKnight (Grand Rapids: Zondervan, 2017). Kunjungan Maria Magdalena dan Maria yang lain
mungkin bertujuan untuk menuntaskan ritus yang menggunakan rempah-rempah dan untuk
meminyaki Yesus. Markus 16:1 dan Lukas 24:1 memberikan keterangan bahwa mereka pergi ke
kubur membawa rempah-rempah. Selain itu, dalam tradisi Yahudi, terdapat praktik mengunjungi
makam bagi anggota keluarga yang dilakukan tiga hari setelah pemakaman. Hal tersebut bertujuan
untuk memastikan bahwa orang tersebut benar-benar mati. Sebelumnya, militer Romawi telah
memastikan bahwa Yesus telah mati di kayu salib. Lih. Yohanes 19:32-33; Wilkins, Matthew.
Gempa bumi yang hebat terjadi ketika Maria Magdalena dan Maria yang lain datang
ke kubur Yesus.38 Saat itu, seorang malaikat turun dari langit.39 Ia datang ke batu itu,
menggulingkannya, dan duduk di atasnya. Wajahnya yang seperti kilat dan pakaiannya yang
putih bagai salju membuat para penjaga yang ditugaskan untuk menjaga kubur Yesus
gentar.40 Penulis Injil Matius tidak menjelaskan detail reaksi Maria Magdalena dan Maria
yang lain ketika pertama kali berhadapan malaikat itu. 41 Malaikat berkata pada perempuan-
perempuan itu agar mereka jangan takut. Ia kemudian mengisyaratkan Kristus yang telah
bangkit melalui kubur yang kosong dan memperkenankan Maria Magdalena dan Maria yang
lain melihat tempat Yesus berbaring.
Setelah melihat kubur yang kosong, Maria Magdalena dan Maria yang lain diutus
untuk mempersaksikan kebangkitan Kristus kepada murid-murid-Nya serta membawa pesan
bahwa mereka akan melihat Yesus di Galilea. Dengan takut sekaligus sukacita, perempuan-
perempuan tersebut melaksanakan tugas pewartaan kebangkitan Kristus. Tidak hanya
dijumpai malaikat, Maria Magdalena dan Maria yang lain pun dijumpai oleh Kristus yang
bangkit. Ia bahkan menyapa mereka: “Salam bagimu.”42 Salam tersebut direspons para
perempuan itu dengan mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.43
Yesus mengutus perempuan-perempuan itu memberitahu kabar sukacita ini kepada para
murid dan menyampaikan perintah bagi mereka untuk berkumpul di Galilea. Penekanan
pada peran penting perempuan dalam Matius 28:1-10 sebagai saksi utama kebangkitan
Kristus mengontraskan peran penting perempuan dalam pewartaan kebangkitan Kristus. 44
Dengan melibatkan dua perempuan, Maria Magdalena dan Maria yang lain, Kristus yang
bangkit merengkuh mereka yang terlupakan.
.
Relevansi
Remaja

38
Michael J. Wilkins menyelisik gempa bumi yang hebat dengan melihat karakteristik geologis
tempat kubur Yesus yang rawan gempa, khususnya pada Jordan Rift Valley yang merupakan
bagian dari zona patahan. Lih. Wilkins, Matthew.
39
Malaikat Tuhan dikenal dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama sebagai Makhluk Ilahi yang
menampakkan diri pada manusia dengan ragam rupa. Lih. Daniel 7:9 dan Daniel 10:6.
40
Pada ayat-ayat berikutnya, diceritakan bahwa para imam kepala dan tua-tua bersepakat dengan
para penjaga untuk merangkai penjelasan yang “masuk akal” tentang kubur kosong Yesus sebab
sebelumnya Yesus telah mengatakan tentang kebangkitan-Nya pada hari ketiga. Sebagai gantinya,
imam-imam kepala dan tua-tua memberikan para serdadu itu sejumlah uang. Lih. Matius 28:11-
12; Reeves, The Story of God: Bible Commentary: Matthew.
41
Penafsir menduga bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain menunjukkan rasa kaget atau
rasa takut. Lih. Basser and Cohen, The Gospel of Matthew and Judaic Traditions: A Relevance-
Based Commentary.
42
Yesus mungkin berbicara dalam Bahasa Aram. Dengan demikian, Ia menggunakan kata yang
khas di kalangan orang Yahudi: “Shalom”. Lih. Reeves, The Story of God: Bible Commentary:
Matthew.
43
Lih. Matius 28:9.
44
Basser and Cohen, The Gospel of Matthew and Judaic Traditions: A Relevance-Based
Commentary.
Masa-masa remaja adalah masa transisi yang rentan. CNN Indonesia melaporkan
bahwa masalah terbesar remaja saat ini adalah cemas dan depresi. Sebanyak 920 remaja
di Amerika Serikat dilibatkan dalam proses penelitian dan data menunjukkan bahwa
sebanyak 70 persen remaja berusia 13-17 tahun menyadari bahwa kesehatan mental adalah
masalah utama generasi mereka.45 Gangguan pada kesehatan mental yang dialami oleh
para remaja tersebut di antaranya disebabkan oleh tekanan yang diberikan di lingkungan
rumah dan sekolah.
Keberadaan remaja yang alami cemas dan depresi seringkali sulit dideteksi. Hal ini
berakibat pada prasangka bahwa orang lain—atau bahkan dirinya sendiri—tidak mengerti
apa yang sedang ia rasakan dan inginkan. Cemas dan depresi yang tidak diolah tersebut
berdampak pada relasi remaja dengan orang-orang di sekitarnya. Maka, pada beberapa
kasus, remaja yang alami cemas dan depresi mungkin dipinggirkan, dikucilkan, atau bahkan
dilupakan.
Refleksi atas Matius 28:1-10 memberi kontras pada peran penting tokoh yang
dipinggirkan, dikucilkan, dan dilupakan dalam sistem kebudayaan mereka. Sebagai
kelompok yang “terlupakan”, Tuhan memilih perempuan-perempuan, Maria Magdalena dan
Maria yang lain, sebagai saksi utama yang mempersaksikan kebangkitan Kristus. Dengan
menyadari tantangan dan tekanan tidak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari, remaja
Gereja Kristen Pasundan diundang untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Perwartaan
tersebut diterjemahkan di dalam laku hidup sehari-hari.

Pemuda
Dalam beberapa aspek kehidupan sehari-hari di Indonesia yang didominasi budaya
patriarki, keadilan gender bagi para perempuan mulai diupayakan. Situs IDN Times memuat
opini tentang enam bentuk kesetaraan gender bagi perempuan: Pertama, posisi perempuan
di masyarakat sama dengan laki-laki. Kedua, perempuan memiliki kesempatan menempuh
Pendidikan formal setinggi-tingginya. Ketiga, perempuan memiliki hak untuk tidak
diperlakukan kasar. Empat, tidak ada kesenjangan terkait pekerjaan. Lima, perempuan
memiliki ruang untuk berpolitik. Keenam, perempuan memiliki hak kepemilikan yang sama. 46
Namun demikian, realitas sehari-hari tidak jarang menunjukkan hal sebaliknya: perempuan
menjadi objek kekerasan dan ketidakadilan sistem yang memprioritaskan laki-laki dan
mengabaikan perempuan [juga anak dan orangtua]. Melalui refleksi atas Matius 28:1-10,
yang mengontraskan peran penting perempuan dalam pewartaan kebangkitan Kristus,
pemuda-pemudi Gereja Kristen Pasundan mampu menilik dan berefleksi akan pentingnya
kesetaraan dan keadilan bagi setiap orang—tidak hanya bagi perempuan, anak, atau
orangtua, tetapi juga bagi laki-laki.

45
“Masalah Terbesar Remaja Saat Ini: Cemas Dan Depresi,” CNN Indonesia, last modified 2019,
accessed February 20, 2022, https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190222155228-255-
371840/masalah-terbesar-remaja-saat-ini-cemas-dan-depresi.
46
Faiz Zaki, “6 Bentuk Kesetaraan Gender Bagi Perempuan, Apa Saja?,” IDN Times, last modified
2020, accessed March 3, 2022, https://www.idntimes.com/life/women/faiz-zaki/6-bentuk-
kesetaraan-gender-bagi-perempuan-apa-saja-c1c2-1/4.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana mengelola diri ketika menghadapi tekanan yang diberikan dari orang-
orang di sekitar kita?
2. Bagaimana menghadirkan diri sebagai pewarta kebangkitan Kristus di masa kini?

Pemuda
1. Mengapa Kristus memilih Maria Magdalena dan Maria yang lain sebagai saksi utama
kebangkitan-Nya, bukan para murid?
2. Pernahkah mengalami ketidakadilan dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana
merespons pengalaman tersebut?

Daftar Acuan
Basser, Herbert W., and Marsha B. Cohen. The gospel of Matthew and Judaic traditions: A
relevance-based commentary. Edited by Alan J. Avery-Peck and William Scott Green.
The Brill. Leiden: Koninklijke Brill, 2015.
France, R. T. The new international commentary on the new testament: The gospel of
Matthew. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2007.
Reeves, Rodney. The story of God: Bible commentary: Matthew. Edited by Tremper
Longman III and Scot McKnight. Grand Rapids: Zondervan, 2017.
Sevelius, Jae M, Luis Gutierrez-Mock, Sophia Zamudio-Haas, Breonna McCree, Azize Ngo,
Akira Jackson, Carla Clynes, et al. “Research with Marginalized Communities:
Challenges to Continuity During the COVID-19 Pandemic.” AIDS and Behavior 24, no.
7 (2020): 2009–2012. https://doi.org/10.1007/s10461-020-02920-3.
Wilkins, Michael J. Matthew. Edited by Clinton E. Arnold. Zondervan. Grand Rapids:
Zondervan, 2016.
Zaki, Faiz. “6 Bentuk Kesetaraan Gender Bagi Perempuan, Apa Saja?” IDN Times. Last
modified 2020. Accessed March 3, 2022. https://www.idntimes.com/life/women/faiz-
zaki/6-bentuk-kesetaraan-gender-bagi-perempuan-apa-saja-c1c2-1/4.
“Marginal.” KBBI Daring. Last modified 2016. Accessed February 20, 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/marginal.
“Masalah Terbesar Remaja Saat Ini: Cemas Dan Depresi.” CNN Indonesia. Last modified
2019. Accessed February 20, 2022. https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20190222155228-255-371840/masalah-terbesar-remaja-saat-ini-cemas-dan-
depresi.
“Patriarki.” KBBI Daring. Last modified 2016. Accessed February 20, 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/patriarki.

[SM]
MENGHALAU SIKAP EGOIS
APRIL IV DAN HEDONISME
Lukas 21:34-38

Pengantar
Dalam kehidupan di dunia, setiap hal yang menjadi harapan manusia belum tentu
bisa diraih. Apalagi jika sudah berbenturan dengan kepentingan orang lain juga, maka
harapan yang didambakan menjadi hampa, bahkan bisa berubah menjadi kesalahpahaman.
Kesalahpahaman yang terjadi bisa berujung pada perselisihan, pertengkaran dan bahkan
permusuhan yang terkesan tidak ada habisnya. Sebagai contoh: Seorang ibu, sebut saja
namanya Nani, berbelanja sayur di penjual keliling. Ia ingin membeli sayur kangkung. Saat
itu masih ada tiga ikat sayur kangkung. Pada saat yang sama, ada ibu Windi yang juga ingin
membeli kangkung namun tidak mendapatkannya karena sudah dibeli terlebih dahulu oleh
ibu Nani. Ibu Windi mengatakan egois kepada ibu Nani. Tentu saja Ibu Nani marah dan
terjadi keributan dan permusuhan di antara mereka. Seandainya saja ibu Nani mau
memberikan satu ikat sayur kangkung pada ibu Windi, tentu saja tidak akan terjadi
keributan. Dan jika Ibu Windi dapat mengendalikan emosinya juga tidak akan terjadi
permusuhan dengan ibu Nani.
Sikap egois dan mencari kesenangan sendiri menjadi salah satu penyebab rusaknya
hubungan manusia dengan sesamanya. Maka sebagai orang percaya, kedua hal tersebut
harus diatasi dengan cara mengendalikan keinginan daging.

Penjelasan Teks
Kitab Lukas adalah kitab ketiga dalam kanon Perjanjian Baru. Kitab Lukas termasuk
dalam kitab Injil. Kitab Lukas ditulis oleh seorang tabib yang bernama Lukas. Dia juga adalah
rekan dari Rasul Paulus (Kolose 4:14). Lukas sebagai bukan keturunan Yahudi juga
menunjukkan tulisannya untuk orang-orang yang bukan Yahudi. Lukas menulis karangannya
sekitar tahun 60 M.47 Dan sebagai garis besar isi dari kitab Lukas adalah tentang gambar
dari keesaan Gereja Perdana yang tertib dan tentram.48 Bahan penulisan dalam kitab Lukas
di antaranya adalah bersumber dari kitab Markus.
Kitab Lukas 21:34-38 merupakan nasihat Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya
untuk senantiasa berjaga-jaga terhadap hari kedatangan-Nya kelak. Nasihat Tuhan Yesus
diawali pada ayat 34 yang mengingatkan orang-orang percaya untuk tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang hanya menjadi kesenangan duniawi saja, yaitu pesta pora,
kemabukan dan kepentingan-kepentingan pribadi. Nasihat dalam ayat ini menuntut akan
kesetiaan dari umat Allah, bukan saja terhadap umat yang ada pada saat nasihat diberikan
oleh Tuhan Yesus, tetapi juga ditujukan kepada umat di segala zaman dalam penantian

47
J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I (Jakarta: YKBK/OMF, 1999), hlm. 651
48
W.R.F. BROWNING, Kamus Alkitab (Jakarta:BPK GM, 2011), hlm.244-245
akan kedatangan-Nya yang tidak dapat disangka-sangka. Dalam pemahaman gereja
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua adalah tidak dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan. Karena itu ada tuntutan terhadap setiap orang percaya untuk setia dalam iman
pengharapan dan siap akan waktu kedatangan-Nya nanti.
Ayat 35, menjelaskan akan kedatangan hari Tuhan yang tidak dapat dihindari oleh
siapapun. Karena hal itu akan datang dan menimpa semua orang. Semua orang akan
menghadapi datangnya hari Tuhan. Kedatangan hari Tuhan itu menjadi gambaran
terjadinya segala hal yang menjadi kemurkaan Tuhan terhadap semua orang. Orang-orang
percaya atau umat Tuhan yang setialah yang dapat luput dari hari kemalangan tersebut.
Ayat 36, menjadi nasihat yang menguatkan orang percaya terhadap hadirnya hari
Tuhan yang dahsyat tersebut. Dalam ayat ini, orang percaya dituntut untuk berjaga-jaga.
Setiap orang percaya perlu waspada terhadap pencobaan-pencobaan dosa. Berjaga-jaga
dilakukan dengan iman yang bergantung pada Tuhan dan diwujudkan dalam kesetiaan
berdoa. Dengan kesetiaan dalam doa menjadikan orang percaya memperoleh kekuatan agar
terluput atau terhindar dari segala hal yang mengerikan, yang terjadi pada hari Tuhan nanti.
Dan orang-orang percaya dapat berdiri di hadapan Tuhan dan termasuk dalam umat yang
dimenangkan Tuhan.
Ayat 37-38, merupakan penjelasan terhadap pelayanan yang dilakukan Tuhan
Yesus. Dalam melayani orang banyak yang mengikuti-Nya, Bait Allah adalah tempat yang
selalu dipenuhi orang banyak sejak pagi-pagi. Tuhan Yesus datang ke Bait Allah untuk
mengajar pada siang hari. Dan pada malam harinya merupakan waktu untuk beristirahat.
Tetapi pada sepanjang malam hari di kota Yerusalem, para musafir dari seluruh bagian
negeri memenuhi tempat itu. Sehingga Tuhan Yesus dan para murid harus pergi mencari
daerah yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat. Pada sebuah gunung yang
bernama Bukit Zaitun, di atas rumput-rumput, mungkin menjadi tempat yang baik bagi
Tuhan Yesus dan para murid untuk beristirahat. Di Bukit Zaitun, Tuhan Yesus dan para
murid bermalam.
Dalam kitab Lukas, nasihat supaya berjaga-jaga menjadi akhir pengajaran yang
diberikan Tuhan Yesus kepada orang banyak sebelum Ia ditangkap. Nasihat ini nampaknya
kurang dihayati justru oleh para murid Tuhan Yesus sendiri. Di antaranya oleh Yudas Iskariot
yang mengkhianati Tuhan Yesus (Lukas 22:47-48). Dan Simon Petrus yang menyangkal
Tuhan Yesus (Lukas 22:54-62).

Relevansi
Remaja
Usia remaja merupakan usia yang penuh dengan harapan. Setiap remaja sudah
memiliki berbagai keinginan untuk masa depannya. Untuk mencapai apa yang menjadi
keinginannya, remaja akan berusaha mempersiapkannya dengan penuh kesungguhan.
Bahkan usaha yang dijalankan banyak melibatkan orang lain atau kelompok. Dari kegiatan
bersama tersebut remaja terkadang kurang mempertimbangkan cara-cara yang baik dalam
bekerja sama. Usia remaja masih diliputi dengan kepentingan dan kesenangan pribadi atau
disebut masih suka egois terhadap orang lain. Dari keegoisan itulah sering menimbulkan
perselisihan karena salah paham. Dan berlanjut pada pertengkaran hingga permusuhan.
Sangat disayangkan jika usia remaja masih kurang peduli terhadap orang lain.
Justru usia remaja seharusnya menjadi usia di mana setiap anak-anak Tuhan mau dan
bersedia diproses serta dibentuk Tuhan. Dibentuk oleh Tuhan memang bukanlah hal yang
mudah. Dibentuk oleh Tuhan merupakan sebuah proses belajar mengendalikan keinginan
daging. Mengendalikan segala perbuatan yang tidak baik, seperti: percabulan, kecemaran,
hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri dan lain-lainnya yang termasuk keinginan daging (Galatia 5:19-21).
Pembacaan Alkitab hari ini, dari Lukas 21:34-38 menjadi nasihat untuk Remaja
Kristen, agar mau menaati firman Tuhan dan setia dalam iman. Kesetiaan iman kepada
Tuhan harus diwujudkan dalam kesetiaan berdoa yang berharap pada Tuhan agar dihalau
dari sikap egois dan hedonisme. Setia berdoa dan berusaha mewujudkan hidup yang rendah
hati sehingga dapat mengutamakan orang lain tanpa mencari kesenangan pribadi.

Pemuda
Persahabatan yang dijalin pada masa pemuda menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Seakrab apapun hubungan persahabatan dapat menjadi rusak dan menjadi
sumber sebuah masalah jika tidak disikapi dengan baik. Sebuah contoh film pemuda yang
berjudul “Suara Dari Dilan” menunjukkan adanya sebuah hubungan persahabatan yang
akrab di antara siswa di suatu SMA , tetapi persahabatan itu kemudian menjadi rusak dan
bahkan menjadi masalah besar karena sikap pemuda yang egois dan hanya mengejar
kesenangan pribadi saja. Bahkan ranah hukum pun mewarnai masalah yang timbul tersebut.
Kehidupan pemuda bukan lagi hidup yang masih harus dituntun dan dibimbing oleh
orang tua. Pemuda adalah figur dari manusia yang sudah menjadi dewasa. Dewasa bukan
hanya dalam berpikir, tetapi juga dewasa dalam bertindak.
Pembacaan Alkitab hari ini dari kitab Lukas 21:34-38 memberi nasihat kepada
pemuda Kristen, bahwa sifat egois dan kesenangan pribadi bukanlah sikap yang harus
dibanggakan. Justru sifat tersebut menjadi perbuatan yang harus dihalau. Karena sifat-sifat
itu merupakan perbuatan dari keinginan daging. Nasihat Tuhan Yesus agar berjaga-jaga
adalah penting untuk selalu ditaati. Berjaga-jaga merupakan perbuatan iman yang percaya
pada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam kehidupan. Sehingga setiap perbuatan yang
dilakukan pemuda adalah bersumber dari wujud iman yang hidup. Mewujudkan iman dalam
perbuatan yang benar di hadapan Tuhan dan mewujudkan hubungan yang baik dengan
sesama.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Sebagai persekutuan remaja Kristen, bagaimana cara mewujudkan kesetiaan dalam
berdoa?
2. Bagaimana remaja mengendalikan keinginan daging di dalam kehidupan sehari-
hari?
Pemuda
1. Mengapa pemuda masih sering bersikap egois dan mengutamakan kesenangan
pribadi?
2. Bagaimana pemuda dapat mewujudkan persekutuan doa, baik secara pribadi
maupun dalam persekutuan di gereja?

Daftar Acuan
www. Sabda.org. Tafsiran Alkitab Lukas 21:34-38.
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Luk%2021:34-38
(diakses 5 Februari).
Browning, W.R.F. 2011. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Douglas, J.D. 1999. Ensiklopedi Alkitab masa kini. Jakarta: YKBK/OMF.
Guthrie, D. 1982. Tafsiran Alkitab masa kini 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hudson, Christopher D dkk. 2008. Buku pintar Alkitab. Jakarta: Bethlehem Publisher.

[YS]
JANGAN RAGU!
MEI I TUHAN PASTI MENYERTAI
Keluaran 3:1-12; 4:10-17

Pengantar
Sikap percaya diri adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri, karena itu
merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang
dianggap tidak bisa. Dengan keyakinan itulah otak dan kemampuan seseorang akan
menggiring semua tindakan ke arah keberhasilan, walaupun itu diraih sedikit demi sedikit
namun pada akhirnya akan menjadi suatu kenyataan (Fahrefi 2009, 79). Tidak dapat
disangkal lagi bahwa untuk mencapai sesuatu yang diharapkan dan diinginkan memerlukan
karakter percaya diri. Namun, permasalahannya, banyak orang yang tidak memiliki rasa
percaya diri di dalam kehidupannya. Untuk memiliki kepercayaan diri yang kuat tidak hadir
dengan begitu saja, tetapi memerlukan proses dan suasana yang mendukung.
Melalui pembacaan ini, pemuda remaja diajak dan diingatkan kembali dari kisah
perjalanan pelayanan Musa ketika ia dipilih oleh Allah untuk memimpin orang Israel keluar
dari Mesir ke tanah yang telah Allah janjikan bagi mereka. Ketika Allah memilih Musa untuk
menjadi seorang pemimpin, ia sempat menolak dan memohon agar Allah tidak memilihnya
dalam misi-Nya tersebut. Musa berpikir bahwa dirinya tidak layak karena ia tidak memiliki
kemampuan dan kecakapan dalam bidang tersebut. Namun, pada akhirnya Allah tetap
memakai Musa dalam misi-Nya. Dengan demikian, pemuda remaja juga diajak untuk
memiliki kepercayaan diri di dalam melakukan setiap aktivitas atau pekerjaan, termasuk
dalam pelayanan. Percayalah bahwa Allah sendiri yang memilih dan mengutus kita dalam
melakukan pelayanan-pelayanan di dunia ini. Dengan demikian, setiap pelayanan yang kita
lakukan, tidak hanya dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi dilakukan dengan hati
yang sungguh-sungguh.

Penjelasan Teks
Pada bacaan ini, diceritakan bahwa Musa sampai ke Horeb menggembalakan
domba-domba Yitro. Di sana ia mendapatkan penglihatan luar biasa, yaitu semak duri yang
menyala namun tidak “termakan” api. Ketika itu juga, Musa mendekat untuk melihat
keadaan sebenarnya. Keadaan tersebut merupakan proses Allah yang sedang
memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah ayahnya, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub. Musa segera menyadari siapa yang sedang berbicara kepadanya dan ia juga segera
menyembunyikan wajahnya sebab ia takut memandang Allah (Lasor 2015, 193).
Allah menjelaskan dan menggambarkan kesengasaraan umat-Nya di Mesir dan Allah
juga menetapkan maksud-Nya untuk membebaskan mereka (ay 7-9). Musa dipilih dan
diutus Allah untuk menjadi seorang pemimpin bagi umat-Nya untuk dapat keluar dari Mesir.
Namun, Musa sempat bertanya kepada Allah, “Siapakah aku ini, maka aku yang akan
menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” (ay. 11). Ia heran dan
tidak percaya diri akan keputusan Allah yang memanggil dan mengutusnya untuk
membebaskan umat-Nya di Mesir. Tak sampai disitu, pada ayat ke 13, Musa menunjukkan
sikap tak percaya dirinya. Ia bertanya bagaimana jika nanti orang Israel akan bereaksi
terhadap tugas yang diberikan kepadanya dengan pertanyaan yang tak dapat dijawabnya.
Maka Allah memerintah Musa untuk menjelaskan bahwa dirinya diutus oleh Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub (Lasor 2015, 193).
Sesudah pengungkapan nama Allah, Musa masih saja terus menyampaikan sikap
keberatan terhadap panggilannya. Dalam keluaran 4:10, ia mengakui bahwa dirinya tidak
pandai untuk berkata-kata dan berat lidah. Namun, Allah berjanji untuk memberkati dan
menyertai “lidahnya” dan mengajarkan kepadanya apa yang harus diucapkannya. Ketika ia
sudah berusaha untuk terus memberikan sikap keberatan atas pengutusan Allah kepada
dirinya, ia menyatakan penolakannya kembali sambil memohon supaya Allah mengutus
orang lain saja (Kel. 4:13). Tetapi, Allah tidak mengindahkan permohonannya, sehingga
Allah tetap mengutus Musa dengan memberikan kelonggaran, yaitu memakai Harun sebagai
juru bicara Musa. Musa hanya berperan sebagai pemberi tugas dan pesan pada Harun untuk
disampaikan (Kel. 4:15-16) (Lasor 2015, 193).
Dengan melihat proses penetapan panggilan Allah terhadap Musa untuk
membebaskan umat-Nya dari tanah Mesir, kita diingatkan kembali bahwa dalam diri kita
perlu memiliki sikap percaya akan diri sendiri untuk menjadi seseorang yang terpanggil
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah di dalam dunia ini. Apalagi, Allah sendiri telah
memberikan janji-janjinya bahwa Ia akan terus membimbing, menjaga dan memberkati
setiap orang yang diutus-Nya. Ketika Allah sendiri berfirman, maka Ia tidak akan pernah
lalai atau bahkan mengingkari setiap yang dijanjikan-Nya.

Relevansi
Remaja
Masa remaja merupakan masa-masa akan pencarian akan jati diri. Dalam proses
tersebut, tak sedikit di kalangan remaja mengalami masa-masa sulit, karena mereka perlu
menyesuaikan diri dengan berbagai macam perubahan yang ada dalam diri mereka. Situasi
yang sulit tersebut dapat mengakibatkan ketidakpuasan dengan kondisi dirinya sendiri dan
menyebabkan mereka menyalahkan diri sendiri. Sama halnya dengan Musa dalam
pembacaan kita pada hari ini, ketika ia dipilih oleh Allah untuk memimpin orang-orang Israel
keluar dari tanah Mesir, Musa mengalami keadaan sulit oleh karena ia berpikir bahwa dirinya
tidaklah mampu untuk menghadapi kenyataan yang diberikan Allah di dalam hidupnya.
Musa tidak percaya akan dirinya sendiri ketika Allah memanggilnya dalam misi
penyelamatan yang Allah rancang bagi orang-orang Israel yang mengalami penindasan di
Mesir.
Kaum remaja diajak untuk menghargai diri sendiri dengan cara meyakini bahwa diri
sendiri memiliki kemampuan. Ketika kita dapat menghargai diri sendiri, maka setiap
kemampuan akan menuntun kepada keberhasilan. Sama halnya ketika di dalam pelayanan,
perlu juga ada kepercayaan akan diri sendiri. Percayalah bahwa Allah memperlengkapi dan
memberkati setiap kita untuk melakukan segala bentuk pelayanan yang kita lakukan.
Dengan demikian, jika kepercayaan diri itu sudah kita miliki, maka ketika melakukan
pelayanan, tidak akan ada lagi sikap sewenang-wenang tetapi melayani dengan sepenuh
hati.

Pemuda
Masa muda dapat dikatakan sebagai masa-masa yang sangat menyenangkan. Pada
masa ini, banyak hal yang dapat dilakukan bersama teman-teman, pasangan dan juga
dengan keluarga. Namun, kita jangan lupa bahwa kaum muda merupakan generasi penerus
gereja. Sebagai penerus gereja, maka kaum muda diajak untuk aktif dalam mengambil
kesempatan dalam melayani. Dalam melayani Tuhan, banyak pemuda yang tidak berani
untuk memutuskan terjun dalam pelayanan karena merasa tidak mampu dan menganggap
dirinya tidak memiliki pengalaman atau keahlian apa-apa untuk melayani. Kepercayaan diri
yang kuat sangat dibutuhkan ketika melayani Tuhan, karena dapat berjalan dengan sangat
baik dan lebih nyaman ketika melakukannya. Sama halnya ketika kita membaca dari kitab
Keluaran 3:1-12; 4:10-17 ini, kaum muda diingatkan kembali dari kisah Musa ketika sedang
berdialog langsung dengan Allah. Dalam dialog tersebut ia diutus untuk melayani Allah
dengan menjadi seorang pemimpin dalam membebaskan umat Allah yang mengalami
penindasan di tanah Mesir. Namun, Musa sempat berusaha menolak panggilan Allah. Musa
selalu memberikan alasan supaya bukan dia yang terpilih. Alasan-alasan Musa disebabkan
karena ketidakpercayaan akan kemampuan dirinya dan juga kurang percaya akan
penyertaan Allah yang selalu melindungi dirinya.
Sebagai penerus dan “tiang” gereja, kaum muda terpanggil menjadi pelayan-
pelayan Allah yang dapat berkontribusi dalam setiap pelayanan-pelayanan di gereja. Untuk
menjadi pelayan di gereja banyak hal yang perlu disiapkan dan dikuasai, termasuk memiliki
kepercayaan diri. Percaya diri merupakan modal yang sangat baik untuk menjalankan setiap
pelayanan-pelayan untuk mendapatkan kenyamanan di dalam mengerjakan setiap
pelayanan-pelayanan di gereja. Percaya diri juga dapat menentukan keberhasilan dan
kesuksesan dalam melayani Allah.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa arti percaya diri menurut kaum remaja dan contohnya dalam bentuk
pelayanan-pelayanan di gereja?
2. Mengapa perlu meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan pelayanan-
pelayanan di gereja?

Pemuda
1. Pemuda merupakan penerus gereja. Bagaimana cara meningkatkan rasa percaya
diri dalam melakukan pelayanan-pelayanan di gereja?
2. Hal apa yang sering dirasakan sehingga mengakibatkan ketidakpercayaan akan
kemampuan diri sendiri dalam melayani di gereja? Mari berbagi cerita!
Daftar Acuan
Lasor, W. S. 2015. Pengantar perjanjian lama 2: Sastra dan nubuat. Terjemahan Lisda dan
Lily. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ramdhani, Fahrefi. 2009. Mind therapy: 55 kiat mensinergikan jiwa dan pikiran. Jakarta:
Visual Media Kencana.
[ET]
BERPEGANG PADA
MEI II KEBENARAN KRISTUS
Efesus 4:11-16

Pengantar
Masih ingatkah kita, saat masih kecil, kita sering diberitahu oleh orang tua atau pun
para Guru Sekolah Minggu (GSM) tentang apa yang baik dan apa yang buruk? “Kalau punya
baju baru, hp baru, jam baru, semua yang baru ga boleh pamer ya, ga baik, Tuhan tidak
suka orang sombong.” Begitulah salah satu bunyinya. Hal lain lagi, “Kalau bepergian keluar,
pakai pakaian yang sopan ya.” Inilah dua contoh ajaran-ajaran di sekitar kita tentang baik
atau buruk, dan masih banyak lagi tentunya. Namun, saat ini, ‘pamer’ seolah seperti bukan
suatu keburukan lagi, melainkan sesuatu yang biasa saja dilakukan, malahan kalau tak
pamer, rasanya belum kekinian. ‘Flexing,’49 istilah populer masa kini yang dipertontonkan
oleh para entertainer. Mulai dari beli mobil miliaran rupiah yang katanya “murah banget”,
sampai pamer keindahan tubuh melalui Tiktok yang katanya dapat menambah penghasilan.
Kebanyakan anak-anak justru tak lagi mengindahkan ajaran-ajaran sederhana dari
orangtuanya karena terpana oleh kemewahan, kemajuan, kebebasan, perubahan yang
ditawarkan melalui berbagai media. Salah satunya yang paling populer saat ini, yakni
YouTube. Agaknya, nilai kebenaran mengalami pergeseran dalam menghadapi situasi dan
kondisi masa kini yang tak lagi sama. Lalu, bagaimana kita sebagai orang-orang yang
percaya kepada Kristus tetap memegang kebenaran-Nya? Bagaimana kita tetap bertumbuh
serta mengakar pada iman di dalam Kristus dan bukan menjauh dari apa yang benar?
Bagaimana agar tidak tergerus dinamika suatu perubahan dan kemajuan zaman.

Penjelasan Teks
Surat kepada jemaat di Efesus merupakan salah satu surat dari beberapa surat
lainnya yang dipandang dan dipercaya Gereja, dituliskan oleh Rasul Paulus. Kota Efesus
terletak di bagian barat Asia Kecil, dekat dengan Laut Aegea di muara sungai Cayster, sungai
yang menjadi awal lembah Lycus 50. Kota ini dibangun oleh Kerajaan Romawi sebagai ibu
kota Asia dalam wilayah kekaisaran Romawi dan menjadi salah satu dari empat kota terbesar
pada masa Rasul Paulus. Letak dan statusnya strategis, karena letaknya dekat muara, kota
ini menjadi pelabuhan dan kota perdagangan paling populer di sebelah barat Tarsus. Kota
ini mudah diakses baik jalur darat maupun laut, dan hal ini memudahkan Paulus untuk

49
Dedy Corbuzier Channel. “Sok kaya tapi nipu trading: bohong semua.”
https://www.youtube.com/watch?v=xGFPlg7bRYc (diakses 01 Maret 2022).
50
Gary H. Everett, The Epistle of Ephesian: study notes on the holy scripture using a theme-
based approach to identify literary structures (2018), 5.
berhubungan dengan jemaat-jemaat baru yang lain yang telah didirikannya di Asia Kecil dan
di Eropa51.
Selain itu, populasi penduduknya salah satu yang terbesar dari kota lain. Kota
Efesus juga menjadi pusat kebudayaan dengan teater terbuka dan stadion yang megah.
Kota Efesus juga menjadi pusat keagamaan, yang mana terdapat beberapa kuil seperti Kuil
Serapis (Dewa Mesir) dan Dewi Artemis (Dewi Yunani) atau dewi bulan, berburu, pelindung
gadis-gadis muda52. Secara umum, tujuan dituliskannya surat ini bersifat penggembalaan
agar tetap meneguhkan hati pada kebenaran Kristus dalam menghadapi persoalan di
jemaat53.
Secara umum, teks Alkitab Efesus 4 yang sedang kita gumuli berisi seruan bagi
Gereja (jemaat) untuk bertumbuh dan menuju suatu kedewasaan rohani (iman). Apakah
wujud kedewasaan rohani itu? Wujud nyatanya adalah dengan menjalankan panggilan kita
masing-masing di dalam hidup sesuai yang diberikan Allah pada kita, karena melalui Kristus
Sang Kepala Gereja, kita telah diberikan berbagai kemampuan (karunia) untuk memenuhi
panggilan masing-masing. Tujuannya adalah kesatuan Gereja sebagai Tubuh Kristus. Wujud
dari kesatuan itu adalah pembangunan Tubuh Kristus (Gereja) di dalam kasih, sehingga
kalau kedewasaan rohani itu dicapai, maka jemaat tidak mudah dikacaukan atau terpecah
belah oleh aneka masalah54.
Secara khusus pada teks Alkitab Efesus 4:11-16 yang menjadi dasar pemberitaan
firman bagi kita di hari Minggu, kita dapat melihat pada ayat 11 bahwa Kristus, ketika Ia
bangkit lalu naik ke sorga, Ia memberikan (mendelegasikan) karunia-karunia dimulai kepada
para murid-Nya untuk memperlengkapi mereka dalam melanjutkan tugas pelayanan Yesus.
Karunia-karunia itu terwujud di dalam jabatan atau peran orang-orang yang melayani di
jemaat (Gereja), yakni Rasul, Nabi, Penginjil, Pengajar, Gembala Jemaat 55. Hal ini merujuk
pada orang-orang yang dipilih Yesus untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya, yakni para
murid, Petrus dan kawan-kawan (12 Murid) untuk terus memberitakan Injil melalui tuntunan
Roh Kudus yang dijanjikan-Nya pada saat Ia naik ke sorga56.
Ayat 12 menjelaskan tentang apa maksud dari karunia-karunia itu diberikan kepada
para pelayan Gereja. Kristus sebagai Kepala Gereja memberikan berbagai karunia tersebut
untuk melakukan pekerjaan pelayanan, yakni membangun jemaat (Tubuh Kristus).
Membangun yang dimaksud bukan sekadar mendirikan suatu jemaat baru, tetapi utamanya
adalah mengelola kehidupan jemaat. Karenanya kelima jabatan Gereja mula-mula, yakni

51
John Drane. Memahami perjanjian baru: pengantar historis-teologis. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2016), 346.
52
Gary H. Everett, The Epistle of Ephesian: study notes on the holy scripture using a theme-
based approach to identify literary structures (2018), 6.
53
Alkitab Edisi Studi (AES) 2012, Efesus.
54
Gary H. Everett, The Epistle of Ephesian: study notes on the holy scripture using a theme-
based approach to identify literary structures (2018), 52-53.
55
David E. Pratte. Commentary on the letter to the Ephesians bible study notes and comments
(2016), 88.
56
David E. Pratte. Commentary on the letter to the Ephesians bible study notes and comments
(2016), 89.
rasul, nabi, penginjil, pengajar, dan gembala jemaat memiliki fungsi masing-masing. Rasul
berfungsi mengatur/memerintah Gereja (govern), nabi membimbing jemaat (guide),
penginjil mengumpulkan/menghimpun Gereja(gather), gembala menjaga/mengawasi
jemaat (guard), dan pengajar membangun dan mengembangkan Gereja (ground and
grow)57 . Masing-masing jabatan itu mengambil peran di dalam mengelola persekutuan
jemaat. Masa kini, memang tidak semua jabatan itu ada seperti halnya nabi, karena nabi
hanya dipilih oleh Allah melalui sebuah pewahyuan dan peristiwa pemanggilan. Selain itu,
jabatan-jabatan gerejawi juga mengalami perkembangan. Namun, kendati berbeda dengan
jemaat perdana, semua jabatan yang ada masa kini adalah sama, guna mengerjakan
pelayanan pengelolaan persekutuan Tubuh Kristus.
Dalam ayat 13 kita bisa melihat bahwa kedewasaan iman (rohani) secara penuh,
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, dan pertumbuhan iman
seperti kepenuhan Kristus adalah tujuan dari pekerjaan pelayanan yang dilakukan di
jemaat58. Para pemimpin Gereja dikaruniai tugas masing-masing untuk semua tujuan
tersebut. Karenanya, semua orang di dalam persekutuan (Gereja) juga diharapkan
mengalami pertumbuhan sampai pada semua tujuan itu. Istilah pengetahuan yang dirujuk
dalam ayat 13 bukan γνῶσις (gnosis), tetapi ἐπιγνωσις (epignosis), yang dimaksudkan
adalah bukan sekadar pengetahuan kognitif, tetapi melampui hal-hal yang bersifat koginif
tentang Anak Allah, tetapi juga suatu pengakuan akan Dia. Iman dan pengetahuan berarti
mengungkapkan dan memahami semua elemen keadaan pikiran tentang Kristus, Anak
Allah, dan Ia dimanifestasikan menjadi daging, yang mengasihi kita dan menyerahkan diri-
Nya bagi kita sampai mati di kayu salib59. Inilah yang menjadi objek pengetahuan dan iman
yang dituntut dalam bacaan yang sedang kita renungkan, di mana Kristus menjadi pusat
dari pengetahuan dan iman kita. Dengan perkataan lain, kita mengalami Kristus di dalam
diri kita.
Ayat 14-15 menggambarkan keadaan yang terbalik dengan yang diungkapkan oleh
ayat sebelumnya. Menurut beberapa penafsir, pada waktu itu, di dalam jemaat Efesus,
terdapat beberapa anggota jemaat yang menerima atau terpapar ajaran-ajaran di luar
penginjilan Paulus dan menyebarkan ajaran-ajaran itu di sekitar persekutuan. Dampaknya
adalah kekacauan pengetahuan dan berujung pada perpecahan. Memang di jemaat
perdana, kerap kali muncul kelompok-kelompok yang hidup di sekitar umat menyebarkan
ajaran-ajaran palsu (sesat) dan mengacaukan persekutuan 60. Seperti yang terjadi pada
jemaat Kolose dalam Kolose 2:18. Oleh karena letak Kolose tidak jauh dari Efesus, ini
mungkin saja terjadi pada jemaat Efesus dan berakibat pada terombang-ambingnya

57
Gary H. Everett, The Epistle of Ephesian: study notes on the holy scripture using a theme-
based approach to identify literary structures (2018), 119.
58
Charles Hodge. A Commentary on the epistle to Ephesians. (New York: Grand Rapids, 1860),
118-119.
59
Charles Hodge. A Commentary on the epistle to Ephesians. (New York: Grand Rapids, 1860),
119.
60
John Drane. Memahami perjanjian baru: pengantar historis-teologis. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2016), 380-381.
persekutuan. Ajaran-ajaran atau pengaruh yang keliru seperti yang digambarkan oleh ayat
14 bisa saja berasal dari lingkungan di mana kita tinggal, teman sebaya atau nongkrong,
atau informasi yang berada di sekitar kita.
Sedangkan pada ayat 15 ditekankan wujud nyata dari seorang yang dewasa secara
iman adalah mampu berpegang teguh pada kebenaran Kristus, yaitu kasih. Seorang Psikolog
bernama James Fowler dalam bukunya berjudul Stages of Faith: The Psychology of Human
Development and the Quest for Meaning menjelaskan bahwa seorang anak yang berusia 4-
8 tahun mengalami tahapan pertumbuhan iman intuitif – proyektif. Pada tahap ini seorang
anak sudah punya kesadaran, tetapi belum sanggup membedakan perspektif sendiri dari
perspektif orang lain61. Mereka masih terbatas perspektifnya. Maka, anak-anak sangat
memerlukan bantuan dari orang lain untuk mendapatkan suatu perspektif 62. Pendapat ini
senada dengan yang dijelaskan pada ayat 15 bahwa anak-anak mudah diombang-
ambingkan karena keadaan psikologis kognitif mereka masih sangat terbatas. Karenanya,
teks bacaan kita menuntut kita untuk benar-benar menjadi dewasa secara iman, bukan
hanya sekadar dewasa secara usia ataupun fisik.
Ayat 16 menekankan kepada kita untuk kesekian kalinya tentang kesatuan. Kita
adalah persekutuan (Gereja) yang digambarkan dalam teks bacaan hari ini sebagai Tubuh
Kristus. Istilah ini memang kerap kali dipakai Rasul Paulus untuk menggambarkan hubungan
Allah dengan umat-Nya (Kol. 2:19). Sebagai sebuah ‘tubuh’ setiap bagian melakukan
bagiannya dan bekerja secara harmonis. Kristus adalah ‘Kepala’ dari tubuh itu, dan Ia
membimbing tubuh itu menurut hukum-hukumnya (Ef.1:22-23). Semua bagian bekerja
menurut petunjuk dan ketentuan-Nya. Setiap bagian dirajut oleh setiap sendi untuk
mencapai tujuan kesatuan yang utuh63 (Pratte 2016, 99-100). Dengan perkataan lain, kalau
kita membayangkan tubuh kita, kerja tangan, kaki, mata, dan lainnya digerakkan oleh otak
yang letaknya di kepala, maka demikianlah kita melayani dan bekerja digerakkan oleh
Kristus Sang Kepala itu. Oleh karena itu, semua bagian ‘tubuh’ sangat penting untuk bekerja
sama. Namun, jika salah satu bagian saja menolak bekerja sama, maka akan mendorong
pertengkaran dan berujung pada terpecah belahnya persekutuan. Dalam keadaan seperti
itu, rasanya sulit untuk mencapai tujuan-tujuan yang dituntut kepada kita sebagai Tubuh
Kristus.

Relevansi
Remaja
Pada tahapan usia remaja, seorang remaja berada pada tahapan iman sintetis –
konvensional di mana peristiwa pubertas membawa perubahan secara fisik dan emosional.
Seorang remaja sangat membutuhkan ‘cermin’ bagi perkembangan imannya untuk melihat

61
A. Supratiknya (editor). Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler.
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), 28.
62
Shelton Charles. Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana mengenal dan mengembangkannya.
(Yogyakarta: Kanisius, 1987) 55.
63
David E. Pratte. Commentary on the letter to the Ephesians bible study notes and comments
(2016), 99-100.
keadaan dirinya64. Cermin yang dimaksud adalah sosok atau orang yang mereka percaya
dan dekat secara relasi. Mereka sangat memberikan perhatian pada pendapat orang lain
tentang pribadi mereka, sehingga timbul perasaan baru, wawasan, kecemasan, komitmen
untuk mencari dan membentuk sebuah ekspresi. Istilah sintetis merujuk pada iman yang
diekspresikan karena seseorang yang menghubungkan diri mereka dengan kehidupan
sosial, petunjuk, perspektif yang orang lain katakan 65.
Seorang remaja memang punya rasa percaya diri, tapi tak berarti punya inisiatif
sendiri untuk memecahkan perbedaan perspektif yang ada. Mereka sadar akan perspektif
orang lain tentang iman, tetapi mereka cenderung mengasimilasi perspektif orang lain itu
menjadi perspektif pribadi. Ini terjadi karena mereka belum punya pemahaman yang kuat
dan tegas mengenai iman dan identitasnya sendiri 66. Dengan perkataan lain, mereka
gampang terpengaruh oleh perspektif orang lain yang berbeda-beda dan terus berkembang.
Karenanya, keremajaan menjadi suatu keadaan yang rentan untuk terombang-ambing.
Apalagi, kalau kita melihat perubahan dan perkembangan dunia yang mengarah
pada digitalisasi dan metaverse. Banyak hal yang ditawarkan di mana respons setiap orang
berbeda-beda. Dalam situasi seperti ini, remaja sangat rentan tergoyahkan dan cenderung
mengikuti hal-hal yang sedang populer di dunia digital. Mulai dari berbicara kotor saat
bermain game, kebiasaan pamer, mempertontonkan tubuhnya melalui Tiktok dan lain
sebagainya yang dianggap hal biasa, tetapi sebenarnya sudah mengalami pergeseran nilai
moral. Teman dekat, pacar, sahabat, adalah orang-orang yang ada dalam lingkaran
kepercayaan mereka. Karenanya, mereka cenderung terjebak dalam pergaulan yang buruk.
Dengan kata lain, lebih mendengarkan temannya ketimbang orang tua.
Keadaan itu tidak saja mempengaruhi nilai moralitas, tetapi juga berpengaruh ketika
mereka belajar. Jika dahulu buku, jurnal, dan catatan adalah sumber yang sangat dipercaya
untuk mencari kebenaran mengenai suatu materi pelajaran. Kini, mereka cenderung
mengandalkan kekayaan digital dalam menggali informasi. Resikonya adalah benturan
terhadap hoax, sehingga pemahaman mereka pun tentang suatu materi pelajaran, tidak lagi
mendalam tetapi dangkal. Ini adalah gambaran yang dikatakan oleh ayat 14 yaitu berbagai
kepalsuan yang membuat kita jauh dari keteguhan pada kebenaran Kristus. Oleh karena itu,
hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana tetap teguh pada kebenaran Kristus di tengah
kerapuhan remaja.

Pemuda
Pada prinsipnya usia pemuda tidak jauh dari remaja, karenanya, James Fowler tidak
membuat klasifikasi khusus bagi pemuda. Menurutnya, usia perkembangan iman pada tahap

64
Fowler, James W. Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for
Meaning. (San Francisco: Harper & Row, 1940), 152.
65
Fowler, James W. Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for
Meaning. (San Francisco: Harper & Row, 1940), 151-152.
66
Fowler, James W. Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for
Meaning. (San Francisco: Harper & Row, 1940), 153.
sintetis-konvensional tidak saja hanya di usia remaja (12 tahun), melainkan sampai dewasa
bahkan bisa bertahan sampai berkeluarga67. Karena itu, kalau kita melihat lebih dalam
mengenai ayat 14, tentu jemaat Efesus pada waktu itu sebagai pendengar bacaan ini bukan
hanya kalangan remaja dan pemuda, tetapi pertama-tama mereka yang sudah berkeluarga
dan dikatakan dewasa secara usia dan fisik. Namun, karena kerapuhan iman dan
pengetahuan mereka tentang Anak Allah, maka siapapun, entah itu anak-anak, bapak-
bapak, ibu-ibu, bisa terombang-ambing. Oleh karena itu, Rasul Paulus, melalui bacaan kita
hari ini mengingatkan tidak peduli berapapun usiamu, belajarlah untuk mengalami Kristus.
Jika dalam tahapan perkembangan iman remaja dan pemuda, sosok yang dekat
dan dipercaya menjadi cermin, maka yang utama adalah siapakah yang kita pilih jadi cermin.
Kalau yang kita pilih adalah teman yang terkontaminasi narkoba, kita bisa saja mengarah
pada pengetahuan yang keliru. Tetapi, kalau kita menempatkan Kristus sebagai cermin,
maka kita akan sangat banyak mengasimilasi hal-hal yang baik. Karena Kristus adalah kasih,
maka kita bisa menjadi orang yang penuh kasih. Kalau kita menyimak video YouTube yang
tertaut di sini, diskusi itu memberikan kepada kita betapa di sekitar kita banyak sekali
kepalsuan yang dibungkus oleh keindahan, kemewahan, keren, yang memancing kita untuk
ikut arus dan terjebak. Padahal, semuanya yang ditawarkan itu hanya menguntungkan
oknum-oknum tertentu saja.
Bacaan hari ini mengajak pemuda untuk menjadikan Kristus tidak hanya sebagai
Kepala Gereja, tetapi cermin bagi kita agar mampu memegang teguh kebenaran-Nya. Di
dalam Minggu kenaikan Tuhan Yesus Kristus, kita mengingat bahwa Yesus datang ke dunia,
memberikan diri-Nya untuk menyelamatkan kita, lalu Ia bangkit dan naik ke sorga.
Kehendak-Nya adalah kita meneruskan karya pelayanan-Nya yang sudah dimulai oleh para
rasul hingga pada kita saat ini. Dia sudah memberikan karunia bagi kita masing-masing
untuk menjalankan hidup kita seperti yang diingini oleh Sang Pemilik Hidup. Maka, agar
hidup kita semakin mampu memilih hal-hal yang baik dan jauh dari hal-hal yang buruk, kita
mesti terus berproses dan bertumbuh di dalam Kristus. Baik remaja maupun pemuda diajak
untuk menjadikan Kristus sebagai cermin. Semakin dekat dan percaya pada Kristus agar Ia
yang menggerakkan setiap keputusan dan tindakan dalam hidup kita untuk mampu memilih
antara yang baik dan yang buruk.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Selain Kristus, siapa saja yang dapat dijadikan cermin bagi kehidupan remaja?
2. Apakah ada tantangan atau hambatan yang ditemui ketika menjadikan seseorang
sebagai cermin kehidupan?

67
Fowler, James W. Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for
Meaning. (San Francisco: Harper & Row, 1940), 152.
Pemuda
1. Sebutkan apa-apa saja wujud nyata seseorang yang bercermin pada Kristus?
2. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk tetap menjadikan Kristus sebagai
cermin di tengah perkembangan dan perubahan yang menawarkan cerminan-
cerminan lain?

Daftar Acuan
Charles, Shelton. 1987. Spiritualitas kaum muda: Bagaimana mengenal dan
mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius.
Drane, John. 2016. Memahami perjanjian baru: pengantar historis-teologis. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Everett, Gary H. 2018. The epistle of Ephesian: study notes on the holy scripture using a
theme-based approach to identify literary structures.
Fowler, James W. 1940. Stages of faith: The psychology of human development and the
quest for meaning. San Francisco: Harper & Row.
Hodge, Charles. 1860. A commentary on the epistle to Ephesians. New York: Grand
Rapids.
Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Alkitab edisi studi (AES). Jakarta: Percetakan Lembaga
Alkitab Indonesia.
Pratte, David E. 2016. Commentary on the letter to the Ephesians bible study notes and
comments.
Supratiknya, A (editor). 1995. Tahap-tahap perkembangan kepercayaan menurut James
W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius.
Dedy Corbuzier Channel. “Sok kaya tapi nipu trading: bohong semua.”
https://www.youtube.com/watch?v=xGFPlg7bRYc (diakses 28 Februari 2022).

[ET]
PIAWAI MENGELOLA HIDUP
MEI III
Efesus 5:15-17

Pengantar
Kehidupan adalah karya Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang begitu indah.
Sekalipun hidup ini kita jalani dengan segala kerumitannya, tak mengurangi keindahan dan
kebaikannya. Memang ada orang yang memutuskan menyerah dengan kehidupan, entah
dengan mengakhirinya atau menyia-nyiakannya, namun ada juga yang melatih diri untuk
menikmati indahnya hidup dan mencari makna dalam hidup melalui pengalaman dan
perjumpaan. Mari hayati indahnya hidup melalui seruan Rasul Paulus kepada jemaat di
Efesus yang mengalami perubahan pemikiran dan mendorong pada perubahan perilaku
mereka tentang bagaimana cara hidup.

Penjelasan Teks
Kesalahan manusia dalam mengelola hidup, dalam hal ini, waktu yang digunakan
dalam keseharian, seringkali tidak disadari. Bermula dari ketiadaan pengertian akan
mengapa dia hidup dan hadir dalam dunia dan kurangnya pengertian karena kurang
bertumbuh sikap kritis dalam dirinya. Akibatnya, masa lalu, kini dan masa depan dianggap
sebagai sesuatu yang mengalir begitu saja. Seorang eksistensialis bernama Soren
Kierkegaard mengatakan hidup itu adalah sesuatu yang harus dimengerti ke belakang tapi
juga mesti dihidupi ke depan. Tiada masa depan tanpa masa lalu. Dan penting memahami
apa yang terjadi di masa lalu agar masa depan dapat diantisipasi. Jika manusia mampu
melatih dirinya melakukan hal ini dia akan pandai mengelola hidupnya.
Dengan latar belakang yang beragam dan kebanyakan dipengaruhi oleh
kepercayaan akan dewa dewi, tentu rasul Paulus tahu tak mudah bagi jemaat Efesus
melepaskan diri dari begitu pragmatisnya masyarakat Efesus memandang hidup. Ada
sebuah kuil yang terkenal di kota Efesus dan sering didatangi oleh orang-orang karena
mereka begitu mengejar kenikmatan dan kekayaan. Hidup hanya dihabiskan untuk
bersenang-senang dan akhirnya berujung pada kehampaan dan kehancuran. Tentu Paulus
menganggap ini semua adalah kesia-siaan.
Maka, rasul Paulus mengajak pembaca untuk menelisik hidup masing-masing.
Waktu yang ada dalam hidup kita bukanlah kekal sifatnya melainkan sementara. Seperti
binatang, sebagaimana sang Pengkhotbah sampaikan, kita akan mati dan lenyap dalam
dunia, tak berbekas dan tak diingat lagi. Ini semua adalah ungkapan satir untuk
mengingatkan betapa fananya hidup kita. Maka, hati-hatilah dalam hidup. Pergunakan
waktu dalam keseharian kita dengan bijaksana alias hati-hati. Kelolalah sedemikian rupa.
Kejarlah kebijaksanaan dan belajarlah dari kesalahan untuk menghindari jatuh kedua kali.
Dan, jangan lupa! Ada keindahan yang bisa hilang jika kita mengisinya hanya dengan hal-
hal yang membuat hidup kita hampa dan binasa seperti kemalasan, menyakiti orang lain,
kebiasaan buruk, dan lainnya.

Relevansi
Remaja
Media sosial saat ini seringkali diisi dengan konten kreatif berisi orang-orang yang
memamerkan hidup kesehariannya. Kita bisa melihat ada orang-orang yang belajar
mengelola dirinya sebagai bagian dari mengelola hidupnya dengan baik. Jadi, bicara soal
waktu dan kehidupan, bukan perkara sekadar keterampilan usia tua atau muda saja
melainkan merupakan latihan dan kebiasaan seumur hidup. Mari kita uji hidup kita: apakah
dalam sehari, kita terlalu berlebihan dalam mengerjakan sesuatu yang kurang membuat kita
bertumbuh selama berjam-jam? Atau kita bisa mulai mengira-ngira, bagaimana kita
membiasakan diri kita punya kebiasaan yang menolong kita untuk bertumbuh? Tolak
ukurnya adalah buah Roh sebagaimana yang dipaparkan Rasul Paulus dalam Efesus 5:21-
23. Bagaimana dengan kebiasaan kita mengelola waktu setiap hari, kita bertumbuh menjadi
orang yang baik, kreatif, penuh daya inisiatif, kritis, lebih mudah bermurah hati dan berbagi
dengan orang lain? Atau, kita malah bertambah julid, sinis, kasar, melukai orang lain, toksik,
dan lain sebagainya.

Pemuda
Kepiawaian mengelola waktu bersumber dari kesadaran diri sebagai ciptaan Allah
yang mulia, yang dijadikan-Nya indah, dan kesediaan kita untuk menjadi alat pembawa
damai Tuhan di mana pun. Meski kita bertambah tua, bukan berarti kita bertumbuh dewasa.
Orang yang dewasa pandai mengelola hidupnya. Pandai mencerna apa yang masuk dalam
pikirannya. Pandai mengkritisi apa pun. Pandai memandang semua orang dengan nilai-nilai
hidup yang baik yang dianut dan dipercayainya. Pandai menarik pelajaran dari masa lalu,
mencernanya di masa kini, untuk menjadi bekal dan menumbuhkan sesuatu bagi dirinya
dan komunitas lebih luas di masa depan. Kaum muda bisa menelisik lebih jauh dalam
kehidupannya untuk berterima kasih pada Tuhan yang telah memampukan diri ini.
Berusahalah semaksimal mungkin untuk hidup dengan baik dan memohon karunia dari
Tuhan agar lebih baik mengelola hidup ke depannya. Yesus yang menolong kita dalam kasih
persahabatan-Nya, adalah jalan, kebenaran, dan hidup bagi kita kaum muda.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Nilai apa yang kamu pegang dalam mengelola waktumu sehari-hari?
2. Ceritakanlah pengalaman menarik dalam hidupmu yang mengubahmu bersikap
dalam kebiasaan sehari-hari?
Pemuda
1. Apa yang layak dikritisi dalam kebiasaan kaum muda saat ini?
2. Kebiasaan positif apa yang bisa kita pelajari dan kembangkan untuk menjadi kaum
muda yang lebih antisipatif dengan masa depan saat ini?

[DE]
PENUH PERHITUNGAN
MEI IV
Lukas 14:28-30
Pengantar

Pengantar
Pikiran manusia sering terbalik. Hal yang jadi prioritas malah yang jadi yang
belakangan dipikirkan, tapi yang tidak terlalu penting malah dihitung-hitung dan
diprioritaskan. Misalnya, bagaimana mengelola gaji atau pendapatan. Saking menggodanya
liburan dan barang-barang merek terbaru, maka uang jajan dan pendapatan habis untuk
digunakan belanja. Padahal, barang yang ada masih sangat layak untuk dipakai. Atau, ketika
merencanakan menikah atau berpacaran, seringkali yang ada di pikiran adalah standar fisik
dan kekayaan melulu yang jadi standar utama memilih pasangan. Hal-hal lainnya terkait
dengan iman, kebaikan hati, kerja keras, tanggungjawab dan kejujuran seringkali jadi
urusan belakangan. Akibatnya, banyak yang terjebak dengan dampak buruk dari keputusan
yang salah dan salah perhitungan.
Kita akan belajar dari ucapan Kristus bahwa mengikut-Nya sebagai murid juga
membutuhkan hitung-hitungan. Tak melulu soal kesediaan di awal, atau rasa cinta
menggebu-gebu kepada Tuhan yang menjadi reaksi emosi semata. Melainkan komitmen
dan tanggungjawab sampai kita menutup mata, dalam urusan kita bersama dengan Dia,
yang menjadi Juruselamat kita.

Penjelasan Teks
Pada perikop ini, Yesus memberikan contoh tentang seorang pembangun yang
bijaksana. Ia tidak akan memulai proyeknya sebelum merencanakan semuanya dengan
baik, terutama di dalam menghitung anggarannya terlebih dahulu. Hasilnya, pembangunan
tersebut akan berjalan dengan baik sampai tuntas, dan tidak akan diejek oleh banyak orang.
Melalui contoh tersebut, Yesus menghendaki agar setiap orang yang menjadi murid-murid-
Nya sungguh-sungguh memiliki kesadaran akan konsekuensi maupun komitmen di dalam
dirinya. Tuhan Yesus tidak menghendaki setiap orang hanya bersemangat di awal namun
tidak berdaya di tengah perjalanan sehingga mereka tidak sanggup menuju tujuan akhir.
Di dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus sengaja menitikberatkan pada dana yang
cukup untuk menekankan sebuah kesungguhan hati dan segala aspek yang mengikutinya,
bukan dengan maksud bahwa mengikuti-Nya harus mempunyai uang yang banyak.
Mengikuti Kristus adalah sesuatu keputusan yang serius dan berdampak pada masa depan.
Tuhan tidak ingin umat-Nya mengikuti Dia setengah-setengah, hanya dengan modal emosi
sesaat atau iman yang buta. Segala sesuatu harus dipertimbangkan secara matang, serta
motivasi dan komitmen yang benar.
Pembelajaran mengenai Yesus Kristus dan bagaimana mengikuti-Nya, di dalam
kelas katekisasi, adalah salah satu topik yang menarik. Namun, sering juga menjadi bagian
yang tak dianggap penting oleh beberapa orang Kristen. Kenapa? Karena sudah bersekolah
minggu sejak kecil, jadi kita menganggap bahwa kita sudah mengenal Yesus. Tapi,
mengenal-Nya sebagai siapa? Tanpa pemahaman dan kesadaran yang penuh dan utuh,
sebagai orang Kristen kita hanya mampu mengenal Dia sebagai sosok tertentu yang terkenal
dari agama Kristen, bukan sebagai Allah yang menjadi pribadi dan tinggal di antara kita.
Akibatnya, iman kita menjadi sesuatu yang terasa menjemukan untuk diuji dan dijajaki. Kita
akan mudah terombang ambing ke sana ke mari.
Yesus memang ingin membebaskan manusia dari penjajahan. Tapi para pengikut-Nya salah
paham. Penjajahan yang jadi sasaran pembebasan Yesus bukan penjajahan bangsa
Romawi, melainkan penjajahan dari dosa dan keegoisan. Jadi, jika orang Kristen sungguh
mau ikut Yesus, kita mesti sadar apa yang Yesus inginkan dari kita dan bagaimana kita akan
menjalani keseharian sebagai pengikut-Nya. Banyak orang yang mengaku punya agama tapi
tak berhitung atau bisa dikatakan serius dengan imannya. Akibatnya, dia sendiri terjebak
dengan rupa-rupa pengajaran. Berhitunglah, atau jadilah penuh perhitungan ketika kita ikut
Yesus!
Apa yang Yesus sampaikan adalah risiko yang harus dihadapi oleh kita ketika
menjadi Kristen. Kita hidup dalam dunia yang penuh pergulatan. Karena konsistensi-Nya
akan nilai hidup yang benar, dan upaya-Nya membebaskan manusia dari dosa dan
keegoisan, Yesus dianiaya dan mati. Pengikut-Nya juga akan mengalami hal yang sama.
Keluar dari zona aman dan nyaman, yang sering membuat kita memilih satu di antara dua
pilihan yang sulit. Dan, jika kita memilih maka kita bisa menyenangkan yang satu tapi
melukai yang lain. Tapi menjadi pribadi yang bersikap benar memang demikian. Maka, pada
akhirnya, Roh Allah yang akan berkarya dalam diri manusia-manusia berani. Berani memilih,
berani mengambil sikap, berani berdiri di pihak yang dia dukung dan berani memikul
resikonya. Memang tak semua orang bisa disenangkan tapi setidaknya, orang Kristen hidup
dalam dunia dengan nilai yang membuatnya berarti dan bermakna.

Relevansi
Remaja
Kita akan selalu dihadapkan dengan pilihan yang tidak mudah sejak muda. Seperti
apakah kita akan mengikuti kebiasaan orang-orang di sekitar kita atau berani menjadi
seseorang yang berbeda. Jika ada teman yang tanpa alasan dibenci dan di bully, kamu akan
bersikap seperti apa? Ikut membully agar disenangi? Membela kawanmu yang lemah? Atau
diam saja? Semua ada resikonya. Kamu akan ikut tren untuk merokok supaya terlihat keren?
Atau kamu akan bersikap sendiri karena kamu sangat cinta pada tubuhmu? Kamu tahu apa
yang salah dan merasa tak nyaman, beranikah kamu menyuarakan pendapatmu dan
menjadi diri sendiri yang telah ditebus dan dikasihi Tuhan? Kita yang memilih semuanya
dengan nalar, perhitungan kita sebagai anak Tuhan, dan cinta kita pada Dia.

Pemuda
Pergulatan kamu muda dengan menghitung semua hal dalam mengikut Kristus
dapat terlihat dari bagaimana kita bersikap pada rekan-rekan dan atasan misalnya, apakah
kita akan menjadi rekan yang baik dan tidak culas? Atau kita hanya mengejar keuntungan
kita sendiri dan naik sendiri tanpa peduli apa kita naik ke atas dengan mengorbankan orang
lain? Apakah kita menyadari bahwa apa yang kita posting mempengaruhi perasaan orang
lain? Sementara ada banyak anak muda tak menyadari sempitnya pemikiran melukai
perasaan sesama dan menyingkirkan mereka dari persahabatan yang sehat. Bagaimana kita
membangun circle kita? Bagaimana kita menjadi seseorang dengan positive vibes? Tentu
semua mengandung risiko, tapi percayalah, bahwa Kristus menjumpai kita agar hidup kita
berarti dan berkelimpahan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Jika, kamu tahu sikapmu benar tapi kamu akan dijauhi, mana yang akan kamu
pilih?
2. Bagaimana kamu memandang Yesus mengambil pilihan dalam hidup-Nya?

Pemuda
1. Bagaimana Yesus menampilkan citra diri-Nya di dalam lingkungan-Nya?
2. Menurut versimu sebagai kaum muda, bagaimana kamu membangun relasi
dengan Tuhan dan sesama seperti teladan Yesus Kristus?

[DE]
BERSUKACITA
MEI V DI TENGAH PERGUMULAN?
Filipi 4:2-9

Pengantar
Pada suatu malam seorang pemuda berdoa dan tak sengaja sang ibu
mendengarkan doa anaknya. Dalam doa ia berkata: “Ya Tuhan di awal tahun ini aku harus
kehilangan pekerjaan karena kontrak kerja habis. Tak lama kemudian aku mengalami
kecelakaan, motor rusak dan aku harus operasi kaki. Di pertengahan tahun handphone dan
laptopku untuk bekerja dicuri. Bahkan sampai di penghujung tahun aku belum mendapatkan
pekerjaan padahal sudah banyak lamaran yang kukirim. Sungguh tahun yang berat.”
Keesokan harinya, sang ibu datang kepada anaknya dan berkata: “Nak malam ini, biar ibu
yang pimpin doanya.” Dalam doanya sang ibu berkata: “Ya Tuhan kami bersyukur, meskipun
anak kami telah selesai kontrak kerjanya, namun ia telah menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Kami bersyukur kecelakaan tidak merenggut nyawanya dan operasi kaki anak
kami berjalan lancar. Kami bersyukur walaupun handphone dan laptopnya hilang, namun
kami masih bisa membeli yang baru. Kami juga bersyukur atas semangat dan ketekunan
anak kami dalam mencari pekerjaan yang baru. Sungguh tahun yang penuh sukacita. Amin.”
Kisah tersebut menjadi ilustrasi bagi kita dalam melihat kebaikan Tuhan dalam
kehidupan ini. Kejadian yang sama namun cara pandang yang berbeda. Memang, terkadang
kita harus memakai kaca mata yang berbeda untuk bersyukur dan bersukacita dalam
kehidupan. Mengapa? Karena tidak selamanya sukacita kita harus didasari pada kehidupan
yang baik-baik saja atau kejadian yang bahagia. Nyatanya di tengah pergumulan atau arus
kehidupan yang berat, kita masih dapat melihat kebaikan Tuhan yang penuh harapan dan
kondisi tersebut yang membawa kita pada rasa syukur serta sukacita.

Penjelasan Teks
Filipi adalah sebuah kota yang namanya diambil dari nama penakluknya, yaitu Raja
Filipus II, ayah dari Aleksander Agung. Filipus melakukan invasi karena tata letak kota yang
strategis, berdekatan dengan penambangan emas dan perak di pegunungan Pangaeus.
Selain itu, Filipi menjadi kota yang penting di Makedonia karena berada di ujung timur jalur
utama, yaitu Jalur Egnasia. Jalur inilah yang dipakai oleh pasukan Romawi untuk membawa
barang serta perlengkapan dari wilayah timur ke kota Roma (sebelah barat). Semenjak
ditaklukkan (356 SM), Filipi menjadi pusat koloni Romawi, mempunyai banyak teater,
tempat pemandian, lapangan pertemuan dan patung dewa-dewi Romawi (AES 2015).
Surat Paulus kepada Jemaat Filipi dikelompokkan ke dalam ‘Surat-surat dari
Penjara,’ bersamaan dengan surat Efesus, Kolose dan Filemon. Sebenarnya, masih menjadi
pertanyaan di mana Paulus dipenjarakan saat menulis surat Filipi. Merujuk Kisah Para Rasul,
Paulus dipenjara di Efesus (19:1-21), Kaisarea (24:24-26) atau Roma (28:11-30). Kita dapat
berasumsi bahwa tempat-tempat tersebut merupakan lokasi di mana Paulus menulis surat
Filipi (AES 2015). Namun demikian, dipenjaranya Paulus justru membuahkan spirit baginya
untuk memberikan kekuatan dan ajakan kepada Jemaat Filipi untuk bersukacita. Ini terlihat
dari pasal awal surat tentang kesaksiannya dengan judul perikop “Kesaksian Paulus dalam
penjara.” Paulus menjelaskan bahwa ia dipenjara karena Kristus (memberitakan Injil) dan
banyak orang yang memberitakan Kristus dengan berbagai motivasi, dari maksud baik
hingga maksud buruk. Realitas ini tidak menjadi hambatan bagi Paulus untuk bersukacita,
karena pada hakikatnya Kristus diberitakan dan ujung dari pergumulan ini adalah
pertolongan dan keselamatan.
Semangat yang sama juga mewarnai teks yang menjadi bahan perenungan kita.
Fokus kepada Filipi 4:4, Paulus mengatakan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Kita akan memakai kritik teks dalam menafsir
perkataan Paulus. Kata ‘bersukacitalah’ dalam bahasa Yunani, yaitu chairo, memiliki arti
rejoice, joy (gembira, girang) (Sabda n.d.). Dalam bahasa Inggris kata ‘gembira’ juga dapat
diterjemahkan menjadi happy/happiness. Akan tetapi, kita tidak dapat memakai kata
happiness untuk menggambarkan sukacita/kegembiraan yang dimaksud oleh Paulus, karena
ada perbedaan yang mendasar dari kata happiness dan joy. Happiness adalah bentuk
kegembiraan yang berasal dari luar diri seseorang. Biasanya seseorang akan merasa
gembira karena situasi atau kondisi tertentu. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang
ulang tahun, sedang mendapatkan hadiah atau sedang berlibur. Contoh tersebut menjadi
faktor pendukung yang membuat seseorang gembira. Sedangkan joy adalah bentuk
kegembiraan yang berasal dari dalam diri seseorang, bersifat mendalam, tidak cepat pudar,
dan tidak dipengaruhi faktor dari luar. Artinya, seseorang dapat merasa sukacita meskipun
ia tidak sedang ulang tahun, tidak mendapat hadiah atau tidak sedang berlibur. Joy selalu
dikaitkan dengan rasa damai dan syukur kepada Tuhan (Setiawati 2022).
Sukacita seperti itulah yang Paulus hendak ungkapkan kepada Jemaat Filipi. Kendati
tubuhnya terpenjara, namun hati dan pikirannya dapat meluapkan sukacita. Paulus dapat
melihat bahwa sekalipun ia berada dalam situasi gelap tanpa harapan, namun ada hal-hal
yang membuat dia tetap merasa bersyukur. Di penjara, ia tahu bahwa Kristus telah
diberitakan, ia tahu bahwa Kristus memberikan keselamatan kekal dan ia tahu bahwa Kristus
yang menjadi sumber sukacitanya. Paulus tidak melihat diri dan kondisinya dari kacamata
manusia, namun ia melihat dirinya dari kaca mata iman. Kesaksian Paulus maupun ilustrasi
dalam pengantar menyadarkan kita bahwa kehidupan kita tidak selalu baik-baik saja, ada
pergumulan maupun masalah yang datang silih berganti. Tidak jarang karenanya kita
dipaksa menyerah, kita bersedih, bahkan hancur. Namun demikian, kita perlu melihat jauh
lebih dalam dengan pandangan yang tidak biasa, bahwa selalu ada kebaikan Tuhan yang
membawa kita kepada rasa syukur dan sukacita dalam kehidupan ini.

Relevansi
Remaja
● Seringkali kaum remaja mencari kegembiraan melalui gawai (laptop, smartphone)
yang mereka miliki. Lewat gawai mereka dapat mengakses media sosial untuk
mengekspresikan diri, atau bermain game online untuk menguji ketangkasan dan
menghilangkan rasa jenuh. Mereka dapat menemukan kegembiraannya lewat gawai
yang mereka genggam. Namun demikian, kondisi tersebut ada masanya dan
kegembiraan yang dirasakan juga cepat berlalu. Maka jadikanlah Kristus sebagai
sumber sukacita sejati, sehingga tanpa gawai sekalipun kaum remaja dapat
merasakan kegembiraan di dalam Tuhan.
● Dunia remaja adalah dunia persahabatan, mereka hidup dan tumbuh dikelilingi oleh
banyak teman atau seorang sahabat. Tidak jarang dalam persahabatan juga terjadi
konflik. Para sahabat meninggalkan mereka. Akan tetapi, ada satu hal yang mereka
dapat syukuri karena Kristus tetap dapat menjadi sahabat yang tidak akan
meninggalkan mereka. Sahabat yang setia hadir di saat suka dan duka.
● Kaum remaja diajak untuk tidak menghakimi orang lain atau situasi dan kondisi di
tengah pergumulan mereka. Kaum remaja diajak untuk melihat lebih dalam bahwa
di tengah pergumulan mereka selalu ada kebaikan Tuhan yang dapat mereka
syukuri.

Pemuda
● Dunia pemuda diwarnai dengan relasi asmara. Karenanya, banyak dari mereka yang
mungkin mengalami putus cinta, bertepuk sebelah tangan atau tidak mendapat
restu orang tua sehingga merasa galau. Tapi mari maknai kata galau dengan kaca
mata yang berbeda. GALAU (God Always Listening and Understanding), ada Tuhan
yang mendengar dan mengerti kegalauan mereka. Ini kabar sukacita bagi mereka.
Tuhan tidak akan pernah memutuskan tali cintanya. Cinta kepada Tuhan tidak akan
bertepuk sebelah tangan.
● Seperti ilustrasi dalam pengantar, bahwa pemuda sibuk dengan dunia pekerjaan.
Terlebih di masa pandemi saat ini, pekerjaan seperti barang langka yang sulit dicari
dan didapat. Namun ingat, Tuhan mungkin belum membuka jalan, tetapi yang pasti
Tuhan memampukan kita untuk tetap bersabar, berpengharapan, dan bertekun
untuk tetap berusaha.
● Kaum pemuda diajak untuk berpikir positif dalam setiap keadaan, karena mampu
berpikir positif menandakan kedewasaan dalam diri seseorang, jauh dari prasangka
buruk serta membuat pemuda tidak mudah menghakimi siapapun dan apapun.
Berpikir positif juga menjadi cara bagi pemuda untuk melihat kebaikan Tuhan di
dalam kehidupan mereka.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Menurut saudara, apa itu sukacita? Kapan saudara merasa sukacita? (Pertanyaan
dapat disampaikan di awal khotbah/renungan).
2. Apakah saudara memiliki pengalaman (sesuai relevansi) yang tidak menyenangkan?
Bagaimana cara saudara menghadapi pengalaman tersebut, adakah hikmahnya?
Ceritakan!
Pemuda
1. Apa perbedaan joy dengan happiness? (Pertanyaan dapat disampaikan di awal
khotbah/renungan).
2. Pernakah saudara tetap bersyukur di tengah pergumulan kehidupan ini? Apa yang
memampukan saudara untuk bertindak demikian? Ceritakan!

Daftar Acuan
Alkitab Sabda. https://alkitab.sabda.org/strong.php?id=5463 (diakses pada 22 Februari
2022).
Lembaga Alkitab Indonesia. 2015. Alkitab edisi studi. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab
Indonesia.
Setiawati, Ning. Ilmu Bahasa Inggris. https://www.ilmubahasainggris.com/joy-vs-
happiness-perbedaan-dan- pengertiannya-dalam-bahasa-inggris/ (diakses pada 22
Februari 2022).

[HSV]
JUNI I MENGINDAHKAN HAL KECIL
Matius 25:1-13

Pengantar
William Harry McRaven, seorang laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam
pidatonya pernah menyampaikan: “Jika kamu ingin mengubah dunia, mulailah merapikan
tempat tidurmu. Jika kamu merapikan tempat tidurmu setiap pagi, kamu telah
menyelesaikan tugas pertama di hari itu. Itu akan memberimu sedikit rasa bangga, dan
akan mendorongmu untuk melakukan tugas lainnya, dan lainnya dan lainnya. Dan pada
akhirnya satu tugas yang selesai akan menjadi banyak tugas yang selesai. Merapikan tempat
tidurmu juga akan menunjukkan bahwa hal-hal kecil dalam hidup itu berarti. Jika kamu tidak
bisa melakukan hal kecil dengan benar, kamu tidak akan pernah bisa melakukan hal besar
dengan benar. Dan apabila kamu mengalami hari yang menyedihkan, kamu akan pulang ke
tempat tidur yang sudah dirapikan, yang kamu rapikan. Dan tempat tidur yang rapi
memberimu dorongan bahwa hari esok akan lebih baik. Jadi, jika kamu ingin mengubah
dunia, mulailah dengan merapikan tempat tidurmu (Daily 2021).”
“Merapikan tempat tidur,” aktivitas kecil yang tidak menghabiskan waktu lebih dari
lima menit dan terdengar sederhana, namun berapa orang dari kita yang seringkali
mengabaikan aktivitas tersebut? Pidato dan pertanyaan ini menjadi ilustrasi dan refleksi bagi
kita kaum pemuda remaja dalam melihat dan memahami hal-hal kecil bahkan tergolong
sederhana dalam kehidupan ini. Kita akan sama-sama belajar hal demikian melalui Injil
Matius dan kisah “Gadis-gadis yang Bijaksana dan Gadis-gadis yang Bodoh.”

Penjelasan Teks
Yesus seringkali menggunakan analogi atau perumpamaan untuk menjelaskan
Keraajaan Sorga. Tanpa terkecuali, kisah “Gadis-gadis yang Bijaksana dan Gadis-gadis yang
Bodoh” menjadi perumpamaan perihal Kerajaan Sorga. Nampaknya, perumpamaan tersebut
didasari pada kondisi sosial masyarakat Yahudi saat itu. Seorang pakar menjelaskan suasana
pesta pernikahan di Yerusalem sekitar tahun 1900-an. Para tamu menunggu berjam-jam di
rumah mempelai perempuan dan seorang suruhan akan bolak-balik untuk memberitakan
kedatangan rombongan mempelai laki-laki. Sampai menjelang tengah malam, barulah
rombongan tersebut datang. Lalu, semua hadirin berangkat ke rumah ayah mempelai laki-
laki dan di situlah upacara pernikahan dilaksanakan, disusul dengan perjamuan bersama.
Tradisi ini tampaknya juga sudah ada pada masa Yesus dan terjadi di kalangan masyarakat
Galilea (Nielsen 2009).
Dari rangkaian acara yang dijelaskan, kita memang tidak melihat hadirnya para
gadis seperti kisah dalam Injil Matius, namun sesungguhnya sangat lumrah ketika mempelai
perempuan didampingi oleh gadis atau pengiring dalam rangkaian acara. Biasanya mereka
adalah teman dekat dan teman sebaya mempelai perempuan. Jangan juga dibayangkan
bahwa para gadis tersebut menunggu mempelai laki-laki sambil terkantuk-kantuk di tengah
jalan, karena biasanya para gadis sibuk mendampingi mempelai perempuan untuk merias
dan menjaga di menit-menit akhir (Wahyu 2007). Pertanyaannya, kenapa Yesus memilih
sepuluh gadis dalam perumpamaan-Nya? Angka sepuluh memiliki arti tertentu dalam
Alkitab. Sebagai contoh dalam Perjanjian Lama, angka tersebut menjadi simbol untuk
keseluruhan (bulat). Mesir mengalami sepuluh tulah dan Israel menerima sepuluh
perintah/hukum. Dalam Perjanjian Baru, kuasa Yesus sebagai Mesias dinyatakan melalui
sepuluh perbuatan mukjizat (Matius 8-9), atau dalam praktik ibadah Yahudi di sinagoga, di
mana pertemuan ibadah membutuhkan sepuluh orang laki-laki. Maka, bisa saja kehadiran
sepuluh gadis menjadi simbol yang mewakili seluruh umat manusia (Nielsen 2009). Kita
mungkin tidak perlu ambil pusing terkait dengan jumlah mereka, namun yang penting aktor
utama dalam kisah ini adalah mereka dan kita mau melihat peran, sifat, karakternya dan
bukan jumlahnya.
Dijelaskan lima dari sepuluh gadis membawa pelita (KBBI: lampu dengan bahan
bakar minyak) dan membawa minyak dalam buli-buli (KBBI: wadah sejenis guci yang
terbuat dari tanah liat, bentuknya bundar, tanpa leher, berkaki rendah dan bagian atasnya
diberi lubang) yang mereka miliki. Kita dapat menemukan beberapa alasan yang membuat
mereka dikatakan sebagai gadis bijak: Pertama, mereka mempunyai sifat antisipatif dalam
menjalani tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Hal tersebut dapat dilihat ketika
mereka membawa perbekalan dalam bentuk minyak tambahan dan tidak hanya
mengandalkan minyak yang ada di dalam pelita. Kedua, mereka tidak menunda pekerjaan.
Jika kita melihat kisah ini, ada momentum ketika gadis bodoh membeli minyak tambahan
saat mempelai laki-laki datang. Gadis bijak mungkin dapat melakukan hal yang sama,
namun mereka tidak melakukan itu, mereka tidak menunda dan justru mempersiapkannya.
Ketiga, berani mengatakan tidak. Pada ayat 8-9 diceritakan bahwa gadis bodoh
meminta bantuan kepada gadis bijak agar mereka membagi minyak yang dimiliki, namun
gadis bijak menolaknya. Di sini gadis bijak seolah pelit karena tidak mau menolong gadis
bodoh, tetapi bukan tanpa alasan mereka tidak membagi minyak yang dimiliki. Ada kalanya
kita harus mengatakan tidak untuk memberi pelajaran positif dan demi menyelesaikan tugas
dan tanggung jawab yang dipercayakan. Keempat atau terakhir, menghargai dan melakoni
hal kecil dan sederhana. Mempersiapkan minyak tambahan mungkin menjadi suatu aktivitas
sederhana bagi gadis bijak, namun siapa yang menyangka bahwa hal yang sederhana
tersebut membawa keberhasilan bagi mereka dan siapa yang menyangka bahwa hal
sederhana tersebut menjadi batu sandungan bagi lima gadis bodoh.
Dalam tafsirnya, J.T. Nielsen menerangkan bahwa kisah ini hendak berbicara
tentang parousia (hari kembalinya Tuhan). Mempelai laki-laki menyimbolkan Tuhan dan
sepuluh gadis menyimbolkan umat manusia. Kita seperti para gadis yang tidak tahu dan
tidak dapat memperhitungkan kapan Tuhan akan kembali, oleh sebab itu kita dituntut untuk
senantiasa berjaga-berjaga alias senantiasa bersiap untuk menyongsong kedatangan
Kristus. Nielsen juga menyoroti ‘minyak’ sebagai simbol penting dalam perumpamaan ini. Ia
mengatakan banyak penafsir menjelaskan bahwa minyak menjadi simbol iman manusia.
Iman merupakan urusan pribadi seseorang dan tidak dapat dipinjamkan atau diberi kepada
orang lain, namun seseorang dapat menyuarakan kepada orang lain bahwa mereka juga
bisa beriman. Nielsen sendiri lebih memilih ‘kesediaan/kesiapan’ sebagai arti dari simbol
minyak. Minyak adalah kesediaan dan kesiapan kita dalam melaksanakan tugas yang telah
Tuhan berikan. Tugas tersebut dilaksanakan dengan iman dan ketaatan (Nielsen 2009).
Fokus pada tema perenungan, dari kisah sepuluh gadis ini kita dapat belajar betapa
pentingnya mengindahkan hal-hal sederhana yang mungkin menurut kita tidak penting. Hal-
hal kecil yang kita lakukan dapat membawa kita kepada kesuksesan dan keberhasilan dalam
kehidupan, pekerjaan atau pelayanan. Sebaliknya, hal sederhana bisa menjadi batu
sandungan dan masalah ketika kita tidak mengindahkannya. Akan tetapi, terlepas dari
kesuksesan atau batu sandungan, alangkah baiknya kita melihat hal sederhana/kecil sebagai
cara untuk membentuk karakter dan sikap diri kita. Seperti ilustrasi dalam pengantar, kita
tidak mungkin dapat mengerjakan hal besar dengan benar tanpa mengerjakan hal kecil
dengan benar. Selain itu, bukan berarti hal kecil tidak berarti dan tidak bermakna. Dari hal
sederhana seperti ‘merapikan tempat tidur’ kita dapat menemukan arti dan menemukan
karakter diri kita.

Relevansi
Remaja
● Kaum remaja dapat belajar dari karakter gadis yang bijaksana untuk menjadi seorang
yang berani mengatakan tidak. Mengapa? Kehidupan mereka diwarnai dengan
banyak godaan negatif. Di sisi lain, sulit bagi mereka untuk mengatakan tidak alias
mudah terpengaruh dan ikut-ikutan. Mereka belum dapat menyaring mana yang baik
bagi mereka dan mana yang tidak baik. Oleh sebab itu, remaja dibimbing untuk berani
mengatakan tidak untuk hal-hal yang dapat merugikan diri.
● Kaum remaja adalah kaum non-pekerja, mereka masih sibuk dengan pendidikan.
Artinya orang tua masih menjadi pendukung utama dalam memenuhi setiap
kebutuhan mereka. Misalnya saja, ketika mereka butuh smartphone, orang tua siap
membelikan, dengan mudah mereka mendapatkannya. Tidak jarang karena
kemudahan tersebut, mereka tidak menghargai pemberian orang tua. Mereka tidak
merawat smartphone dengan baik atau tidak menggunakan smartphone secara bijak.
Remaja diajak untuk merawat pemberian orang tua, apapun bentuknya. Cara
sederhana ini adalah bentuk penghargaan atas apa yang mereka terima dan bentuk
penghargaan bagi para orang tua yang bekerja memenuhi setiap kebutuhan mereka.
● Kaum remaja diajak untuk memelihara iman mereka. Memelihara iman tidak hanya
dilakukan ketika mereka menjadi pendeta, penatua atau komisi. Namun ketika
mereka setia mengikuti kebaktian remaja, maka itu dapat menjadi cara sederhana
untuk memelihara iman.

Pemuda
● Kaum pemuda diperhadapkan dengan dunia pekerjaan atau pendidikan (perkuliahan)
sekaligus pelayanan. Tugas ganda tersebut seringkali menyulitkan pemuda untuk
mengatur waktu dan ditambah lagi tugas-tugas menumpuk yang harus diselesaikan.
Mereka dapat belajar dari gadis yang bijaksana agar mereka tidak menunda
pekerjaan. Seringkali tugas tidak terselesaikan bukan karena banyaknya tugas,
namun karena seringkali kita menunda-nunda untuk menyelesaikannya.
● Masih terkait dengan poin pertama, pekerjaan dan perkuliahan menciptakan jarak
antara mereka dan keluarga atau orang tua. Mereka tinggal di kota yang berbeda,
mereka harus tinggal sendiri (kos). Namun demikian, jarak seharusnya tidak menjadi
alasan untuk tetap memelihara tali kasih. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah
dengan mendoakan orang tua atau hanya sebatas video call atau menanyakan kabar
lewat pesan singkat. Percayalah, bagi orang tua yang selalu mendoakan dan
mengkhawatirkan mereka, tindakan sederhana tersebut sangat berarti.
● Kaum pemuda seyogyanya melihat pekerjaan, perkuliahan atau pelayanan sebagai
bentuk anugerah dan kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan
mereka. Oleh sebab itu, jalanilah dan lakukanlah itu dengan penuh rasa tanggung
jawab dan kesetiaan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Hal sederhana apa yang dapat saudara lakukan kepada siapapun dalam kehidupan
ini? Jelaskan, kenapa hal tersebut bisa menjadi sangat berarti bagi saudara dan orang
lain?
2. Hal-hal sederhana apa yang seringkali saudara abaikan dalam dunia pendidikan
(sekolah) dan ternyata hal tersebut mempunyai dampak besar? Ceritakan
pengalaman saudara!

Pemuda
1. Apakah saudara pernah menerima kebaikan sederhana dari orang lain? Ceritakan dan
jelaskan kenapa hal tersebut sangat berarti bagi saudara?
2. Hal-hal sederhana apa yang seringkali saudara abaikan dalam dunia pekerjaan atau
perkuliahan dan ternyata hal tersebut mempunyai dampak besar? Ceritakan
pengalaman saudara!

Daftar Acuan
Sukses Daily Channel. 15 Juni 2021. https://www.youtube.com/shorts/Cg5hRnzD3GY
(diakses pada Februari 27, 2022).
Nielsen, J.T. 2009. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil Matius 23-28. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Wahyu, Rita. Sarapan Pagi Biblika Ministry. 17 September 2007.
https://www.sarapanpagi.org/21-perumpamaan-tentang-gadis-yg-bijaksana-dan-
yg-bodoh-vt1584.html (diakses pada 27 Februari 2022).

[HSV]
SETIA DALAM MELAKUKAN
JUNI II TANGGUNG JAWAB
II Tawarikh 26:16-21

Pengantar
Seiring berjalannya waktu, kehidupan seorang manusia mengalami perubahan demi
perubahan. Dengan bertambahnya usia seorang manusia, bertambah pula peran dan tugas
tanggung jawabnya. Anak, remaja dan manusia dewasa tentu memiliki peran dan tanggung
jawab yang berbeda. Ketika masih kecil mungkin belum banyak peran dan tanggungjawab
yang harus dipikulnya, tetapi seiring berjalannya waktu, peran dan tanggung jawab itu
bertambah. Tak dipungkiri terkadang ada godaan untuk melalaikan tanggung jawab kita.
Rasa malas, merasa diri tidak mampu, atau merasa tanggung jawab yang kita miliki terlalu
besar seringkali menghalangi kita untuk menuntaskan tanggung jawab kita.
Melalui pembacaan kali ini, pemuda remaja diajak untuk menyadari bahwa setiap
kita memiliki tanggung jawab. Dibutuhkan kesetiaan dan komitmen yang kuat untuk
mengerjakannya. Tanggung jawab hendaknya tidak dilihat sebagai beban, melainkan
kepercayaan yang perlu dikerjakan dengan setia serta ungkapan syukur. Allah akan
memampukan setiap orang untuk mengerjakan tanggung jawabnya dan memberkatinya
dengan keberhasilan, jika ia setia dan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya.

Penjelasan Teks
Uzia, atau yang biasa dikenal juga dengan nama Azarya, adalah raja ke sepuluh
kerajaan Yehuda. Ayahnya adalah Raja Amazia dan ibunya bernama Yekholya, yang berasal
dari Yerusalem. Uzia berusia masih sangat muda (16 tahun) ketika ia menjadi raja atas
Yehuda. Menurut Edwin R. Thiele, seorang profesor Perjanjian Lama, Uzia memerintah
sebagai Raja bersama ayahnya selama 14-15 tahun, dan baru memerintah sendiri ketika
ayahnya mati terbunuh. Selama 52 tahun ia memerintah di kerajaan Yehuda. Di awal
pemerintahannya, ia dikenal sebagai raja yang hidup menurut kehendak Allah. Ia hidup
takut akan Allah dan Allah membuat segala usahanya selalu berhasil. Di bawah bimbingan
Zakharia, Uzia membawa kemajuan bagi bangsanya, sehingga pada masa pemerintahannya
kerajaan Yehuda mengalami kemakmuran yang besar. Tanggung jawab yang besar sebagai
raja untuk mensejahterakan bangsanya ia lakukan dengan baik. Allah menolong kerajaan
Yehuda ketika mereka harus berperang melawan orang Filistin, orang Arab dan orang
Meunim (II Tawarikh 26:7). Bahkan, orang Amon harus membayar upeti kepada Uzia.
Namanya semakin termasyur dan kekuatan bala tentaranya terkenal karena kekuatannya
yang besar. Ia banyak membangun dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki
daerah kerajaannya. Berbagai pembangunan infrastruktur ia lakukan, mulai dari
membangun menara di Yerusalem sampai ke padang gurun. Ia juga menggali banyak sumur
untuk memenuhi kebutuhan ternaknya yang luar biasa banyak. Di bidang militer, ia memiliki
tentara yang gagah perkasa. Kepala-kepala puak (suku) dan pahlawan-pahlawan yang
gagah perkasa yang dimilikinya berjumlah dua ribu enam ratus orang (II Tawarikh 26:12).
Masing-masing membawahi bala tentara yang jumlahnya tiga ratus tujuh puluh ribu lima
ratus orang. Uzia juga memperlengkapi bala tentaranya dengan senjata lengkap seperti
perisai, ketopong, baju zirah, tombak, busur dan lainnya. Perlengkapan senjata ini
dipersiapkan oleh para ahli dari bahan terbaik. Berbagai peralatan seperti panah juga
dipersiapkan di menara-menara yang mereka dirikan untuk menahan serangan musuh yang
datang. Tak ada musuh yang tak gentar melihat keperkasaan bala tentara yang dimiliki Uzia.
Semua upaya yang dilakukan Uzia untuk mensejahterakan dan melindungi
rakyatnya ia lakukan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai pemimpin. Pertolongan Tuhan
dan kerja keras Uzia telah menjadikan bangsa Yehuda termasyur, hingga bangsanya dikenal
oleh bangsa-bangsa lain. Namun, kemasyuran dan nama besar rupanya dapat membuat
seseorang terlena. Ada pepatah mengatakan semakin tinggi sebuah pohon menjulang,
semakin kencang angin yang menerpanya. Rupanya ini juga yang dialami Uzia. Ia
mengawali kepemimpinan dengan sangat baik. Ia hidup setia di hadapan Allah dan Allah
memberkatinya dengan berbagai kemajuan dan kemenangan yang dialaminya. Tetapi ketika
namanya menjadi besar, ia mulai tergoda untuk melampaui kewenangan yang dimilikinya.
Dalam kisah II Tawarikh 26:16-21 kita dapat menyaksikan bagaimana Uzia telah
melakukan apa yang Tuhan larang. Kekudusan merupakan hal yang tak boleh dilanggar,
bahkan oleh seorang raja sekalipun. Uzia telah melanggar kekudusan yang seharusnya ia
hormati. Ia telah memasuki Bait Tuhan dan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran
ukupan, di mana hanya imam yang seharusnya dapat melakukan. Para imam pun kemudian
menegur Uzia, sebab ia telah melakukan perbuatan di luar tanggung jawabnya. Namun
bukannya mengakui kesalahannya, ia justru marah dan tetap melakukan apa yang ia
kehendaki. Teguran para imam tak digubrisnya. Allah kemudian menegur Uzia dengan
penyakit kusta yang harus dideritanya. Seluruh imam menyaksikan bahwa di dahi Uzia
terdapat kusta sebagai akibat perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena penyakitnya ia
menjadi terkucil, bahkan Alkitab memberi kesaksian bahwa penyakit itu tidak pernah
sembuh sampai pada hari kematiannya. Uzia gagal untuk berlaku setia dan mengabaikan
apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya. Ia pernah hidup setia, namun gagal
untuk mempertahankannya. Kitab Tawarikh mengingatkan kita pentingnya hidup setia di
hadapan Allah dan menaruh perhatian pada bagaimana ibadah yang benar itu dilakukan.
Setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Lakukanlah itu dengan benar
menurut peran yang Allah berikan kepada masing-masing orang.

Relevansi
Remaja
Setia dalam melakukan tanggung jawab memang terkadang sulit untuk dilakukan.
Meskipun sulit bukan berarti tidak bisa. Berbagai godaan kadang membuat kita tak setia
untuk melakukan tanggung jawab dengan baik. Godaan seringkali juga membuat kita lari
dari tanggung jawab. Sebagai pelajar kita kerap kali dihadapkan dengan pilihan untuk
melakukan tanggung jawab atau melakukan hal yang kita inginkan. Tanggung jawab belajar
seringkali teralihkan oleh hal-hal yang mengganggu fokus kita untuk belajar. Kita perlu
mengingat apa tanggung jawab utama kita. Komitmen yang kuat serta konsisten
melakukannya membuat kita tetap melakukan tanggung jawab utama kita dengan baik.
Di samping tanggung jawab dalam hal belajar, mungkin masih banyak tanggung
jawab kita yang lain. Pelayanan di gereja misalnya. Jika kita diberi kesempatan untuk
melayani, apapun peran kita, lakukanlah dengan setia dan bertanggung jawab. Sebab
Tuhan senang jika kita mau setia dan bertanggung jawab terhadap pelayanan yang Tuhan
percayakan kepada kita.

Pemuda
Seiring dengan usia kita yang terus bertambah, maka tanggung jawab yang kita
miliki juga akan terus bertambah. Tanggung jawab bukanlah sebuah beban. Tanggung
jawab adalah sebuah kepercayaan yang perlu kita kerjakan dengan rasa syukur. Tanggung
jawab di tempat kerja, dunia pelayanan, keluarga bahkan juga di masyarakat, yang mungkin
saat ini sedang kita jalani. Memang tidak mudah mengatur dan mengerjakan setiap
tanggung jawab yang kita miliki. Ada saja godaan yang membuat kita melalaikan tanggung
jawab yang kita. Namun percayalah ketika memiliki komitmen yang kuat serta bersandar
kepada Tuhan, maka kita dimampukan untuk menyelesaikannya. Ikut sertakan Tuhan dalam
setiap tanggung jawab yang sedang dikerjakan. Dan, syukurilah setiap tanggung jawab
yang dimiliki. Seperti Tuhan memberkati Uzia ketika ia hidup setia, Tuhan juga akan
membuat setiap usahamu berhasil.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa saja tanggung jawab yang saat ini sedang kamu emban?
2. Tantangan apa saja yang kamu hadapi dalam menjalankan tanggung jawabmu?
Bagaimana kamu mengatasinya!

Pemuda
1. Godaan apa saja yang seringkali kamu hadapi ketika hendak melakukan tanggung
jawabmu?
2. Mengapa kita perlu setia dalam melakukan tanggung jawab kita?

Daftar Acuan
Lasor, W.S. 2008. Pengantar perjanjian lama 1: Taurat dan sejarah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
www.sabda.org.https://alkitab.sabda.org/advanced.php?search=uzia&dict=on&content=y
es (diakses pada 23 Februari 2022)

[LSB]
MELAWAN ARUS
JUNI III
Roma 12:2

Pengantar
“Sok suci kamu!” Demikian ucapan seseorang teman kepada temannya lain ketika
ia justru mencoba melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam pergaulan remaja
ungkapan di atas seringkali membuat seorang remaja justru takut ketika ia melakukan hal
yang benar. Berkata benar atau bertindak benar terkadang justru mendapat penolakan.
Dijauhi oleh teman karena melakukan hal yang baik seringkali sulit dihadapi oleh remaja.
Masa remaja adalah masa di mana kita amat membutuhkan penerimaan dari orang lain.
Menjadi terasing bagi seorang remaja adalah situasi yang sangat tidak menyenangkan.
Tetapi jika benar-benar kita renungkan, apakah seorang sahabat yang baik justru menolak
ketika sahabatnya melakukan hal yang benar? Tentu saja tidak, sahabat yang baik justru
senang bahkan memberi dukungan ketika sahabatnya melakukan kebaikan. Teman sejati
adalah teman yang justru seharusnya memberi pengaruh baik kepada kita.
Melalui pembacaan kali ini, pemuda remaja diajak untuk dapat membedakan mana
yang baik, apa yang menjadi kehendak Allah. Melakukan kehendak Allah terkadang memang
menemukan tantangan, tetapi itu tidak berarti membuat kita undur untuk melakukannya.
Dunia dalam gambaran kitab Roma adalah dunia yang telah dicemari oleh dosa, sehingga
setiap orang percaya dipanggil untuk tidak hidup serupa dengan dunia, melaikan hidup
menurut yg berkenan di hadapan Allah. Tuhan akan menolong setiap orang yang berpegang
pada kehendak-Nya agar dapat melawan arus dunia yang terkadang dapat menyesatkan.

Penjelasan Teks
Surat Roma adalah surat yang paling panjang yang ditulis oleh Paulus. Paulus
menulis surat Roma dalam rangka pelayanannya kepada orang bukan Yahudi, sebab
sebagian besar jemaat di Roma bukanlah keturunan Yahudi. Roma sebagai kota pusat
administrasi dan politik menjadi kota yang cukup penting dan banyak dikunjungi orang dari
berbagai penjuru dunia. Roma dapat diibaratkan seperti sebuah wadah besar yang
menampung apapun di dalamnya, entah itu baik ataupun buruk. Sebagai jemaat Kristen
yang tumbuh di sebuah kota besar dengan kehidupan peradaban yang maju dan beragam,
jemaat Kristen di kota Roma menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Dalam rangka ini
pulalah kemudian Paulus menulis surat kepada jemaat Tuhan di kota Roma. Paulus sendiri
belum pernah ke kota Roma ketika ia menulis suratnya. Namun ia mendengar kabar tentang
kehidupan beriman jemaat Tuhan di Roma melalui kesaksian orang-orang yang ia jumpai
(Rm. 1:8). Paulus sesungguhnya ingin sekali menjumpai jemaat Tuhan di kota Roma, namun
niatnya ini masih terus terhalang oleh berbagai kendala (Rm. 15:22). G. Bornkamm, seorang
ahli Perjanjian Baru mengatakan bahwa sesungguhnya Paulus tidak tahu persis tentang
persoalan-persoalan apa saja yang dihadapi oleh jemaat Tuhan di kota Roma. Bahkan
Barclay lebih melihat surat Paulus ini lebih sebagai “prophylactic” atau surat pencegahan.
Mencegah agar jemaat Tuhan tidak larut dalam kehidupan dunia yang menjauhkan mereka
dari Tuhan. Paulus ingin membangun dasar iman jemaat yang kokoh, agar dapat mengatasi
berbagai pengaruh, baik berupa ajaran maupun gaya hidup yang tidak sesuai dengan Injil.
Mengingat jemaat Tuhan di kota Roma baru bertumbuh dan hidup di tengah kota metropolis
yang mungkin saja berjumpa dengan nilai-nilai dan perilaku hidup yang bisa saja
bertentangan dengan Injil. Sehingga dasar iman yang kuat yang hendak dibangun oleh
Paulus diharapkan dapat menolong jemaat Roma untuk tetap berpegang teguh pada iman
Kristen yang benar.
Jika dilihat secara utuh, surat Roma merupakan wasiat Paulus kepada jemaat yang
dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang benar di hadapan Tuhan. Secara ringkas
Roma pasal 1-11 berisi tentang pembenaran hidup manusia dalam Roh. Sedangkan Roma
pasal 12-15 berisi tentang iman Kristen yang mendasari perilaku baik setiap orang percaya.
Secara khusus Roma 12, sebagai bacaan pada saat ini, berisi tentang bagaimana setiap
orang percaya dipanggil untuk mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang
hidup yang berkenan di hadapan Allah. Kekristenan mengundang setiap umat Tuhan untuk
hidup dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Injil, sebab itulah ibadah yang sejati. Umat
juga diajak untuk berani menegaskan dirinya, bahwa ia berbeda dengan dunia. Seperti yang
ditegaskan Paulus “Janganlah kamu serupa dengan dunia”. Pernyataan ini diungkapkan oleh
Paulus untuk menunjukkan bahwa dunia di sekitar kehidupan mereka seringkali memberi
pengaruh buruk bagi mereka. Hidup menurut keinginan daging yang kerap kali mereka
jumpai dalam kehidupan masyarakat di kota Roma, bisa saja cepat atau lambat akan
mempengaruhi gaya hidup mereka. Keinginan daging yang dicontohkan dalam Galatia 5:19-
21 seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kemabukan, pesta pora dan sebagainya adalah perilaku hidup
yang semestinya dapat dihindari oleh umat Tuhan di Roma. Kenyataan dunia yang telah
dicemari dosa, tidak harus membuat umat Tuhan menjauhi dunia. Umat Tuhan harus tetap
berada dan berbaur dengan dunia, tetapi kehidupannya tidak boleh serupa dengan dunia.
Dengan demikian, kehadiran jemaat Roma di tengah-tengah kehidupannya dapat mewarnai
kehidupan di sekitarnya, yaitu kehidupan yang bukan dikuasai keinginan daging tetapi
kehidupan yang dipimpin oleh Roh.

Relevansi
Remaja
Usia remaja adalah usia di mana seseorang sedang belajar membangun relasi dalam
pergaulan yang mereka alami. Secara tak sadar, relasi yang terbangun dapat berdampak
positif maupun negatif. Untuk dapat membedakan relasi yang positif dan negatif dalam
sebuah pergaulan, seorang remaja mesti memiliki pondasi yang kuat dalam imannya. Paulus
mengingatkan hiduplah menurut pembaharuan budimu. Kata yang digunakan dalam bahasa
Yunani untuk budi adalah nous, yang juga berarti kebijaksanaan. Sehingga kata nous ini
mengingatkan kita untuk dapat secara bijaksana membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Dengan kata lain pembaharuan budi akan memimpin kita juga untuk
membangun relasi yang positif dalam pergaulan kita. Ketika arus dunia atau pergaulan kita
menjauhkan kita dari Tuhan, kita diingatkan untuk secara bijaksana tidak larut dalam
pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin akan menggoda kita. Sebaliknya, kita harus
mampu melawan arus itu dengan tetap hidup di bawah bimbingan Roh Tuhan.

Pemuda
Dunia kaum muda seringkali dihadapkan dengan dunia yang menawarkan beragam
kesenangan. Tentu tidak ada yang salah dengan mencari kesenangan. Namun kita perlu
hati-hati ketika orientasi hidup kita hanya untuk mencari kesenangan belaka, apalagi
kesenangan itu hanya menyenangkan tubuh dan diri kita saja. Dunia tempat kita hidup
begitu banyak menawarkan kesenangan. Kesenangan yang ditawarkan seringkali secara tak
sadar menuntun kita untuk menjauh dari Tuhan. Nasihat Paulus untuk hidup tak serupa
dengan dunia adalah nasihat yang tepat ketika kita mulai tergoda oleh berbagai kesenangan
yang ditawarkan oleh dunia. Paulus mengingatkan agar kita hidup menurut pembaharuan
budi, sehingga kita dimampukan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik. Mana yang berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang tidak. Dengan demikian kita
tidak mudah diombang-ambingkan arus dunia yang seringkali menjauhkan kita dari Tuhan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Tantangan terbesar apa yang kamu hadapi ketika mencoba hidup tak serupa
dengan dunia?
2. Ceritakan pengalamanmu, ketika kamu digoda untuk melakukan hal yang Tuhan
larang! Bagaimana sikapmu!

Pemuda
1. Pernahkah kamu mengalami ketika kamu mencari kesenangan justru kamu hidup
jauh dari Tuhan? Ceritakan pengalamanmu!
2. Apa yang perlu kita lakukan agar kita dapat membedakan mana yang baik dan yang
mana tidak baik?

Daftar Acuan
Barclay, William 2011. Pemahaman Alkitab setiap hari: Surat Roma. Jakarta: BPK
Gunung
Mulia.
Bornkamm, Gunther.1972. Paul. New York: Hodder and Stoughton inc.
https://alkitab.sabda.org/strong.php?id=3563 (diakses pada 23 Februari 2022)

[LSB]
KEBAIKAN YANG
JUNI IV TAK PERNAH HABIS
Efesus 4:1-6

Pengantar
Jangan menilai buku dari sampulnya! Ungkapan ini sangat pas untuk
menggambarkan penampilan Mark Bustos yang sangar, namun berhati lembut. Mark adalah
seorang penata rambut dari New York yang menghabiskan akhir pekannya dengan memberi
layanan potong rambut gratis bagi para tunawisma. Kisahnya pun menjadi perbincangan
hangat di dunia maya, ketika semua orang begitu tersentuh dengan kebaikan hatinya. Mark
yang bekerja di sebuah salon kelas atas mengisi waktu luangnya di hari Minggu dengan
berkeliling kota untuk mencari para tunawisma yang membutuhkan bantuannya. Kisah
inspiratif ini tidak berhenti pada aksi Mark, sebab orang-orang yang melihat dan tersentuh
hatinya juga kemudian mulai melakukan sesuatu untuk orang lain. Masing-masing
melakukan sesuai kemampuan yang dimilikinya. Disinilah kita melihat bahwa satu kebaikan
akan melahirkan kebaikan lainnya, sehingga kebaikan itu tak akan pernah habis.

Penjelasan Teks
Surat Efesus 4 yang kita baca memperlihatkan natur atau keadaan dasariah orang
percaya yang dipilih dan dipersatukan untuk memenuhi panggilan Allah yakni menyatakan
kasih bagi sesama. Rasul Paulus sebagai bapa rohani dari jemaat-jemaat yang dilayaninya
selalu mengingatkan, bahkan ketika Paulus berada dalam penjara. Orang menjadi percaya
bukan karena paksaan, karenanya dalam menjalani kehidupan sebagai pengikut Yesus harus
selalu memiliki kesadaran untuk hidup menurut panggilan Allah.
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah
kasihmu dalam hal saling membantu” (ay. 2). Ini merupakan wujud kasih yang dapat
dilakukan oleh pengikut Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah untuk
selalu rendah hati, lembah lembut, sabar dan membantu orang lain. Kadang perbuatan kita
dinilai negatif dan kebaikan kita malah berujung kebencian. Janganlah berhenti melakukan
kebaikan, karena kita tidak melakukannya sendiri.
Disinilah kita diingatkan tentang keistimewaan sebagai komunitas Kristen, yang
disebut sebagai tubuh Kristus. Jika kita melakukan sendiri maka kita akan mudah lelah atau
bosan, dan akhirnya kebaikan itu akan berhenti. Tuhan memanggil dan mempersatukan kita
agar kita berjalan bersama dan menyatukan kekuatan kita. Kita bisa bukan karena hebat,
tetapi karena kita selalu melakukannya dalam kebersamaan. Itulah makna menjadi Gereja.
Setiap anggotanya memiliki panggilan untuk berbuat sesuatu sesuai talenta dan
kemampuan yang dimilikinya. Semua ada dalam kesadaran bahwa kita saling membutuhkan
dan kita harus saling menopang.
Sebab kebersamaan itu penting dalam mewujudkan Gereja yang berbela rasa dan
komunitas Kristen yang melakukan kebaikan yang tak pernah habis, maka terlebih dahulu
kita harus merawat kesatuan dalam persekutuan orang percaya. Firman Tuhan hari ini juga
mengingatkan bahwa kita dipersatukan oleh Roh Kudus, satu dalam iman dan baptisan.
Seperti halnya kesatuan dalam Trinitas: Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus; kesatuan dalam
persekutuan tubuh Kristus tak dapat dipisahkan karena memiliki ikatan yang lebih kuat
bahkan dari ikatan karena hubungan darah atau kekeluargaan. Kesatuan inilah yang
memampukan kita semua sebagai pengikut Kristus untuk terus melayani dan berkarya
menyatakan kasih dalam kehidupan di dunia.

Relevansi
Remaja
Teman-teman remaja cenderung memiliki suasana hati yang mudah berubah.
Awalnya bahagia, mendadak marah, dan berubah sedih. Demikianpun dalam menyikapi
segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka. Seorang remaja bisa cepat merasa simpatik
atas suatu keadaan, tetapi bisa tiba-tiba juga kehilangan ketertarikan karena merasa
kecewa. Secara spontan mereka bisa berbuat satu kebaikan, misalnya menolong teman,
memberi pada orang di jalan, dan lain sebagainya. Akan tetapi bisa berhenti tiba-tiba,
karena bosan atau teralihkan perhatian mereka pada hal lain yang dinilai lebih penting.
Firman Tuhan hari ini penting guna menanamkan komitmen dan konsistensi pada
diri remaja untuk memenuhi panggilan Tuhan dalam menyatakan kasih bagi sesama.
Persekutuan remaja di gereja bisa menjadi komunitas yang sangat solid. Teman-teman
remaja perlu menyadari bahwa keberadaan mereka sangat diperlukan dan mereka harus
senantiasa memelihara kesatuan untuk bisa mengerjakan sebuah karya pelayanan bersama.
Setiap remaja kita yakini diberkati Tuhan dengan banyak talenta dan kemampuan yang
dapat dipergunakan untuk menyatakan kebaikan bagi sesama.

Pemuda
Pemuda seringkali kehilangan peran karena mereka tidak menerima informasi yang
jelas dan cukup meyakinkan untuk bertindak. Mereka mulai memperhitungkan segalanya,
baik waktu, tenaga, dan materi. Kadang dalam kehidupan sosial mereka menjadi pribadi
yang peduli, tetapi dalam persekutuan di gereja mereka seakan tidak mau tahu. Disinilah
tantangan yang kita hadapi, yakni bagaimana gereja menjadi tempat yang bukan hanya
memberi kenyamanan bagi orang dewasa tetapi juga dapat memberi ruang bagi pemuda
untuk turut berpikir dan mengambil peran dalam menjalankan misi gereja.
Dewasa ini banyak gereja yang menawarkan model ibadah dan program yang
menarik bagi orang muda. Akan tetapi, kita harus mengajak generasi muda berpikir kritis
tentang makna gereja yang lebih dalam dari sekadar tempat untuk beribadah dan mendapat
kepuasan secara spiritual. Gereja adalah rumah kita, orang-orang di dalamnya adalah
bagian dari keluarga. Peran pemuda jelas bukan hanya sebagai penghadir ibadah,
melainkan bagaimana menunjukkan kontribusi sesuai bidang bakat, keahlian, dan profesi
yang ditekuni dalam rangka menjangkau sesama dan lingkungan dengan segala kebaikan
yang bisa diberikan oleh gereja secara konsisten.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Ceritakan pengalaman remaja ketika bisa melakukan suatu kebaikan bagi sesama?
2. Kegiatan positif apakah yang bisa dirancang bersama remaja gereja untuk
menunjukkan kasih serta kepedulian bagi teman-teman sebaya yang tidak memiliki
kesempatan sebaik kita, misalnya hidup tanpa orangtua, putus sekolah atau kondisi
lainnya?

Pemuda
1. Menurut saudara bagaimana kita dapat selalu berbuat baik, tanpa merasa rugi,
bosan atau lelah, pada teman kuliah atau teman kerja yang cuek atau bersikap
masa bodoh dengan hidupnya?
2. Apa yang akan sahabat muda lakukan kepada orang yang menerima bantuan kita,
ternyata dia memiliki lebih dari yang kita punya?

[EM]
JULI I
BELAJAR MENDERITA
Roma 5:1-11

Pengantar
Film berjudul “127 Hours” menceritakan kisah nyata tentang Aron Ralston, seorang
pendaki gunung dan petualang, mulai mendaki di Taman Nasional Canyonlands, Utah.
Ketika berjalan melalui ngarai sempit di Blue John Canyon, ia tergelincir dan jatuh.
Bersamaan dengan itu, jatuhlah sebuah batu besar yang menjepit pergelangan tangan
kanannya di dinding. Ia terjebak dan mencoba meminta pertolongan namun ia menyadari
bahwa ia sendirian. Beberapa hari setelah terjebak, dengan kesadaran yang mulai berkurang
karena dehidrasi, Aron mulai mengikat lengannya untuk menghentikan aliran darah dan
dengan pisau sakunya kemudian mengamputasi lengannya secara perlahan dan berhasil.
Ini merupakan pilihan yang sangat menyakitkan, namun menjadi peluang terakhir bagi Aron
untuk menyelamatkan dirinya. Dari banyak pesan yang ingin disampaikan dalam film
tersebut, satu makna yang kita akan renungkan lebih dalam bahwa terkadang kita harus
belajar menderita untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dalam hidup kita.

Penjelasan Teks
Roma 5 berisi pengajaran Paulus mengenai iman Kristiani yaitu bagaimana kita
memaknai dan menjalani hidup beriman yang benar seturut kehendak Tuhan. Ada
pemahaman yang melemahkan orang percaya pada saat itu. Ketika iman pada Kristus
berhadapan dengan iman kepada ilah lain, orang-orang Kristen baru di Roma harus memiliki
dasar keyakinan yang benar agar tidak menjadi kecewa. Para penyembah dewa-dewi
memberi tawaran yang menarik tentang kejayaan dan kesejahteraan. Tawaran itu
mempengaruhi motivasi orang-orang yang baru percaya dan mengikut Yesus. Mereka
menghendaki agar kejayaan, kesejahteraan dan hidup yang terbebas dari segala persoalan
juga akan mereka terima sebagai hadiah dalam mengikut Yesus.
Sehubungan dengan adanya pemahaman yang salah dalam diri komunitas Kristen
di Roma, maka Paulus menegaskan dua pokok penghayatan iman Kristiani yang benar.
Pertama, iman Kristiani tidak ditentukan oleh hati dan pikiran manusia, melainkan ketetapan
Allah. Kita percaya karena Tuhan yang memilih kita. Tuhan membenarkan hidup kita,
semata-mata karena kasih karunia-Nya, agar kelak kita menerima kemuliaan bersama Allah,
dalam kehidupan kekal di Kerajaan-Nya (ayat 1-2). Kita tidak boleh terpaku pada kehidupan
dunia dan ukuran kesuksesan atau kebahagiaan yang diyakini oleh mereka yang masih
hidup dalam kegelapan. Iman pada Kristus membawa kita melampaui semua kejayaan dan
kesejahteraan dunia yang sementara, sebab tujuan kita adalah kebahagiaan yang sejati
dalam hidup yang kekal bersama Allah.
Kedua, iman Kristiani menuntun kita untuk dapat menerima dan memaknai berbagai
pengalaman hidup, baik suka maupun duka, susah atau senang. Firman Tuhan berkata:
“Kita malah bermegah dalam kesengsaraan, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan” (ayat 3-4). Alih-alih menjauhi penderitaan, kita justru diajak untuk belajar
menerima dan mengalami penderitaan. Memang tidak mudah, tetapi kita tidak bisa
menolak. Kristus sudah lebih dulu menderita, bahkan menanggung penderitaan yang paling
berat yang seharusnya kita terima. Belajar menderita adalah bagian dari perjalanan iman
kita yang kita terima dengan sabar, tulus, dan dalam ketekunan. Karena itulah kasih Tuhan
menjadi tumpuan kita, agar kita beroleh pengharapan. Tanpa pengharapan tentunya
penderitaan yang kita alami akan menjadi sia-sia.

Relevansi
Remaja
Remaja sangat selektif terhadap segala hal yang mereka terima. Namun demikian,
pilihan remaja lebih kepada rasa suka dan apa yang mereka anggap baik secara subjektif,
bukan berdasarkan pertimbangan dan penilaian yang matang. Pilihan mereka sangat
ditentukan oleh pilihan teman atau apa yang sedang menjadi trend saat itu. Prinsip “kalau
ada yang mudah mengapa pilih yang susah,” atau “kalau bisa cepat mengapa harus lama,”
menjadi ukuran dalam mereka mengambil keputusan. Oleh karena prinsip dan cara berpikir
itulah banyak yang akhirnya jatuh pada penyesalan.
Firman Tuhan hari ini mengajak remaja untuk lebih dewasa dalam menentukan
pilihan atau mengambil sebuah keputusan, baik berkenaan dengan perkara hidup sehari-
hari, terlebih masalah iman dan keyakinan mereka. Nasihat dan ajakan Firman Tuhan, untuk
“belajar menderita” sangat relevan dan perlu dipahami oleh remaja. Bagaimana mereka
belajar melihat, menilai, dan memilih dengan keyakinan bahwa jalan mudah dan cepat tidak
selalu membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan bahwa ketika kita
harus berjuang lebih panjang dan mengalami beberapa penderitaan, hasil yang kita peroleh
tidak akan mengecewakan.

Pemuda
Pemuda lebih siap melewati jalan yang sulit karena sedikit banyak sudah
bersentuhan dengan perjuangan dan penderitaan dalam hidup. Mereka memiliki
pertimbangan yang lebih matang dan menyadari bahwa ada konsekuensi atas setiap pilihan
dan keputusan dalam hidup. Satu hal yang bisa menjadi rintangan adalah cara berpikir logis
yang tidak selamanya bisa dipakai dalam menyikapi peristiwa dan pengalaman iman yang
muncul di depan mata.
Sahabat muda dapat memaknai firman Tuhan hari ini dengan menambahkan
kepekaan iman untuk mendampingi pertimbangan logika dalam menyikapi pengalaman
hidup. Ketika berjumpa dengan kegagalan atau kenyataan hidup yang bertolak belakang
dari apa yang diharapkan, pikiran kita akan menolak atau mencari penyebab logisnya. Bila
tidak ditemukan, bisa jadi sahabat muda terjebak dalam sikap menyalahkan atau
meng”kambing-hitam”kan keadaan atau orang lain.
Dengan kepekaan iman kita mampu melihat kesimpulan yang sama sekali berbeda.
Kita memiliki keyakinan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan
kebaikan (Roma 8:28). Memang perlu ketabahan dan ketekunan untuk melewati prosesnya.
Tetapi Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa proses yang kita jalani, termasuk melewati
jalan penderitaan, adalah anak tangga yang akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih
baik lagi. Kegagalan dalam karier, menjalin relasi, dan lain sebagainya tidak lagi dipandang
sebagai musuh yang harus dilawan dan dihindari. Semua lika-liku hidup hanyalah bagian
dari cara kita belajar ikut menderita bersama Kristus, menuju anugerah kehidupan yang
tidak pernah kita duga dan pikirkan sebelumnya.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Kesukaran apa yang selama ini remaja hindari dan ketika disadari ternyata sikap
menghindar itu telah menghilangkan banyak kesempatan untuk mengalami suatu
hasil yang berharga?
2. Kiat apa yang bisa remaja bagikan kepada orang di sekeliling untuk dapat bertahan
dalam perjuangan hidup yang sedang dilakukan?

Pemuda
1. Bagaimana saudara menilai diri saudara saat ini berkenaan dengan kesiapan untuk
menerima penderitaan yang dialami sebagai pengikut Yesus?
2. Apakah yang saudara bisa usulkan dalam komunitas pemuda di gereja agar
bersama bertumbuh menjadi pribadi yang tahan uji dalam menghadapi berbagai
rintangan dan kemungkinan untuk mengalami kegagalan?

[EM]
MENGHADAPI KETAKUTAN
JULI II BERSAMA ALLAH
Markus 6:45-53

Pengantar
Rasa takut adalah satu dari berbagai jenis emosi yang ada dalam diri manusia, dan
bagian otak yang paling banyak peranan untuk memroses rasa takut ini disebut amigdala.
Saat seseorang dihadapkan dengan sesuatu yang membuat ia takut, amigdala akan
membuat sistem saraf mengirimkan rangsangan ke area otak yang lain untuk waspada.
Area-area otak ini akan bekerjasama untuk memulai respon “hadapi atau lari”. Jadi, merasa
takut itu terjadi secara alami dalam diri kita, manusiawi, dan tidak menjadi pilihan untuk
menjadi takut atau tidak takut, yang menjadi pilihan adalah bagaimana cara kita
menghadapi ketakutan tersebut.
Faktor yang menyebabkan perasaan takut datang dalam diri seseorang akan
berbeda dengan yang lain, artinya setiap orang punya ketakutannya masing-masing. Faktor
yang menjadikan kita sama sebagai saudara seiman, sepersekutuan, adalah satu Pribadi
Agung yang tidak pernah meninggalkan kita saat menghadapi beragam bentuk ketakutan.

Penjelasan Teks
Markus 6 : 45-53 adalah kisah yang dirangkaikan dengan kisah Tuhan Yesus
memberi makan lima ribu orang. Jika kita melihat kembali ke awal kisah Yesus memberi
makan lima ribu orang, sebenarnya Tuhan Yesus dan para murid pergi ke tempat itu untuk
beristirahat, namun orang banyak telah melihat mereka dan mendahului rombongan Yesus
dan para murid dengan melalui jalan darat sementara Tuhan Yesus dan para murid menaiki
perahu. Setelah peristiwa memberi makan lima ribu orang itu, Yesus menyuruh orang
banyak itu pulang dan menyuruh para murid untuk naik perahu dan berangkat lebih dulu
ke Betsaida, sedangkan Yesus sendiri pergi ke bukit dan berdoa. Ketika hari sudah malam,
para murid sudah ada di tengah danau, dan Yesus sendirian di darat. Kondisi alam saat itu
tidak baik, dikatakan ada angin sakal yang membuat para murid kesulitan untuk
mendayung. Angin sakal adalah angin yang bertiup berlawanan dengan arah kapal, karena
arah tiupan angin yang berlawanan dengan arah perahu inilah maka para murid kesulitan
untuk mendayung dan membuat perahunya bergerak. Melihat kesulitan para murid, maka
Tuhan Yesus pun menghampiri mereka dengan berjalan di atas air, sedang para murid
mengira bahwa Yesus itu adalah hantu dan para murid pun berteriak ketakutan. Tuhan
Yesus lalu menegaskan kepada para murid “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”, lalu Tuhan
Yesus naik ke perahu dan berhentilah angin sakal itu. Ketakutan para murid yang
diekspresikan dengan teriakan-teriakan itu menandakan bahwa mereka belum mengenal
betul sosok Yesus, sehingga mereka gagal mengenali Yesus yang berjalan di atas air.
Pada ayat 51 disebutkan bahwa setelah Tuhan Yesus naik ke perahu dan angin
reda, mereka sangat tercengang dan bingung. Tidak disampaikan secara jelas mengapa
para murid tercengang, apakah mereka tercengang karena Tuhan Yesus yang berjalan di
atas air atau karena ketika Tuhan Yesus naik ke atas perahu angin itu menjadi reda. Ayat
52 berbunyi “sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka
tetap degil.” Peristiwa roti yang dimaksud di sini sepertinya adalah peristiwa Yesus memberi
makan lima ribu orang dengan 5 roti dan dua ikan, dan masih tersisa lagi dua belas
keranjang. Artinya para murid terheran-heran atas semua mukjizat yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus ketika itu, baru saja mereka mencoba memahami apa yang terjadi saat Tuhan
Yesus memberi makan lima ribu orang, mereka sudah mendapati Yesus melakukan mukjizat
lainnya di hadapan mereka. Potongan kalimat terakhir dalam ayat 52 mengatakan bahwa
hati para murid tetap degil. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), degil artinya
keras kepala, tidak dapat dinasihati. Ayat 52 menggambarkan kualitas iman para murid saat
itu meskipun mereka sudah melihat begitu banyak mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus, bahkan sebelumnya dikatakan bahwa Tuhan Yesus telah mengaruniakan mereka
kuasa atas roh jahat sebelum mereka diutus berdua-dua (Mrk. 6:7), namun mereka masih
belum sepenuhnya percaya kepada Yesus. Bahkan, kedegilan hati para murid ini dicela oleh
Tuhan Yesus saat Ia telah bangkit dari kematian dan menampakkan diri kepada para murid
(Mrk. 16:14).
Penekanan keterangan tentang kedegilan hati para murid dalam perikop ini
memberikan maksud dan pesan dari perikop ini kepada orang percaya untuk tetap percaya
kepada Tuhan dalam menghadapi ketakutan apapun. Percayalah bahwa Ia beserta dengan
kita di dalam setiap situasi. Pengenalan kita akan Tuhan diharapkan dapat membawa kita
pada ketenangan dalam menghadapi setiap ketakutan dalam hidup.

Relevansi
Remaja
Masa remaja adalah masa yang dikenal dengan masa pencarian jati diri, pada masa-
masa inilah anak-anak seringkali justru menantang diri mereka untuk dapat mengatasi
ketakutan-ketakutan mereka. Banyak hal yang dianggap berbahaya dan menakutkan justru
dijadikan challenge sebagai ajang seru-seruan dan bukti eksistensi diri mereka. Pada tahap
ini ketakutan sebenarnya tetap ada dalam diri remaja, namun pilihan mereka untuk
mengatasi rasa takut mereka lebih pada mengandalkan kekuatan dan upaya mereka sendiri.
Meskipun itu mungkin berlaku hanya pada hal-hal yang kecil, namun jika terus dibiarkan
seperti itu maka mereka akan terbiasa untuk mengandalkan kekuatan sendiri saat
menghadapi ketakutan, tanpa mereka sadari bahwa dalam setiap situasi Allah selalu beserta
dengan mereka. Sama seperti Tuhan Yesus yang meskipun berada di daratan, Ia tetap
mengawasi para murid yang berada di danau dan menghampiri mereka saat mereka
menghadapi situasi krisis.
` Kepekaan untuk mengenali bukti-bukti penyertaan Yesus dalam diri remaja haruslah
ditumbuhkan, agar mereka paham betul bahwa meski usia mereka masih remaja, kehidupan
spiritualitas juga perlu mendapat perhatian penting. Ketakutan-ketakutan yang secara alami
hadir dalam diri remaja menghantar remaja pada pilihan untuk meresponi ketakutan
tersebut. Jika remaja tidak memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, maka respon mereka
dalam menghadapi ketakutan itu (baik itu lari atau pun menghadapi ketakutan) akan sangat
jauh dari mengandalkan Tuhan. Akibatnya, mereka bisa salah jalan dan semakin jauh dari
jalan Tuhan, dengan kata lain mereka akan menjadi seperti murid Yesus yang degil hatinya.
Markus 6 : 45-53 mengingatkan remaja agar bisa menyadari peran dan karya Tuhan
dalam sepanjang hidup mereka. Dengan demikian, pada saat mereka diperhadapkan
dengan sumber ketakutan mereka, mereka yakin dan percaya bahwa Tuhan ada beserta
dengan mereka sehingga dapat lebih tenang dalam menghadapi semua ketakutan-
ketakutan. Contohnya, saat mereka diperhadapkan dengan ujian-ujian sekolah, saat mereka
mengalami pertengkaran di sekolah dengan teman, saat mereka menyaksikan orang tuanya
yang kerap kali bertengkar, saat mereka harus melakukan sesuatu hal yang baru, dan lain-
lain. Saat menghadapi itu semua, mereka dapat berserah penuh kepada Tuhan, karena
memang hanya Tuhanlah yang mampu meredakan semua ketakutan-ketakutan itu. Sikap
berserah dan mengandalkan Tuhan akan menolong remaja bersikap lebih tenang
menghadapi semua masalah dalam kehidupannya.

Pemuda
Kedewasaan usia dan kematangan berpikir seorang pemuda seharusnya
membuatnya dapat lebih tenang saat menghadapi ketakutan-ketakutan dalam hidupnya.
Namun, masalahnya adalah semakin dewasa usia seseorang maka permasalahan yang
dihadapi semakin kompleks. Sehingga, sedewasa apapun orang itu, ia tetap harus
menguatkan hatinya untuk dapat tetap berpegang pada Tuhan dan yakin bahwa Tuhan
beserta dengannya.
Luasnya wawasan seorang muda dapat membawa dampak positif tapi juga
sekaligus membawa dampak negatif. Semakin luas wawasan seseorang biasanya membuat
orang tersebut akan menjadi semakin logis, sedangkan iman tidak dapat dinalar dengan
logika, sehingga seringkali orang-orang di usia muda ini gagal memahami Tuhan dengan
logikanya. Bahayanya adalah ketika keterbukaan berpikir mereka ini berbenturan dengan
permasalahan hidup yang tak kunjung menemukan titik terangnya. Ditambah lagi dengan
ketakutan-ketakutan yang terus menghantui kehidupan mereka, maka dengan mudahnya
mereka berpaling dari Tuhan. Saat seorang muda tidak juga menemukan jalan keluar dari
masalahnya, beberapa orang mungkin tergelincir pada jurang ketidakpercayaan terhadap
Tuhan. Kemudian, mulai melirik jalan lain yang mungkin bisa jadi jalan keluar dari masalah-
masalahnya yang kompleks. Pada tahap inilah iman percaya seorang muda dipertaruhkan.
Untuk itu, agar dapat tetap on the track, para pemuda membutuhkan lingkungan
yang dapat menjadi alarm saat hati mereka mulai degil. Itulah mengapa persekutuan untuk
pemuda harus bisa menjadi wadah yang mengayomi para pemuda dan harus bisa
menciptakan suasana pergaulan yang menyenangkan di dalam Tuhan. Sehingga, melalui
persekutuan pemuda ini bukti-bukti penyertaan Tuhan bisa lebih nyata terlihat lagi. Dengan
demikian, saat mereka menghadapi ketakutan-ketakutan dalam hidup yang tak kunjung
habis, mereka bisa tetap beriman teguh, bahwa Tuhan ada beserta mereka melalui
perantaraan persekutuan tersebut.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Ketakutan terbesar apakah yang pernah kalian alami dalam hidup?
2. Bagaimana kalian bisa merasakan penyertaan Tuhan saat kalian menghadapi
ketakutan dalam hidup?

Pemuda
1. Ketakutan apa yang dirasa tidak pernah habis atau selalu hadir dalam hidup kalian?
2. Siapakah yang bisa menjadi alarm saat kalian mulai meragukan penyertaan Tuhan
ketika menghadapi ketakutan-ketakutan dalam hidup?
3. Apakah yang sudah diberikan atau dilakukan persekutuan pemuda di gerejamu
dalam membantumu untuk tetap beriman pada Tuhan saat dirimu sedang terpuruk?

[EMC]
DIALAH SANG SUMBER
JULI III HIKMAT
1 Raja-raja 3:16-28

Pengantar
“Mau sekolah di mana?”, “Mau ambil jurusan apa?”, pertanyaan-pertanyaan yang
sederhana seperti itu masih saja sulit untuk dijawab oleh beberapa orang. Apa rasanya
apabila anda diperhadapkan pada beberapa pilihan? Saya secara pribadi paling tidak suka
diperhadapkan dengan pilihan, maka dengan sesegera mungkin saya akan mempersempit
pilihan itu hingga tersisa setidaknya dua pilihan saja. Dalam hidup, kita selalu diperhadapkan
dengan pilihan dan kita harus dapat menentukan keputusan atas pilihan tersebut, kalau
tidak, segala sesuatunya akan menjadi tidak jelas. Keputusan yang kita buat dalam
menentukan pilihan bisa jadi merupakan keputusan tepat yang mendatangkan kepuasan
atau sebaliknya yaitu keputusan yang salah dan mendatangkan penyesalan. Maka, detik-
detik menjelang penentuan keputusan selalu menjadi momen krusial dalam hidup
(seharusnya) karena setiap keputusan kita akan mengarahkan kita pada sesuatu yang akan
terjadi di depannya.
Teks bacaan kita hari ini mengajak kita kembali belajar dari sosok raja Salomo yang
berhikmat dalam menentukan keputusannya. Sejak sekolah minggu, anak-anak, pemuda,
dan remaja sudah diperkenalkan dengan cerita raja Salomo dalam 1 Raja-raja 3 : 16-28 ini.
Namun, untuk penerapan dalam kehidupan mereka saat kecil, cerita ini mungkin tidak
berpengaruh besar karena saat usia sekolah minggu, keputusan-keputusan dalam hidup
masih banyak ditentukan oleh orang tua. Berbeda halnya dengan pemuda dan remaja yang
mulai memiliki kebebasan untuk menentukan banyak keputusan dalam hidupnya. Bacaan
hari ini setidaknya dapat kembali mengingatkan kepada pemuda remaja bagaimana
seharusnya mereka bersikap saat akan menentukan keputusan dalam hidup mereka.

Penjelasan Teks
1 Raja-raja 3:16-28 adalah penggalan kisah dalam hidup Raja Salomo yang sudah
dihafal oleh banyak orang dan kisah yang menjadikan Salomo terkenal akan hikmatnya.
Bagian perikop ini merupakan lanjutan dari perikop yang menceritakan bagaimana Raja
Salomo memohon hikmat kepada Allah dalam mimpinya, bukan kekayaan dan umur panjang
yang diminta oleh Raja Salomo melainkan hikmat untuk memutuskan hukum. Maka Allah
pun mengaruniakan hikmat, kekayaan dan kemuliaan, bahkan ditegaskan bahwa tidak ada
seorang pun yang akan seperti Salomo di antara raja-raja.
Seolah untuk mengukuhkan karunia Allah kepada Salomo maka dibuktikanlah
hikmat Salomo melalui kisah dalam 1 Raja-raja 3:16-28 yang menjadi bahan bacaan kita
saat ini. Dikisahkan 2 (dua) orang perempuan sundal datang menghadap pada Salomo dan
berebut seorang bayi yang masih hidup. Perempuan pertama menceritakan bahwa dia
melahirkan dan tiga hari kemudian perempuan yang lain melahirkan. Kemudian, malam itu
perempuan yang baru melahirkan tanpa sengaja menindih bayinya sampai meninggal dan
kemudian menukarkan bayinya dengan bayi perempuan pertama sementara perempuan ini
tertidur. Keesokan paginya, saat ia hendak menyusui bayinya, didapatinyalah bayinya sudah
tidak bernyawa. Kisah ini tidak memberi penjelasan di akhir tentang siapa sebenarnya ibu
dari bayi tersebut, jadi poin tentang kejujuran bukanlah menjadi sorotan utama dari kisah
ini. Jelas sorotan utamanya adalah tentang bagaimana raja Salomo bisa mencari jalan keluar
dengan jalan yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh raja-raja lainnya.
Perintah raja Salomo untuk membelah bayi itu menjadi dua, agar kedua ibu itu
memiliki bagian dari anak yang masih hidup, tentunya sangatlah kejam. Namun, raja Salomo
sengaja bersikap demikian karena tak sedikit pun ada niatan dirinya untuk membunuh bayi
yang masih hidup itu. Raja Salomo tahu bahwa seorang ibu takkan rela anaknya yang masih
bernyawa dihilangkan nyawanya karena kasus perebutan ini, maka ia akan dapat melihat
manakah ibu yang memiliki kasih yang tulus tersebut. Keputusan raja Salomo untuk
membelah bayi itu diperintahkan secara spontan setelah mendengar keluhan dari dua ibu
tersebut. Tidak butuh waktu yang lama untuk Raja Salomo memutuskan hal tersebut.
Pemahaman Salomo akan kasih seorang ibu dikolaborasikan dengan strateginya yang cerdik
dengan berpura-pura akan membelah bayi tersebut, yang disampaikan secara spontan,
menjadi pembuktian bahwa hikmat Allah ada dalam diri Salomo.
Perikop ini ditutup dengan ayat 28 yang berbunyi “Ketika seluruh orang Israel
mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja,
sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan
keadilan.” Ayat ini memberikan penekanan bahwa hikmat yang dimiliki oleh Raja salomo
justru mendatangkan ketakutan orang Israel kepada raja, mengapa mereka harus takut?
Karena mereka tidak lagi bisa melakukan perbuatan-perbuatan curang dan tipu daya di
hadapan raja, sebab Raja Salomo dengan hikmat yang dari Allah akan dapat menyatakan
kebenaran dan menegakkan keadilan. Jadi, hikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada
Salomo berguna bukan untuk dirinya sendiri, tapi khususnya untuk orang lain. Sejak awal
Salomo meminta hikmat adalah supaya ia dapat memutuskan hukum dengan adil, artinya
hikmat itu ia minta untuk kepentingan orang banyak.

Relevansi
Remaja
Menentukan keputusan penting di usia remaja bukanlah hal yang mudah.
Kemudaan usia seringkali membuat para remaja memutuskan segala sesuatu berdasarkan
keinginan pribadi, atau karena pengaruh lingkungan (terutama teman). Tapi, kita juga tidak
bisa menutup mata bahwa ada cukup banyak remaja yang membuat keputusan penting di
usianya yang muda, yang memperlihatkan bahwa keputusannya ini adalah keputusan yang
berhikmat. Contohnya, Malala Yousafzai. Ia adalah seorang perempuan berkebangsaan
Pakistan. Saat ia berusia 11 tahun, ia menulis di blognya tentang bagaimana kehidupan
mereka di bawah pemerintahan Taliban, bagaimana anak gadis dilarang untuk bersekolah.
Ia terus menjadi aktivis yang memperjuangkan pendidikan untuk anak perempuan, dan di
usianya yang ke-17 tahun ia mendapatkan nobel perdamaian. Usianya baru 11 menuju 12
tahun saat ia mulai menyuarakan pemikirannya, namun usia mudanya tidak menjadi
halangan baginya untuk menjadi pribadi yang berhikmat. Gerakan perjuangan akan
pendidikan yang ia lakukan menjadi berkat untuk banyak orang. Masih banyak contoh
remaja yang menunjukkan bahwa mereka dapat membuat keputusan yang berhikmat di
masa mudanya sehingga dirinya boleh berkarya untuk banyak orang, sebut saja Severn
Cullis Suzuki, Gretta Thunberg, juga Melati dan Isabel Wijsen dari Indonesia, dan lain-lain.
Dari tokoh-tokoh yang memulai aksinya di masa remaja tersebut kita belajar bahwa usia
remaja bukan menjadi halangan bagi kita untuk bisa memutuskan sesuatu yang tepat
dengan memohon hikmat dari Tuhan.
Dari raja Salomo kita belajar bahwa hikmat yang dimohon Salomo kepada Allah
memperlengkapi Salomo untuk dapat membuat keputusan yang tepat dalam menjalankan
fungsinya sebagai raja. Hikmat itu pada akhirnya bisa menjadi berkat kebaikan bagi orang
lain, yaitu kebenaran dan keadilan ditegakkan. Hikmat yang sama dari Allah juga bisa
berlaku bagi remaja sehingga bisa membuat mereka menentukan keputusan yang tepat
dalam hidupnya dan menjadi berkat bagi banyak orang. Catatan penting adalah bahwa
hikmat dari Tuhan datang saat kita memiliki relasi yang baik dan dekat dengan Tuhan.
Bagaimana Salomo dapat bertemu dengan Allah dalam mimpinya, adalah ketika Salomo
memberikan korban persembahan pada Allah, dan malamnya Allah pun menampakkan
dirinya kepada Salomo dalam mimpi. Maka, untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan, remaja
pun diajak untuk terus membangun relasi yang dekat dengan Tuhan.

Pemuda
Banyak sekali keputusan yang harus ditentukan saat usia muda, antara lain: jalan
apa yang hendak ditempuh setelah lulus kuliah, keputusan mencari teman hidup, keputusan
untuk lanjut di sebuah pekerjaan atau harus pindah ke tempat yang lain, keputusan usia
berapa saya akan mengakhiri hidup lajang dan menikah, dan masih banyak lagi.
Raja Salomo saat memohon hikmat dari Tuhan juga masih di usia yang muda yaitu
masa-masa awal ia menjadi Raja. Sejarah diurapinya Salomo menjadi raja diwarnai
persaingan dengan Adonia (anak Daud dari istrinya, Hagit) yang telah lebih dulu
mengangkat dirinya menjadi raja menggantikan Daud. Namun, akhirnya, sesuai janji Daud,
ia pun memanggil Batsyeba (ibu Salomo) untuk menyampaikan bahwa Salomolah yang akan
duduk di takhtanya. Perjuangan Salomo menjadi raja yang diperhadapkan dengan usaha-
usaha penggulingan takhta tersebut membuat Salomo mengutamakan bekal hikmat
dibandingkan umur panjang dan kekayaan. Dengan hikmat itulah ia akan bisa
mempertahankan takhtanya sebagai raja yang diterima oleh bangsa Israel.
Bercermin dari kisah Salomo ini, pemuda dapat belajar bagaimana menempatkan
hikmat Allah sebagai bekal utama dalam perjalanan kehidupannya. Bekal kekayaan akan
habis jika kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. Bekal kemashyuran juga akan hilang
suatu saat jika kita tidak bisa menjaga tingkah laku kita yang dapat terus memashyurkan
diri kita. Tetapi, hikmat Allah membantu kita menentukan segala keputusan penting dalam
hidup kita, sehingga keputusan-keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat dan
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saat kita kalut dan bingung dalam menentukan keputusan seringkali kita mencari
pelarian ke tempat-tempat yang salah, yang tidak dapat memberi jawaban benar dalam
pencarian jawaban itu. Butuh kesadaran iman untuk kita bisa berdoa dan memohon hikmat
Tuhan pada saat-saat yang demikian. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa kita akan
lari pada Tuhan dan memohon hikmat dari-Nya saat kita kalut, kita harus membiasakan diri
untuk terus berjalan menuju Tuhan dalam setiap situasi. Pembiasaan diri itu yang akan
menjaga kita untuk terus berada di jalan yang benar saat kita ada dalam pergumulan
seberat apa pun. Pada akhirnya, kita dapat menentukan keputusan-keputusan yang tepat
berkaitan dengan setiap pergumulan itu berdasarkan hikmat Tuhan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Pernahkah kamu membuat keputusan yang salah dalam hidupmu yang membuat kamu
menyesal, dan kira-kira dulu apa pertimbangannya sehingga kamu mengambil keputusan
tersebut?
2. Menurutmu bagaimana caranya hikmat Tuhan bekerja dalam dirimu untuk memutuskan
sesuatu?
3. Apakah kamu merasa bahwa sekarang dirimu sudah belajar dari kesalahan dan mulai
berhikmat dalam memutuskan sesuatu?

Pemuda
1. Pilihan terbesar apa dalam hidupmu yang sampai sekarang kamu belum berani untuk
mengambil keputusannya?
2. Sejauh apa kamu membawa pilihan-pilihan tersebut dalam doa pribadimu kepada
Tuhan?
3. Bagaimana kamu merasakan hikmat Tuhan telah memperlengkapi kamu dalam
menentukan keputusan-keputusan dalam hidup?

[EMC]
TILIKLAH KETULUSAN
JULI IV HATIMU!
Yohanes 12:1-8

Pengantar
Sebagai negara yang sangat rentan terhadap gempa dan tsunami, Jepang memiliki
sikap yang sangat positif dalam pemberitaan dari sejumlah media yang ada di negara itu.
Hal ini terlihat dari gambar-gambar yang dipilih untuk dimuat dan ditayangkan. Media
Jepang tidak mempertontonkan tangisan dan kesedihan warga untuk mencari keuntungan.
Mereka juga tidak menjual gambar-gambar jenazah bergelimpangan. Yang mereka
beritakan adalah setiap keberhasilan regu penyelamat dan perkembangan kondisi
masyarakat pasca tsunami atau gempa. Mereka akan memberitakan ulasan yang menolong
mereka bangkit dari keterpurukan dan mampu untuk mengantisipasi bencana di masa
depan.
Hal ini sangat berbeda dengan kebanyakan media di tanah air. Bukan hanya media
massa yang sering kali mengorek luka dan kesedihan korban bencana dan korban
kekerasan, tetapi banyak juga acara reality show (pertunjukan kisah nyata) seperti
pencarian bakat, membedah rumah, memberikan bantuan, dan lainnya, justru dengan
sengaja menguras habis air mata untuk keuntungan rating dan ketenaran sebagian orang.
Kisah inspirasi tentang menolong orang lain tentu dibutuhkan, tetapi mengajarkan orang
untuk tulus tanpa sekedar mencari keuntungan di balik air mata juga jauh lebih penting
untuk dipersaksikan. Menjual “tangisan” seperti ini acap kali diikuti oleh berbagai macam
publik figur di media sosial demi mengeruk keuntungan semata.

Penjelasan Teks
“Maria menyeka kaki Yesus dengan minyak wangi,” bisik salah seorang murid
kepada yang lain. “Iya, bukankah itu adalah minyak wangi yang berasal dari India dan
Mesir?” ucap seorang murid yang lain dengan nada hampir tak terdengar. “Betul sekali. Itu
adalah minyak Narwastu yang sangat mahal karena didatangkan dari jauh sekali. Apakah
perempuan ini sudah gila memakai minyak semahal itu?” bisik pula Yudas kepada yang lain.
Pikirnya minyak Narwastu ini sangat mahal, kalau dijual pasti bisa mendatangkan banyak
keuntungan, termasuk dirinya. Dia membayangkan minyak setengah kati itu seharga 300
dinar. Satu dinar adalah upah sehari pekerja. Ini sebuah kerugian besar, lebih baik uang
sebanyak itu untuknya saja, pikirnya.
Tak kuat menahan gelisah, Yudas pun berkata, “Guru, bukankah sangat
disayangkan apabila minyak Narwastu ini dipakai begitu saja? Tidakkah lebih baik itu dijual
seharga 300 dinar, dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin saja? Di luar sana
banyak orang miskin, sementara kita menghabiskannya begitu saja.” Semua seketika
menjadi hening, Maria yang sedari tadi menyekakan kaki Yesus dengan rambutnya yang
halus pun terhenti sejenak. Tidak ada dalam pikirannya untuk memboroskan sesuatu dan
melupakan orang miskin. Sebaliknya, pikirannya dipenuhi rasa syukur karena Yesus telah
menolong keluarganya, membangkitkan Lazarus, mengajar hal-hal yang baik, dan lagi pula
tidak selalu ia bisa berbuat demikian. Maria hanya ingin yang terbaik untuk Yesus dan
memuliakannya.
Yesus memegang pundak Maria, seraya memberi senyum Ia memberi tanda untuk
melanjutkannya. Ia tahu bahwa bukan Marialah yang Yudas Iskariot singgung, melainkan
uang yang ia pikirkan. Ia mengenal betul murid-Nya sendiri. Bukan pula orang-orang miskin
yang ada dalam pikirannya, tetapi keuntunganlah yang ia cari. Dia pun menjawab Yudas
dan memandang murid-murid yang lain dengan menjawab, “Biarkanlah Maria
melakukannya untuk mengingat hari penguburan-Ku. Sebab orang miskin selalu ada
padamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada padamu.”
Murid-murid lain mengangguk sedangkan Yudas berkeringat dingin. Perkataan
Yesus lembut tetapi betul-betul menohok. Bukan karena Yesus tidak peduli dengan orang
miskin, justru perkatan itu menyadarkan para murid bahwa sepanjang kehidupan merekalah
harus memperhatikan orang miskin. Saat bersama Yesus adalah saat penting untuk
memuliakan-Nya sebagai Tuhan dan Guru yang Agung. Kalau memang mau memperhatikan
orang miskin, tidak perlu kita mengambil dari apa yang dipersembahkan orang lain pada
Yesus, tetapi dari diri sendirilah yang diperlukan untuk diberikan.
Kita bisa melihat bahwa Maria begitu tulus memberikan cintanya kepada Yesus
tanpa memperhitungkan harga. Cinta yang memuliakan Yesus sebelum penguburan-Nya.
Minyak Narwastu dan rambut sebagai mahkota tidak berarti apa-apa dibanding dengan
kasih yang Yesus nyatakan bagi hidupnya dan banyak orang di luar sana. Tindakan Maria
adalah sebuah penghargaan yang tinggi sekali kepada Yesus dengan segala ketulusan.
Sebaliknya, Yudas Iskariot mendasarkan kehidupannya pada dirinya sendiri. Injil Yohanes
mencatat ia sebagai koruptor. Hatinya penuh dengan keserakahan dan ia tidak benar-benar
memperhatikan orang miskin. Simpati yang disampaikan pada orang miskin hanyalah
kepura-puraan belaka.

Relevansi
Remaja
Tindakan Maria adalah teladan yang dikehendaki Allah bagi remaja. Ia memberi
dengan tulus dan penuh penghargaan, tidak seperti Yudas yang hanya berkedok kepedulian
terhadap orang miskin. Sebagai remaja, kita perlu untuk memiliki ketulusan dalam menolong
dan memberi kepada sesama. Ketika kita membantu guru dalam membersihkan papan tulis,
membawakan bukunya, atau merapikan perlengkapan praktikum bukanlah semata-mata
karena ingin dilihat dan dianak-emaskan.
Ketika mungkin di jalan atau di lingkungan sekolah kita melihat sampah tergeletak,
akankah kita memungutnya dan membuangnya pada tempatnya meskipun kita tahu itu
bukan sampah milik kita? Maukah kita menghapus papan tulis meskipun hari itu bukan
jadwal piket kita? Tanggung jawab kebersihan, menolong sesama bukanlah didasarkan pada
kewajiban semata, tetapi didasarkan pada ketulusan serta kepedulian. Kita bisa juga tulus
mengajarkan teman-teman kita yang lemah memahami materi dan mengerjakan soal. Tulus
tanpa harus memintanya mentraktir kita jajan. Justru, saat ada teman yang tidak bisa jajan,
itulah kesempatan kita berbagi tanpa harus melihat ada teman kita yang lebih kaya dan kita
merasa seharusnya dialah yang berbagi. Kalau begitu, kita tak ubahnya dengan Yudas
Iskariot yang memandang Maria melakukan pemborosan. Tiliklah hati kita, apakah hati kita
telah tulus dalam berbuat baik kepada orang lain?

Pemuda
Tindakan Maria adalah teladan yang dikehendaki Allah bagi pemuda. Ia memberi
dengan tulus dan penuh penghargaan, tidak seperti Yudas yang hanya berkedok kepedulian
terhadap orang miskin. Sebagai pemuda, ketika kita melakukan pelayanan di gereja, atau
menjadi aktif di gereja, bahkan mungkin suka mengikuti kebaktian di berbagai macam
gereja, tiliklah hati kita, apakah kita tulus mau melayani dan bersekutu? Banyak pemuda
yang ke gereja semata-mata untuk mencari pacar. Hal itu tentu sah-sah saja untuk
dilakukan, tetapi akan menjadi sangat ringkih dan rapuhnya motivasi kita bila hanya
didasarkan mencari pacar. Ketika kita kecewa tak mendapatkan, lantas apa yang kita
perbuat? Semakin tidak bijak kalau upaya mendekati pasangan itu lantas membuat kita
menampilkan yang bukan diri kita agar semakin disukai.
Dalam pekerjaan, jangan kita juga bekerja hanya untuk mendapatkan perhatian
dari atasan atau rekan kerja semata. Apalagi kalau sampai kita bersaing dengan rekan kerja
secara tidak sehat hanya demi mendapatkan keuntungan. Hal itu menunjukkan bahwa kita
tidak tulus dalam bekerja serta menunaikan tugas dan tanggung jawab. Milikilah dedikasi
untuk kemajuan dalam bekerja dan melakukan apa yang benar dengan sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan bersama teman, bantulah mereka tanpa mengharapkan imbalan.
Bila teman kos kesusahan, bantu semampu kita. Dan, bila ia tidak membalasnya apalagi
kalau ia menyakiti hati kita, ampunilah dan tetaplah berteman dengannya karena disitulah
letak ketulusan kita. Jangan juga kita meniru media massa dan media sosial yang
menampilkan bantuan tetapi demi keuntungan belaka. Air mata orang lain jangan kita
jadikan mata air keuntungan bagi kita. Kalau orang tidak melihat kebaikan kita, ingatlah
bahwa Allah Mahabaik, Ia selalu melihat kebaikan dan ketulusan kita. Ia akan memandang
mulia ketulusan kita seperti Ia memandang Maria yang tulus menyatakan cinta kasihnya
kepada-Nya.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa yang sering kali membuat orang susah untuk berbuat baik dengan tulus?
2. Ceritakanlah pengalaman ketulusan lain yang pernah ditemukan dalam hidup!

Pemuda
1. Motivasi seperti apa yang benar dalam bersekutu dan melayani?
2. Hal-hal apa yang diperlukan agar hati kita senantiasa dapat tulus dalam bekerja,
kuliah, atau menolong sesama?
Daftar Acuan
Unarto. Erick. 2014. Mengenal benda-benda Alkitab dan mengungkapkan kisah-kisah
menarik di dalamnya. Jakarta: Pustaka Sorgawi.
[JS]
Ikhlas Membantu Orang Tua
JULI V
Rut 1:1-22

Pengantar
Tidak semua anak di dunia ini cukup beruntung untuk menikmati masa-masa
mudanya. Di saat anak muda lainnya, menikmati masa pacaran, jalan-jalan, staycation,
dipenuhi dengan kuota internet yang baik dan fasilitas menyenangkan lainnya, ada di antara
kita, sebagian anak muda yang harus bekerja membantu orang tua, mengorbankan waktu
bermainnya, atau mengalah untuk tidak memaksakan keinginannya membeli barang-barang
tertentu karena kondisi keuangan keluarga yang tidak mampu. Kondisi-kondisi sulit tersebut
bisa saja mendorong anak memiliki perasaan minder, iri hati dengan kondisi orang lain, atau
menggerutu dan bahkan berontak atas kesusahan yang dijalaninya. Tentu saja perasaan
tersebut perlu dikelola agar dia tidak tertekan dan bisa bertindak tepat dalam menghadapi
situasi yang ada.
Pada saat ini, pemuda remaja belajar untuk ikhlas dalam menjalani peranan dalam
membantu orang tua dalam kondisi apa pun. Kita akan belajar dari Rut, bagaimana ia
mengambil keputusan untuk ikut bersama Naomi. Dari kisah ini, pemuda remaja dapat
mengambil nilai-nilai kekeluargaan dan makna membantu orang tua dalam kehidupan
sehari-hari.

Penjelasan Teks
Kisah ini terjadi pada masa hakim-hakim. Pada suatu ketika, terjadilah bencana
kelaparan di Israel yang membuat Elimelekh bermigrasi ke Moab bersama isterinya, Naomi.
Anak-anak mereka menikah dengan perempuan-perempuan lokal Moab yang notabene
merupakan bangsa lain yang tidak menyembah Allah orang Israel.
Singkat cerita, Elimelekh meninggal, begitu juga dengan kedua anak laki-laki
mereka. Dengan demikian, Naomi, Orpa, dan Rut menjadi seorang janda. Pada masa itu,
seorang janda memiliki kedudukan yang sangat lemah. Seorang janda sangat membutuhkan
suami untuk bisa bertahan hidup dan tidak hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.
Itulah mengapa Naomi memilih untuk berjalan pulang kembali ke kampung halamannya
karena sebagai seorang janda dengan menantu janda pula di tanah orang asing pastilah
tidak akan mudah untuk dijalani. Di tengah perjalanan, sangat mungkin Naomi merenung
dan memikirkan nasib dari menantu-menantunya tersebut sehingga ia meminta Orpa dan
Rut untuk kembali ke kampung mereka dan menjalani hidup yang lebih baik disana karena
bersamanya yang ada hanyalah kesusahan.
Menantu-menantu Naomi awalnya menolak permintaan Naomi dan bertahan
bersamanya, tetapi Naomi meyakinkan bahwa tidak ada lagi yang bisa diharapkan karena
anak laki-laki sudah tidak ada padanya. Pada zaman Israel kuno, jika seorang suami
meninggal dan tidak meninggalkan anak, salah seorang saudara laki-lakinya akan menikahi
istrinya yang sudah menjanda. Selanjutnya, anak-anak yang mereka lahirkan akan dianggap
sebagai anak-anak saudaranya yang meninggal itu supaya namanya tidak terhapus. Karena
anak laki-laki Naomi telah meninggal, tidak mungkin bagi Orpa dan Rut menunggu Naomi
punya anak laki-laki lagi dan menunggunya sampai menjadi laki-laki dewasa. Itulah
sebabnya Orpa menerima saran dari Naomi dan pergi, bukan karena ia tega dan tidak
memiliki belas kasihan tetapi ia turut serta pada perintah Naomi.
Sedang Rut bersikeras bertahan dan meminta untuk tidak diusir karena Rut hendak
dengan setia hidup bersama mertuanya tersebut dalam kesusahan bersama-sama. Iman
Rut terhadap Allah Israel menguatkan dan meyakinkan keduanya untuk tetap bertahan
bersama. Meskipun dalam kata-kata Rut penuh dengan kerendahan hati meyakini
penderitaan sebagai hukuman (yang sangat umum terjadi saat itu) tetapi di balik itu ada
keyakinan kuat akan tuntunan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan mereka di Yehuda.
Kalau kita membaca kisah Rut hingga tuntas, kita bisa melihat bagaimana Naomi
dan Rut bekerja sama mendapatkan hati Boas hingga mereka menikah. Kerja sama mereka
berhasil. Itulah salah satu bentuk penggenapan akan pemeliharaan Tuhan bagi mereka. Rut
berani meninggalkan jaminan perlindungan dari keluarganya di kampung halaman untuk
hidup bersama mertuanya, Naomi.
Rut memilih setia bersama Naomi dan terlebih pada Tuhan Allah Israel. Dia bisa
saja meninggalkan Naomi, tetapi dia memiliki belas kasihan terhadap Naomi. Di sinilah titik
keikhlasan Rut hidup bersama Naomi. Tak tanggung-tanggung, Rut menyatakan bahwa ia
akan setia bersama Naomi bahkan sampai kematian memisahkan mereka, ia akan tetap
bertahan.
Dari kisah Rut secara menyeluruh, kita akan mendapati bahwa Allah berkarya dalam
hidup orang setia. Menolong orang lain dan setia kepada keluarga dan para sahabat dapat
mengubah hidup dan membawa kebahagiaan. Artinya, menolong bukanlah sebuah kerugian
tetapi keuntungan besar. Itulah mengapa kita perlu berbangga dan berbahagia saat
menolong orang lain, terutama keluarga kita. Ingatlah selalu bahwa Allah memperhatikan
semua orang, umat-Nya maupun bangsa yang bahkan tidak mengenal-Nya. Allah juga
berbela rasa kepada setiap orang yang lemah.

Relevansi
Remaja
Masa remaja adalah masa menemukan identitas diri. Pembentukan identitas diri
terbangun melalui pertemanan sebaya (peer group). Dalam pertemanan itu remaja sangat
mudah membandingkan kondisinya dengan kondisi temannya dari berbagai segi,
keberadaan ekonomi, keutuhan rumah tangga, dan gaya hidup. Ketika ada remaja yang
harus belajar sekaligus membantu orang tua dengan bekerja atau mengurus rumah/adik-
adiknya, maka kondisi berat tersebut bisa saja membuat anak iri hati dan merasa berat hati
membantu orang tua. Remaja saat ini harus belajar ikhlas membantu orang tua mereka dan
bangga akan apa yang dikerjakan. Teladan Rut perlu menjadi semangat dan keyakinan
bahwa Tuhan memperhatikan kehidupan remaja saat mereka setia membantu kehidupan
keluarga.
Sebagai teman-teman yang mungkin tahu kondisi teman remajanya yang sulit,
maka kita pun diajak untuk peduli dengan teman tersebut. Beberapa hal yang dapat
dilakukan, antara lain: memilih bermain bersama ke warung teman yang sedang berdagang,
bermain ke rumah teman yang sedang menjaga adik-adiknya, atau belajar bersama dengan
mereka saat mereka ketinggalan pelajaran karena pekerjaan. Remaja bisa menunjukkan
kepedulian terhadap kondisi temannya yang tidak mudah.
Di sisi lain, era digital yang cenderung mendorong orang bersikap individualistis bisa
saja menjadikan remaja berpangku tangan pada kondisi keluarga. Tampilan-tampilan media
sosial dan pergaulan membuat kita acap kali memimpikan kondisi yang menyenangkan
sehingga menuntut banyak hal dari orang tua dan merasa berat hati membantu. Setiap anak
memang mempunyai hak untuk bermain, untuk rekreasi, untuk bersenang-senang, tetapi
saat kondisi keluarga tidak mudah atau membutuhkan bantuan, belajarlah memiliki
keikhlasan dengan mengesampingkan ego pribadi dan berupaya sebisa mungkin membantu
orang tua dengan gembira. Ingat, pengorbanan yang kita kerjakan akan senantiasa
dipandang baik oleh Tuhan dan Dia akan memperhatikan kehidupan dan masa depan kita
asalkan kita senantiasa beriman pada-Nya.

Pemuda
Di masa muda, biasanya kita sudah mulai memikirkan tabungan masa depan.
Tabungan itu biasa digunakan untuk biaya nikah, studi lanjut, membeli rumah, atau sekedar
membeli barang pribadi untuk menunjang pekerjaan. Tetapi, kehidupan ekonomi yang sulit,
terutama di masa dampak pandemi seperti ini, kadang kita diperhadapkan pada kondisi
membantu menanggung biaya hidup keluarga. Sebagian pemuda, harus bekerja sambil
kuliah, sebagian lagi gajinya dipakai untuk membantu kebutuhan rumah, membiayai adik
sekolah, dan lain sebagainya, padahal kita sendiri mempunyai beban biaya pribadi dan
sedang merancang masa depan. Oleh karena itu, dibutuhkan keteguhan hati agar dapat
ikhlas membantu keuangan keluarga. Kita percaya bahwa apa yang kita berikan bagi orang
tua tidak akan sia-sia. Tentu saja lain halnya apabila orang tua hanya menuntut bantuan
kita tetapi tidak mau bekerja sama membantu kondisi kita, karenanya dibutuhkan
komunikasi dan kerja sama yang baik antara orang tua dan anak.
Kita juga perlu sedikit mengurangi membandingkan kondisi kita dengan orang lain
atau selebriti yang jauh lebih beruntung dari kita. Kondisi mereka tidaklah mewakili semua
kondisi anak muda di Indonesia. Ambillah inspirasi dari anak-anak muda dari keluarga susah
tetapi bekerja dengan giat dan keras hingga menuju kesuksesan. Teladanilah Rut, yang
meskipun dia bisa saja memilih untuk hidup nyaman ke kampung halaman tetapi dia dengan
sabar dan setia membantu Naomi dan hidup bersamanya! Kita memang mempunyai hak
untuk refreshing atau rekreasi, untuk bersenang-senang atau self-care (merawat diri), tetapi
saat kondisi keluarga tidak mudah atau membutuhkan bantuan, belajarlah memiliki
keikhlasan dengan mengesampingkan ego pribadi dan berupaya sebisa mungkin membantu
orang tua dengan sukacita. Ingat, pengorbanan yang kita kerjakan akan senantiasa
dipandang baik oleh Tuhan dan Dia akan memperhatikan kehidupan dan masa depan kita
asal kita senantiasa beriman pada-Nya.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa godaan yang sering muncul saat kita berupaya membantu orang tua?
2. Hal-hal apakah yang perlu kita miliki untuk dapat ikhlas membantu orang tua?

Pemuda
1. Adakah batasan dalam membantu orang tua? Sejauh mana kita dapat membantu
mereka dengan kemampuan kita?
2. Sejauh mana kamu percaya Allah memelihara hidupmu saat kamu berkorban
membantu orang tua?

Daftar Acuan
Lembaga Alkitab Indonesia. 2015. Alkitab edisi studi. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab
Indonesia.

[JS]
Jadilah Teladan
Agustus I
1 Timotius 4:1-16

Pengantar
“Saranghaeyo” (saya mengasihimu).” Kata ini menjadi populer pada masa kini untuk
mengungkapkan rasa kasih sayangnya kepada orang lain. Para remaja-pemuda Indonesia
yang menggemari drakor (drama Korea) dan K-Pop sering sering menggunakan kata
tersebut. Bukan hanya bahasa, mereka mulai mengikuti cara berpakaian, make-up Korea,
kebudayaan, dan lainnya.68 Para pemuda remaja menjadikan artis Korea sebagai role model
mereka dan teladan bagi mereka. Dengan demikian, banyak orang meneladani artis Korea
sehingga penampilan, perbuatan, sifat, dan kelakukan mereka dicontoh dan ditiru oleh
pemuda remaja masa kini. Namun realitas ini tidak berarti pemuda remaja hanya
meneladani artis Korea, ada juga yang menjadikan orangtua, guru, tokoh agama, bahkan
tokoh Alkitab sebagai role model mereka. Hal ini menegaskan bahwa semua orang dapat
menjadi teladan bagi orang lain, termasuk tokoh Alkitab. Melalui 1 Timotius 4:1-16, pemuda
remaja diajak untuk meneladani Timotius yang bersedia untuk melakukan pelayanan dalam
masa mudanya.

Penjelasan Teks
Timotius berasal dari Listra (Kis. 16:1-3). Dia memiliki garis keturunan campuran
(ibunya seorang Yahudi dan ayahnya seorang Yunani). Paulus menganggap Timotius
sebagai rekan kerja yang sering menjadi teman seperjalanannya dan teman dekatnya. 69
Bukan hanya sebatas teman, Paulus menganggap Timotius sebagai anak yang kekasih (1
Tim. 1:2) dan setia dalam pelayanan (1 Kor. 4:17). Sebelumnya Timotius telah dipercayakan
tiga tugas ke jemaat Tesalonika, Korintus, dan Filipi. Kemudian pada surat ini, Timotius
ditinggalkan di Efesus dan diberikan tugas untuk menghentikan beberapa guru palsu yang
sedang dalam proses menghancurkan jemaat. 70 Oleh sebab itu, Paulus mengirimkan surat
ini dengan maksud untuk menasihati seluruh jemaat dan memperingatkan mereka supaya
waspada terhadap ajaran sesat.71 Nasihat ini terlihat dalam 1 Timotius 4:1-5. Paulus
membicarakan anggota komunitas Kristen di Efesus yang rentan terhadap ajaran palsu. 72
Paulus mengungkapkan bahwa ada orang yang menjadi mangsa dari guru-guru palsu

68
Sarah Anggraheni, “Idola Remaja Sekarang?,” Kompasiana,
https://www.kompasiana.com/amp/sarahanggraheni/idola-remaja-
sekarang_590b4081ad92739261c960cb7 (diakses 7 Maret 2022) .
69
Gordon D Fee, 1 and 2 Timothy, Titus (Grand Rapids: Baker Books, 2011), 19.
70
Ibid, 21.
71
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,
2012), 1954.
72
Paul M Zehr, 1 & 2 Timothy, Titus (Canada: Herald Press, 2010), 97.
sehingga mereka meninggalkan iman Kristen (1 Tim. 4:1-2), bahkan guru-guru palsu itu
mengajarkan doktrin yang berlawanan dengan kitab suci terkait makanan dan pernikahan
menjadi sesuatu yang penting untuk kehidupan pada saat itu.73 Dengan demikian, 1
Timotius 4:4-5 menegaskan penolakan Paulus terhadap doktrin tersebut dengan
mengatakan semua yang diciptakan Allah itu baik jika diterima dengan ucapan syukur .74
Selanjutnya Paulus menasihati Timotius untuk menjalankan perannya pada 1
Timotius 4:6-16. 1 Timotius 4:6 menunjukkan bahwa Paulus mengajarkan doktrin yang
sangat penting untuk pertumbuhan iman Kristen dan kesehatan rohani semua orang Kristen,
termasuk Timotius sebagai pemimpin rohani. 75 Ajaran tersebut perlu dilanjutkan dan
dibarengi dengan latihan beribadah karena itu sangat berguna untuk kehidupan masa kini
dan masa yang akan datang (1 Tim. 4:7-10). Hal ini juga membuat kita sebagai orang
percaya selalu berupaya untuk menaruh pengharapan kepada Allah yang hidup, Juruselamat
kita (1 Tim. 4:11). Dengan demikian, Paulus menasihati Timotius untuk menjadi teladan dan
jangan sampai seseorang menganggap dirinya rendah karena usianya yang muda (1 Tim.
4:12). Nasihat ini berupaya untuk meningkatkan keberanian Timotius dalam menghadapi
kesulitan karena Timotius merupakan laki-laki yang sangat muda, mengalami sakit-sakitan,
penuh rasa takut, dan kurang memiliki kekuatan pribadi.76
Paulus menyebutkan usia Timotius yang masih muda karena usia Timotius pada
saat itu (diperkirakan usianya lebih dari 30 tahun) termasuk usia yang muda berdasarkan
standar kuno pada saat itu.77 Namun usia atau lamanya sebagai pengikut Kristus tidak
menjadi patokan seseorang dewasa secara rohani. Kewibawaan seseorang tidak terutama
terletak pada usia, kekayaan, dan kepintaran melainkan teladan hidup yang mencerminkan
Kristus.78 Berdasarkan pengalaman Timotius, dia masih berusia muda tetapi menunjukkan
keteladanan melalui kedewasaan rohani dengan setia menjalankan tugas pelayanan
bersama Paulus. Keteladanan itu pun harus nampak dalam perkataan, tingkah laku, kasih,
kesetiaan, dan kesucian Timotius. Hal ini menjadi penting dalam menjadi pemimpin
sehingga dapat memberikan contoh yang baik dengan keselarasan 5 hal tersebut. Jika hal
tersebut dilakukannya, Timotius dapat dihormati dan menjadi teladan orang lain. Paulus
juga menegaskan kembali kepada Timotius untuk menjadi teladan dengan bertekun dalam
membaca kitab suci, membangun, mengajar, tidak lalai menggunakan karunia, dan
mengawasi diri sendiri-orang lain. Hal ini menjadi penting dalam menjadi teladan bagi
semua orang dengan hidup berkebalikan dari guru-guru palsu.79

73
John F MacArthur, 1 & 2 Timothy: MacArtur Bible Studies (Nashville: Thomas Nelson, 2007), 58-
60.
74
Fee, 1 and 2 Timothy, Titus, 105.
75
MacArthur, 1 & 2 Timothy: MacArtur Bible Studies, 58.
76
Fee, 1 and 2 Timothy, Titus, 21.
77
Ibid.
78
Rdt Harianja, “Tafsiran 1 Timotius 4:1-16,” Theologia Tafisran Alkitab,
http://rdtharianja.blogspot.com/2014/10/tafsiran-1-timotius-41-16.html?m=1 (diakses 10 Maret
2022).
79
R. Kent Hughes and Bryan Chappel, 1-2 Timothy and Titus (Illinois: Crossway, 2012), 102.
1 Timotius 4:1-16 mengajak pemuda remaja untuk menjadi teladan bagi orang lain
dalam perkataan dan perbuatan. Usia tidak menjadi alasan kita untuk mengatakan bahwa
kita tidak mampu menjadi teladan bagi orang lain. Paulus meyakinkan Timotius bahwa
Timotius yang muda mempunyai tempat untuk melayani Tuhan dan memimpin jemaat.
Tunjukkan tindakan nyata dan ketekunan kita untuk melaksanakan tugas panggilan kita
dalam usia yang masih muda ini.

Relevansi
Remaja
Perkembangan teknologi saat ini membuat kita semua disuguhkan dengan alat
elektronik yang dapat menghibur dan mengekspresikan diri kita. Tidak jarang remaja yang
bermain game berjam-jam bersama teman-teman sehingga lupa menjaga kesehatan, lupa
mengerjakan tugas, dan gelisah ketika beribadah karena sudah jamnya untuk bermain
game. Terkadang masa remaja digunakan untuk hal-hal memuaskan keinginan dan
mengikuti trend pada masanya. Kondisi ini membuat kita lupa untuk melaksanakan tugas
kita, baik di rumah, sekolah, dan gereja. Paulus mengingatkan remaja bahwa kita
mempunyai tugas untuk menjadi teladan dalam masa muda kita seperti Timotius. Masa
remaja tidak hanya bermain game melainkan hidup memancarkan Kristus. Remaja tidak
hanya meneladani artis Korea, K-Pop, dan sebagainya.
Melalui 1 Timotius 4:1-16, remaja ditantang memberikan contoh yang baik untuk
teman, keluarga, dan masyarakat sekitar. Misalnya: bermain game tanpa melupakan tugas
dan tanggung jawab, mengikuti peribadahan dengan kesungguhan, dan menghormati
sesama. Melalui tindakan sederhana tersebut, orang lain tidak menganggap remeh kita
sebagai remaja melainkan menghormati kita, bahkan menjadikan diri kita sebagai cermin
mereka untuk merefleksikan dirinya sendiri.

Pemuda
1. Pemuda diajak untuk menjadi pelayan Kristus yang setia seperti Timotius
dengan memberikan teladan kepada semua orang. Pemuda terkadang
dianggap sebagai golongan usia muda tetapi terkadang kaum pemuda dipandang
dewasa secara pemikiran. Mengingat diri kita sebagai pemuda berarti kita bukanlah
anak-anak lagi yang tidak dapat membedakan baik atau buruk sesuatu. Kita dapat
berpikir secara kritis. Kita dapat mencontohkan perkataan dan tindakan yang bijak
bagi rekan kita yang lebih muda atau lebih tua.
2. Menjadi teladan dengan penuh ketekunan. Menjadi teladan bagi orang lain
juga mengajak pemuda untuk bertekun dalam memahami firman Tuhan,
melakukan, dan mengajarkannya kepada semua orang supaya diri kita dan orang
lain sama-sama mendapatkan keselamatan.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apakah kamu pernah mengalami minder dalam menjadi teladan bagi orang lain
karena usia yang muda? Ceritakan pengalamanmu!
2. Sebutkan tindakan-tindakanmu yang pernah menjadi teladan bagi orang lain.

Pemuda
1. Apakah pemuda mengalami kesulitan dalam menjadi teladan ketika berhadapan
dengan orang yang lebih dewasa? Ceritakan pengalamanmu dalam menghadapi
keadaan ini!
2. Apakah ada seseorang yang menjadi teladan bagimu hingga saat ini? Mengapa?

Daftar Acuan
Anggraheni, Sarah. “Idola Remaja Sekarang?” Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/amp/sarahanggraheni/idola-remaja-
sekarang_590b4081ad92739261c960cb7 (diakses 7 Maret 2022).
Fee, Gordon D. 1 and 2 Timothy, Titus. Grand Rapids: Baker Books, 2011.
Harianja, Rdt. “Tafsiran 1 Timotius 4:1-16.” Theologia Tafsiran Alkitab. 1BC.
http://rdtharianja.blogspot.com/2014/10/tafsiran-1-timotius-41-16.html?m=1
(diakses 10 Maret 2022).
Hughes, R. Kent, and Bryan Chappel. 1-2 Timothy and Titus. Illinois: Crossway, 2012.
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab edisi studi. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab
Indonesia, 2012.
MacArthur, John F. 1 & 2 Timothy: MacArtur Bible studies. Nashville: Thomas Nelson,
2007.
Zehr, Paul M. 1 & 2 Timothy, Titus. Canada: Herald Press, 2010.

[TY]
Agustus II Do Love!
1 Korintus 13:1-13

Pengantar
“Aku enggak mau hartamu, aku hanya butuh hati dan cintamu ”. Kalimat ini pernah
diucapkan salah seorang pemudi kepada pasangannya ketika dia kurang mendapatkan
perhatian dari pasangannya. Pasangannya memberikan hartanya dan memenuhi semua
kebutuhannya tetapi bukan itu yang dibutuhkan. Pemudi itu bukan hanya membutuhkan
harta tetapi dia lebih membutuhkan kasih sayang dan cinta dari pasangannya. Kasih sayang
dan cinta merupakan hal penting dalam menjalin relasi dengan orang lain, bukan hanya
sekadar dengan pasangan melainkan semua orang. Kasih perlu menjadi dasar dari segala
sesuatu yang kita lakukan. Surat 1 Korintus 13:1-13 juga membahas pentingnya kasih dalam
kehidupan jemaat di Korintus.
Melalui teks ini, pemuda remaja diajak untuk menyadari bahwa kasih merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan. Bukan hanya menyadari, kasih itu juga perlu
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan kita sebagai bagian dari
bangsa Indonesia.

Penjelasan Teks
Kota Korintus merupakan sebuah kota kuno di Yunani dan kota metropolitan di
zaman Paulus. Kota ini pernah dikunjungi Paulus, bahkan dia tinggal di sana untuk
memberitakan Injil Yesus Kristus.80 Hal ini menyebabkan Paulus sangat akrab dengan para
pengikut Kristus di Korintus. Paulus juga prihatin ketika mendengar tentang tindakan dan
perlakuan mereka satu dengan yang lain, perselisihan, dan lainnya sehingga Paulus
mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus. Paulus memberikan pandangan mengenai
berbagai persoalan yang dihadapi para pengikut Kristus perdana melalui surat kepada
jemaat di Korintus. Surat ini juga berisi tentang ajaran-ajaran Paulus (karunia-karunia Roh
dan kasih sebagai karunia paling utama dari segala karunia lainnya. 81 1 Korintus 13:1-13
memberikan penjelasan lebih lengkap tentang kasih sebagai karunia yang paling utama.
Paulus membahas topik ini sebagai teguran Paulus kepada jemaat di Korintus. Jemaat
Korintus menerima karunia dari Tuhan tetapi mereka bermasalah dalam hal doktrinal,
kurangnya moralitas, dan mengabaikan penerapan kasih. 82
Menurut beberapa penafsir, 1 Korintus 13:1-13 berbentuk puisi dan menunjukkan

80
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,
2012), 1864.
81
Ibid.
82
Samuel T Gunawan, “Eksegesis 1 Korintus 13:1-13,” Teologia Reformed,
https://teologiareformed.blogspot.com/2020/01/eksegesis-1-korintus-131-13.html (diakses 10
Maret 2022).
ciri retorika Yunani-Romawi karena mengandung pengulangan dan berirama.83 Teks ini
diawali dengan penjelasan tentang keunggulan kasih (1 Kor. 13:1-3). Kasih lebih unggul
daripada bahasa, karunia bernubuat, pengetahuan, iman yang sempurna, membagi-
bagikan segala sesuatu, dan menyerahkan tubuh untuk dibakar. Semua ini menjadi tidak
berguna dan tidak berfaedah ketika tidak mempunyai kasih. Frasa “jika aku tidak
mempunyai kasih” diulang sebanyak 3 kali dalam teks tersebut. Hal ini menunjukkan
penekanan dalam bagian ini bahwa karunia-karunia rohani tanpa kasih merupakan
sesuatu yang tidak berguna atau sia-sia.84 Dengan demikian, kasih menjadi dasar
seseorang melakukan segala sesuatu. Setelah berbicara tentang keunggulan kasih, Paulus
menjelaskan karakteristik kasih (1 Kor. 13:4-7). Apabila kita memperhatikan struktur
kalimat teks tersebut dalam bahasa Yunaninya, kasih yang dipakai dalam konteks ini
adalah agape. Hal ini menekankan makna teologis dari kata tersebut. Menurut Paulus,
sumber kasih itu adalah Allah yang bekerja dalam Kristus. 85 Makna ini perlu diingat ketika
membaca kata kasih dalam teks ini.
Menurut David E. Garland, kasih bukan sesuatu yang statis tetapi dinamis dan
aktif, kasih bukan berbicara perasaan atau emosi, kasih tidak disampaikan dengan kata-
kata tetapi ditunjukkan dengan perbuatan. 86 Oleh sebab itu, teks ini menunjukkan kata
kasih (ἡ ἀγάπη) yang diikuti dengan 15 kata kerja (sabar, murah hati, tidak cemburu,
tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari
keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan, tidak bersukacita
karena ketidakadilan, bersukacita karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya,
mengharapkan, dan sabar menanggung segala sesuatu).
15 kata kerja ini menjadi sifat dari kasih tersebut. Daftar ini bukan urutan kasih
melainkan pesan Paulus untuk diterapkan dalam kehidupan jemaat di Korintus. Paulus
juga menegaskan bahwa kasih itu bukan hanya dilakukan sekali tetapi terus menerus. Hal
tersebut juga ditunjukkan Paulus dalam kalimat ini dengan menggunakan bentuk kata
kerja present untuk 15 kata kerja tersebut.87 Selain itu, Paulus juga menegaskan kasih itu
tidak berkesudahan (1 Kor. 13:8). Kasih itu bersifat kekal. Itulah sebabnya Paulus
menuliskan kasih itu tidak berkesudahan (menggunakan kalimat present) untuk
menunjukkan bahwa kasih itu berlaku untuk saat ini, terus menerus, dan tidak berakhir. 88
Paulus juga menegaskan kesempurnaan dan kekekalan kasih (1 Kor. 13:9-13), bahkan
ditegaskan kembali bahwa kasih yang paling besar.
Melalui teks ini, Paulus menyampaikan nasihat kepada jemaat di Korintus untuk
menerapkan kasih dengan memberikan ajaran tentang kasih. Kasih bukan menjadi slogan
orang Kristen melainkan tindakan nyata yang dilakukan secara terus menerus. Kasih

83
Craig. S. Keener, 1-2 Corinthians (New York: Cambridge University Press, 2005), 107.
84
Gunawan, “Eksegesis 1 Korintus 13:1-13.”
85
Ibid.
86
David E Garland, 1 Corinthians (Grand Rapids: Baker Academic, 2003), 667.
87
Richard A Horsley, 1 Corinthians, First Corinthians (Nashville: Nashville : Abingdon Press, 1998),
177.
88
Gunawan, “Eksegesis 1 Korintus 13:1-13.”
mendasari semua tingkah laku kita dalam memenuhi panggilan tugas kita di dunia ini,
termasuk kehidupan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang penuh dengan
keberagaman.

Relevansi
Remaja
1. Remaja diajak untuk menghayati pentingnya kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Penghayatan ini tidak melupakan bahwa Allah yang bekerja di dalam Kristus sebagai
sumber kasih tersebut.
2. Remaja tidak hanya diajak untuk menghayati melainkan menyatakan kasih kepada
semua orang. Remaja saat ini hidup berdampingan dengan berbagai karakter, suku,
ras, agama, kelas ekonomi, dan gender dalam kehidupan berbangsa (Indonesia).
Remaja ditantang untuk menyatakan kasih kepada mereka yang berbeda latar
belakang dengan dirinya. Perbedaan latar belakang tidak menjadi hambatan untuk
menyatakan kasih kepada orang lain.
3. Remaja belajar untuk menyatakan kasih secara konsisten. Kasih dapat diandaikan
“bukan sebuah mainan” yang ketika remaja bosan kemudian ditinggalkan atau tidak
dilakukan. Kasih tidak hanya dilakukan satu kali atau sesaat melainkan terus menerus
seperti yang Paulus jelaskan.

Pemuda
Pemuda sudah sering mendengarkan kata kasih sejak kita kecil hingga dewasa.
Namun pertanyaannya: Sudahkah kita melakukan kasih tersebut? Paulus mengajak pemuda
untuk menyatakan kasih tersebut. Hendaknya kasih menjadi dasar ketika pemuda
melakukan segala sesuatu, baik dalam keluarga, kampus, gereja, dan masyarakat di
Indonesia. Segala sesuatu menjadi sia-sia ketika kita melakukannya tanpa kasih. Kasih itu
perlu dilakukan dalam kehidupan kita. Menyatakan kasih juga bukan hanya kepada mereka
yang beragama Kristen, mereka yang mempunyai suku yang sama dengan kita, gender
yang sama, dan sebagainya melainkan nyatakan kasih itu kepada semua orang. Perbedaan
tidak menjadi hambatan kita menyatakan kasih kepada semua orang. Pemuda diajak untuk
melakukan kasih di tengah kondisi Indonesia yang tidak mudah (perselisihan, Covid-19, dan
lainnya). Masa pandemi ini mengajarkan kita untuk menyatakan kasih kepada semua orang
tanpa memandang latar belakang karena itu berkaitan dengan hidup-mati seseorang.
Mungkin ada perasaan lelah dalam membantu orang lain, namun kita dipanggil untuk
menyatakan kasih secara terus menerus dalam kehidupan kita.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika menyatakan kasih kepada orang yang
berbeda latar belakang denganmu? Coba ceritakan pengalamanmu.
2. Langkah-langkah apa yang kamu lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
Pemuda
1. Bentuk kasih seperti apa yang sudah pernah dilakukan untuk teman, saudara, keluarga,
dan orang asing yang berbeda latar belakang denganmu?
2. Bagaimana respon keluarga atau gerejamu ketika kamu menyatakan kasih kepada
mereka yang berbeda denganmu?

Daftar Acuan
Garland, David E. 2003. 1 Corinthians. Grand Rapids: Baker Academic.
Gunawan, Samuel T. “Eksegesis 1 Korintus 13:1-13.” Teologia Reformed.
https://teologiareformed.blogspot.com/2020/01/eksegesis-1-korintus-131-13.html
(diakses 10 Maret 2022).
Horsley, Richard A. 1998. 1 Corinthians. First Corinthians. Nashville: Nashville : Abingdon
Press.
Keener, Craig.S. 2005. 1-2 Corinthians. New York: Cambridge University Press.
Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Alkitab edisi studi. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab
Indonesia.

[TY]
AGUSTUS III
JANGAN MENGHAKIMI
Matius 7:1-5

Pengantar
Penghakiman seringkali terjadi dalam kehidupan kita tanpa disadari. Penghakiman
terhadap orang lain tanpa mengenal dengan baik atau bahkan tanpa mengerti duduk
persoalan yang terjadi di berbagai kalangan termasuk anak-anak muda dan remaja.
Kemajuan teknologi dan pemakaian gawai serta media sosial kerap memudahkan kita untuk
menghakimi orang lain dan menyebarkan penghakiman itu lewat gawai dan sosial media
kita. Sebab akhirnya kita menyadari bahwa penghakiman itu muncul dari asumsi-asumsi
premature atas diri orang lain sehingga diragukan objektivitasnya. Semestinya, daripada
menghakimi kita lebih baik belajar dari perilaku orang yang kita anggap salah sehingga kita
tidak melakukannya dalam kehidupan kita; atau lebih baik kita introspeksi diri agar menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
Melalui pembacaan saat ini, pemuda dan remaja diajak untuk tidak cepat
menghakimi, terlebih menghasut orang lain untuk memercayai penghakiman kita. Bersama-
sama kita hendak menyadari bahwa penghakiman adalah milik Allah, Sang Empunya
kehidupan, sehingga kita tidak berhak menghakimi siapapun. Kita diajak untuk menahan
diri, tidak menghakimi orang lain tetapi introspeksi diri dan belajar dari pengalaman orang
lain sehingga kita tidak mengulangi apa yang kita anggap salah. Selain itu kita juga
menyadari bahwa di dunia ini Allah juga menetapkan orang-orang untuk melakukan
penghakiman sehingga kita tidak perlu “main hakim sendiri” atau melabeli orang karena
perbuatannya yang belum tentu kita ketahui kebenarannya.

Penjelasan Teks
Teks Matius yang menjadi pembacaan Alkitab kita merupakan bagian dari
pengajaran Tuhan Yesus kepada orang-orang yang sering dikenal dengan Khotbah di Bukit.
Dalam pengajarannya, Tuhan Yesus mengemukakan hal yang seringkali dilakukan oleh
orang-orang saat itu. Salah satu yang dibahas oleh Tuhan Yesus adalah perihal
penghakiman yang seringkali dilakukan oleh masyarakat saat itu. Tuhan Yesus dalam
pengajaran-Nya mengemukakan hal yang gamblang ketika bicara tentang penghakiman.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa kita tidak diperkenankan untuk menghakimi orang lain
(ay. 1-2). Mengapa demikian? Barclay menyebutkan bahwa kita tidak diperkenankan
menghakimi karena kita tidak pernah mengetahui seluruh kenyataan dan pribadi orang lain
seutuhnya (Barclay 2008, 238). Kita tidak tahu secara utuh tentang kehidupan seseorang,
sehingga ketika penghakiman terjadi maka yang muncul ialah asumsi-asumsi kita. Maka,
Tuhan Yesus tidak memperkenankan kita untuk menghakimi orang lain.
Hal yang mesti diluruskan juga ialah bahwa apa yang disampaikan Tuhan Yesus
bukan mengajak para pengikutnya menolak penghakiman manusiawi (hukum yang berlaku
di dunia – misalnya, hakim yang memang ditunjuk untuk memutuskan suatu perkara), sebab
ketika sejak dahulu pun Allah mengutus orang-orang (hakim) untuk mengadili berbagai
perkara sehingga semua mendapat keadilan dan menyelesaikan masalah. Namun yang
dimaksudkan Tuhan Yesus ialah bahwa kita tidak boleh membuat kesimpulan atau
pandangan sendiri berdasarkan asumsi kita, sebab kita menyadari bahwa diri kita tidak
dapat mengukur secara objektif (Verkuyl 2002, 106). Selain itu, dalam konteks masyarakat
saat itu, Tuhan Yesus juga mengkritik moral dan praktik orang-orang Farisi saat itu yang
seringkali menghakimi orang lain dengan alih-alih sebagai pengganti Musa yang mengerti
dan mengenakan Hukum Taurat kepada orang-orang Yahudi saat itu, sehingga orang-orang
Farisi menganggap diri sebagai hakim Ilahi dan mengenakan penghukuman yang amat
keras dan tidak mengenal kasih. Tuhan tidak menempatkan manusia sebagai hakim di atas
kursi pengadilan-Nya, sebab penghakiman-Nya atas yang hidup dan mati dipegang oleh-
Nya (Verkuyl 2002, 106).
Pesan yang disampaikan Tuhan Yesus kemudian ialah daripada kita menghakimi
orang lain, lebih baik kita introspeksi diri sendiri. Perumpamaan yang dipakai Tuhan Yesus
sangatlah gamblang, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? … keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari
mata saudaramu” (ay. 3 & 5). Apa yang disampaikan Tuhan Yesus ini jelas, bahwa kita
diminta untuk memperbaiki diri terlebih dahulu, sebelum menghakimi orang lain. Kita perlu
menyadari bahwa tiap orang pasti memiliki kesalahan dalam menjalani hidup, termasuk diri
kita. Maka ketika melihat orang lain melakukan kesalahan, pertama-tama justru kita diajak
untuk introspeksi diri dan berbenah diri serta belajar dari kesalahan orang itu supaya kita
tidak terjebak dalam kesalahan yang sama. Jika sudah, maka bukan penghakiman yang kita
lakukan, tetapi menegur. Bahasa teguran dan penghakiman juga memiliki perbedaan.
Teguran bersifat personal, tidak diumbar, antar-pribadi, serta tidak menyudutkan;
sementara penghakiman bersifat komunal, orang lain mengetahuinya, dan cenderung
menyudutkan orang lain.
Pada akhirnya, apa yang menjadi pesan teks Alkitab yang kita baca saat ini
sangatlah praktis. Pertama, kita bukanlah hakim untuk orang lain. Oleh sebab itu, kita
menghindari diri untuk melakukan penghakiman kepada orang lain, sebab penghakiman
sejati dan Ilahi itu berasal dari Allah. Kedua, ketika kita melihat kesalahan yang dilakukan
oleh orang lain maka pertama-tama kita perlu untuk introspeksi diri sehingga tidak
melakukan dan mengulangi kesalahan yang diperbuat orang lain. Ketiga, sebagai orang-
orang beriman yang bersekutu, kita diperkenankan menegur orang lain – jika memang
dibutuhkan, bukan menghakimi mereka.

Relevansi
Remaja
Di kalangan remaja, relasi yang saling menghakimi mungkin sudah ada tanpa
disadari. Oleh sebab itu, remaja saat ini diajak untuk menggali Firman Tuhan agar senantias
diingatkan untuk tidak terjebak pada penghakiman terhadap sesamanya. Menyudutkan
orang lain karena kesalahannya, ikut-ikutan mempersalahkan orang lain, atau bahkan
menilai buruk orang lain tanpa mengenal dan mengetahui lebih dalam persoalan perlu
dihindari. Dengan merenungkan Matius 7:1-5, remaja diminta untuk menghindari
penghakiman, tetapi justru mawas diri dan belajar dari kesalahan orang lain sehingga ia
tidak ikut melakukan kesalahan orang lain. Selain itu, sebagai remaja Kristen, kita diajak
untuk merangkul dan bukan menghakimi teman yang bersalah, sebab penghakiman belum
tentu mengubah perilaku orang lain.
Remaja juga diajak untuk sharing tentang kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam
relasi mereka bersama orang lain sehingga mereka juga secara sadar mengetahui contoh-
contoh penghakiman yang mesti dihindari dalam kehidupan mereka. Pada akhirnya, remaja
dapat membangun relasi yang sehat bersama orang lain dan memiliki pandangan yang baik
kepada semua orang. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan kita dapat belajar
dari kesalahan orang lain tanpa harus menghakimi serta melakukan kesalahan yang sama.

Pemuda
Sebagai pemuda dan pemudi, tentu kita memiliki relasi yang banyak dengan orang
lain. Dalam membangun relasi kita perlu untuk menyadari bahwa tindakan penghakiman
mesti dihindari. Dengan merenungkan teks Matius 7:1-5, para pemuda dan pemudi Kristen
hendak diingatkan bahwa kita mesti membangun relasi yang baik dengan orang lain dan
sadar bahwa penghakiman bukanlah otoritas kita. Ketika kita tahu bahwa orang lain
melakukan kesalahan, maka kita perlu untuk merangkul mereka serta belajar agar tidak
terjebak dalam kesalahan yang sama dengan mereka. Pemuda dan pemudi diajak untuk
benar-benar menghayati Firman Tuhan yang dibaca dengan mengamalkannya dengan
tindakan yang nyata. Dengan demikian, kehidupan sebagai pemuda dan pemudi Kristen
dapat menjadi garam dan terang dalam relasi bersama orang lain.
Selain itu, di tengah kemajuan era digital kita juga diminta untuk bijak
menggunakan gawai dan media sosial yang kita miliki. Terkadang penghakiman dapat
terjadi tidak secara langsung, tetapi melalui gawai dan media sosial yang kita miliki. Dengan
status atau komentar kita di laman media sosial orang lain, kita dapat menjadi pelaku
penghakiman bagi sesama kita, entah yang kita kenal maupun tidak kita kenal – seperti
public figure atau yang lainnya. Alih-alih tidak mau ketinggalan arus, kita justru
menyudutkan dan menjadi hakim bagi orang lain yang tidak kita kenal, bahkan tidak kita
ketahui duduk perkaranya. Maka pemuda dan pemudi Kristen diajak untuk bijak dalam
menggunakan gawai dan sosial media yang dimiliki.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Mengapa kita tidak diperkenankan untuk menghakimi orang lain?
2. Bagaimana menyikapi kesalahan yang kita ketahui dilakukan oleh orang lain?
Pemuda
1. Apa dampak tindakan menghakimi dalam relasi dengan orang lain?
2. Bagaimana menyikapi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain?

Daftar Acuan
Barclay, William. 2008. Pemahaman Alkitab setiap hari: Injil Matius pasal 1-10. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Verkuyl, J. 2002. Khotbah di bukit. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

[WAH]
AGUSTUS IV TIDAK SALING MENYAKITI
Bilangan 12:1-16

Pengantar
Dalam menjalani kehidupan, tentu kita tidak dapat menyenangkan hati semua
orang. Maka ada istilah, “berlaku benar saja bisa disalahkan, apalagi kalau salah.”
Demikianlah itu juga berlaku dalam kehidupan kita. Tak perlu sibuk menyenangkan hati
semua orang dan tidak perlu sakit hati jika ada orang yang tidak senang dengan kehidupan
kita. Begitu pun sebaliknya, kita tidak diperkenankan juga untuk menyakiti sesama lewat
tutur kata maupun perbuatan. Sebagai seorang beriman justru kita diminta untuk terus
mengasihi sesama dan bukan menyakiti mereka. Meski kita pun perlu mengakui, tanpa
sengaja mungkin saja kita pernah menyakiti hati sesama kita. Untuk itulah hari ini kita
bersama diajak merenungkan Firman Tuhan berdasarkan kisah Miryam dan Harun yang
menyakiti Musa lewat pernyataan dan perkataannya.
Kita hari ini dapat belajar dari ketiga tokoh tersebut: Miryam, Harun, dan Musa.
Mereka bertiga sejatinya bersaudara, ada ikatan darah di antara mereka, tetapi pernyataan
yang menyakiti tak bisa dielakkan. Maka kita perlu menjaga tutur kata dan perbuatan kita
kepada sesama kita. Selanjutnya kita juga hendak belajar untuk tidak mudah marah ketika
orang lain menyakiti hati kita. Yakinlah bahwa Tuhan Allah yang akan membalaskan
perbuatan yang tidak baik, sehingga kita tidak perlu sakit hati dan marah kepada mereka
yang menyakiti kita. Cukup dengan terus melakukan perbuatan baik, maka mereka pun
akan sadar bahwa apa yang dilakukannya keliru.

Penjelasan Teks
Pembacaan Alkitab kita saat ini merupakan kisah tentang Miryam dan Harun yang
mengatai Musa karena menikahi perempuan Kush (ay. 1). Meski demikian, apa yang
disampaikan oleh mereka sejatinya karena iri hati kepada Musa yang dipilih Allah menjadi
penyampai Firman Allah sehingga mereka mencari-cari kesalahan Musa – padahal
pernikahan Musa dengan perempuan Kush bukanlah suatu kesalahan dari segi hukum dan
moral89. Mereka akhirnya mempertanyakan tentang Musa yang menjadi perantara Firman
Allah dengan nada sinis (ay. 2), padahal sejak mula Allah menunjuk Musa menjadi perantara
Firman Allah kepada bangsa Israel. Apa yang dikatakan oleh mereka tentu akan menyakiti
hati Musa, sebab mereka bersaudara tetapi justru saling menjatuhkan. Ternyata, apa yang
disampaikan oleh mereka didengar oleh Tuhan Allah. Apa yang selanjutnya terjadi?
Miryam akhirnya harus menanggung hukuman Tuhan Allah dengan terkena
penyakit Kusta yang saat itu membuat dirinya diasingkan. Miryam mendapatkan

89
https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=bilangan&chapter=12 - n2 diakses 25 Februari 2022
penghukumannya dan Harun sebagai saudaranya menyaksikan hal itu. Tentu Harun tidak
tega jika saudaranya dihukum Tuhan sampai harus dikucilkan, maka ia memohon belas
kasihan Tuhan (ay. 9-11). Setiap perbuatan yang tidak baik, pasti harus mendapatkan
ganjaran dan ganjaran yang tepat ialah berasal dari Tuhan Allah, Sang Hakim yang adil.
Setidaknya, perilaku Miryam dan Harun memberikan kita penggambaran bahwa tidak baik
jika kita iri hati kepada orang lain sampai menyakiti hatinya lewat tutur kata dan perbuatan
kita. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah menutup mata dan telinga-Nya sehingga terus
memperhatikan perilaku dari umat-Nya. Tuhan Allah juga adalah Hakim yang Adil sehingga
Ia akan memberikan ganjaran terhadap perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya.
Lalu bagaimana dengan Musa? Apakah ia menjadi sakit hati dan menaruh dendam
terhadap Miryam dan Harun? Jawabannya ialah, Musa dijelaskan sebagai seorang yang
lembut hatinya (ay. 3). Ia tidak sakit hati atau bahkan menaruh dendam kepada Miryam
dan Harun, sehingga Musa pun memohon pengampunan dari Tuhan Allah bagi mereka (ay.
13). Maka kita pun saat ini hendak belajar dari karakter Musa yang memiliki hati lembut dan
tidak menaruh dendam kepada Miryam dan Harun yang telah mengatainya. Sebaliknya
justru Musa memohon belas kasihan Tuhan Allah agar memaafkan mereka dan mencabut
ganjaran Tuhan Allah. Kita hendak belajar untuk tidak sakit hati jika ada orang lain yang
menyakiti hati kita, sebab sakit hati hanya merugikan diri sendiri dan melanggengkan
perbuatan yang tidak baik dalam relasi bersama orang lain.
Pada akhirnya kita belajar dari ketiga tokoh ini sehingga kehidupan pribadi kita
sebagai seorang beriman mau terus diperbaharui dan ditingkatkan. Tanpa kita sadari
mungkin saja kita pernah nyinyir atau julit kepada orang lain sehingga mereka bisa saja
sakit hati. Tanpa kita sadari kita sering menjadi seperti Miryam dan Harun yang memiliki
sikap iri hati terhadap orang lain. Oleh sebab itu kita diminta berhenti melakukannya.
Jagalah tutur kata dan perbuatan kita agar tidak menyakiti yang lainnya. Kita pun hendak
melihat teladan Musa yang menjadi pribadi baik – yang memiliki hati lembut dan tidak
menaruh dendam terhadap orang lain. Rasanya pasti sulit untuk kita bersikap seperti Musa,
tetapi kita mau diingatkan bahwa sebagai seorang beriman sikap seperti Musa lah yang
harus dicontoh dan diterapkan dalam kehidupan keseharian kita.

Relevansi
Remaja
Setiap remaja pasti memiliki relasi dengan sesamanya, maka melalui perenungan
saat ini hendak diajak untuk memelihara relasi yang baik dan tidak saling menyakiti satu
sama lain. Remaja mau belajar dari sikap Miryam dan Harun yang tidak boleh ditiru yakni
menjadi pribadi yang iri hati dan menyakiti hati sesamanya. Kisah ini mau menyadarkan
anak remaja, mungkin saja dalam relasi bersama yang lain kita pernah menyakiti orang lain
melalui tutur kata dan perbuatan kita. Maka saat ini mawas dirilah agar tidak melakukannya
lagi dalam kehidupan. Iri hati akan menghasilkan dengki, dengki akan menghasilkan pikiran
yang negatif, dan pikiran yang negatif menghasilkan perbuatan yang tidak menyenangkan.
Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah menutup mata dan telinga-Nya. Ia selalu
memperhatikan kehidupan anak-anak-Nya.
Sebalik-Nya remaja diminta belajar dari sikap Musa yang lembut hatinya dan mau
memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Remaja diminta untuk memiliki hati yang
legowo dan tidak membalaskan perbuatan yang tidak baik dengan hal yang sama. Hindari
permusuhan, perbanyak pertemanan. Maka ada istilah, “100 teman terlalu sedikit dan 1
musuh terlalu banyak.” Jaga relasi dengan baik dan yakinlah jika ada yang menyakiti kita
maka Tuhan Allah tidak akan diam saja. Kita tidak perlu membalas perbuatan mereka sebab
Tuhan Allah sendiri yang akan membalaskannya tanpa kita minta.

Pemuda
Sebagai pemuda dan pemudi, kita sadar bahwa selalu ada relasi yang terbangun
dengan setiap orang yang dijumpai dalam keseharian, entah dalam studi, pekerjaan,
maupun lingkungan. Dengan membaca teks ini kita hendak belajar untuk memelihara relasi
yang baik dengan orang lain. Hindari sikap iri hati seperti Miryam dan Harun. Tidak perlu
nyinyir atau julid dengan kehidupan orang lain, sebab kita dapat menyakiti hati orang lain.
Bijaklah juga memakai gawai dan media sosial kita.
Selain itu, sebagai pemuda dan pemudi, kita diminta sabar dan tidak reaktif bahkan
dendam dengan orang lain yang menyakiti kita. Belajarlah dari Musa yang memiliki
kelembutan hati sehingga mampu memaafkan dan tidak menaruh dendam kepada orang
lain. Ingatlah bahwa dengki dan dendam tidak akan membawa kedamaian dalam hidupmu,
justru sebaliknya akan terus menghantuimu dalam menjalani kehidupan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa yang bisa kita pelajari dari Miryam dan Harun dalam perenungan hari ini?
2. Bagaimana seharusnya sikap kita ketika ada yang tidak menyukai atau berperilaku
tidak baik terhadap kita?

Pemuda
1. Apa yang bisa kita pelajari dari Musa dalam perenungan hari ini?
2. Mengapa memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain begitu sulit untuk kita
lakukan?

Daftar Acuan
Alkitab SABDA. https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=bilangan&chapter=12 -
n2 (diakses pada 25 Februari 2022)

[WAH]
BETAPA PENTINGNYA
SEPTEMBER I BERDAMAI
Matius 5:23-24

Pengantar
Terdapat cara unik di beberapa negara untuk menyatakan permohonan maaf,
salah satunya di Brazil. Permintaan maaf paling sopan di sana adalah dengan cara
memberi hadiah yang dilengkapi dengan kartu ucapan permintaan maaf. Cara ini mungkin
sepertinya hal yang biasa, lalu apa keunikannya? Keunikan bahkan mungkin menjadi
tantangan bagi orang yang minta maaf di Brazil, sebab hadiah yang diberikan itu harus
sesuai dengan selera dari orang yang dituju. Tradisi ini memperlihatkan bahwa berbuat
salah atau merugikan orang lain adalah hal yang serius. Meminta maaf menjadi hal yang
tidak begitu saja dilakukan, ketika kita harus menyelidiki dulu segala hal berkaitan dengan
orang yang kepadanya kita akan meminta maaf. Secara tidak langsung tradisi ini membuat
seseorang akan menjadi lebih mengenal dan memahami orang lain, dengan tujuan di
suatu hari tidak akan mengulangi lagi membuat orang lain marah atau sakit hati karena
perbuatan kita. Meminta maaf dan berdamai merupakan hal yang sangat penting,
karenanya Firman Tuhan hari ini juga berbicara tentang hal tersebut.

Penjelasan Teks
Teks yang kita baca hari ini harus kita pahami dalam konteks tradisi dan
penghayatan agama Yahudi. Dalam agama Yahudi terdapat aturan tentang korban
penebusan dosa dan mekanisme yang mengatur bila seorang berbuat salah atau merugikan
orang lain. Aturannya adalah seorang harus mengganti senilai kerugian yang dialami oleh
orang lain. Ritual keagamaan tentang penebusan dosa dan aturan ganti rugi ini tampaknya
membuat hubungan antara satu dengan yang lain menyimpan banyak kebencian dan
dendam. Masalah dianggap selesai karena sudah memenuhi syarat formalnya, tetapi
sesungguhnya tidak ada kerelaan untuk meminta maaf dan berdamai.
Cara hidup ini tidak dikehendaki oleh Tuhan. Karenanya Yesus mengingatkan umat
Yahudi pada masa itu untuk memahami bahwa seluruh kehidupan ibadah mereka termasuk
persembahan bagi Allah adalah sia-sia, jika mereka datang dan mempersembahkannya
dengan hati yang dipenuhi oleh kemunafikan, kebencian bahkan dendam antara satu
dengan yang lain. “…pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu” (ay. 24) menjadi
perintah Tuhan yang sangat jelas dan tegas. Kita tidak bisa menganggap sepele jika sudah
berbuat salah atau merugikan orang lain. Relasi yang rusak karena perbuatan yang semena-
mena dan tidak menghargai sesama bila terus dibiarkan akan membuat sebuah masyarakat
bahkan suatu bangsa mudah sekali mengalami konflik.
Permintaan maaf tidak bisa hanya dilakukan secara formalitas tanpa ada
pengampunan yang tulus dari hati. Hal inilah yang sering terjadi di tengah masyarakat kita,
sehingga kebencian dan dendam menumpuk, menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan
saja. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa semua yang kita perbuat, sebaik apapun di
hadapan manusia atau di hadapan Tuhan akan sia-sia saja jika belum bisa berdamai dengan
sesama yang terluka karena sikap dan perbuatan kita. Ketulusan dan kesungguhan untuk
berdamai menjadi hal yang sangat penting dan menjadi pesan Firman Tuhan yang harus
kita laksanakan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Relevansi
Remaja
Dalam kehidupan remaja berdamai bisa menjadi hal yang sulit dilakukan. Terkadang
seorang remaja memiliki kecenderungan merasa dirinya benar atau sama sekali tidak
menyadari kalau dirinya sudah melakukan suatu kesalahan. Bagi dirinya bisa saja baik-baik
saja, tetapi tidak demikian bagi orang lain. Bagi dirinya masalah sepele, tetapi bagi orang
lain merupakan masalah yang besar. Usia remaja yang pada satu sisi sangat kental dengan
persahabatan, aktivitas dalam kelompok, dan merasa sangat memerlukan kehadiran orang
lain untuk membantu persoalannya, di sisi lain bergulat juga dengan kecenderungan self-
oriented yang bisa dengan mudah membuat seseorang merasa kecewa dan tersakiti.
Sahabat remaja perlu untuk mendalami firman Tuhan hari ini dan menemukan
pesan penting bahwa Tuhan memperhatikan hubungan antara orang yang satu dengan
yang lainnya. Tuhan menghendaki agar manusia selalu hidup dalam damai. Ketika ada
masalah, hendaknya cepat diselesaikan. Jangan menunggu orang lain meminta maaf,
melainkan jadilah yang terdahulu untuk mengulurkan tangan dan berdamai. Jangan merasa
kalah jika kita harus meminta maaf lebih dulu, sebab Tuhan sangat menghargai orang yang
memiliki ketulusan hati untuk berdamai dengan saudara atau sahabatnya.

Pemuda
Kehidupan pemuda-pemudi menjelang dewasa kadang dipenuhi oleh hubungan
yang bersifat formal. Baik di tengah masyarakat atau lingkungan pekerjaan, berkomunikasi
dan berinteraksi seperlunya saja. Hanya dengan sedikit orang memiliki hubungan yang
mendalam. Hubungan yang sebatas formalitas bisa berujung pada sikap dingin atau
permusuhan karena bingung bagaimana menyelesaikan masalah yang ada. Sering berharap
akan hilang seiring waktu, namun kenyataannya bisa menjadi kepahitan yang
berkepanjangan. Hubungan dengan intim dengan sedikit orang dapat pula menjadi rumit
ketika sudah bersinggungan dengan prinsip hidup dan kepercayaan yang tidak mudah
dipulihkan ketika sudah mengalami kerusakan.
Menata hati untuk tidak mudah kecewa dan belajar saling menghargai adalah
komitmen pribadi yang harus terus dibangun dalam kesadaran sedikit banyak, cepat atau
lambat, kita akan memerlukan orang lain. Generasi muda yang diharapkan mulai berkiprah
baik di tengah masyarakat juga dalam persekutuan, harus memiliki mental yang sehat,
sebab itu penting sekali untuk selalu hidup dalam perdamaian dengan orang-orang yang
ada di sekitarnya. Generasi muda juga akan menjadi pemimpin, yang tentunya harus bisa
menciptakan kondisi yang damai dan kondusif. Sangat tidak mudah jika pada dirinya sendiri
menyimpan persoalan yang membuatnya tidak merasakan adanya damai sejahtera. Menata
masa depan, baik dalam karir maupun relasi dengan pasangan, yang dikuatkan selalu
melalui relasi yang intim dengan Tuhan, harus berjalan selaras dengan kedamaian dalam
hati dengan meminimalkan potensi perselisihan yang akan menguras energi secara sia-sia.
Ketulusan untuk meminta maaf dan berdamai menjadi ciri kematangan dan kedewasaan
yang utama dari seorang muda. Segeralah berdamai bila kita sempat bersalah terhadap
orang lain, sebelum masalah yang lebih besar datang merintangi jalan kita.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Hal apakah yang seringkali membuat hubungan kita dengan teman terganggu?
2. Hambatan apa yang dirasakan paling berat ketika remaja mencoba untuk meminta
maaf kepada orang lain?

Pemuda
1. Apakah saudara memiliki lingkaran kepercayaan, yakni orang-orang yang memiliki
visi yang sama sehingga bisa membantu saudara untuk menyelesaikan sebuah
masalah? Bagaimana cara merawat lingkaran kepercayaan itu agar selalu ada dalam
damai sejahtera?
2. Keyakinan apa yang saudara temukan dari Firman Tuhan hari ini sehingga sebagai
generasi muda kita dapat selalu mewujudkan relasi yang toleran dan terbuka untuk
saling memaafkan?

[YWP]
KESEDIAAN
SEPTEMBER II MENDENGAR SARAN
Keluaran 18:13-27

Pengantar
Doug Larson, seorang kolumnis dan wartawan dari Amerika, mengatakan bahwa
“Kebijaksanaan adalah imbalan yang Anda peroleh dari seberapa lama Anda menjadi orang
yang mendengarkan pada saat Anda merasa lebih suka berbicara.” Pernyataan Larson ini,
pertama mengungkapkan bahwa kebijaksanaan diperoleh melalui proses mendengarkan.
Mendengarkan sesuatu dengan seksama beda dari hanya mendengar. Ada rasa percaya
yang dibangun dan ketekunan melewati beragam hambatan untuk bisa mendengarkan
dengan baik apa yang disampaikan oleh seseorang yang kita anggap sebagai penasihat bagi
kita. Kedua, kita pun diingatkan tentang kecenderungan orang untuk lebih banyak bicara
daripada mendengar. Apalagi orang dalam posisi dan peran tertentu, seperti seorang
pemimpin yang merasa dirinya memiliki kuasa. Ia akan lebih banyak berbicara dan
memerintah orang dibawahnya, daripada mendengar nasihat dari orang lain. Firman Tuhan
hari ini mengajak kita untuk menyadari pentingnya mendengarkan perkataan orang lain,
terutama kata-kata nasihat yang disampaikan oleh orangtua, kakak, atau yang lainnya.

Penjelasan Teks
Setelah dilepaskan dari perbudakan di Mesir, Allah membawa bangsa Israel melalui
kepemimpinan Musa menuju Tanah Perjanjian. Tugas dan tanggung jawab Musa tidaklah
mudah sebab umat Israel masih merupakan gerombolan yang tidak teratur, senang
bersengketa dan kurang iman. Musa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan, harus
memberi tahu mereka apa kehendak Allah dalam perkara-perkara yang meragukan, dan
harus menjelaskan hukum-hukum Allah yang sudah diberikan kepada mereka, mengenai
hari Sabat, manusia, dsb., di samping hukum-hukum alam, yang berhubungan dengan
kesalehan dan keadilan (ay. 15). Kepemimpinan Musa juga seringkali diuji ketika ia harus
memutuskan perselisihan-perselisihan, menentukan masalah-masalah yang
dipersengketakan, dan menghakimi antara manusia dan sesamanya (ay. 16).
Dari yang awalnya lari dari panggilan Allah, Musa dibentuk menjadi sosok pemimpin
yang setia. Namun Musa tidak melakukannya sendiri. Sebab semakin banyak tanggung
jawab dan semakin rumit persoalan yang harus diatasi, Musa tidak akan mampu bertahan
menjalankan kepemimpinannya dengan kekuatannya sendiri. Tuhan Allah yang selalu
menyertai dan menjaga Musa. Tuhan Allah juga yang menghadirkan orang-orang terdekat
yang selalu memberi dukungan pada Musa. Sebagai satu-satunya pemimpin Israel, Musa
bisa saja menjadi angkuh dan merasa bahwa dirinya bisa memutuskan segala perkara
seorang diri. Ternyata tidaklah demikian. Musa senantiasa mau mendengar perkataan
orang-orang yang berada di dekatnya. Salah satu yang Musa hormati dan nasihatnya selalu
ia dengar adalah Yitro, mertuanya. Bacaan kita mengungkapkan bagaimana Musa mau
mendengar dan melakukan apa yang dinasihatkan oleh mertuanya (ay. 24).
Masalah pelik yang sedang dihadapi, akhirnya bisa teratasi dengan baik berkat
kesediaan Musa mendengar nasihat orang yang ada didekatnya. Nasihat itu dilihat oleh
Musa sebagai saran yang baik dan menjadi jalan keluar yang dapat diterapkan bagi umat
Israel. Demikianlah Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya
kesediaan mendengarkan perkataan orang lain, baik itu nasihat, saran, atau bahkan juga
sebuah koreksi atas apa yang kita lakukan. Kita harus selalu berpikiran jernih dan positif.
Berpikir jernih artinya kita menyadari bahwa sekuat dan sehebat apapun diri kita memiliki
kelemahan dan keterbatasan. Jangan sampai pikiran kita keruh dan tak menyadari bahwa
kita menuju kehancuran karena keegoisan dan keangkuhan. Berpikir positif berarti kita
menghargai bahwa apa yang disampaikan oleh orang lain, terlebih dari orangtua bertujuan
untuk kebaikan. Jangan terburu-buru berbicara dan mengambil keputusan, banyaklah dulu
mendengarkan suara dari sekitar kita. Inilah proses seseorang menuju kedewasaan,
kematangan dan kebijaksanaan.

Relevansi
Remaja
Melatih remaja untuk lebih banyak mendengarkan mungkin memiliki tantangan
tersendiri. Usia remaja adalah masa yang sangat aktif, mereka ingin melakukan banyak hal.
Remaja antusias mencoba hal yang baru dan berbicara banyak dengan orang-orang
sebayanya. Hanya beberapa remaja saja yang lebih memilih untuk diam di rumah daripada
pergi bermain dan beraktivitas bersama teman-temannya. Duduk diam dan mendengarkan
bisa jadi adalah yang paling tidak disukai oleh remaja.
Firman Tuhan mengingatkan kita semua betapa pentingnya memiliki kesediaan
mendengarkan saran dari orang lain. Remaja harus memahami bahwa saran yang diberikan
adalah untuk kebaikan kita. Bukankah remaja ingin menjadi lebih baik dan mewujudkan apa
yang menjadi cita-citanya? Salah satu cara yang Tuhan pakai adalah menghadirkan orang-
orang untuk membantu kita. Mulailah membuka diri dan memberi kesempatan kepada
orangtua, kakak, atau yang lainnya untuk membantu kita dengan memberi saran dan
berbagi pengalaman berharga.
Bagi kita yang mendampingi dan mau memberi saran bagi remaja, kita pun harus
bijaksana menempatkan diri. Jadilah sahabat bagi remaja, jangan menjadi orang yang
hanya mengatur dan melarang remaja. Nasihat yang penting akan sia-sia jika kita salah
menyampaikan dan melakukan pendekatan pada remaja. Kiranya Firman Tuhan hari ini
dapat menciptakan suasana keakraban dalam keluarga dan persekutuan untuk dapat
berbagi saran dan saling menguatkan.

Pemuda
Pemuda memiliki pendirian yang lebih kuat dari usia sebelumnya. Mereka
memegang prinsip yang menjadi keyakinan dalam diri sehingga sulit untuk diubah.
Terkadang ada yang rela menderita demi mempertahankan prinsipnya. Dapat dibayangkan,
pemuda bukan hanya bisa kehilangan kesempatan tetapi juga menghabiskan waktu dan
energi dengan sia-sia ketika bertahan dengan keyakinannya yang belum tentu benar.
Proses pembentukan Musa terjadi sejak ia muda, hingga dewasa. Karakter yang
patut dicontoh dari Musa, ialah keterbukaannya menerima saran. Walaupun Musa juga
memiliki karakter seorang yang teguh dalam pendirian, tetapi Musa mau mendengarkan
perkataan orang lain, khususnya orang-orang yang ia hargai, seperti Yitro, mertuanya.
Pemuda harus menumbuhkan kepercayaan kepada orang-orang yang bisa menjadi
pembimbing dan penasihat yang baik. Bukan untuk mematahkan semangat atau menolak
mentah-mentah apa yang menjadi buah pemikiran, tetapi perlu seorang yang bisa diajak
berdiskusi, bertukar pikiran, dan memperluas perspektif agar apa yang pada akhirnya
menjadi keputusan tidak hanya sebatas pemikiran sendiri yang tentu memiliki keterbatasan.
Dalam hal ini, orang tua dan pelayan rohani di gereja kiranya menjadi tempat yang dapat
menerima pemuda, memberikan kenyamanan dan tidak melulu berbicara dengan bahasa
perintah bagi generasi muda.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana remaja melihat sosok Musa dalam menjalankan kepemimpinannya,
apakah yang dapat diteladani khususnya dalam bacaan kita hari ini?
2. Apa yang membuat remaja sulit mendengarkan dan menerima nasihat dari orang
lain? Apakah isi nasihatnya atau lebih kepada cara penyampaiannya?

Pemuda
1. Apakah Saudara memiliki tempat untuk bertukar pikiran? Siapakah orang itu dan
adakah kriteria khusus?
2. Bagaimana gereja dapat menjadi komunitas yang saling mendengarkan dan
memperhatikan, sehingga generasi muda dapat tumbuh bersama dan juga
mengalami keberhasilan bersama?

[YWP]
SEPTEMBER III
PENGUASAAN DIRI
Galatia 5:22-23

Pengantar
Memiliki sikap penguasaan diri sangatlah penting bagi semua orang. Penguasaan
diri berarti suatu bentuk kedewasaan dalam menentukan pilihan. Bergaul dengan ragam
karakter orang pun membutuhkan penguasaan diri. Anak muda kerap kali dianggap tidak
mampu menguasai diri karena sedang dalam proses pencarian jati diri. Namun, saat ini perlu
disadari bahwa penguasaan diri adalah proses belajar dalam hidup yang tidak akan pernah
berhenti. Oleh karena itu, sejak muda perlu berlatih dan mempelajari sikap penguasaan diri
ini.
Penguasaan diri juga adalah wujud nyata kasih di dalam Tuhan. Melalui perikop ini,
remaja dan pemuda dapat diberikan wawasan tentang penguasaan diri. Bagaimana mereka
memahami pentingnya penguasaan diri? Apa manfaatnya bagi mereka saat ini dan masa
mendatang? Dengan demikian, anak muda tidak hanya bisa memahami, namun sebagai
remaja dan pemuda Kristen mampu menunjukkan sikap kasih bagi dirinya sendiri dan
sesama.

Penjelasan Teks
Dalam Galatia 5:22-23, dijelaskan tentang buah Roh. Buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan
dan penguasaan diri. Dalam bahasa Yunani, kata penguasaan diri yaitu egkrateia. Yang
berarti pengendalian diri (suatu bentuk kebajikan orang yang menguasai keinginannya dan
nafsunya.) Dalam buah Roh, tidak ada sikap yang dinyatakan lebih utama daripada yang
lain. Penguasaan diri menjadi bagian dari Buah Roh. Roh itu adalah Roh Kudus yang
menggerakkan manusia melakukan kasih secara konkrit dalam hidupnya.
Paulus dalam suratnya menyatakan bahwa jemaat Galatia harus mampu
mengendalikan keinginan manusiawi. Manusia yang terjebak pada hasrat keinginan duniawi
akan mudah mengabaikan kasih dalam pencapaiannya. Kesombongan rohani akan
menguasai hati dan pikirannya sehingga setiap orang akan menonjolkan kehebatannya
sendiri tanpa melihat adanya peran serta orang lain yang membantunya agar berhasil. Sikap
seperti ini tentu akan membuat perpecahan dalam jemaat. Pertumbuhan secara kuantitatif
tidak dibarengi dengan pertumbuhan iman secara kualitatif.
Paulus membahas perbedaan gaya hidup secara umum. Ia juga mencantumkan
daftar khusus baik dari perbuatan berdosa maupun buah Roh. Buah Roh menjadi gaya
hidup yang bertentangan dengan perbuatan berdosa (ay. 19-21). Gaya hidup ini dihasilkan
dari anak-anak Tuhan yang mengizinkan Roh menuntun dan mempengaruhi hidup mereka
sedemikian rupa, sehingga mereka membinasakan kuasa dosa. Keinginan untuk berbuat
dosa dan hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Penguasaan diri menjadi salah satu gaya hidup orang Kristen. Beberapa pengertian
tentang penguasaan diri diantaranya :
1. Dapat mengendalikan diri, waspada menjauhkan diri dari dosa.
2. Tidak menuruti keinginan manusia daging.
3. Mampu mengontrol diri dengan baik.
Kaum muda diajak untuk menguasai dirinya dalam perilaku keseharian. Orang yang
memiliki karakter penguasaan diri bukanlah dimiliki oleh orang yang sudah lanjut usia
namun anak muda pun bisa memilikinya. Penguasaan diri nampaknya menjadi satu
ungkapan yang sulit. Akan tetapi bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. Mintalah hikmat
kepada Tuhan untuk mendapatkannya, percayalah Tuhan pasti akan memberikan
kebijaksanaan kepada kita.
Memiliki keterampilan menguasai diri akan mempermudah kaum muda di semua
bidang kehidupan, terutama saat bersosialisasi. Mengontrol tindakan dan reaksi akan
membantu mereka menyesuaikan diri dalam berteman. Jika mereka mampu melakukannya
dengan baik, secara sosial akan meningkatkan harga diri mereka. Tanpa penguasaan diri
yang baik, mereka akan mudah merasa frustasi dan menyerah, tidak mampu menerima
kritikan, terlalu aktif, sulit bersabar dan suka menginterupsi. Akibatnya, mungkin mereka
akan sulit diterima dalam pergaulan.

Relevansi
Remaja
Kaum remaja perlu memahami perilaku penguasaan diri. Kita mungkin sudah tak
asing lagi dengan sebuah petuah, "Segala yang berlebihan itu tidak baik." Petuah ini tentu
sangat berguna sebagai bekal kita menjalani kehidupan karena mengingatkan kita tentang
pentingnya penguasaan diri. Sebagai contoh dalam pergaulan remaja, dapat membedakan
mana pergaulan yang baik dan tidak. Memilah dan memilih pergaulan itu sehingga dapat
menguasai diri untuk tidak terjerumus dalam kebiasan yang buruk. Makan makanan yang
berlebihan, tentu kita perlu mengendalikan diri kita untuk memasukkan semua makanan ke
dalam perut kita. Kita harus mengatur mana yang baik untuk tubuh dan pertumbuhan saya
kelak dan mana yang tidak tepat. Jika mengandalkan keinginan sendiri, tentu semua
makanan rasanya ingin kita santap tanpa tersisa dan tanpa berbagi. Sikap ini akan berujung
pada keserakahan.

Pemuda
Sebagai kaum pemuda, tingkat penguasaan diri seharusnya sudah lebih baik
daripada saat remaja. Belajar dari pengalaman tentu akan membuat pemuda mudah
beradaptasi menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru. Dalam dunia kampus atau
kantor, biasanya tingkat stress lebih banyak dialami. Tuntutan pekerjaan semakin tinggi
dan relasi pertemanan semakin terbatas. Dalam menyikapi hal ini perlu kebijaksanaan
dalam mengelola emosi diri. Menahan egoisme diri merupakan cara untuk menguasai diri.
Tidak mudah reaktif dalam menanggapi suatu berita yang belum tentu kebenarannya
(hoax). Mengelola pikiran dan perasaan sebelum bertindak maupun berkata-kata. Sehingga
cara menyampaikan suatu pesan bisa dengan elegan dan sopan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa yang menjadi kesulitan dalam menguasai diri?
2. Apa yang kamu lakukan untuk sabar mengantri?

Pemuda
1. Apa yang terjadi jika pemuda tidak mampu menguasai diri?
2. Bagaimana mengontrol kata-kata sebelum diucapkan agar tidak menyakiti orang lain?

[DA]
SEPTEMBER IV
TELADAN HIDUP BAIK
Titus 2:1-12

Pengantar
Menjadi teladan atau dikenal orang lain dengan sebutan “orang baik” bukanlah
suatu proses yang instan. Setiap orang berhak untuk menjadi orang baik yang dikenang
orang sepanjang masa. Seperti pepatah mengatakan “Harimau mati meninggalkan belang,
gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama." Artinya setiap orang
yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Namun,
jangan menunggu meninggal untuk menjadi berarti. Bukankah lebih baik saat seseorang
masih hidup pun, teladan baiknya bisa diikuti?!
Memiliki hidup baik bukanlah semata-mata untuk diri sendiri, namun yang harus
diingat adalah implikasi moralitas kepada Sang Pemberi Hidup. Kita hidup karena kasih
karunia Allah. Sudah sepatutnyalah kita melakukan kehendak-Nya yang baik dan penuh
bijak. Dalam pencapaian itu, kita sadari ada banyak cara untuk mengendalikan keinginan-
keinginan duniawi. Cara yang ditempuh bisa saja membuat kita menjauh dari Tuhan.
Apakah itu cara yang ditempuh sebagai pengikut Kristus?

Penjelasan Teks
Paulus menuliskan surat ini sebagai bentuk panduan bagi Titus dalam melakukan
pelayanannya. Titus mengajarkan umat di sana tentang hidup kudus. Dalam suratnya,
Paulus menyampaikan bahwa keadaan jemaat di Pulau Kreta sangat mengecewakan.
Persekutuan jemaat di gereja tidak dilayani dengan baik. Anggota jemaatnya hidup
mementingkan keinginan pribadi sehingga lebih menuruti nafsu duniawi. Titus ada dalam
situasi yang berat. Selain itu ada juga ajaran sesat yang mengacaukan ajaran Kekristenan
di sana. Orang Kreta ini suka menipu, hidup kesusilaan mereka rendah dan mencari
kenikmatan dengan cara yang tidak halal. Inilah tantangan yang dialami Titus pada masa
itu.
Akan tetapi, tantangan itu tidak menyurutkan semangat Titus dalam melakukan
pekabaran Injil. Ia pun diberikan motivasi oleh Paulus dalam melanjutkan karyanya. Paulus
ingin menekankan cara hidup orang benar dalam relasi bersama di tengah keluarga, gereja
dan masyarakat. Sikap hidup itu perlu diperhatikan oleh setiap orang agar mampu
menghargai hidup orang lain. Pada ayat 10-11 dinyatakan “…. hendaklah selalu tulus dan
setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah,
Juruselamat kita. Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata. Kesaksian Paulus tentang kasih karunia Allah merupakan ajaran yang selalu ia
nyatakan kepada semua orang. Kita hidup karena kemurahan Allah harus menjadi pondasi
yang kuat dalam hidup kita.
Keselamatan Allah dalam Yesus Kristus ini hendaknya menjadi dasar iman tiap
pengikut-Nya. Manusia bisa hidup dan berkarya semata-mata hanya karena kemurahan
Tuhan. Keinginan nafsu duniawi selalu mengintai manusia. Kelemahan dan keterbatasan
manusia mudah menggoyahkan dan menghancurkan pondasi iman tersebut. Sehingga cara
yang diambil adalah cara yang paling mudah yaitu terjerumus dalam dosa. Keinginan daging
selalu menggiurkan, menggoda setiap waktu. Manusia harus kuat iman, bijak dalam
mengambil keputusan diantara ragam pilihan yang menggiurkan tadi.

Relevansi
Remaja
Seorang remaja yang hidup bersama dengan ayah yang pemabuk, pemarah dan
sering main judi, memberikan kesan dua hal. Yang pertama, remaja itu akan tumbuh seperti
ayahnya. Kedua, remaja itu tidak mengikuti apa yang dilakukan sang ayah. Ia menjadi
remaja yang penuh kasih dan taat pada Tuhan. Pilihan yang tidak mudah, sangat beresiko
dan membentuk karakter di masa depan. Pilihan remaja untuk tidak seperti sang ayah,
sangatlah patut diapresiasi karena ia keluar dari kebiasan buruk yang ada di tengah
keluarganya. Ia bisa menjadi teladan bagi sang ayah dan orang lain dalam kesaksian
hidupnya.
Remaja diajak untuk membedakan perilaku mana yang baik dan mana yang tidak.
Kebebasannya untuk memilih akan diarahkan pada kebaikan dan damai sejahtera Allah. Ia
memilih untuk melakukan yang baik. Komitmen teguh dalam menjalankan hidup benar di
hadapan Tuhan tentu memiliki resiko besar yaitu meninggalkan keinginan duniawinya.
Remaja dibantu untuk percaya bahwa Allah akan mendampingi tiap langkahnya.

Pemuda
Seorang muda yang berkomitmen mengikut Tuhan, tentu harus mengimbangi
dengan pengorbanan yang tulus. Tantangan kaum muda dalam mencari pasangan hidup
yang seiman bisa menjadi perjuangan yang besar dalam hidupnya. Begitu pula dengan
tantangan di dunia kerja yang bisa bersinggungan antara jabatan dan iman. Keputusan
mana yang mau dipilih tentu akan berdampak pada semua aspek kehidupannya. Goncangan
iman untuk mengikuti keinginan duniawi sudah nyata di depan mata.
Pemuda dipanggil untuk bijak dalam menentukan pilihannya. Jika ia memaknai
bahwa hidup adalah karena kemurahan Allah dalam Yesus Kristus, tentu ia akan bisa
bertahan dalam pergumulannya. Ia akan bijak memilih cara mana yang relevan dan tidak
menjauhkan diri dari Tuhan. Justru semakin mengandalkan Tuhan dalam segala perkara.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana cara kamu menolak ajakan teman yang ingin melakukan kejahatan?
2. Mengapa manusia sering kalah dan menuruti keinginan nafsu duniawi?
Pemuda
1. Karakter apa saja yang dibutuhkan dalam menjadi teladan?
2. Ceritakanlah pengalamanmu dalam menekan hasrat atau keinginan duniawi?

[DA]
TIDAK MENGABAIKAN
OKTOBER I ORANG LAIN
Ibrani 10:19-25

Pengantar
Dalam tema renungan saat ini, baik remaja, pemuda dan setiap kategori usia
lainnya, terpanggil untuk tidak mengabaikan orang lain. Berbicara mengenai tidak
mengabaikan orang lain, mungkin bukan satu hal baru bagi setiap orang yang percaya
kepada-Nya. Akan tetapi, hal itu akan menjadi selalu baru di tengah berbagai dinamika
sosial dan kemajuan teknologi. Dinamika sosial yang dimaksud bisa merupakan dampak dari
pandemi Covid-19 atau mungkin ada sakit-penyakit lainnya, pergumulan dalam ekonomi,
pendidikan dan pekerjaan, atau pergumulan lainnya di tengah keluarga, persekutuan
jemaat, dan masyarakat.
Dengan berbagai dinamika sosial tersebut, kemajuan teknologi mungkin dapat
menjadi keuntungan dalam menjawab setiap tantangan yang ada. Akan tetapi, keuntungan
yang merupakan solusi (jalan keluar), mungkin saja di saat bersamaan menjadi kerugian.
Kok kerugian? Karena bisa saja kemajuan teknologi bukan menjadi jalan keluar, melainkan
justru menjadi jalan buntu yang menyebabkan masalah baru. Mengapa demikian? Sebut
saja atas adanya fenomena phubbing, yang merupakan singkatan dari phone dan snubbing–
mengabaikan. Dalam fenomena ini, para pengguna smartphone (gawai), termasuk para
pemuda dan remaja, memakai ponsel secara berlebihan sehingga mengabaikan kehadiran
orang di sekitarnya.
Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan memegang gawai dalam lingkungan
sosial dari dua orang atau lebih. Kemudian dalam pertemuan itu, ada interaksi dari orang
pertama kepada lawan bicaranya (orang kedua). Akan tetapi yang diajaknya berbicara,
hanya terfokus kepada gawai, bukan kepada orang yang sedang mengajaknya berbicara.
Menyikapi dinamika sosial dan kemajuan teknologi, khususnya dengan adanya fenomena
phubbing, mengapa setiap orang percaya, baik kategori usia remaja dan pemuda diajak
untuk tidak mengabaikan orang lain di tengah berbagai tantangan di dunia ini? Lalu,
bagaimana juga untuk tidak mengabaikan orang lain? Dengan tidak mengabaikan orang
lain, maka setiap orang percaya dapat menghidupkan iman kepada Tuhan sekalipun di
tengah berbagai tantangan. Dalam menghidupkan iman dan berjumpa dengan tantangan,
maka dibutuhkan kerjasama. Akan tetapi, bagaimana dapat berkerja sama jika adanya
fenomena phubbing?

Penjelasan Teks
Dalam pembacaan Alkitab, Ibrani 10:19–25, penulis surat kepada umat Ibrani
mengajak untuk merenungkan pandangan mengenai tata penyelamatan yang dikerjakan
oleh seorang Imam besar sebagai kepala Rumah Allah (ayat 21). Pada ayat 21, ada frasa
“… seorang Imam Besar…” yang dalam bahasa Yunani disebut ἱερέα (Hierea), yang
membicarakan aktivitas dari seseorang imam yang mempersembahkan korban kepada dewa
(meminjam tradisi pagan). Dengan penggunaan kata Hierea, penulis Ibrani sedang
menggunakan fungsi dari seorang imam untuk menjelaskan atas darah Yesus, yang
membuka jalan baru dan yang hidup dengan mengurbankan diri-Nya sendiri bagi setiap
orang percaya (ayat 19&20). Jalan yang baru dan yang hidup itu, kemudian pada ayat 22
dan 23 dilanjutkan dengan ajakan untuk setiap orang yang akan menempuh panggilan
tersebut. Keterpanggilan itu memberikan bimbingan dalam kehidupan yang seimbang bagi
orang Kristen (termasuk keturunan Yahudi, Kristen Yahudi, dan non-Yahudi) untuk menjauhi
hukuman dosa. Kata Hierea, juga sudah dijelaskan pada Ibrani 8:1-13 (Gugliotto, 1995:
168).
Pada Ibrani 10:24, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Ada kata “mendorong”, dalam bahasa
Yunaninya ialah παροξυσμὸν (paroxysmon – to spur), kata ini digunakan untuk para
pembacanya dapat merefleksikan dan mempertimbangkan kasih satu kepada lainnya.
Bagaimana caranya? Melalui stimulus kasih dan kebaikan dengan tidak hanya aktivitas
spontanitas atau tidak direncanakan (implusif), melainkan aktivitas yang sudah
direncanakan dan berkelanjutan–konsisten (kompulsif). Sikap saling mendorong sebagai
wujud saling memperhatikan itu, jika dilakukan secara konsisten merupakan bagian dari
kasih dan kebaikan yang tidak sebatas perasaan/tindakan emosional saja, tetapi juga dapat
dinyatakan dalam tindakan (tidak hanya perkataan melainkan juga perbuatan) terhadap
sesama ciptaan-Nya secara berkelanjutan (Schreiner, 2015: 320).
Kemudian penulis surat Ibrani pada ayat 25 sedang mengingatkan bagi orang-orang
Yahudi untuk tidak meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah. Ada kalimat “…pertemuan-
pertemuan ibadah kita…” yang dalam bahasa Yunaninya ἐπισυναγωγὴν (Episynagōgēn).
Penggunaan kata Episynagōgēn, menujuk kepada satu tempat sejenis synagogue, yang
kemudian menjadi tempat pertemuan orang Yahudi, orang Kristen Yahudi dan orang Kristen
non-Yahudi. Tempat pertemuan itu, merupakan sejenis tempat yang juga pernah dirindukan
oleh Yesus dalam Lukas 13:34; “…Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti
induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”
(Witherington, 2007:282).
Karena dihadiri oleh orang-orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi, maka orang
Yahudi cenderung lebih memilih datang pada pertemuan sesama orang Yahudi saja (Lee,
1990: 43). Mengapa orang Yahudi diimbau untuk mau bergabung dalam pertemuan dengan
orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi? Karena hari Tuhan yang mendekat. Apa yang
dimaksud dengan hari Tuhan yang mendekat itu? Pada ayat ke-26 sampai ayat ke-35, telah
disebutkan dan dijelaskan mengenai hukuman dari Allah atas tindakan dari berbuat dosa.

Relevansi
Remaja
Dalam kehidupannya di tengah dinamika sosial dan teknologi, para remaja mungkin
saja berjumpa seorang teman yang berperilaku seperti penjelasan dari fenomena phubbing,
atau mungkin juga menjadi pelaku dari fenomena tersebut. Bagaimana untuk tetap
bekerjasama dan berupaya menghidupan iman kepada-Nya, dengan tidak mengabaikan
orang lain? Dalam penjelasan teks di atas dengan tetap berada di pertemuan-pertemuan
(komunitas, persekutuan) yang ada. Namun, kehadirannya bukan sebagai bagian dari
fenomena phubbing; mengalami Fear of Missing out (FoMo) – ketakutan tertinggal dengan
segala hal, sehingga dalam pertemuan tersebut mereka justru mengabaikan orang lain dan
hanya terfokus kepada gawai secara individual.
Kalaupun pernah, apalagi di tengah pandemi Virus Corona dengan pembatasan
jarak dan pertemuan, seharusnya hal tsb, tidak menjadi sebab untuk mengabaikan orang
lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung (online). Namun, sebagaimana
pesan nas Alkitab yang sudah dibahaskan. kita terpanggil untuk saling memperhatian dan
saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik (Ibrani 10:24). Dengan tidak
mengabaikan, diharapkan adanya kerja sama. Tindakan ini merupakan bagian dari
menghidupkan iman kepada-Nya (menjadi rekan sekerja Allah). Sebaliknya, pengabaian
muncul mungkin saja disebabkan oleh sikap merasa dirinya yang paling benar dan
merendahkan orang lain. Sikap ini akan membuat sulit untuk bekerja sama. Iman kepada-
Nya pun tidak tumbuh dalam kebersamaan itu. Maka sebagai remaja, jika ingin tetap
menjadi rekan sekerja Allah, perlu adanya sikap yang mau bekerja sama dengan tidak
mengabaikan orang lain atau sibuk sendiri (merasa paling benar). Dengan demikian para
remaja juga tetap dapat menghidupkan iman kepada Tuhan di tengah
pergumulan/tantangan hidup di dunia ini dengan tidak mengabaikan orang lain.

Pemuda
Sebagai pemuda yang hidup di tengah dinamika sosial dan kemajuan teknologi
diharapkan tidak membuat orang lain diabaikan, atau bahkan direndahkan. Sekalipun
adanya fenomena phubbing; juga mengalami Fear of Missing out (FoMo) – ketakutan
tertinggal dengan segala hal, atau bahkan kecanduan dengan game pada perangkat
komputer & gawai, hal itu tidak menjadi alasan. Bahkan sebenarnya gawai dapat juga
digunakan untuk hal baik, salah satunya adalah adanya game yang dapat membangun kerja
sama dalam tim. Idealnya seorang pemuda dapat mengimplementasikannya juga dalam
kehidupan nyata, dengan berkerjasama (memperhatikan) dalam menghidupkan iman
kepada Tuhan, bukan berbuat dosa dengan mengabaikan dan merendahkan orang lain.
Dengan kemajuan teknologi, sekalipun ada dinamika sosial yang terus berubah,
seharusnya tidak membuat para pemuda untuk mengabaikan orang lain dengan
meninggalkan pertemuan (komunitas, persekutuan). Kadang-kadang, di tengah pertemuan
itu ada juga orang yang terlalu sibuk secara individual dengan gawainya sendiri. Padahal
sebaiknya kita tetap tetap saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan
melakukan berbagai hal yang baik. Kita dapat membangun kerja sama dan menghidupkan
iman kepada Tuhan, membantu secara pribadi (bekerjasama sebagai tim), untuk tidak
merasa yang paling benar dan juga mengabaikan orang lain. Dengan demikian kita dapat
jauh dari hukuman Allah dan tidak berbuat dosa.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Sebutkanlah penyebab mengabaikan orang lain!
2. Bagaimana cara untuk tidak mengabaikan orang lain?

Pemuda
1. Bagaimana cara untuk dibilang paling update, tetapi tidak mengabaikan orang lain?
2. Sebutkanlah kerja sama yang dapat menghidupkan iman kepada-Nya!

Daftar Acuan
Gugliotto, Lee J. 1995. Handbook for Bible Studying: A Guide to Understanding, Teaching,
and Preaching the Word of God. Maryland–Amerika Serikat: Review & Herald
Publishing Association.
Lee, Witness. 1990. A Summary of the Study of the New Testament Way of Christian
Service. California–Amerika Serikat: Living Stream Ministry.
Schreiner, Thomas R.. 2015. Commentary on Hebrews. Nashville: B&H Publishing Group.
Witherington III, Ben. 2007. Letters and Homilies for Jewish Christians: A Socio-Rhetorical
Commentary on Hebrews, James and Jude. Illinois–Amerika Serikat: InterVarsity
Press.

[RD]
TETAP BERKARYA BAGI
OKTOBER II TUHAN DAN SESAMA
Ibrani 13:21

Pengantar
Tanggal 10 Oktober 2022 yang lalu telah diperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia
atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS). Tujuan HKJS adalah untuk meningkatkan
kesadaran akan masalah kesehatan mental di seluruh dunia dan untuk menggerakkan upaya
dalam mendukung kesehatan mental (WHO. “ 10 October is World Mental Health Day”).
Dalam memperingati HKJS, para praktisi kesehatan mental atau siapapun juga dapat
mengambil waktu membicarakan tantangan dalam pekerjaan dan dalam melakukan
perawatan mental yang ada di seluruh dunia serta berupaya mencari solusinya.
Kaum remaja, pemuda, dan setiap orang percaya dapat kembali mengingat dan
menyadari setiap tantangan atau pergumulan hidup sehingga terpanggil untuk tetap
berkarya bagi Tuhan dan sesama ciptaan-Nya. Tantangan atau pergumulan di dapat terjadi
dalam berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan, persekutuan, keluarga,
dan masyarakat. Setiap orang percaya diajak untuk tetap menjaga kesehatan jiwa dan juga
kesehatan rohani (tetap beriman dan berkarya). Tindakan tersebut juga merupakan
ungkapan rasa syukur atas berkat dari Tuhan sehingga kita pun menjadi berkat bagi
sesama. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memelihara kasih persaudaraan. Teknologi juga
dapat digunakan, sekalipun di tengah keterbatasan dan pembatasan, untuk mendukung
tindakan ini. Dengan demikian, tetaplah berkarya dan gunakanlah kemajuan teknologi untuk
menggerakkan orang lain, bagi kemuliaan Tuhan, dan menjadi berkat bagi sesama ciptaan-
Nya.

Penjelasan Teks
Nas Ibrani 13:21, masuk ke dalam satu tema yang diberikan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI), yakni: “Nasihat dan doa selamat.” Mengapa pada bagian akhir dari Ibrani
memiliki tema “Nasihat dan doa selamat”? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka
akan dibahas secara tafsiran singkat pada struktur Ibrani 13:1-25, sbb (Manyika, 2015: 38):
1. Sebelum Penutup 13: 1 – 21
1.1 Perintah Etis 13: 1 – 6
1.2 Contoh untuk diikuti 13: 7 – 8
1.3 Pengorbanan pengikut Kristus yang sejati 13: 9 – 16
1.4 Penyerahan diri 13: 17
1.5 Permintaan untuk berdoa 13: 18
1.6 Doa 13: 20 – 21
2 Salam Terakhir 13: 22 – 25
Tafsiran singkat pada struktur Ibrani 13: 1-25akan membantu bagi para pembaca untuk
memahami konteks bacaan tersebut. Selain itu, juga membantu memahami pergumulan
teologis pada teks yang sedang membandingkan antara masa perjanjian pertama (belum
diselamatkan) dan masa sesudah perjanjian yang baru (terpanggil untuk diselamatkan).
Dengan membandingkan kedua masa tersebut, kita melihat bahwa Yesus Kristus
diimani sebagai mediator untuk setiap orang yang percaya kepada-Nya sehingga mereka
diselamatkan dan masuk dalam perjanjian yang baru. Dengan kata lain, khususnya dalam
Ibrani 13:21, juga seperti menjelaskan Ibrani 9: 15; “Karena itu Ia adalah Pengantara dari
suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian
kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang
telah dilakukan selama perjanjian yang pertama” (Achtemeier, 2008: 286).
Setelah pergumulan teologis, berikut akan dibahas juga pergumulan secara
sosiologis yang terjadi pada Ibrani 13: 1-25, atau yang juga terjadi di dalam keseluruhan
Ibrani pasal ke-1 sampai dengan pasal ke-13, yang menjadi jajahan dari Kekaisaran
Romawi. Pada saat bersamaan, Kekaisaran Romawi sudah menganggap legal agama orang
Yahudi (Yudaisme), sehingga mereka yang masuk kategori agama Yudaisme tidak
mengalami penganiayaan. Berbeda dengan mereka yang beragama Kristen, yang pada saat
itu menjadi agama ilegal di dalam wilayah dan jajahan dari Kekaisaran Romawi (Smith,
2088: 286). Dalam ketegangan atau penganiayaan, maka para pembaca surat Ibrani diajak
untuk memelihara kasih persaudaraan (Ibrani 13:1).
Dengan mengetahui pergumulan secara teologis dan sosiologis, kita akan diantar
untuk memahami Ibrani 13:21, yakni: “kiranya memperlengkapi kamu dengan segala
yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang
berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Amin.” Kata “…memperlengkapi…” atau dalam bahasa Yunani adalah
καταρτίσαι (katartisai), merupakan bagian dari kata Yunani αοριστης, yang menujukkan
kata harapan pada masa depan (Smith, 2088: 305). Dengan demikian, ketika ada
penganiayaan menyangkut agama legal dan ilegal, maka harapan bukan pada manusia atau
ciptaan-Nya, melainkan kepada-Nya, sebagai Sang Pencipta.
Ibrani 13:21, dapat dipahami dalam kacamata sosiologis di mana pada saat itu
ada penganiayaan, dan secara teologis dalam penganiayaan tersebut ada harapan karena
kita sudah diselamatkan oleh-Nya (perjanjian yang baru). Dalam penganiayaan sekalipun,
Allah tetap memperlengkapi dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya.
Dengan demikian, dengan menelisik tafsiran singkat pada struktur Ibrani 13: 1-25 sebelum
menutup Ibrani (Pasal 1 – 13), penulis surat Ibrani ternyata kembali mengingatkan
(memberi nasihat) atas pergumulan secara teologis dan sosiologis (ayat 1-21) dan
menutupnya dengan doa (ayat 20-21). Para pembaca surat Ibrani kembali diingatkan dan
memperoleh kekuatan dari-Nya (sebagai perjanjian yang baru) untuk tetap dapat berkarya
di tengah penganiayaan. Maka demikian, mungkin juga sesuai dengan tema yang diberikan
oleh LAI pada Ibrani 13:1-25, yakni: “Nasihat dan doa selamat” penulis surat Ibrani juga
memberikan doa selamat bagi para pembacanya; baik pada saat itu, maupun saat ini dan
masa yang akan datang, dengan segala yang baik untuk tetap berkarya melakukan
kehendak-Nya.
Relevansi
Remaja
Sebagai seorang remaja yang terpanggil untuk berkarya di tengah berbagai
pergumulan kehidupan, termasuk dengan adanya kemajuan teknologi, maka kesehatan
mental dan rohani perlu dijaga. Dengan demikian kita dapat tetap berkarya untuk kemuliaan
nama Tuhan dan bagi sesama ciptaan-Nya. Bagaimana caranya seorang remaja dapat
menggunakan teknologi dengan bertanggung jawab dan bijaksana? Salah satu caranya
menjadi secara mental dan spiritual serta bijak menggunakan teknologi. Bukan sekadar
untuk kepentingan pribadi, apalagi yang berakibat dosa (menghina orang lain/membully,
mencuri hak cipta, menonton video porno – kekerasan, dlsb), melainkan untuk kebaikan
bersama.Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai berkat dari Tuhan dan digunakan untuk
kemuliaan Tuhan serta bagi sesama. Kita dapat tetap berkarya dan mengimani bahwa
Tuhan memperlengkapi. Seperti yang terjadi pada para pembaca awal surat Ibrani,
sekalipun ada penganiayaan yang mereka, hal itu tidak membuat mereka berhenti untuk
berkarya dalam mengabarkan Yesus Kristus, sebagai mediator antara manusia yang berdosa
dengan Allah sebagai pencipta (Ibrani 13: 9-16).

Pemuda
Sebagai pemuda yang hidup di tengah kemajuan teknologi, tentu ada banyak pilihan
dalam menggunakan teknologi tersebut. Misalkan hanya sibuk dengan bermain game,
mencuri hak cipta/plagiat, menyebarkan fitnah (hoax) atau bahkan menonton video
porno/kekerasan, dsb. Namun, ada pilihan lain yang perlu dipertimbangkan yaitu
menggunakan teknologi dengan bertanggung jawab dan bijaksana. Teknologi dapat
dimaknai sebagai berkat dari Tuhan sehingga kita terpanggil untuk menggunakan teknologi
bagi kemuliaan Tuhan dan bagi sesama ciptaan-Nya.
Ketika kita menggunakan teknologi untuk kemuliaan Tuhan dan bagi sesama
ciptaan-Nya, tentu akan ada tantangan. Mungkin ada sindiran, perundungan, bahakan
hinaan, dianggap sok suci, alim dan tidak mau melakukan perbuatan dosa. Namun, kiranya
pemuda tetap dapat menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan bijaksana,
sekalipun sulit dan penuh tantangan. Para pemuda tetap dapat mengimani bahwa Allah
memperlengkapi umat-Nya dalam berbagai hal, termasuk dalam penggunaan teknologi.
Mengapa demikian? Karena teknologi itu merupakan berkat dari-Nya dan Allah sanggup
untuk memperlengkapi dan memberikan banyak harapan (αοριστης – aorist) untuk para
pemuda dan setiap orang percaya dalam menggunakan teknologi untuk kemuliaan-Nya dan
bagi sesama ciptaan-Nya.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Sebutkan penyebab seorang remaja menggunakan teknologi untuk tindakan negatif dan
perbuatan yang mengakibatkan dosa!
2. Bagaimana cara seorang remaja dapat menggunakan teknologi untuk kemuliaan Tuhan
dan bagi sesama ciptaan-Nya?

Pemuda
1. Sebutkan contoh dan dan jelaskan dalam hal apa teknologi dapat menjadi berkat bagi
kemuliaan Tuhan dan bagi sesama ciptaan-Nya atau sebaliknya tidak menjadi berkat
bagi kemuliaan Tuhan dan bagi sesama ciptaan-Nya!
2. Bagaimana tips menggunakan teknologi yang bertanggung jawab dan bijaksana?

Daftar Acuan
Achtemeier, Mikeal C., & Charles H. Talbert (Eds). 2008. Hebrews (Paidea: Commentaries
on the NewTestament). Grand Rapids: Baker Academic.
Gelardini, Gabriella & Harold W Attridge (Eds). 2016. The God of Peace and His Victorious
King: Hebrews 13: 20-21 in Its Roman Imperial Context.
https://www.academia.edu/25960235/_The_God_of_Peace_and_His_Victorious_King
_Hebrews_13_20_21_in_Its_Roman_Imperial_Context_Pages_155_178_in_Hebrews_
in_Contexts_Edited_by_Gabriella_Gelardini_and_Harold_W_Attridge_AJEC_91_Leiden
_Brill_2016
Manyika, I., Batanaya. 2015. A Social-scientific reading of Hebrews 13: 11-14 from a
Postcolonial milieu. https://www.researchgate.net/publication/318216964_A_Social
scientific_reading_of_Hebrews_1311-14_from_a_Postcolonial_milieu.
Smith, James E.. 2018. Hebrews Revisited: A Commentary. North Carolina: Lulu Press.
WHO. “10 October is World Mental Health Day.”
https://www.who.int/campaigns/world-mental-health-day.

[RD]
ANTI MADESU
OKTOBER III BERSAMA TUHAN
Habakuk 3:17-19

Pengantar
Madesu (Masa Depan Suram) adalah sebuah istilah yang masih cukup sering
digunakan untuk menggambarkan situasi di mana pergumulan-pergumulan terjadi dalam
kehidupan kita sebagai kaum pemuda remaja yang tampaknya tidak memberikan harapan
untuk masa mendatang. Mulai dari mendapatkan nilai buruk, IP jelek, melamar pekerjaan
tapi belum juga mendapat pekerjaan, sampai pengalaman di PHK, biasanya akan dikaitkan
dengan istilah “madesu”.
Apakah memang pergumulan-pergumulan yang terjadi dalam kehidupan kita
sekarang ini adalah jaminan bahwa masa depan kita akan suram? Tidak adakah sesuatu
apapun yang bisa kita lakukan untuk bangkit kembali dan mengalahkan pergumulan-
pergumulan yang kita hadapi sekarang ini sehingga kita bisa mempersiapkan masa depan
yang cerah?

Penjelasan Teks
Kitab Habakuk dituliskan oleh nabi Habakuk ketika bangsa Israel mengalami
penderitaan. Kitab ini menjadi unik karena di dalamnya bukanlah suatu nubuat langsung
yang diarahkan kepada bangsa Israel, melainkan sebuah dialog antara Allah dengan sang
Nabi.
Nabi Habakuk banyak sekali mengajukan pertanyaan kepada Allah, tentang
ketidaksetiaan bangsa Israel yang mengakibatkan terjadinya banyak kejahatan di Israel
(misalnya: Hab. 1:2-4). Bukan itu saja, keadaan Israel pun semakin terpuruk karena Allah
kemudian menghukum bangsa Israel dengan membiarkan bangsa asing menyerang bangsa
Israel (Hab. 1:6). Dua situasi ini membuat bangsa Israel menderita, sehingga nabi Habakuk
bertanya kepada Allah, “Dengan semua penderitaan yang dialami oleh Israel, bagaimana
tentang kehidupan orang yang benar?”
Dalam latar belakang konteks itulah kita membaca perikop kita hari ini, Habakuk
3:17-19. Melalui percakapan nabi dengan Allah seperti yang tergambar dalam kitab
Habakuk, nabi kemudian menyadari bahwa sekalipun keadaan bangsa Israel saat itu sedang
mengalami penderitaan dan keterpurukan, Allah tetaplah yang menjadi sumber keselamatan
yang akan selalu menyatakan kuasa pemulihan dan pembebasan bagi bangsa Israel
sehingga bangsa Israel kembali berbalik kepada Allah dan meninggalkan semua kejahatan
mereka.
Relevansi
Remaja - Pemuda

Di tengah pergumulan yang terjadi dalam kehidupan kita sebagai remaja dan
pemuda, seringkali kita tergoda untuk berpikir bahwa hidup kita ini akan mengalami masa
depan yang suram karena pergumulan yang kita hadapi sekarang. Patah semangat,
kehilangan sukacita menjadi bagian yang tidak terpisahkan ketika pergumulan sedang
dialami oleh setiap kita.
Namun, kita juga semakin belajar melalui pergumulan-pergumalan yang terjadi itu
bahwa Allah yang kita kenal dalam Kristus adalah Allah yang benar-benar mau menolong
dan menyelamatkan kehidupan kita. Dari sini, kita menjadi sadar untuk terus berpaut
kepada Allah dalam menghadapi pergumulan kita dengan semua cara yang bisa kita lakukan
(misalnya: berdoa, ikut dalam kebaktian pemuda remaja, dll).

Pertanyaan Pendalaman
Remaja – Pemuda

1. Menurut kamu, apakah seseorang yang hidup di dalam Tuhan akan mengalami
masa depan yang suram?
2. Hal-hal apa yang perlu kita lakukan agar kita tahu bahwa Tuhanlah yang
menjamin masa depan yang cerah bagi kita semua?

[GA]
RENDAH HATI
OKTOBER IV
Keluaran 17:8-13

Pengantar
Momen Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta) merupakan
salah satu titik tonggak bersejarah dalam kesadaran persatuan di negeri ini. Datang dari
berbagai latar belakang, suku daerah, bahasa ibu dan agama yang berbeda-beda, para
pemuda-pemudi dengan lantang mengucapkan sumpah mereka terhadap tanah air
Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia.
Mengingat dan merayakan hari Sumpah Pemuda saat ini menjadi terasa sedih, jika
di negeri ini perbedaan yang sedari dahulu memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan
kemudian menjadi alasan beberapa oknum untuk merasa diri paling benar, paling hebat,
paling “wow” atau bahkan paling suci bila membandingkan diri mereka dengan diri saudara
setanah air yang lain.
Apa yang membuat para pemuda-pemudi dapat bersatu hati kala itu, ketika mereka
mengucapkan Sumpah Pemuda? Menampakkan sikap rendah hati dalam memandang
perbedaan yang ada demi satu tujuan bersama yang lebih besar. Sehingga, bila di hari ini
kita melihat acap kali terjadi konflik di negeri tercinta ini, mungkin karena beberapa orang
di negeri kita sedang melupakan sejarah dan menyingkirkan sikap rendah hati tersebut.

Penjelasan Teks
Bila kita mau mencari satu tokoh Alkitab yang memiliki potensi untuk tidak rendah hati,
mungkin Musa adalah salah satu orangnya. Bagaimana tidak, kepada Musa diberikan,
bukan hanya kepercayaan yang luar biasa dari Tuhan, tetapi juga melalui Musa Tuhan
melakukan banyak mukjizat yang besar. Jangan lupakan juga bagaimana Musa pada
akhirnya dimampukan oleh Tuhan untuk melawan “kekurangannya” ketika kali pertama
Musa dipanggil oleh Tuhan.
Perikop yang kita baca hari ini mengisahkan pertempuran antara bangsa Israel,
yang baru saja keluar dari negeri Mesir, melawan bangsa Amalek. Jangan bandingkan
keadaan bangsa Israel di saat itu dengan bangsa Amalek. Bangsa Amalek merupakan
keturunan Esau yang disebut di dalam Alkitab sebagai bangsa yang pertama ada di dunia
(Bilangan 24:10). Mereka telah memiliki banyak hal yang melebihi kekuatan bangsa Israel
di konteks saat itu, terutama ketika berperang dengan bangsa lainnya. Banyak penafsir
yang menyatakan bahwa serangan bangsa Amalek terhadap Israel juga berkaitan dengan
“dendam masa lalu” terhadap apa yang terjadi pada bapa leluhur mereka, yaitu pertikaian
Esau dan Yakub.
Yang menarik adalah bagaimana campur tangan Tuhan dalam peperangan
tersebut melalui Musa. Ayat 11-12 menceritakan bahwa ketika Israel berperang dan Musa
mengangkat tangannya, maka menjadi lebih kuatlah Israel. Dan ketika Musa kelelahan,
Harun dan Hur (menurut tradisi Yahudi, Hur adalah suami dari Maryam, kakak Musa)
menopang tangan Musa agar terus terangkat hingga bangsa Israel akhirnya
memenangkan pertempuran (ayat 13).
Jika Musa ingin bersikap tidak rendah hati, di saat itulah Musa bisa melakukannya.
Menganggap kemenangan Israel terhadap Amalek merupakan hasil dari “pekerjaannya”.
Namun kita tahu bahwa Musa senantiasa mengingat bahwa apa yang dilakukannya
semata-mata hanyalah oleh karena kekuatan yang diberikan Tuhan kepada Musa dan
kepada bangsa Israel (Ayat 14-16). Tidak juga bisa dilupakan bagaimana peran Harun dan
Hur yang menopang tangan Musa sehingga melalui kerjasama mereka, karya Allah dalam
memberikan kemenangan bagi bangsa Israel terlaksana.

Relevansi
Remaja - Pemuda

Sebagai kaum pemuda dan remaja dalam keseharian kita seringkali diperhadapkan
dengan situasi di mana di situ sangat dimungkinkan untuk kita mengambil sikap tidak rendah
hati. Godaan untuk menjadi sombong terjadi misalnya ketika di sekolah, kita mendapatkan
nilai terbaik. Atau ketika kita tahu bahwa kita sudah bekerja sedangkan ada teman kita yang
belum bekerja. Kadang, sikap tidak rendah hati itu muncul dalam candaan-candaan yang
mungkin tanpa kita sadari di situ nampak sikap tidak rendah hati.
Namun di sisi lain kita pun pasti mengalami apa yang dinamakan “jatuh-bangun”
dalam keseharian kehidupan kita sebagai remaja pemuda. Di saat-saat kita terpuruk,
dengan segera kita menyadari bahwa apa yang dahulu pernah kita sombongkan ternyata
tidak berguna. Belajar dari pengalaman hidup yang pernah kita alami, seharusnya dari situ
kita menyadari pentingnya sikap rendah hati. Dengan sikap rendah hati, kita mengakui
bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karunia dari Allah dan kita mau
belajar bersama-sama dengan teman-teman yang lainnya untuk semakin bertumbuh dan
bertambah, saling menolong dan memperlengkapi satu sama lain.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja - Pemuda
1. Hal-hal apa saja yang hari ini kamu rasakan bisa membawamu untuk memiliki
sikap tidak rendah hati?
2. Apa yang kamu lakukan agar kamu mengingat selalu pentingnya sikap rendah hati
dalam kehidupan keseharian kita?
3. Apa yang akan terjadi bila seseorang memiliki sikap tidak rendah hati?

[GA]
BELAJAR
NOVEMBER I MENGENDALIKAN MARAH
Efesus 4:29-32

Pengantar
Kemarahan merupakan salah satu dari antara banyaknya bentuk emosi manusia
selain senang, sedih, terharu, kecewa dan lainnya. Sebagai manusia, wajar apabila
mengalami emosi marah. Kemunculannya bisa karena dipicu oleh kejadian yang
menjengkelkan, menyakitkan, hati atau hal yang tidak mengenakkan. Sebuah kalimat bijak
menyatakan: “kemarahan dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan” (Ali
bin Abi Thalib). Artinya marah bisa sampai membuat orang kehilangan akal sehat yang
berujung pada penyesalan.
Remaja-Pemuda diajak untuk menyadari bahwa kehendak Allah adalah terciptanya
hubungan yang ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni satu sama lain. Kita
diajarkan untuk membatasi diri dalam bersikap dan berujar supaya dapat hidup bersama
dengan damai dan tenang. Oleh karena emosi marah berpotensi menciptakan perseteruan
maka pengendalian diri diperlukan untuk bisa mencegah, mengurangi atau menghentikan
segala hal yang dapat memicu konflik semakin melebar. Melalui pembacaan ini, jemaat di
Efesus diajak untuk mengedepankan kehidupan bersama yang bersatu. Sama-sama saling
berkomitmen dan berpartisipasi untuk menepis segala dorongan negatif saat sedang
terkungkung dalam kemarahan dan bersabar serta bertindak bijaksana dalam setiap situasi.

Penjelasan Teks
Surat kepada jemaat di Efesus ditulis oleh Rasul Paulus. Di belakang nama Paulus
ditambahkan keterangan “Rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah”. Penjelasan ini untuk
menerangkan bahwa sebutan rasul bukan karena manusia tetapi oleh karena Yesus Kristus
dan kehendak Allah Bapa. Keterangan ini memberi informasi kepada anggota jemaat di
Efesus tentang kualitas Paulus sebagai utusan yang sah dan resmi dari Yesus Kristus. Maka
dari itu surat kepada jemaat di Efesus bukanlah semata-mata pikiran Paulus sendiri tetapi
merupakan kehendak Allah yang disampaikan melalui rasul-Nya. Dalam surat Efesus banyak
ditemukan keterangan tentang “kehendak Allah”.
Bagian pertama surat Efesus bersifat dogmatis sedangkan bagian kedua yang
dimulai dari pasal 4 bersifat praktis. Isinya merupakan nasihat-nasihat praktis kepada
jemaat. Pemberitaan dan pengajaran yang telah jemaat ketahui diterjemahkan kembali
dalam kaitan sikap hidup sehari-hari.
Dalam Efesus pasal 4, Paulus memberi nasihat supaya anggota jemaat memelihara
kesatuan. Nasihat ini bukan disebabkan sebelumnya sudah ada bahaya perpecahan
melainkan sebagai anggota jemaat yang sudah mendapat kasih karunia Tuhan maka cara
hidup pun harus selaras berpadanan. Jemaat mendapat kasih karunia hanya karena belas
Tuhan saja bukan karena mereka baik. Oleh sebab itu mereka tidak boleh angkuh.
Keangkuhan dapat memecah-belah persatuan dan bertentangan dengan kasih karunia.
Efesus pasal 4 menekankan mengenai kesatuan jemaat. Mereka dipanggil bukan
orang-seorang tetapi sebagai anggota jemaat persekutuan tubuh Kristus. Mereka harus
memenuhi panggilan sebagai anggota tubuh Kristus yang memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai sejahtera. Kesatuan itu telah diberikan oleh Allah. Mereka harus dapat
mengusahakan untuk menjaga dan memelihara kesatuan dengan kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran. Hanya dengan jalan itu mereka bisa memenuhi panggilan
sebagai anggota tubuh Kristus.
Di ayat 29, Paulus melarang jemaat berujar kata-kata yang kotor. Kata kotor dalam
bahasa Yunani sama dengan busuk yang biasa dipakai untuk ikan busuk atau buah busuk.
Yang dimaksudkan pembicaraan yang kotor alias busuk adalah seperti kata-kata menghina,
mencaci-maki, dusta dan fitnah. Sebagaimana arti busuk yang berisiko membahayakan,
maka perkataan kotor berarti perkataan yang menimbulkan masalah dalam hubungan
bersama dengan orang lain. Paulus menasihatkan supaya mengeluarkan perkataan positif
yang membangun, mendatangkan kebaikan, berguna, menolong, menguatkan dan
membangkitkan semangat. Melalui perkataan yang diucapkan, pendengar akhirnya beroleh
kasih karunia atau mendapatkan berkat bagi dirinya. Kemudian di ayat 30, terdapat istilah
mendukakan Roh Kudus. Apapun sikap buruk terhadap sesama sama saja dengan
melakukan sikap buruk kepada Roh Kudus yang dapat mendukakan hati-Nya. Kita harus
mengingat bahwa di dalam kita hadir Roh Kudus. Kita pun adalah milik Allah yang telah
dimateraikan-Nya.
Di ayat 31, kata kepahitan menyatakan rasa sakit hati yang menyayat dan
kekecewaan yang mendalam. Kata kegeraman dan kemarahan merupakan ungkapan
amarah yang meluap atau meledak. Kata pertikaian adalah keributan yang berbentuk saling
berteriak dan membentak. Fitnah merupakan strategi untuk menyerang dan mencelakakan
orang lain. Semua hal buruk tersebut dinasihatkan untuk dibuang. Jadi bukan hanya benda
saja yang bisa dibuang, perasaan negatif pun perlu dibuang. Dibuang artinya dibuat berhenti
atau diminta supaya jangan lagi dipikirkan dan dirasakan.
Ayat 32 merupakan perintah yang harus dilakukan oleh jemaat Efesus. Ramah,
penuh kasih mesra dan saling mengampuni itulah yang dikehendaki dalam cara hidup
jemaat. Ketika jemaat melakukannya maka telah meneladani Allah di dalam Yesus Kristus
yang telah memberikan pengampunan kepada umat. Kita diminta untuk mendahulukan
kedamaian daripada perseturuan.
Melalui perikop Efesus 4: 29-32, jemaat Efesus diminta untuk memusatkan
perhatian pada perilaku mereka sendiri. Kehendak Allah tidak berfokus bagaimana
menyalahkan sikap hidup orang lain melainkan tertuju kepada masing-masing diri anggota
jemaat sendiri. Kita mengingat bagaimana karakter pribadi dalam bersikap dan berujar. Di
akhir mengenai pengampunan dinyatakan supaya dendam tidak menguasai hati kita. Kita
tidak terus menerus mengingat kesalahan orang lain melainkan ingatlah apa yang sudah
Allah lakukan di dalam kehadiran Yesus Kristus. Dengan kata lain menyikapi orang yang
bersalah adalah bukan dengan kejahatan melainkan dengan mengingat kasih karunia
pengampunan-Nya.
Relevansi
Remaja
Sebagaimana yang disampaikan di awal bahwa kemarahan merupakan emosi yang
wajar. Namun, menjadi tak wajar karena seringkali luapan emosi marah pada remaja
dilampiaskan kepada orang yang tidak berkaitan dengan penyebabnya. Misalnya remaja
bermasalah dengan temannya namun yang menjadi sasaran kemarahannya adalah
orangtua atau saudaranya di rumah. Remaja saat bermasalah dengan seseorang bisa
merasa bermasalah dengan seluruh orang di dunia. Hal ini membuat mereka menjadi
merasa sangat tertekan dan mempunyai beban yang terlalu berat.
Remaja harus bisa mengendalikan pikiran agar tidak terlalu sensitif dan mudah
tersinggung. Bentuk perhatian pun bisa disalahpahami oleh remaja sebagai kekangan yang
memenjarakan mereka. Oleh karena itu mereka kerap bercakap-cakap dengan rasa kesal
dan tidak mengenakkan jika mendengar hal yang tidak sesuai dengan pendapat dirinya.
Kehidupan remaja sering dikaitkan dengan emosi yang tidak stabil. Kondisi kejiwaan
emosi remaja memang masih labil. Mereka mulai menghadapi perkara-perkara masalah
dewasa dari usia kanak-kanak yang baru ditinggalkannya. Remaja masih dalam tahap
beradaptasi dengan umur dan lingkungan sekitarnya.
Remaja sangat penting dibimbing untuk dapat mengatur emosinya. Hal ini supaya
hal sepele tidak berakhir menjadi besar. Jika dibiarkan dapat merugikan diri sendiri dan lebih
parahnya dapat merusak masa depannya. Misalnya saat remaja melampiaskan kemarahan
dengan menulis status tidak etis di media sosial maka jejak digital yang terekam tidak bisa
terhapus begitu saja. Hal ini bisa mempengaruhi untuk pendidikan dan pekerjaannya kelak.
Melalui perikop ini remaja diarahkan saat mempunyai masalah dengan orang lain.
Segala sesuatu yang terjadi, remaja harus menahan diri dari perkataan kotor, kepahitan,
kegeraman, pertikaian dan fitnah. Remaja harus mengerti bahwa itu semua disetir oleh
emosi semata. Emosi dapat membawa masalah baru. Maka setiap perkataan dan perbuatan
jangan didasarkan karena emosi saja tetapi oleh nalar. Dalam menghadapi masalah harus
tetap berpikir jernih sehingga bisa bertutur kata dan bersikap baik. Apabila terasa sulit
menangani emosi maka remaja bisa mengutarakan permasalahannya kepada orangtua,
guru atau siapapun yang dipercaya untuk bisa menolongnya.

Pemuda
Siapa yang bisa mengendalikan peristiwa-peristiwa yang datang dalam hidup kita?
Tentu saja tak seorang pun manusia bisa memilih dengan bebas peristiwa apa saja yang
ingin datang kepadanya. Peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan dapat memicu
kehadiran emosi. Emosi tidak salah namun emosi negatif cenderung membuat perilaku
menjadi negatif juga. Perilaku yang negatif tentunya dapat merugikan banyak pihak,
termasuk diri sendiri. Oleh karena itu pikiran dan perasaan perlu dikelola dan diolah dengan
baik ketika muncul emosi negatif.
Menurut Prof. Drs. Koentjoro MBSC PhD, guru besar fakultas psikologi Universitas
Gadjah Mada, emosi yang tidak dapat dikendalikan dapat berpotensi menjadi perilaku yang
ingin menyakiti orang lain. Tepat seperti penjelasan bahan perikop bahwa saat bermasalah
maka seseorang bisa mengeluarkan perkataan kotor. Melalui tindakan tersebut, seseorang
merasa puas apabila pihak musuh mendapatkan pembalasan.
Kemudian berbagai contoh yang disebutkan seperti kepahitan, kegeraman,
pertikaian dan fitnah merupakan bentuk emosi yang bukan sederhana, melainkan emosi
yang meningkat menjadi emosi yang tak terbendung. Hal ini bisa diibaratkan bahwa emosi
buruk seperti sampah yang terus menerus disimpan. Lama-lama sampah akan
mengeluarkan bau yang sangat menyengat sebagaimana emosi yang terus menerus
disimpan dapat menjadi semakin bertambah kadarnya. Maka dari itu Paulus menasihati
supaya membuang semua emosi negatif.
Paulus menyadari adanya kesedihan, kekecewaan dan kemarahan bisa
menyebabkan dendam. Paulus menasihatkan supaya kita mau mengampuni, tetap ramah
dan penuh kasih. Pengorbanan Tuhan Yesus menjadi pengingat bahwa kita pun telah
menyakiti hati Allah dan Allah saja mau mengampuni. Paulus di sini secara tidak langsung
memberikan arahan supaya bersedia menjadi pengalah yang baik dengan tetap berbuat
kebaikan dan tidak menyalurkan kemarahan sebagaimana yang diinginkan oleh emosi kita.
Pemuda dapat mengalami masalah di tempat pekerjaan, gereja atau dengan
pasangan. Bagi pemuda, mengendalikan emosi bukanlah hal yang mudah. Meskipun
demikian pemuda harus mengingat bahwa memang tidak mungkin dapat mengubah situasi
yang datang dalam hidup ini tetapi pemuda bisa mengubah sudut pandang saat
menghadapinya sesuai dengan kehendak Allah. Pertama-tama pemuda dapat menenangkan
diri bisa dilakukan dengan mengambil napas panjang sambil mempertimbangkan risiko yang
terjadi saat memilih keputusan yang akan dilakukan. Hal ini dapat membuat lebih sadar
dengan keadaan di sekitar sehingga bersikap positif dan bijaksana dalam merespons.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana respons pertama saat mengalami masalah dengan orang lain?
2. Perilaku seperti apa yang Allah kehendaki saat Saudara menghadapi masalah?

Pemuda
1. Bagaimana cara membangun pemikiran positif saat muncul emosi negatif?
2. Kendala apa yang mungkin muncul saat berupaya mengalah demi kebaikan
bersama?

Daftar Acuan
Bratcher, Robert G dan Eugene A. Nida. 2013. Surat Paulus Kepada Jemaat Di Efesus.
Jakarta: LAI dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia.
Abineno, J.L. Ch. 2003. Tafsiran Alkitab Surat Efesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

[JST]
MELAWAN ALLAH
NOVEMBER II MENDATANGKAN MAUT
Bilangan 21:4-9

Pengantar
Sudah dituntun keluar dari Mesir sehingga perjalanan boleh aman tanpa terganggu
dikejar-kejar lagi, tetapi saat di padang belantara bangsa Israel merasa kelaparan dan
kehausan hingga akhirnya mereka marah bersungut-sungut. Mereka mengatakan bahwa
rencana Allah menuntun ke tanah perjanjian adalah untuk membuat mereka mati. Mereka
tidak dapat menghargai tindakan belas kasih Allah yang sudah membebaskan dari
perbudakan kejam.
Memang ada orang yang ketika lapar menjadi marah. Saat kelaparan bisa mudah
tersinggung, kesal dan marah. Katanya hal tersebut disebabkan otak yang kekurangan
nutrisi. Menurut penelitian, sinyal lapar yang dikirim otak memicu pelepasan hormon stress
adrenalin kortisol, yang membuat sulit untuk mengontrol emosi marah. Otak bekerja lebih
lambat untuk mengontrol emosi. Namun, semarah-marahnya atau sekesal-kesalnya, tentu
masih mempunyai pilihan bagaimana untuk melampiaskannya. Bisa saja dengan pilihan
diam, tanpa harus seperti bangsa Israel yang mengeluarkan kata-kata melawan Allah dan
Musa.

Penjelasan Teks
Dalam kitab Bilangan, umat Israel diceritakan sedang menempuh perjalanan di
padang belantara. Padang belantara bukan sekadar tempat biasa, namun sebuah tempat di
mana umat mendapatkan pengalaman yang membangun spiritualitas mereka. Kehadiran
Allah ada di antara mereka. Dalam perjalanan, umat diarahkan supaya melakukan perbuatan
yang sesuai dengan kehendak Allah. Mereka harus memilih perilaku baik dan taat.
Allah bersungguh-sungguh membimbing umat-Nya. Ketika umat tidak taat maka
Allah bertindak maha kuasa di hadapan umat-Nya dengan memberikan mereka hukuman.
Umat harus mendapatkan pelajaran dengan cara yang keras. Akan tetapi meskipun umat
berkali-kali gagal taat, Allah tetap berbelas kasih mau mengampuni umat-Nya.
Perikop Bilangan 21: 4-9 menuliskan kisah tentang umat yang merasa muak karena
kelaparan dan kehausan. Sebelumnya di perikop Bilangan 20 umat telah menggerutu karena
kehausan. Saat itu Allah belum menghukum mereka. Selanjutnya saat kembali mengeluh
dan berani melawan Allah dan Musa, Allah pun menghukum mereka. Allah menyuruh ular
tedung untuk memagut mereka sehingga banyak yang mati.
Ayat 7 menuliskan demikian: “Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa
dan berkata: ‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau;
berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.’ Lalu Musa
berdoa untuk bangsa itu.” Pernyataan ini merupakan pengakuan dosa umat untuk pertama
kalinya. Mereka mengakui telah melawan Allah dan Musa serta memohon agar Musa berdoa
bagi mereka.
Dalam ayat 9 disebutkan tentang ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang.
Jika ada yang dipagut ular tedung lalu memandang ular tembaga pada tiang tersebut maka
akan tetap hidup. Ular tembaga memiliki bentuk ular tetapi tidak memiliki racun ular. Ular
tembaga hanya berbentuk ular tetapi tidak memiliki sifat ular.
Dalam Yohanes 3: 14, ular tembaga melambangkan Kristus dan tiang
melambangkan salib. Ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang melambangkan Kristus
yang ditinggikan di atas salib. Saat itu umat Israel seharusnya mengalami maut karena
dipagut oleh ular tedung namun saat memandang ular tembaga maka menjadi selamat.
Ular tembaga di atas tiang menjadi pernyataan bahwa Kristus disalibkan sebagai pengganti
hukuman dari umat berdosa. Kristus sebagai pengganti maut yang seharusnya diterima kita.
Kristus mengubah maut menjadi hidup kekal.
Perjalanan di padang belantara sama dengan perjalanan hidup ini. Kita bisa
merasakan kelaparan dan kehausan namun bukan berarti bisa menjadi alasan untuk dapat
meragukan pemeliharaan Allah bahkan menuduh buruk akan rencana-Nya. Umat Israel tak
memandang berarti apa yang telah diperbuat Allah selama ini bagi mereka. Semuanya
menjadi terlupakan hanya karena hasrat kedagingan semata. Akibatnya mereka mengalami
hukuman. Hukuman yang tak main-main yakni berupa kematian. Mereka dipagut oleh ular
tedung yang merupakan ular berbisa. Saat manusia dipagut oleh ular tedung akan merasa
panas seperti terbakar hingga akhirnya mati.
Umat Israel tidak percaya, tidak bersabar bahkan berani melawan. Kisah ini menjadi
bukti bahwa akibat dari berani melawan Allah mendatangkan maut. Ini bisa menjadi
peringatan bagi kita sekalian. Kita harus berhati-hati dalam berkehidupan di dunia.
Roma 6: 23 menuliskan demikian: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita.” Dosa merupakan perlawanan
kepada Allah. Perilaku yang kita lakukan dalam hidup ini bisa menjadi penentu hidup kita,
apakah akan selamat atau binasa? Dan melalui perikop ini dikisahkan bahwa saat umat
Israel mengaku, menyesal dan memohon, Allah lalu menyiapkan ular tembaga, mereka pun
menjadi tidak menanggung maut. Keselamatan dari ular tembaga sama seperti kehadiran
Kristus yang telah menebus hukuman yang seharusnya kita tanggung. Kita harus
mensyukuri anugerah belas kasih pengampunan-Nya.

Relevansi
Remaja
Ketika remaja mempunyai segala macam keinginan yang harapannya bisa
terpenuhi semuanya maka harus sadar bahwa dalam mencapai itu semua perlu
kesabaran. Umat Israel pun seharusnya bisa sadar dan bersabar. Perilaku cepat
mengeluh, bersungut-sungut dan menuduh Allah sama halnya dengan melawan Allah.
Hendaknya remaja dapat bijaksana dalam berpikir bahwa Allah akan selalu melakukan hal
baik bagi kehidupan umat yang dikasihi-Nya.
Saat kita ada di posisi umat Israel belum mendapatkan apa yang diinginkan maka
teruslah berpikir positif. Hal ini juga akan membawa dampak psikologis yang lebih baik. Kita
tidak akan merasa cemas berlebih tetapi bersandar penuh kepada Allah. Kita juga akan
selalu datang kepada Allah dalam doa untuk terus memohon.

Pemuda
Ketika melawan Allah berarti hidup ini ingin dijalani sebebas-bebasnya. Bayangkan
saat bisa bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Misalnya lapar seenaknya marah
bahkan mengeluarkan kata-kata tajam atau saat stress seenaknya minum-minuman keras
bahkan berkendara dengan kecepatan tinggi, maka tentu dunia bisa menjadi kacau-balau.
Dalam dunia tidak ada keteraturan yang akhirnya membuat dunia menjadi tidak nyaman
untuk didiami sebagai tempat tinggal bersama.
Too much freedom will kill us artinya kebebasan yang sebebas-bebasnya dapat
membunuh kita. Kita harus mempunyai batasan. Kita perlu rem yang bisa mengendalikan
dan membatasi diri.
Perikop ini harus menjadi kesadaran dan peringatan saat kita bertindak. Meskipun
umat dikasihi sedemikian rupa dengan mengalami berbagai peristiwa ajaib, bukan berarti
mereka bisa bersikap “melawan” Allah. Umat mesti tetap berjalan sesuai kehendak Allah.
Kehidupan tidak bisa diatur oleh kemauan mereka sendiri. Mereka tidak bisa bebas
melakukan apa saja sesuai hasrat ego mereka sebagaimana mereka yang telah menggerutu
dan berani melawan Allah. Dalam hidup yang diberikan Allah, kita tetaplah ciptaan-Nya.
Posisi kita tidak setara dengan Allah. Kita tidak bisa bertindak sewenang-wenang di
hadapan-Nya.
Pemuda harus menjalani hidup sesuai kehendak Allah. Meskipun pemuda sering
terjebak pada perasaan sudah “dewasa” harus tetap berhati-hati memilih kata dan sikap
hidup. Apabila terjatuh pada kesalahan lalu menanggung akibat maka harus disadari bahwa
adanya hukuman adalah untuk menyadarkan siapa kita di hadapan Allah. Oleh karena itu
saat terjatuh melakukan kesalahan hendaknya sungguh-sungguh mengakui dan menyesali
serta memohon supaya Allah berkenan mengampuni. Sebagaimana doa Musa untuk umat
Israel yang mengakui kesalahan telah melawan Allah, maka mereka pun dibebaskan dari
maut, maka kita pun saat datang kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, pasti akan beroleh
kasih karunia-Nya.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana respons saat mengalami keinginan yang belum terwujud?
2. Bagaimana cara membangun pemikiran bahwa Allah selalu baik meskipun
kenyataan tidak terjadi sesuai keinginan?

Pemuda
1. Apa arti “melawan” Allah?
2. Mengapa umat berani melawan Allah?
Daftar Acuan
Lee, Witness. Pelajaran Hayat Bilangan 2. Bandung: Yasperin.
Regt, Lenart J.de & Ernst R. Wendland. Pedoman Penafsiran Alkitab Kitab Bilangan. 2020.
Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia & Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia.

[JST]
KERAGUAN: PINTU MASUK
NOVEMBER III KETIDAKTAATAN
Yosua 1:1-18

Pengantar
Ada banyak hal dalam hidup ini yang bisa membuat kita meragukan kehadiran dan
pertolongan Tuhan. Di saat-saat kita mengalami penderitaan dan telah bertekun berdoa
meminta pertolongan dari Tuhan, namun penderitaan itu tidak kunjung berhenti. Atau di
saat kita mengalami kesuksesan dalam usaha atau pekerjaan dan merasa bahwa itu semua
hasil dari kerja keras dan kepintaran kita semata. Di saat kejahatan terjadi atas diri kita atau
terjadi pada orang lain di depan mata kita sendiri, kita berharap keadilan Tuhan terjadi,
namun kejahatan itu tetap berlangsung bahkan pelaku bisa bebas dari hukuman. Atau ketika
ilmu pengetahuan dan teknologi maju begitu pesat sehingga orang mulai terlena karena
berbagai kemudahan dan perkembangan yang begitu pesat sehingga manusia lambat laun
merasa tidak perlu lagi beriman karena ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memecahkan
berbagai macam persoalan dalam hidup ini.
Semua itu dapat membuat remaja dan pemuda menjadi ragu terhadap kehadiran
dan kuasa Tuhan atas hidup kita. Bahkan, terlebih lagi, hal itu bisa membuat kita melakukan
perbuatan-perbuatan yang akan menyakiti sesama dan memberontak kepada Tuhan.
Artinya kita dapat jatuh pada dosa, padahal kita menyakini bahwa kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus telah menebus kita dari dosa. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
dan seharusnya kita berupaya untuk senantiasa menjalani serta mengisi hidup ini dengan
perbuatan-perbuatan yang mendatangkan sukacita bagi sesama dan memuliakan Tuhan

Penjelasan Teks
Pembukaan kitab Yosua mengungkapkan tentang peralihan kepemimpinan dari
Musa ke Yosua, dan di bagian ini menekankan kualitas Yosua dan Musa di hadapan Tuhan
(ay. 1-5). Musa adalah seorang yang Tuhan panggil untuk membawa bangsa Israel keluar
dari tanah Mesir, tanah perbudakan, menyeberangi laut Teberau dan melintasi padang
gurun hingga mereka sampai ke tanah Kanaan, tanah yang Tuhan janjikan kepada Abraham,
Ishak dan Yakub. Namun, Musa harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak dapat
menjejakkan kakinya ke tanah Perjanjian. Ia hanya diperkenankan Tuhan untuk melihat
tanah tersebut dari kejauhan saja. Sedangkan, Yosua adalah orang yang dapat dikatakan
sebagai pelayan dan sekaligus rekan Musa dalam merebut dan membagikan tanah Kanaan.
Meskipun Musa adalah hamba yang dipanggil oleh Tuhan dan telah memimpin
bangsa Israel selama puluhan tahun, bukan berarti bahwa Yosua lebih rendah
kedudukannya. Bukan berarti pula Musa lebih tinggi daripada Yosua, sekalipun Musa telah
melanggar perintah Tuhan. Itu sebabnya Tuhan berkata “Seperti Aku menyertai Musa,
demikianlah Aku menyertaimu”. Di hadapan Tuhan, Musa dan Yosua adalah sama
kedudukannya, mereka adalah hamba-Nya.
Sekarang, negeri yang Tuhan berikan kepada umat Israel telah ada di depan mata.
Sebelum mereka memasuki tanah itu, Tuhan mengulang janji akan tanah tersebut kepada
Yosua, Negeri yang di hadapan mereka akan menjadi miliknya dan bangsanya. Tuhan juga
meneguhkan Yosua agar ia tetap kuat dan teguh (ay. 6), baik dalam memimpin bangsanya
memasuki tanah Kanaan maupun ketika mereka hidup di tanah perjanjian tersebut.
Memasuki tanah Kanaan dan menaklukkannya bukanlah perkara mudah. Bangsa
yang hidup di tanah itu adalah bangsa yang sudah menetap. Mereka memiliki kemampuan
untuk bertahan terhadap serangan dari bangsa lain. Terlebih lagi bangsa yang harus Yosua
pimpin bukanlah bangsa yang kecil, melainkan bangsa yang besar. Dengan demikian, tugas
itu bukanlah tugas yang mudah. Namun, bukan berarti Yosua tidak mampu untuk memimpin
bangsanya. Ia bisa, dengan satu syarat, hidup taat dan setia pada Tuhan sesuai dengan
hukum Tuhan yang diberikan kepada Musa dan telah diajarkan kepadanya. Oleh karena itu
apa yang telah diajarkan Musa bukan lagi sekedar pengajaran yang harus dihafalkan dan
ditaati, melainkan sebuah pengajaran yang harus diajarkan kepada bangsanya dan
direnungkan sehingga pengajaran Taurat Tuhan dijalankan,, bukan hanya oleh Yosua
namun seluruh bangsa Israel (ay. 7-8).
Pengulangan janji tersebut diiringi dengan sebuah penegasan bahwa semua itu bisa
terjadi karena Tuhan yang menjadi sumber kekuatan dan pertolongan akan terus menyertai
dirinya dan bangsanya (ay 9). Pengalaman puluhan tahun penyertaan dan pimpinan Tuhan
saat bangsa Israel melewati padang gurun tentu menjadi pengalaman yang berharga.
Sebagaimana Tuhan memimpin dan memberikan kehidupan bagi bangsanya, maka janji
penyertaan Tuhan ketika mereka memasuki tanah Kanaan merupakan janji yang tidak perlu
dipertanyakan atau diragukan lagi. Janji itu menguatkan dan meneguhkan Yosua.
Setelah Yosua diteguhkan oleh Tuhan, kita dapat menyaksikan dampaknya pada
bagian terakhir. Yosua memiliki keberanian dan keteguhan hati sehingga ia mengambil
langkah sebagai seorang pemimpin dengan memerintahkan bangsanya untuk berangkat
menyeberangi sungai Yordan memasuki tanah Kanaan. Kepemimpinannya pun disambut
baik, orang-orang Israel menerima dan mematuhi Yosua sebagai pemimpin mereka (ay. 16-
18).

Relevansi
Remaja
Di era kemajuan teknologi saat ini mendorong kaum remaja untuk menguasai dan
memakai berbagai alat komunikasi untuk belajar mengembangkan diri, bermain serta
mengekspresikan diri mereka, sehingga tidak jarang kita bisa jumpai mereka asyik
bermedsos dan tenggelam di dunia maya. Ada bahaya yang tersembunyi jika mereka tidak
membatasi diri, yakni tidak lagi menempatkan kehidupan dalam ketaatan pada Tuhan
karena di dunia maya orang bisa bebas untuk melakukan banyak hal. Banyak anak remaja
yang terjerumus pada perilaku yang merusak kehidupan akibat dari hal ini, misalnya:
menjadi korban kekerasan seksual berbasis online, ketika remaja terpedaya untuk
mengirimkan gambar atau video yang memperlihatkan bagian tubuh (payudara, pantat,
vagina atau penis) yang seharusnya tidak diperlihatkan kepada orang yang baru saja
dikenalnya.
Melalui teks Yosua 1:1-18, kaum remaja diajak untuk selalu mengarahkan
kehidupannya dalam ketaatan kepada Tuhan, seperti Yosua yang mau meletakkan
kehidupannya pada ketaatan kepada Tuhan ketika ia mendapatkan amanat untuk
memimpin orang Israel memasuki tanah Kanaan. Demikian juga pada kaum remaja,
ketaatan pada Tuhan memampukan mereka mengetahui apa yang baik untuk
dikembangkan dan mana yang buruk yang seharusnya ditinggalkan, termasuk ketika
menggunakan teknologi. Pada saat ini, ada banyak predator atau orang-orang yang secara
sengaja menebarkan pesona, memalsukan identitas, menjaring remaja untuk dieksploitasi,
diperdaya dan diperbudak demi memuaskan nafsu dan kepentingan mereka. Oleh karena
itu, alih-alih terlena dengan teknologi dan media sosial, remaja diajak untuk terlibat aktif
dalam persekutuan remaja, belajar firman Tuhan, menggali potensi diri bersama rekan
persekutuan dan berkarya dalam pelayanan bagi masyarakat sekitar, serta tidak lupa untuk
mendampingi dan menolong rekan remaja lainnya yang saat ini terperangkap dalam
teknologi terutama dalam jeratan para predator seksual agar mereka dapat kembali
menjalani kehidupan yang penuh sukacita di dalam Tuhan.

Pemuda
Sebagai orang muda, terkadang tuntutan yang dihadapi cukup banyak dan berat.
Bagi mereka yang masih di bangku kuliah maupun mereka yang sudah bekerja, belum lagi
ditambah persoalan asmara yang terkadang ikut membebani kehidupan orang muda. Tidak
jarang tuntutan dan beban itu membuat orang muda menjadi stress bahkan depresi, terlebih
ketika dalam kondisi tersebut tidak ada orang yang dapat menjadi penguat dan
penopangnya. Disaat-saat seperti itu pertanyaan “di mana Tuhan? Kenapa Tuhan tidak
menolongku?” acap kali muncul dalam diri orang muda, dan pada akhirnya menimbulkan
keraguan akan Tuhan ketika mereka tidak merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan.
Pada banyak kasus, semua itu berujung pada tindakan keluar dari persekutuan,
meninggalkan Tuhan dan yang paling ekstrim, mereka melakukan upaya bunuh diri.
Beban yang dihadapi oleh Yosua ketika harus memimpin bangsa Israel memasuki
tanah Kanaan bukanlah beban yang ringan. Peluang kegagalan menaklukkan bangsa-
bangsa yang sudah hidup lama di tanah itu sangat besar ditambah lagi bangsa yang ia harus
pimpin bukanlah bangsa yang kecil, bukan bangsa yang mudah untuk dipimpin. Sejarah
perjalanan mereka di padang gurun selama 40 tahun tentu diketahui oleh Yosua. Namun,
Tuhan menguatkan dan meneguhkan Yosua, sehingga dengan keyakinan teguh ia
memimpin bangsanya memasuki tanah Kanaan. Belajar dari pengutusan Yosua, pemuda
diajak untuk tidak meragukan penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam menghadapi beban
kehidupan. Pemuda dapat melihat karya penyertaan dan pertolongan Tuhan melalui segala
peristiwa kehidupan yang sudah dilampaui. Pengalaman penyertaan dan pertolongan di
masa lalu seharusnya meneguhkan orang muda bahwa Tuhan juga pasti akan selalu
menyertai dan menolong orang muda dalam menghadapi tantangan yang sedang dan akan
dilalui. Oleh karena itu orang muda perlu untuk selalu menempatkan Tuhan sebagai sumber
kehidupannya, berserah penuh pada pimpinan dan pertolongannya, serta selalu mencari
kehendak Tuhan dalam menghadapi berbagai situasi bersama dengan persekutuan pemuda.
Maka sebagai bagian dari persekutuan, orang muda juga dapat saling menguatkan dan
menolong satu sama lain di dalam Tuhan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
3. Apa saja yang perlu diupayakan oleh remaja untuk bisa memiliki keyakinan teguh
pada Tuhan yang adalah sumber kehidupan remaja?
4. Dapatkah teknologi mendukung pengembangan iman remaja? Bagaimana cara
remaja menggunakan teknologi sehingga mendukung pengembangan iman remaja?

Pemuda
3. Ceritakan pengalaman penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam menghadapi
tantangan yang berat!
4. Apa yang membuat kita sulit untuk dapat terus setia kepada Tuhan sebagai orang
muda dan apa yang seharusnya kita lakukan agar orang muda senantiasa setia
kepada Tuhan?

Daftar Acuan
Auld, A. Gaeme. 2017. Yosua, Hakim-hakim dan Rut (seri Pemahaman Alkitab Setiap
Hari). Jakarta: LAIStar Exodus. 1 korintus 3:1-4.
https://biblehub.com/joshua/1-6.htm

[CEK]
EMPATI, MASIH ADAKAH?
NOVEMBER IV
Yohanes 4:1-26

Pengantar
Darurat empati, begitulah tampaknya yang terjadi pada sekitar kita saat ini.
Bagaimana tidak, banyak kasus bunuh diri yang terjadi akibat tidak adanya rasa empati
yang diberikan pada orang-orang yang sedang ada dalam pergumulan. Seperti kasus bunuh
diri yang terjadi pada seorang mahasiswi di Pasuruan Jawa Timur. Diduga kuat, sebelum
mengakhiri hidupnya, ia melakukan dua kali aborsi, karena dipaksa oleh mantan pacarnya.
Bahkan, ia berteriak pada media sosial dengan harapan dapat terbantu dan dapat
dimengerti akan pergumulannya, namun hal itu tidak didapatkan. Hal yang diterima justru
ialah pengucilan, penghakiman, dan stigma atau label negatif. 90
Melalui pembacaan ini, kaum pemuda dan remaja diajak untuk memiliki empati
seperti Yesus Kristus. Dia berempati kepada perempuan Samaria yang dikenai stigma oleh
masyarakat. Dia juga berhasil mendobrak kebiasaan masyarakat umum tentang
pengelompokan dan pemisahan antara orang Yahudi dan Samaria. Oleh karena itu, seperti
Yesus yang berempati kepada siapapun, juga memberikan ketenangan dan kesegaran
kepada perempuan yang mengalami pengucilan tersebut, kita pun diajak memiliki sikap
demikian.

Penjelasan Teks
Injil Yohanes merupakan Injil terunik di antara keempat Injil. Dikatakan unik karena
hanya di dalam Injil Yohaneslah, diceritakan beragam pelayanan Yesus di daerah Yudea dan
Yerusalem dan menyatakan kepribadian Yesus dengan lebih jelas. Penulis Injil Yohanes
adalah Yohanes anak Zebedeus, yaitu salah satu di antara dua belas murid-Nya. Dalam
Yohanes 4: 1-5, diketahui bahwa Yesus sedang melakukan perjalanan dari Yudea ke Galilea.
Ia harus melintasi daerah Samaria, tepatnya Ia sedang berada di kota Sikhar. Perjalanan
Yesus melintasi daerah Samaria bukanlah perjalanan yang biasa. Hal ini dikarenakan orang
Yahudi dan Samaria tidak memiliki hubungan baik/bermusuhan, sehingga biasanya orang
Yahudi akan menghindari daerah-daerah Samaria. Mereka memilih mencari jalan alternatif
yang lain, supaya menghindari bertemu orang Samaria. 91
Biasanya, orang Yahudi membutuhkan waktu tiga hari perjalanan dari Yudea ke
Galilea, dengan tidak melewati daerah Samaria. Akan tetapi, Yesus justru harus melintasi

90
Berita Harian Kompas, https://regional.kompas.com/read/2021/12/05/094459978/mahasiswi-
bunuh-diri-di-makam-ayah-di-pasuruan-oknum-polisi-dijerat-pasal?page=all, (diakses pada 23
Februari 2022).
91 Darmanto. Kabar Baik di Sumur Sikhar, (Yogyakarta: Jurnal Teologi Sanctum Domine, 2019), 3-4.
daerah Samaria. Tidak diketahui alasannya mengapa Yesus melintasi jalan Samaria,
mungkin Ia terburu-buru. Akan tetapi, justru di sanalah Yesus menyatakan kabar baik bagi
perempuan Samaria.
Pada ayat ke-6, dituliskan bahwa pada kira-kira pukul duabelas siang, Yesus
kelelahan dan Ia ingin minum, maka Ia pergi ke sumur Yakub untuk mendapatkan air.
Kemudian, datanglah seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air. Ada sesuatu
yang tidak biasa, yaitu bahwa perempuan Samaria menimba air pada pukul duabelas siang
dan ia menimba seorang diri. Pada umumnya, perempuan-perempuan akan menimba air
secara berkelompok dan terjadi pada waktu pagi hari. Oleh karena itu, kita dapat
mengetahui bahwa perempuan Samaria ini memiliki permasalahan khusus, yang
membuatnya menjauh atau mungkin dijauhi oleh orang-orang Samaria lainnya.92
Pada ayat 17-18, seringkali dipahami bahwa perempuan Samaria yang diceritakan
adalah perempuan yang tidak baik, perempuan jalang, perempuan yang haus akan kasih
sayang. Hal ini dikarenakan ia pernah memiliki lima orang suami. Padahal, tampaknya tidak
demikian. Justru, perempuan tersebut adalah perempuan yang malang, karena selama
hidupnya harus berurusan dengan laki-laki yang tidak setia. Dalam Hukum Musa, dikatakan
bahwa hanya suami yang dapat menceraikan istrinya. Hal ini bisa saja juga yang dihadapi
oleh perempuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan perempuan
Samaria ini berganti-ganti suami. Pertama, mungkin perempuan ini tidak bisa memberikan
keturunan bagi suaminya, sehingga ia diceraikan dan kejadian itu berulang sampai lima kali.
Kedua, mungkin kelima suaminya yang terdahulu telah meninggal karena sakit atau
kecelakaan, sehingga masyarakat sekitar memberikan stigma dan label negatif kepada
perempuan itu, sebagai perempuan pembawa sial.93 Oleh karena itu, ia dijauhi dan
menjauhkan diri dari masyarakat. Tentu saja Yesus dapat mengenal dan merasakan kondisi
yang dihadapi perempuan Samaria itu.
Yesus meminta minum kepada perempuan Samaria itu. Perempuan itu merasa
heran, masakah seorang Yahudi meminta minum kepada seorang Samaria. Untuk melewati
daerah Samaria saja, biasanya orang Yahudi tidak melakukan itu, apalagi meminta bantuan.
94
Hal ini tidak biasa. Sikap Yesus yang meminta air minum kepada perempuan Samaria itu,
memiliki maksud dan tujuan tersendiri.
Tujuan utamanya adalah untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus itu
sendiri kepada perempuan Samaria. Bahwa hanya di dalam Dialah, kehausan akan hilang.
Hanya dalam Yesus jugalah seseorang akan memperoleh air hidup yang menyegarkan dan
memuaskan hati, menenangkan jiwa. Juga Yesus menginginkan perempuan itu mengalami
perubahan sejati dengan ia percaya kepada Tuhan, perempuan itu akan sadar dan
meninggalkan segala perbuatan dosa.
Sikap Yesus yang meminta air kepada perempuan itu, adalah cara Yesus untuk
melakukan pendekatan kepada perempuan Samaria. Dari situlah terjalin percakapan yang

92 Darmanto. Kabar Baik di Sumur Sikhar, (Yogyakarta: Jurnal Teologi Sanctum Domine, 2019), 5.
93Ibid, 6.
94Mark A. Throntveit, & Carol Throntveit, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2012), 1731-1732.
mengubahkan perempuan Samaria itu. Cara Yesus meminta perempuan itu memanggil
suaminya, juga adalah cara Yesus menggali lebih dalam tentang pribadi perempuan ini,
tanpa harus menghakiminya. Walaupun benar, Yesus sudah lebih dulu mengetahui siapa
perempuan itu sebelum dirinya bercerita akan pergumulannya. Akan tetapi, cara Yesus yang
demikian, memberikan suatu pemahaman bahwa Yesus berempati kepada perempuan itu.
Dia mengerti dan memahami bagaimana perasaan perempuan yang dikenai stigma dan
dijauhi masyarakat itu. Yesus tidak menghakimi, dia memahami dan memberikan
ketenangan berkat empati yang ditunjukan Yesus. Oleh karena itu, perempuan ini menjadi
tersentuh dan menjadi tenang jiwanya, tidak lagi haus. Perempuan Samaria ini tersegarkan
berkat Air Hidup. Juga berkat perjumpaannya dengan Yesus yang berempati itu, perempuan
Samaria ini merespons diri dengan menyebarkan berita baik kepada orang-orang Samaria
lainnya. Hal ini berarti, ia kembali dalam komunitas yang semula menjauhinya.

Relevansi
Remaja
Kehidupan remaja erat sekali dengan pengelompokan. Adanya pengelompokan-
pengelompokan ini juga bisa disebabkan karena satu dengan lain memiliki persamaan. Baik
persamaan kesukaan/hobi, atau bahkan persamaan perilaku. Memiliki kelompok berteman
adalah hal yang baik. Akan tetapi, seringkali yang terjadi adalah eksklusifitas. Tidak
menginginkan orang lain masuk dalam kelompok atau tidak menginginkan kelompok dekat
dengan orang lain. Kenyataan ini juga memengaruhi bagaimana remaja peka terhadap
lingkungan. Adanya eksklusifitas, bisa menyebabkan kaum remaja tidak peduli dengan
lingkungan sekitar. Juga mungkin peka terhadap lingkungan, namun mendorong pada hal
yang negatif. Sebagai contoh, menjadi kelompok yang seringkali membully/melakukan
perundungan. Baik itu terjadi pada kehidupan nyata atau media sosial.
Berdasarkan kisah Yesus yang berempati terhadap perempuan Samaria, kaum
remaja juga diajak untuk memiliki sikap empati. Sikap empati yang ditunjukkan Yesus tidak
hanya kepada orang Yahudi, namun kepada orang bukan Yahudi, yang pada zaman itu
dibedakan, dieksklusikan. Kaum remaja mungkin menjumpai teman yang juga mengalami
hal yang serupa dengan perempuan Samaria, bahwa dia dijauhi oleh sekitar, dengan alasan
penilaian yang buruk. Mungkin karena dilabeli sebagai anak yang aneh, anak bermasalah,
dsb. Kepada merekalah, kaum remaja diajak untuk memiliki empati. Berempati bukan berarti
kita harus menanggung hal yang serupa dengan pergumulan orang lain. Akan tetapi,
dengan mendengarkan keluh kesahnya dan tidak menghakimi orang tersebut, maka di situ
kita pun turut berempati.

Pemuda
Kaum pemuda erat sekali dengan kehidupan yang individualis. Hal ini terkait dengan
beragam hal yang dilakukan secara mandiri. Oleh karena itu, tidak jarang kaum pemuda
juga kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Kehidupan yang mendorong kaum pemuda
bersikap individual juga menyebabkan kaum muda enggan untuk mengetahui pergumulan
atau permasalahan yang dirasakan oleh rekan pemuda yang lain. Istilah yang kerapkali
familiar dalam lingkup kehidupan pemuda, yaitu “lebih penting peduli kepada diri sendiri,
daripada kepada orang lain.” Hal ini jugalah yang menyebabkan kaum pemuda menjadi
pribadi yang egois, tidak mempedulikan orang-orang di sekitar. Bahkan, jika ada teman
yang hendak bercerita tentang pergumulan yang dirasakan, kita cenderung tidak mampu
berempati. Justru lebih sering menghakimi, membandingkan, dan menempelkan label-label
negatif terhadap orang tersebut, atau bahkan enggan untuk mendengarkan
pergumulannya.
Kisah Yesus yang berempati kepada perempuan Samaria, mengingatkan kaum
pemuda juga dapat memiliki sikap yang serupa dengan Yesus. Kita diajak untuk mau
berempati kepada orang-orang yang sedang mengalami pergumulan, yang dijauhi oleh
masyarakat sekitar, dan yang membutuhkan topangan. Yesus yang bersikap tidak
menghakimi, justru Ia memberikan ketenangan hati, dengan memberikan kabar baik, jika
ia percaya pada-Nya, Sang Air Kehidupan, membuat perempuan Samaria itu mendapatkan
pemenuhan hati. Ia menjadi percaya, dan memiliki daya untuk kembali pada lingkungannya.
Kaum pemuda juga diharapkan dapat melakukan hal yang serupa, yaitu dengan berempati.
Berempati bukan berarti kita harus merasakan kemalangan yang sama dengan orang
tersebut, tetapi dengan kita mau mendengarkan pergumulannya, menemaninya, tidak
menghakimi, namun memberikan ketenangan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Adakah pengalaman nyata kaum remaja dalam menerapkan sikap hidup berempati?
Ceritakanlah!
2. Bagaimana cara membangun relasi tanpa membeda-bedakan satu dengan lain?

Pemuda
1. Bagaimana menyikapi pandangan tentang “lebih baik mementingkan diri sendiri
daripada orang lain” dalam kehidupan kaum pemuda?
2. Apa tantangan yang dirasakan jika ingin berempati?

Daftar Acuan
Berita Harian Kompas,
https://regional.kompas.com/read/2021/12/05/094459978/mahasiswi-bunuh-diri-
di-makam-ayah-di-pasuruan-oknum-polisi-dijerat-pasal?page=all, (diakses pada
23 Februari 2022).
Darmanto. 2019. Kabar Baik di Sumur Sikhar. Yogyakarta: Jurnal Teologi Sanctum
Domine.
Throntveit, Mark A.& Carol Throntveit. 2012. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia.

[GKS]
HIDUP UNTUK BAHAGIA,
DESEMBER I BENARKAH?
Matius 16: 21-28

Pengantar
“Hidup untuk bahagia” adalah kalimat yang seringkali dilontarkan ketika kita diberi
pertanyaan tentang tujuan hidup. Ya, hidup untuk mencari kebahagiaan, kesenangan.
Begitulah kira-kira ungkapan yang sering didengar. Apakah ini benar? Apakah tujuan hidup
kita hanya tentang kebahagiaan? Nyatanya, semua orang mencari kebahagiaan di dunia ini.
Tipe bahagia setiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang bahagia jika memiliki keuangan
yang baik, bahagia jika memiliki jabatan tinggi, bahagia jika mendapatkan juara, bahagia
jika memiliki sesuatu yang diinginkan di kehidupan dunia ini.
Pembacaan kita justru menyatakan hal sebaliknya. Sebagai orang Kristen, justru
kita diajak untuk menahan diri dari kebahagiaan dunia yang fana. Kita justru diharuskan
memikul salib seperti Yesus. Ini berarti siap hidup dalam penderitaan dan kesusahan. Tujuan
hidup orang percaya perlu tertuju pada Yesus Kristus, tidak pada dunia yang fana.

Penjelasan Teks
Injil Matius bertemakan tentang Yesus Kristus Sang Mesias. Di dalam Injil ini,
penulisnya, yaitu Matius, memberikan gambaran tentang bagaimana Yesus Kristus
diperkenalkan sebagai Mesias. Jika kita membaca Injil Matius dari awal, maka ada
percakapan Yesus yang mempertanyakan kepada para muridnya tentang identitas-Nya.
Akan tetapi, para murid tidak mengerti dengan sungguh siapa Yesus. Petrus memberikan
jawaban yang tampaknya benar, bahwa ia mengatakan, Yesus adalah Mesias. Akan
tetapi, Petrus sedang berpikir yang serupa dengan tradisi orang Yahudi dalam
memandang seorang Mesias. Menurut tradisi orang Yahudi, Mesias adalah seorang raja
yang akan mengalahkan banyak musuh, yang kuat dan akan bertakhta bagi bangsa
Israel. Yesus membalas Petrus dan berkata, betul, aku akan menjadi Raja, tetapi dengan
cara yang berbeda.
Lalu, Yesus mulai mengajarkan ajaran Nabi Yesaya yang mengatakan bahwa Raja
Mesias akan datang dan menjadi hamba yang menderita, yang akan menyerahkan
nyawanya bagi umat. Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi
ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari para tua-tua dan ahli Taurat,
bahkan mati dibunuh. Akan tetapi, setelah hari ketiga, Ia akan bangkit. Walaupun
demikian, Petrus dan para murid tidak memahami apa yang disampaikan Yesus. Hal ini
terbukti berdasarkan jawaban Petrus ketika ia mengatakan bahwa kiranya Allah
menjauhkan Yesus dari penderitaan (ay. 22). Petrus memberikan suatu respons yang
spontan. Ia menegur Yesus supaya jangan berpikir demikian. Petrus memiliki alasan
bahwa ia berusaha menghibur Yesus dan mau mengubah pikiran Yesus. Yesus juga sadar
betul bahwa Petrus didorong oleh kasih kepada-Nya. Akan tetapi, Yesus pun menyadari
bahwa Petrus dikuasai iblis ketika ia berkata demikian. 95
Oleh karena itu, respons Yesus terhadap pernyataan Petrus amatlah keras. Ia
menyatakan “Enyahlah iblis (engkau Petrus yang sekarang menjadi iblis), engkau suatu
batu sandungan bagi-Ku (engkau mau menjatuhkan Aku), engkau bukan memikirkan apa
yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (ay. 23). Perkataan Yesus
yang demikian, bukan berarti Ia tidak merasakan takut karena akan dibunuh. Akan tetapi,
dalam rasa takut itu, Yesus tetap mementingkan kehendak Allah. 96
Pada ayat ke-24, Yesus kembali menerangkan kepada para murid-Nya bahwa
mereka juga sama seperti Dia. Mereka harus taat kepada perintah Allah. Setiap orang
harus menyangkal diri, artinya hidup tidak mementingkan kesenangan diri sendiri,
melainkan mementingkan kehendak Tuhan. Setiap orang harus memikul salib. Artinya,
siap hidup dalam kesusahan, penderitaan, dan penghinaan.
Ayat ke-25, barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya dengan jalan
menyangkal Kristus, serta meninggalkan Kristus, maka ia akan kehilangan persekutuan
dalam Tuhan. Akan tetapi, barangsiapa yang kehilangan nyawanya karena Kristus, yaitu
bersedia hidup dalam kesusahan, penderitaan, dan penghinaan, maka ia akan
memperoleh hidup yang penuh arti, hidup kekal. Pada ayat selanjutnya, Yesus juga
membicarakan tentang seorang yang memiliki kebahagiaan dunia, yang hidupnya
bergantung pada dunia, mengejar kesuksesan, harta kekayaan. Mereka tidak akan
selamat, justru akan mengalami kekeringan jiwa, tidak berada dalam persekutuan dalam
Tuhan, dan akan binasa.97
Pada akhirnya, Anak Manusia, yaitu Yesus Kristus akan datang kembali di dalam
kemuliaan Bapa-Nya. Kemudian, mempertanyakan bagaimana arah hidup kita selama ini.
Kalimat membalas setiap orang menurut perbuatannya (ay. 27), tidak diartikan bahwa
Yesus hitung-hitungan dalam amalan perbuatan. Akan tetapi, jika kita hidup egois,
mementingkan kebahagiaan duniawi, maka kita akan dianggap sebagai seseorang yang
“kosong,” sebaliknya jika kita hidup selalu tahu mengorbankan kemauan kita demi
perintah-perintah Tuhan, maka kita akan dihitung sebagai seseorang yang “sudah
berubah.”98
Perkataan Yesus yang menginginkan kita melepaskan keinginan duniawi tentu
menjadi poin yang sangat nyata dalam kehidupan kita saat ini. Semakin berkembangnya
kehidupan duniawi, seringkali kita pun terbawa dan sulit menyangkal diri. Akan tetapi,
sebagai murid-murid-Nya, kita yang telah memperoleh keselamatan, penting untuk
memiliki hidup yang mau menyangkal diri, mencari kehendak Tuhan, dan itu semua
dilakukan sebagai bentuk syukur atas pengorbanan Sang Mesias dalam kehidupan kita
orang berdosa ini.

95 J.J. De Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015),327.
96 Ibid, 328.
97 Ibid, 328-329.
98 Ibid.
Relevansi
Remaja
Kehidupan kaum remaja pada umumnya digambarkan dengan pola hidup mencari
kesenangan diri sendiri. Pada usia ini, remaja biasanya mulai menemukan hal-hal yang
disenanginya. Sebagai contoh, mulai menemukan hobi kesukaan, teman-teman yang
disukai, dan sebagainya. Kaum remaja cenderung akan menghabiskan waktu untuk
melakukan beragam hal yang membuatnya bahagia. Oleh karena itu, tidak jarang kaum
remaja yang pada akhirnya terjebak pada kecanduan. Misalnya, kecanduan main games,
kecanduan media sosial, yang tentu tidak baik bagi perkembangan kehidupan kaum remaja.
Mencari kesenangan pada usia remaja, tentu adalah hal yang sangat baik. Akan tetapi, pada
umumnya, dampak mencari kesenangan dalam ranah kaum remaja, menyebabkan kaum
remaja terjebak pada sesuatu yang buruk. Akibat terlalu fokus pada sesuatu hal yang
disenangi, maka kegiatan lain yang bermanfaat baik justru ditinggalkan.
Tidak sedikit dari kaum remaja yang akhirnya meninggalkan Tuhan akibat mencari
kesenangannya sendiri. Merelakan diri untuk tidak mengikuti kebaktian, demi bermain
game. Merelakan diri untuk berbohong kepada orangtua, demi mendapatkan uang jajan
lebih. Merelakan diri untuk berbuat curang, demi prestasi, dan tentu banyak contoh lainnya.
Kehidupan orang percaya, tentu tidak membenarkan hal ini. Tuhan Yesus memberikan
perintah kepada para murid-Nya bahwa kita harus bersedia hidup dalam penderitaan dan
kesusahan, hidup memikul salib, hidup menyangkal diri dari kesenangan duniawi. Hal ini
tidak berarti bahwa kita tidak dapat bahagia atau menemukan kesenangan. Akan tetapi,
yang penting adalah bahwa hidup orang percaya harus menempatkan Tuhan sebagai dasar
segala sesuatu. Kita yang percaya akan keselamatan yang diperoleh dari-Nya, penting untuk
hidup seperti Dia. Hidup benar, hidup yang tidak mencari kesenangan duniawi, namun
mencari Tuhan dalam tiap langkah kehidupan kita.

Pemuda
Dalam kehidupan kaum pemuda, tentu banyak hal yang ingin dicapai. Hal ini terkait
dengan kesuksesan, jabatan tinggi, dan hidup yang berkecukupan. Pada saat ini, banyak
orang berlomba-lomba untuk mengasah kemampuan, mencoba banyak peruntungan demi
memiliki hidup yang lebih baik dalam hal finansial. Kebutuhan hidup yang dapat terpenuhi
sesuai dengan ekspektasi menjadi poin utama kaum pemuda dalam menjalani kehidupan
ini. Tidak sedikit dari kaum pemuda yang memiliki pemikiran bahwa hal material adalah
sumber dari kebahagiaan. “Kita dapat makan enak, karena uang. Kita dapat belanja banyak
hal, karena uang. Kita bahkan dapat memiliki teman banyak, karena uang.” Ungkapan ini
yang sangat familiar dalam kehidupan pemuda. Oleh karena itu, berbagai cara pun dilakukan
demi memenuhi kebahagiaan versi dunia itu. Bahkan, tidak jarang banyak orang yang
mendapatkan kebahagiaan tersebut melalui cara-cara yang tidak jujur, seperti investasi
bodong, korupsi, dsb.
Tentu saja, hal ini tidak sejalan dengan firman Tuhan. Yesus Kristus memberikan
pengajaran bahwa kita perlu menahan diri dari kebahagiaan dunia yang fana. Hidup orang
percaya perlu memikul salib, seperti Yesus. Hidup yang penuh penderitaan dan kesusahan.
Jika kita berpikir sekilas, tentu saja tidak ada manusia yang menginginkan hidup susah dan
menderita. Akan tetapi, cara inilah yang dapat menjamin kita berada dalam pemenuhan hati
dan kekekalan bersama Dia. Hidup menderita dan menyangkal diri dari dunia tidak
bermaksud bahwa kita tidak dapat bahagia. Akan tetapi, yang utama adalah bahwa cara
hidup kita perlu berpusat pada Tuhan, bukan dunia. Dunia mungkin menawarkan beragam
macam kebahagiaan, namun itu adalah semu. Hanya hidup dalam Yesus Kristuslah yang
dapat menjamin kebahagiaan sesungguhnya dan kekal.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana cara kita dapat menahan diri dari godaan kebahagiaan duniawi yang
merusak?
2. Apa tantangan yang dirasakan kaum remaja untuk memiliki hidup yang benar di
dalam Tuhan?

Pemuda
1. Ceritakanlah pengalamanmu tentang sulitnya menyangkal diri dari godaan
kebahagiaan duniawi.
2. Bagaimana cara kaum pemuda untuk tidak terjerat pada kebahagiaan duniawi yang
merusak?

Daftar Acuan
Heer, J.J. De. 2015. Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

[GKS]
CARA MENYAMBUT
DESEMBER II KEDATANGAN TUHAN
Yesaya 2: 1-5

Pengantar
Pernahkah kita menyambut kedatangan seseorang yang kita anggap penting ke
rumah kita? Kira-kira apa yang kita lakukan? Ketika kita menyambut kedatangan seseorang
yang kita anggap penting ke rumah kita, tentu kita akan menyiapkan segala sesuatunya
dengan baik. Kita ingin menyambut tamu penting kita itu tanpa kekurangan suatu apapun.
Mulai dari membersihkan rumah, menyiapkan kamar untuk tamu, makanan yang ingin kita
sajikan, baik sarapan maupun makan malamnya, serta rencana jalan-jalan yang akan kita
berikan kepada tamu kita. Kita tidak ingin sikap maupun pelayanan kita mengecewakan
tamu yang telah berkunjung ke rumah atau tempat kita.
Itu baru tamu yang kita sambut. Nah, bagaimana kalau itu kedatangan Tuhan?
Bagaimana cara menyambut kedatanganNya? Apa yang kita persiapkan dalam menyambut
kedatanganNya? Ada ragam reaksi dan cara kita dalam menyambut kedatangan Tuhan.
Sebagaimana saat ini, gereja telah memasuki Minggu Adven Ketiga. Masa Adven ini
merupakan masa di mana kita mempersiapkan diri kita, baik jasmani maupun rohani, dalam
menyambut kedatangan-Nya dengan penuh sukacita. Kita akan belajar dan menggali
bersama dari Firman Tuhan dalam Yesaya 2:1-5. Dari Firman Tuhan tersebut, kita menggali
tentang respons kita akan kedatangan Tuhan.

Penjelasan Teks
Nama Yesaya berarti Allah adalah keselamatanku. Yesaya mendapat panggilan kira-
kira berumur 20 tahun. Yesaya menyampaikan Firman Tuhan berkaitan dengan situasi dan
kondisi sosial Yerusalem pada masa itu.
Bagi bangsa Israel, kota Yerusalem memiliki dua peran penting dalam kehidupan
mereka, yaitu Pertama, kota Yerusalem merupakan kota kebanggaan dan lambang
kepuasan diri serta simbol keagamaan. Umat Israel pada masa itu sangat rajin beragama
tetapi mengabaikan keadilan, penuh dengan segala macam kesalahan. Kedua, kota
Yerusalem berada dalam situasi kritis secara politis serta mendapat ancaman dari Kerajaan
Asyur yang dipimpin oleh Sanherib.
Dalam kondisi yang demikian, Yesaya menggugah iman umat Israel agar
berpengharapan kepada janji dan pertolongan Allah. Dari teks Yesaya 2:1-5 tersebut, dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Rumah Tuhan akan berdiri tegak dan menjulang tinggi.


Yesaya 2: 2-3, menyatakan demikian:
“Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini: Gunung tempat rumah
Tuhan akan berdiri tegak di atas gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta
berkata, ‘Mari kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita
tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu. Sebab dari Sion akan
keluar pengajaran, dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan’.

Meskipun umat Israel terancam secara politis, yang mengakibatkan peribadatan terhenti
dan rumah Tuhan tidak berfungsi, ayat 2-3 tersebut memberikan sebuah pengharapan akan
adanya perubahan. Dari yang tadinya Yerusalem penuh dengan kemunafikan berubah
menjadi lebih baik. Ada pembaharuan yang terjadi ketika Tuhan hadir. Kita juga melihat
bahwa kedatangan Tuhan akan melampaui segala kuasa maupun kekuatan yang ada di
dalam bangsa-bangsa.
Umat Israel dan segala bangsa akan melihat rumah Tuhan karena berada di atas
dan menjulang tinggi. Rumah Tuhan tidak lagi terhalang oleh apapun sehingga bisa terlihat
oleh segala bangsa. Rumah Tuhan akan menjulang tinggi melampaui segala sesuatu. Makna
terlihatnya rumah Tuhan tersebut membuat segala bangsa menatap dan menuju ke sana.
Keinginan umat Israel dan segala bangsa menuju Umat Israel dan segala bangsa berduyun-
duyun ke sana karena dari Rumah Tuhan tersebut mereka akan diajarkan tentang jalan-
jalanNya yang akan ditempuh. Dari situ akan keluar pengajaran dan sabda Tuhan. Rumah
Tuhan akan menjadi pusat pengajaran yang benar, bukan sekadar tempat umat beribadah,
melainkan tempat di mana keadilan dan kebenaran dihidupi oleh umat Israel dan segala
bangsa.

2. Tuhan akan menjadi hakim dan wasit.


Ayat berikutnya (ayat 4-5) menyatakan demikian:
Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak
suku bangsa. Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan
tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas. Bangsa yang satu tidak akan lagi
mengangkat pedang terhadap bangsa yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang.
Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!”

Di sisi yang lain, kedatangan Tuhan, dalam ayat 4-5 ini, sebagai hakim dan wasit bagi
banyak suku bangsa. Yesaya menyampaikan tentang harapan akan pemerintahan yang adil
dari Yerusalem. Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan hadir sebagai hakim dan wasit di
dalam situasi dan kondisi yang akan dialami. Tuhan sebagai hakim menghendaki supaya
umat Israel maupun bangsa-bangsa hidup dalam keadilan. Ketika Tuhan diimani sebagai
hakim dan wasit serta tegaknya Rumah Tuhan berdampak pada kedamaian. Ada bentuk-
bentuk perubahan, misalnya digambarkan melalui alat-alat pedang menjadi mata bajak,
tombak menjadi pisau pemangkas serta tidak akan lagi berlatih perang, yang menunjukkan
arah menuju ke kedamaian. Dari alat yang membinasakan (pedang), menjadi alat yang
menumbuhkan (mata bajak). Dari alat pembunuh (tombak) menjadi alat pemelihara (pisau
pemangkas). Di bagian akhir, yaitu ayat 5, ada sebuah ajakan atau undangan yang
disampaikan supaya berjalan di dalam terang Tuhan.

Relevansi
Remaja
Di dalam kehidupan kita masa kini, kita melihat ada banyak persoalan yang terjadi.
Bukan hanya di lingkungan masyarakat, di dalam keluarga sendiri atau di rumah bisa terjadi
persoalan misalnya kekerasan orang tua terhadap anak atau sebaliknya kekerasan anak
terhadap orang tua. Sebagai informasi bagi kita bahwa angka laporan kasus kekerasan
terhadap anak meningkat dari 11.057 pada tahun 2019; kasus pada 202 sebanyak 11.278;
pada tahun 2021 menjadi 14.517. Kebanyakan kekerasan terjadi di dalam keluarga.
Dalam kondisi semacam itu, kita kadang tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan.
Semuanya seolah-olah tertutup dan dalam kegelapan. Kita berharap bahwa dalam keluarga
kita bisa merasakan kedamaian, namun ternyata kita tidak mengalami kedamaian di dalam
keluarga kita. Bahkan kita juga merasa bahwa Tuhan itu tidak adil di dalam keluarga kita.
Firman Tuhan yang kita baca tersebut mengatakan bahwa Rumah Tuhan inspirasi
perubahan bagi kehidupan dunia. Kita mengimani bahwa Tuhan juga hadir di dalam tiap
keluarga sehingga membawa perubahan. Pepatah Tionghoa mengatakan:

Bila ada kebenaran di dalam hati, akan ada


keindahan di dalam karakter
Bila ada keindahan di dalam karakter, akan
ada keharmonisan di dalam keluarga
Bila ada keharmonisan di dalam keluarga,
akan ada ketertiban di dalam bangsa
Bila ada ketertiban di dalam bangsa, akan ada
kedamaian di dalam dunia.

Pemuda
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya 24 Februari 2022, kita dikejutkan dengan
adanya invasi Rusia terhadap Ukraina. Peristiwa tersebut telah mengubah dunia seketika.
Keduanya saling menyerang dengan alat-alat perangnya. Banyak korban berjatuhan dari
perang tersebut. Kedua negara tersebut mengklaim kebenarannya masing-masing.
Kedamaian pun hilang seketika. Perang menunjukkan seolah-olah manusia mempunyai lebih
berkuasa dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Perang juga merugikan kedua belah pihak.
Dari situasi demikian mungkin kita bertanya, “mengapa Tuhan membiarkan perang
terjadi?” Dari Firman Tuhan yang kita baca bahwa Tuhan akan menjadi hakim dan wasit
sangat relevan di masa situasi yang demikian. Semestinya tidak ada lagi yang berlatih
perang untuk saling menyerang sebagaimana disebutkan, tetapi diganti dengan kedamaian
di dunia, yang sesungguhnya juga merupakan Rumah Tuhan. Dengan pemahaman yang
demikian, maka persepsi kita terhadap kehidupan ini pun berubah. Dalam pengajaran dan
terang Tuhan, hidup ini tak lagi diisi dengan keinginan untuk menghancurkan, tetapi
membangun; bukan mematikan, tapi menghidupkan; dan bukan untuk merampas
kehidupan maupun kedamaian, tetapi untuk memberi kehidupan kepada pihak lain.
Undangan untuk terus berjalan dalam terang dan pengajaran Tuhan juga berlaku
di dalam seluruh dimensi kehidupan ini, baik di kehidupan bergereja maupun
bermasyarakat. Ketika kita menerima undangan tersebut, maka hidup kita akan
mencerminkan dan memberlakukan keadilan dan kebenaran.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana cara Saudara menghadirkan kedamaian di dalam keluargamu?
2. Apa yang Saudara lakukan supaya keluargamu tetap setia berjalan di dalam terang
Tuhan?

Pemuda
1. Menurut Saudara, apakah manusia di tengah kemajuan teknologi ini masih dapat berjalan
dalam terang Tuhan?
2. Apa yang bisa Saudara lakukan supaya gereja menjadi Rumah Tuhan yang darinya keluar
pengajaran-pengajaran yang relevan dan kontekstual?
3. Menurutmu, sudah sejauh mana peran gereja dalam mengkampanyekan perdamaian di
dunia?

Daftar Acuan
Wahono, S. Wismoady. 1998. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

[HDS]
BERSUKACITA ATAS
DESEMBER III KEHADIRAN TUHAN
Zefanya 3:14-18a

Pengantar
Kita semua tentunya pernah merasakan sukacita dalam kehidupan kita. Ada ragam
alasan dan ekspresi yang kita tunjukkan ketika bersukacita. Menurut KBBI, sukacita berarti
suka hati, girang hati; kegirangan. Dalam pengertian yang lain, sukacita adalah perasaan
bahagia bercampur perasaan diberkati. Ada juga yang memahami bahwa sukacita itu
merupakan emosi positif yang keluar dari diri manusia. Ketika kita bersukacita berarti kita
mengurangi ketegangan-ketegangan psikologis yang dialami. Sukacita adalah kebahagiaan
mendalam yang kita rasakan sewaktu kita mendapatkan atau mengharapkan sesuatu yang
baik.
Sukacita memiliki pengaruh dalam kehidupan kita. Pengaruhnya yaitu dalam
memandang kehidupan ini. Orang yang selalu bersukacita ia selalu riang, selalu tenang
menghadapi kenyataan hidup sekalipun itu sangat sukar baginya. Selain itu juga, sukacita
bisa menghindarkan seseorang dari pemikiran negatif dan bisa lebih menghasilkan ide-ide
kreatif. Bahkan menurut seorang psikolog terapis, David R. Hawkins, sukacita memiliki
energi yang tinggi untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang, baik dalam segi
kerohanian, keluarga dan sosial.
Di dalam Alkitab, kita banyak menjumpai kata sukacita. Ini menunjukkan bahwa
sukacita merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan beriman kita. Firman Tuhan
dalam Zefanya 3:14-18a ini juga menceritakan tentang sukacita, yang dialami oleh bangsa
Israel. Kita akan melihat seperti apa sukacita yang dialami oleh bangsa Israel di tengah
situasi yang dialami dan dari mana sumber sukacita tersebut.

Penjelasan Teks
Nabi Zefanya, yang berarti “yang dilindungi Tuhan”, menyampaikan Firman Tuhan
ketika kehidupan bangsa Israel mengalami dua pengalaman. Di satu sisi, pada ayat-ayat
sebelumnya dalam kitab Zefanya, diberitakan bahwa bangsa Israel mendapat hukuman.
Malapetaka yang terjadi dipahami sebagai hukuman bagi kelakuan buruk bangsa Israel,
seperti pemberontakan, pencemaran lewat dosa, ketidakadilan dan penindasan terhadap
orang miskin, serta tidak peduli pada ajaran Allah dan berpaling pada penyembahan berhala,
memutarbalikkan hukuman dan mencemarkan peribadatan.
Ayat-ayat selanjutnya, yaitu ay.14-18a, merupakan sebuah kabar sukacita bagi bangsa
Israel. Apa yang membuat bangsa Israel bersukacita? Dari mana sumber sukacita tersebut?
Salah satu hal tegas yang diberitakan yaitu “Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu.”
Itulah sumber sukacita. Nabi Zefanya mengutarakan dengan sangat jelas tentang janji
keselamatan Allah kepada Israel. Apa saja janji-janji keselamatan yang diberitakan sehingga
bangsa Israel akan bersukacita nantinya? Janji-janji keselamatan yang akan mendatangkan
sukacita bagi bangsa Israel, yaitu:
1. Tuhan menyingkirkan hukuman atas bangsa Israel. Tuhan tidak selamanya
menghukum, tetapi Tuhan juga memberi pengampunan.
2. Tuhan telah menghapus binasa musuh-musuh Israel. Sebagai pahlawan, Tuhanlah
yang akan berperang kepada musuh-musuh Israel.
3. Ayat 16: "Janganlah takut, hai Sion!”. Tuhan telah menghapus ketakutan yang
dirasakan oleh bangsa Israel karena malapetaka. Tuhan hendak membangkitkan
kembali keberanian bangsa Israel.
4. Tuhan menguatkan tangan yang lesu dari bangsa Israel. Betul bahwa ketika bangsa
Israel dalam pergumulan, maka hidup menjadi lesu. Kata "tangan" dalam Alkitab
menggambarkan kuasa. Artinya, Tuhan meminta untuk melakukan dengan
semangat pekerjaan-pekerjaan baik, tidak putus asa, tetap memberikan topangan
satu dengan yang lainnya, bergandengan tangan.
5. Tuhan membaharui bangsa Israel dengan kasihNya. Sebuah kasih yang
mentransformasi kehidupan. Allah adalah Allah Pembaharu yang membaharui
dengan kasih.
6. Bangsa Israel tidak akan menanggung cela karena malapetaka telah diangkat oleh
Tuhan. Tuhan ikut merasakan malapetaka yang dialami oleh bangsa Israel.
Malapetaka tersebut sangat berat dirasakan dan dipikul bangsa Israel. Oleh karena
itu, Tuhan mengangkatnya untuk meringankan beban bangsa Israel.

Oleh karena itu semua, bangsa Israel akan merdeka, bangkit, bersukacita dan beria-
ria dalam Tuhan. Tuhan ada bersama mereka dan menjadi pahlawan yang memberi
kemenangan. Tuhan sebagai Pahlawan berarti Tuhan memberikan diri membela, menolong,
dan berkorban demi umatNya. Tuhan, yang ada bersama bangsa Israel, merupakan
pahlawan sekaligus mengubah bangsa Israel dengan kasihNya. bangsa Israel untuk
bersukacita dan beria-ria dengan segenap hati, tidak setengah hati atau ragu-ragu lagi.
Artinya bahwa sukacita yang dirasakan oleh bangsa Israel tidak tergantung pada kondisi
luar yang dialami, tetapi juga pada relasi hubungan bangsa Israel dengan Tuhan. Tuhan
menginginkan sukacita ini dirasakan bukan saja karena pertolongan yang diberikan-Nya,
melainkan juga sukacita dirasakan karena hubungan yang sudah dipulihkan dapat terus
terpelihara.

Relevansi
Remaja
Semua orang tentu pernah mengalami pergumulan atau persoalan, entah pribadi
maupun keluarga atau komunitas. Pergumulan itu membuat kita menjadi tidak bersukacita
bahkan hingga kehilangan sukacita. Tak jarang kita melihat bahwa ketika remaja mengalami
pergumulan hidup, mereka berusaha melepaskan pergumulan tersebut dengan cara-cara
yang tidak baik dan benar. Tak jarang juga banyak anak remaja menjadi “kornet” (KORban
interNET) saat menggunakannya dengan tidak bertanggungjawab dan tidak bijak. Pergaulan
yang tidak baik, yang tadinya diharapkan dapat membawa sukacita, pun bisa menambah
malapetaka. Belum lagi persoalan di sekolah dengan pola pembelajaran tatap muka terbatas
(PTMT) dan tidak bisa bertemu dengan teman-teman sekolah juga turut dapat menambah
rasa lesu dan tidak semangat.
Remaja adalah kalangan yang sering melakukan tindakan-tindakan berisiko dan
sering tidak memiliki penguasaan diri. Hasil dari apa yang dilakukan atas tindakan tak
terkontrol dan berisiko tersebut membawa kepada hal yang tidak menyenangkan dan
akhirnya jatuh pada kecemasan, kesedihan, kesusahan, dan penderitaan.
Dari teks Firman Tuhan tersebut, kita diingatkan kembali bahwa “Raja Israel, yakni
TUHAN, ada di antaramu” dan “Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya” menjadi pegangan
kita dalam menghadapi situasi dan kondisi yang membuat kita lesu, takut dan menanggung
cela. Apa yang kita alami dan tanggung tidak selamanya kita rasakan. Janji Tuhan
mengatakan bahwa Tuhan akan membaharui hidup kita dalam kasihNya. Jadi, undangan
Tuhan untuk bersukacita dan beria-ria menjadi sumber kekuatan kita.

Pemuda
Salah satu malapetaka yang melanda hampir seluruh negara di dunia adalah Covid
19. Dampak dari pandemi tersebut tidak hanya membuat kondisi ekonomi menjadi sulit,
juga membuat banyak orang kehilangan pekerjaan maupun kehilangan orang yang mereka
kasihi. Banyak orang yang kehilangan sukacita dan menjadi putus asa, merasa takut serta
lesu akibat dari situasi pandemi yang terjadi. Mungkin di antara kita ada yang terdampak
dari pandemi ini. Mungkin ada juga yang berhasil melewati dampak pandemi ini.
Satu hal yang kita yakini bahwa “Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu” dan
“Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya.” Dengan keyakinan iman yang demikian, Tuhan
mengundang kita sebagai pemuda untuk bersukacita dan beria-ria, “Bersukacitalah dan
beria-rialah dengan segenap hati, hai pemuda-pemudi GKP!” Meskipun dalam situasi
pandemi saat ini, kita tetap diundang untuk hal tersebut, yaitu menjalin relasi dengan
Tuhan, sumber sukacita kita.
Dalam situasi yang kita alami saat ini, baik pandemi maupun di dalam masyarakat,
sebagai pemuda kita terpanggil untuk membawa sukacita tersebut di mana pun kita berada.
Sebagai pemuda, kita diharapkan tidak menjadi celaan bagi gereja kita dengan perilaku-
perilaku kita di tengah masyarakat. Kita mesti berani melakukan perubahan bahkan menjadi
pembawa perubahan. Semuanya itu bisa kita lakukan apabila tangan-tangan para pemuda
bersatu dan tidak menjadi lesu dan dengan segenap hati.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Menurut Saudara, pengalaman hidup seperti apa yang membuat hidupmu menjadi
lesu dan takut?
2. Bagaimana cara Saudara menemukan kembali sukacita dalam hidupmu?
Pemuda
1. Apa sumbangsih Saudara sebagai pemuda gereja dalam menghadirkan sukacita di
tengah situasi saat ini?
2. Apa saran dan masukan dari Saudara supaya GKP sebagai pembawa sukacita dan
pembaharuan dapat berkarya bagi masyarakat kita?

[HDS]
BELAJAR DARI
JANUARI II KESALAHAN DI MASA LALU
1 Samuel 12:19-25

Pengantar
Semakin dewasa kita belajar untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang kita
lakukan. Maka dari itu ketika sudah melakukan suatu kesalahan, tentu di waktu mendatang
kita berharap untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi. Tahun baru adalah waktu yang
seringkali digunakan untuk belajar menjadi lebih baik. Banyak harapan pada diri sendiri
untuk melakukan tindakan-tindakan kebaikan bagi Tuhan dan sesama. Namun, pada
kenyataannya, harapan untuk melakukan suatu hal yang baik seringkali berhenti sampai
diungkapan kata saja, dan tidak berlanjut pada tindakan.
Pembacaan Firman Tuhan saat ini juga mengantarkan kita melihat kehidupan
bangsa Israel yang terus berjanji untuk menuruti perintah Tuhan, tetapi tidak juga
melakukannya. Justru seiring berjalannya waktu, tindakan mereka semakin mengecewakan
Tuhan. Dengan demikian Tuhan menegur mereka melalui Samuel.

Penjelasan Teks
Dalam kitab Perjanjian Lama, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Nama kitab ini
merujuk pada tokoh Samuel bin Elkana, hakim Israel terakhir dan nabi yang mengurapi Raja
Saul dan Raja Daud. Ringkasnya kitab ini bermula dengan kisah kelahiran Samuel dan
peristiwa pemanggilan Tuhan saat ia masih kecil. Alur tersebut diikuti oleh kisah perampasan
Tabut Perjanjian dan penindasan bangsa Filistin terhadap orang-orang Israel, yang
menyebabkan Samuel mengurapi Saul sebagai raja Israel yang pertama. Namun, Saul
terbukti tidak layak sebagai raja dan Allah memilih Daud sebagai raja pengganti. Daud
kemudian mengalahkan musuh-musuh Israel dan membeli tempat pengirikan yang akan
menjadi tempat pendirian Bait Allah pertama oleh anaknya, Salomo, serta membawa
kembali tabut perjanjian ke Yerusalem. Tuhan kemudian menjanjikan Daud dan
keturunannya “tahta kerajaan yang akan kokoh untuk selama-lamanya’ (Sabda Alkitab
Website, 2022).
Pada saat ini, sebelum kita berfokus pada bacaan 1 Samuel 12:19-25, mari kita
pahami terlebih dahulu satu perikop dalam 1 Samuel 12:1-25. Secara keseluruhan isi dari
perikop ini merupakan ungkapan Samuel kepada bangsa Israel yang hidup jauh dari
kehendak Tuhan. Adapun pada bagian awal Samuel menyatakan wujud integritasnya
kepada Allah melalui cara hidup yang hidup dalam perintah-Nya. Dikatakan pada ayat 3-4
“…. Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan?
Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata?.... Jawab
mereka: engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan
kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapa pun.” Ucapan orang Israel
saat itu hendak menegaskan kebenaran dari jiwa integritas yang dimiliki oleh Samuel.
Kemudian ungkapan Samuel dilanjutkan dengan mengingatkan kehadiran Allah
dalam perjalanan bangsa Israel. Bahwa perjalanan bangsa Israel sesungguhnya bukanlah
perjalanan yang dapat dibanggakan, sebab ada banyak peristiwa ketidaksetiaan yang
dilakukan oleh bangsa Israel kepada Allah. Telah tercatat berkali-kali bangsa Israel meminta
kepada Tuhan, tetapi saat Tuhan telah menjawab, mereka melupakan Tuhan. Pada ayat 8
ketika Tuhan mengutus Musa dan Harun untuk mengutus bangsa Israel keluar dari Mesir,
setelah itu mereka melupakan Tuhan. Pada ayat 9 ketika Tuhan Yerubaal, Barak, Yefta dan
Samuel diutus untuk menolong bangsa Israel, tetapi mereka justru melihat Nahas, raja bani
Amon, sebagai raja dan bukan Tuhan Allah. Tindakan tidak setia yang berulang dilakukan
membuat Allah juga berulangkali menegur dan memberi hukuman atas bangsa Israel saat
itu.
Pada ayat 19 yang menjadi pembacaan saat ini kita dapat melihat ketakutan bangsa
Israel saat Tuhan mendatangkan guruh dan hujan seperti yang Samuel katakan kepada
bangsa Israel. Merespons rasa takut bangsa Israel maka pada ayat 20-21 Samuel berpesan,
walau banyak kejahatan yang telah mereka lakukan, tetap janganlah berhenti mengikut Dia
dan kembali beribadah kepada Tuhan dan tidak menyimpang untuk mengejar dewa kesia-
siaan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong karena semua mendatangkan kesia-
siaan.
Selanjutnya Samuel menyampaikan pemulihan yang Allah janjikan kepada bangsa
Israel. Pada ayat 22 dikatakan “sebab Tuhan tidak akan membuang umatNya…” dilanjutkan
pada ayat 24 “hanya takutlah akan Tuhan dan setialah beribadah kepadaNya dengan
segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukanNya di antara
kamu.”
Jika kita kembali bertolak pada ayat 19, bangsa Israel meminta tolong kepada
Samuel untuk berdoa kepada Allah agar mereka tidak mati. Permintaan tolong bangsa Israel
kepada Samuel bisa saja didasarkan karena rasa takut dan malu mereka untuk meminta
Allah secara langsung. Mereka telah menyadari segala kesalahan yang dilakukan, sehingga
merasa tidak layak untuk menaikan doa kepada Allah. Maka Samuel menenangkan mereka
pada ayat 20-21.
Jika kita mengingat kesalahan di masa lalu, mungkin ada banyak kesalahan yang
sudah dilakukan. Kesalahan atau tindakan dosa yang kita lakukan, seringkali membuat kita
merasa malu dan takut untuk menghadap Tuhan. Malu karena datang dengan rasa bersalah
dan takut kalau Allah akan memberikan hukuman berat. Hal inipun membuat kita mungkin
bersembunyi dan menghindar untuk mendekat kepada Tuhan.
Ungkapan Samuel kepada bangsa Israel pada ayat 20-21 yang mengingatkan untuk
mengubah diri dan melakukan tindakan yang mendekatkan diri kepada Allah dapat juga
menjadi kekuatan bagi kita. Bahwa Allah sesungguhnya menghadirkan pemulihan bagi kita
untuk keluar dari kesalahan atau tindakan dosa yang pernah kita lakukan dimasa lalu.
Otoritas Allah bekerja dalam proses pemulihan yang kita lakukan. Allah bisa saja memproses
kita seperti bangsa Israel dengan berbagai ketidakmudahan. Akan tetapi yakinlah bahwa
Allah tidak akan membiarkan kita melewatinya sendiri. Allah pasti menyertai sampai akhir
proses pemulihan kita untuk menjadi semakin dekat dan melekat dengan Dia. Asalkan kita
siap untuk kembali pada jalanNya, dan melakukan kehendakNya. Dengan demikian masa
lalu yang buruk, bersama Kristus pasti kita mampu mengubahnya menjadi lebih baik pada
masa kini.

Relevansi
Remaja
Pernahkah rekan remaja mencontek dan ketahuan oleh guru? Atau bagi rekan
yang belum pernah mencontek mari bayangkan jika rekan remaja mencontek dan
ketahuan oleh guru? Bagaimanakah perasaan rekan remaja? Tentu kita merasa malu
dan takut. Malu karena telah melakukan tindakan yang salah, dan takut untuk
menghadapi teguran dari guru dan orangtua. Pengalaman ini bisa saja hanya sekali
kita lakukan tetapi kemungkinan besar terus kita ingat dalam waktu yang lama.
Pengalaman melakukan kesalahan atau tindakan yang buruk bukan hal yang
mudah dilupakan bagi sebagian orang. Akan tetapi, firman Tuhan dalam 1 Samuel
12:19-25 mengajak kita untuk menjadikan kesalahan di masa lalu menjadi penghambat
untuk menunjukkan perubahan di masa depan. Akan tetapi, kesalahan di masa lalu
kiranya menjadi pembelajaran bagi kita untuk tidak lagi melakukannya. Bangsa Israel
pun juga takut dan malu untuk menghadap kepada Allah atas kesalahan yang telah
diperbuatnya. Akan tetapi, melalui Samuel Allah katakan jangan takut, Allah tetap
menjanjikan pemulihan bagi mereka. Begitupun bagi rekan remaja, Allah tentunya juga
menyediakan pemulihan bagi kita asal kita siap diproses dan dibentuk oleh Allah untuk
menjadi pribadi yang baik yaitu menjadi pelaku firmanNya.

Pemuda
Pengalaman melakukan tindakan dosa, tentu menjadi pengalaman yang tidak
mudah untuk dihadapi. Pengalaman yang mengingatkan kita dengan rasa malu dan
takut. Meskipun tindakan itu telah di masa lalu, namun belum tentu masa kini kita
sudah melupakannya. Tidak apa jika masa lalu yang buruk kita ingat saat ini, tetapi
bukan sebagai pematah semangat melainkan menjadi pembelajaran untuk melakukan
tindakan yang lebih baik. Pada 1 Samuel 12:19-25 rekan pemuda diingatkan bahwa
Allah memberikan pemulihan bagi bangsa Israel yang sudah menjauhkan diri dari
Tuhan. Namun ketika Bangsa Israel datang dan melekatkan diri kembali kepada Allah,
maka Allah memberikan kesempatan untuk berproses di dalam pemulihan. Bagi kita
saat ini yang masih mengingat pengalaman yang membawa kita ke dalam dosa, mari
jadikan ingatakan itu sebagai pembelajaran bagi kita untuk diproses dalam pemulihan
Allah. Dengan demikian kita dimampukanNya untuk melakukan tindakan yang lebih
baik dengan menjadi saksi Firmannya kepada sesama.
Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaiamana cara rekan remaja untuk tidak lagi melakukan tindakan dosa di masa lalu?
2. Bagaimana kaum remaja bisa mengatasi tantangan yang menggoda untuk terjerumus
lagi pada tindakan dosa ?

Pemuda
1. Tindakan dosa apa yang rekan pemuda lakukan di masa lalu?
2. Bagaimana rekan pemuda merespons dosa masa lalu terhadap kondisi atau
keadaan saat ini?

Daftar Acuan
Sabda, Alkitab.
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=1%20Samuel%202. 2022

(FLZ)
‘;p[ EFEKTIF DAN BIJAKSANA
JANUARI III MENGGUNAKAN WAKTU
Pengkhotbah 3:1-8

Pengantar
Pada saat tsunami Aceh tahun 2004, seorang pendeta yang sedang menjalani studi
S2 di sekolah teologia Jakarta mendengar berita bahwa seluruh keluarganya di Aceh hilang
dan kemungkinan besar telah meninggal tersapu ombak. Bergegas pendeta itu berangkat
ke Aceh tempat asal dan tempat keluarga tinggal. Sesampainya di sana tidak dijumpai
keluarganya seorang pun, isteri, anak-anak, dan seluruh anggota keluarganya telah tiada.
Pendeta itupun sedih dan merasa kehilangan karena tidak menemukan anggota
keluarganya. Maka rekan-rekan pendeta itupun memutuskan untuk mengutus seorang
rekan untuk melakukan pelawatan guna menghibur dan menguatkan pendeta yang
berduka. Setibanya di Jakarta, pendeta itupun dijumpai oleh seorang rekan pelayanannya.
Rekan pelayan bertanya kepada pendeta itu, di saat keluargamu hilang dan meninggal
tersapu ombak, di mana Tuhan bagimu saat ini? Pendeta itu menjawab, Tuhan ada bersama
keluargaku yang hilang tersapu ombak dan Tuhan ada saat ini bersamaku.
Jawaban pendeta di saat kehilangan seluruh anggota keluarnya menyadarkan kita
bahwa Tuhan ada dalam setiap langkah kehidupan kita. Berat dan sulit langkah yang kita
lalui ia tetap menyertai. Meskipun demikian, tidak semua pasti mampu memahami kehadiran
Allah seperti pengalaman pendeta pada cerita di atas. Hal yang tidak mudah dijalani tidak
jarang membuat kita tutup mata akan kehadiran Allah. Firman Allah saat ini mengajak kita
belajar melihat kehadiran Allah dalam setiap proses kehidupan yang dijalani.

Penjelasan Teks
Judul kitab ini di dalam Perjanjian Lama Ibrani adalah qoheleth dari kata Ibrani
qahal yang artinya berkumpul atau secara harafiah artinya “orang yang mengadakan dan
berbicara kepada suatu perkumpulan.” Kata ‘Pengkhotbah’ telah dituliskan sebanyak 7 kali
dalam kitab ini (Pkh.1:1,2,12; Pkh.7:27; Pkh.12:8-10). Pada Septuaginta padanan katanya
adalah ekklesiastes atau dalam Bahasa Inggris Ecclesiastes. Dengan demikian kitab ini berisi
serangkaian ajaran oleh seorang Pengkhotbah yang terkenal (Hidup Roti Website, 2022).
Pada umumnya dipercayai bahwa penulisnya adalah Salomo, sekalipun namanya
tidak muncul di dalam kitab ini. Akan tetapi beberapa bagian yang membuktikan bahwa
kitab ini ditulis oleh Salomo yaitu; (1) Penulis menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di
Yerusalem (Pkh.1:1,12). (2) Ia menyebutkan dirinya yang paling bijaksana dari umat Allah
(Pkh.1:16) dan penggubah banyak Amsal (Pkh.12:9). (3) Kerajaannya dikenal karena
kekayaan dan kemuliaan yang berlimpah-limpah (Pkh.2:4-9). Sehingga semua unsur ini
menjadi cocok dengan gambaran Alkitabiah mengenai Raja Salomo (Hidup Roti Website,
2022).
Tujuan dan maksud utama sang penulis ialah menunjukkan berdasarkan
pengalaman pribadi bahwa apabila semua tujuan dan berkat-berkat duniawi itu dijadikan
tujuan akhir, akan membawa kepada kekecewaan dan kehampaan. Kebajikan paling mulia
dalam hidup ini ialah menghormati dan mematuhi Allah (Sabda Alkitab Website, 2022).
Kitab Pengkhotbah 3:1-8 yang menjadi bacaan saat ini juga merupakan salah satu
bentuk refleksi bagaimana penulis mengalami kehadiran Allah dalam kehidupan yang
diungkapkan dalam suatu syair. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah
langit ada waktunya. Ini bukan suatu penilaian moral, mana waktu yang bagus dan mana
waktu yang buruk. Melainkan penilaian yang paling buruk ialah bahwa semua itu semua tak
terhindarkan. Kelahiran dan kematian, menanam dan menuai, membunuh dan
menyembuhkan, itu semua terus berlangsung tanpa peduli pada apa yang kita lakukan.
Akhirnya sampailah pada alternatif di mana kita memihak: ada waktu untuk mengasihi, ada
waktu untuk membenci, ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Semua terjadi
dan tidak dapat dihentikan atau dihindari. Meskipun demikian, jika kita melihat pada ayat-
ayat selanjutnya bahwa Allah pada akhirnya telah menetapkan masa yang tepat untuk setiap
hal. Dengan demikian hal yang bisa dilakukan manusia adalah menikmati segala sesuatu
yang telah disediakan Allah.

Relevansi
Remaja
Kesusahan, kematian, kepergian, kegagalan, dan setiap kejadian buruk
darimanakah datangnya? Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa setiap proses
kehidupan selalu terjadi atas kehendak-Nya. Dengan demikian, secara cepat kita bisa
menyimpulkan bahwa dalam kejadian yang buruk pun, Tuhan tetap berkarya dan ada
bagi kita. Meskipun demikian, Allah sampaikan bahwa segala sesuatu ada waktunya.
Maka yang terjadi tidak tetap atau bersifat sementara. Kaum Remaja perlu menyadari
bahwa kehidupan bersama Allah tidak selalu berada dalam kemudahan. Seberapapun
usaha kita mempertahankan situasi yang mudah, pasti yang tidak mudah juga lekas
kita jumpai. Maka, daripada kita sibuk untuk menghentikan, berlari atau menghindari
proses yang tidak kita sukai, lebih indah apabila kita berdamai dengan proses itu
dengan merasakan kehadiran Allah di dalamnya. Dengan demikian kita mudah untuk
melangkah dan bersyukur kepada Tuhan.
Pemuda

Di sepanjang usia ini tentu kaum pemuda telah melewati badai pelangi kehidupan.
Jika ditanya mana yang paling diharapkan, pasti jawab kita adalah yang paling mudah
dijalani. Meski demikian, Pengkhotbah menyampaikan bahwa kita tidak bisa menghindari
badai atau pelangi yang saat ini ada atau di depan nanti ada. Sekuat dan sehebat apapun
kita menghindarinya, apabila Tuhan menghendaki untuk kita mengalami badai pelangi itu,
pasti akan terjadi. Maka belajar dari kisah pendeta di atas, mari kita belajar untuk menerima
setiap proses kehidupan yang terjadi dengan merasakan kehadiran Allah di dalamnya.
Dengan demikian kehidupan yang dijalani tidak hanya membuat kita mengenal Tuhan tetapi
juga mengalami Tuhan. Menerima proses hidup yang Tuhan berikan juga memampukan kita
untuk mengucap syukur dalam segala hal.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa yang akan remaja lakukan jika proses hidup yang saat ini Tuhan kehendaki adalah
proses yang tidak mudah?
2. Bagaimana remaja merasakan kehadiran Tuhan dalam proses hidup yang tidak mudah?

Pemuda
1. Ceritakanlah masa terberat dalam hidupmu.
2. Bagaimana kamu merespons masa terberat yang kamu alami? Masihkah kamu
merasakan kehadiran Allah pada saat itu?

Daftar Acuan

Hidup, Roti. http://rotihidup.org/pesan-kitab-pengkhotbah/. 2022


Sabda, Alkitab.
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?version=tb&passage=Pengkhotbah+1
. 2022

(FLZ)
APA TALENTAKU?
JANUARI IV
Matius 25:14-30

Pengantar
Talenta. Apa yang selama ini kita pahami tentang talenta? Jika pertanyaan ini
ditanyakan pada kaum muda mungkin kebanyakan dari mereka akan menjawab bahwa
talenta adalah bakat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Ya, itulah pemahaman
mengenai talenta yang berkembang saat ini.
Di dunia ini ada begitu banyak talenta yang Tuhan anugerahkan. Ada yang memiliki
talenta peka terhadap musik dan bisa memainkan beberapa alat musik. Ada juga yang
memiliki talenta keberanian untuk melakukan sesuatu, bahkan keberanian berbicara di
hadapan banyak orang. Tidak jarang juga orang memiliki talenta untuk cepat belajar dan
memahami hal-hal yang baru ia dapatkan. Masih banyak talenta-talenta lain yang dimiliki
oleh setiap orang termasuk yang dimiliki oleh kaum muda. Namun permasalahannya, adalah
apakah kaum muda sudah mengetahui talenta yang dimilikinya dan sudahkah talenta
tersebut dikembangkan?
Teks pembacaan kita saat ini juga sama-sama berbicara mengenai talenta, namun
apakah pemahaman talenta yang tertulis dalam Alkitab sama dengan pemahaman talenta
yang kita miliki saat ini? Apakah yang mau Yesus sampaikan melalui perumpaan talenta ini?
mari kita lihat bersama-sama.

Penjelasan Teks
Yesus memiliki cara yang cukup unik dalam menyampaikan khotbah atau ajarannya.
Salah satu caranya yakni dengan menyampaikan perumpamaan yang dapat diterima dan
dimengerti oleh para pendengarnya. Salah satu perumpaan yang Yesus sampaikan adalah
perumpamaan mengenai talenta yang Ia sampaikan ketika menyampaikan khotbah tentang
akhir zaman.
Tentu maksud dari talenta yang Yesus sampaikan dalam perumpamaannya,
berbeda dengan pengertian talenta yang kita pahami saat ini. Talenta yang dimaksudkan
oleh Yesus adalah talenta sebagai satuan berat. Jika kita membuka kamus yang terdapat
dalam Alkitab, maka disana diterangkan bahwa satu talenta kurang lebih 34 kilogram atau
jika dikonversikan dalam mata uang, satu talenta sama dengan 6000 dinar 1. Satu dinar
menurut tradisi pada waktu itu merupakan upah pekerja dalam satu hari. Maka memiliki
satu talenta sama dengan mendapatkan upah selama 6000 hari bekerja. Suatu nilai mata
uang yang luar biasa banyaknya.

1
Dinar adalah mata uang Romawi.
Dalam perumpamaan yang Yesus sampaikan, digambarkan terdapat seorang tuan
yang hendak berpergian dan memanggil hamba-hambanya. Hamba yang pertama diberikan
5 talenta, hamba yang kedua dibari 2 talenta, dan hamba yang ketiga diberi 1 talenta. Jika
kita memperhatikan ayat 15 disana dinyatakan bahwa pemberian talenta yang berbeda-
beda ini bukan karena sang tuan yang pilih kasih tetapi dilihat dari kesanggupan masing-
masing hamba.
Hamba dengan 5 talenta mengusahakan apa yang dipercayakan padanya dan
mendapat laba 5 talenta. Hal yang sama dilakukan oleh hamba yang memiliki 2 talenta,
sehingga mendapat laba 2 talenta. Permasalahan terjadi pada hamba yang mendapatkan 1
talenta. Ia tidak mengusahakan talenta yang dipercayakan padanya, ia malah mengubur 1
talenta yang dimilikinya. Maka ketika tuannya kembali dan meminta hasil dari talenta yang
telah ia berikan, hamba yang diberikan 5 talenta dan 2 talenta mendapatkan pujian dan
hadiah karena bisa mengusahakan kepercayaan yang telah diberikan oleh tuannya.
Sedangkan hamba yang diberi satu talenta mendapat hukuman karena ia malas dan tidak
mau mengusahakan apa yang telah dipercayakan padanya.
Jika ditarik dalam kehidupan sehari-hari, perumpamaan ini mengungkapkan bahwa
Allah mengaruniakan talenta yang berbeda-beda kepada setiap orang menurut
kemampuannya masing-masing. Ada yang mendapat 5 talenta, ada yang mendapat 2
talenta, bahkan ada yang mendapat 1 talenta. Tentu talenta ini bisa kita lihat sebagai berkat,
kebisaan, bakat, dan karunia. Sebenarnya yang menjadi permasalahan dalam
perumpamaan ini adalah bagaimana cara manusia mengusahakan apa yang telah
dikaruniakan padanya2. Jadi meskipun talenta yang diberikan kepada setiap manusia
berbeda-beda, tapi setiap manusia seharusnya punya upaya untuk mengembangkan talenta
yang ia miliki. Hamba yang diberi kepercayaan satu talenta dihukum bukan karena ia
membuat tuannya merugi, ia dihukum karena tidak berusaha 3.
Mungkin pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah mengapa kita harus berusaha
mengembangkan atau mengusahakan talenta tersebut? Ada dua jawaban dari pertanyaan
tersebut. Pertama kita bisa melihat talenta sebagai kesempatan yang Allah berikan. Ketika
mengusahakannya, maka kita menggunakan kesempatan tersebut dengan baik sehingga
kita diberikan kepercayaan untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan yang lainnya 4.
Kedua, mengacu pada pernyataan yang disampaikan oleh sang tuan di ayat 29. Pernyataan
tersebut mau mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai talenta dan
mengembangkannya, maka ia bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri
dengan talenta yang ia miliki. Namun, jika kita memiliki talenta namun gagal/malas
memanfaatkannya, maka kita akan sungguh-sungguh kehilangan talenta itu5. Seperti
contohnya seseorang yang diberikan talenta mampu bermain sepak bola, jika ia terus belatih
dan mengembangkan talentanya, maka ia bisa menjadi pemain sepak bola yang

2 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28, 2010, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
H. 512
3 Ibid
4 F.F Bruce, dan Dr. Harun Hadiwijono (Tim Penulis), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu, 2001, Jakarta:

Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. H.114


5 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari….. H. 513
professional. Namun jika ia malas mengembangkan talentanya, maka kemampuan bermain
sepak bolanya akan hilang.

Relevansi
Remaja
1. Usia remaja masih termasuk kedalam masa pencarian jati diri. Mereka masih
mencari arah dan tujuan kehidupannya. Begitu pula dengan talenta, mungkin masih
banyak anak remaja yang mengalami kebimbangan akan talenta yang ia miliki.
Meskipun demikian, tetap perlu ditekankan bahwa mereka juga pasti memiliki suatu
talenta yang Allah karuniakan dalam kehidupan mereka.
2. Talenta yang Allah berikan kepada setiap orang berbeda-beda, maka jangan timbul
rasa iri dengan talenta yang dimiliki orang lain. Diri kita juga memiliki talenta yang
istimewa yang juga bisa kita kembangkan dengan baik.
3. Untuk mengembangkan talenta tersebut, kita perlu mencari tahu apa sebernarnya
talenta yang Allah berikan kepada kita, apakah kita mahir di bidang music, ataukah
kita mahir dalam bersosialisasi, dan mungkin kita mahir dalam hal-hal yang lain?
Dengan mengetahui talenta apa yang kita miliki, kita bisa mulai untuk fokus
mengembangkan talenta tersebut.
4. Maka bersyukurlah untuk setiap talenta yang telah Allah karuniakan dengan cara
menggunakan talenta yang dimiliki untuk mulai melayani Tuhan.

Pemuda
1. Mayoritas kaum muda mungkin sudah mulai menemukan talenta dalam
kehidupannya. Dengan lebih beragamnya aktivitas yang dilakukan, dan lebih
luasnya pergaulan yang mereka lakukan. Disana-lah kaum muda bisa menemukan
talentanya.
2. Permasalahannya apakah talenta tersebut sudah dikembangkan, atau kaum muda
masih malas untuk mengembangkan talenta yang telah Allah berikan? Jika
dikembangkan dengan baik, talenta yang dimiliki bisa membawa berkat bagi
kehidupan kaum muda. Jika tidak dikembangkan maka talenta tersebut akan hilang
beserta kesempatan-kesempatan yang lainnya.
3. Maka kaum muda harus senantiasa bersyukur kepada Allah untuk talenta yang telah
dikaruniakan kepada kaum muda. Serta gunakanlah talenta tersebut untuk
kemuliaan nama Tuhan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apakah talentamu?
2. Adakah kesulitan yang kamu temui ketika berupaya menggali talenta yang kamu
miliki?
Pemuda
1. Sudahkah kamu mengembangkan talentamu? Dengan cara apa?
2. Kesulitan apa yang kamu temui ketika mencoba untuk mengembangkan talenta
yang kamu miliki?

Daftar Acuan
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28. 2010. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Tim Penulis: Bruce, F.F, dan Hadiwijono, Harun. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu.
2001. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.

[LWH]
KETEKUNAN: BEKERJA
JANUARI V MEMBERI BUAH
Filipi 1:20-22

Pengantar
Sebuah ungkapan terkenal mengatakan bahwa waktu adalah uang. Namun, penulis
lebih menyetujui ungkapan dari sebuah renungan yang mengatakan bahwa waktu adalah
nyawa kita104. Jika direnungkan, ungkapan tersebut menyadarkan kita mengenai kefanaan
hidup di dunia. Setiap orang yang hidup memiliki masa waktunya masing-masing. Hari baru
yang dijalani, ulang tahun yang dirayakan adalah pengurangan dari batas waktu kita hidup
di dunia. Maka, sangat penting kesadaran ini dipahami oleh kaum muda, sehingga sedari
dini kaum muda bisa benar-benar memanfaatkan kehidupannya di dunia dengan baik.
Seperti mulai tekun melakukan sesuatu yang berguna sehingga pada akhirnya kehidupan
bisa membawa makna yang baik, dan tidak berlalu begitu saja.
Renungan saat ini merupakan ajakan bagi kaum muda untuk bisa melihat kehidupan
yang dijalani oleh Rasul Paulus dalam karya pelayanan yang dilakukannya sehingga
kehidupan kaum muda bisa menghasilkan buah yang baik.

Penjelasan Teks
Rasul Paulus memiliki kehidupan spiritual luar biasa bersama dengan Kristus.
Berawal dari Saulus seorang martir Yahudi yang rela membatai jemaat Kristen pada waktu
itu untuk mempertahankan kebenaran agamanya. Lalu kehidupannya berubah 180 derajat
setelah bertemu dengan Kristus dalam perjalanan pembantaiannya. Perjumpaan spiritual
dengan Kristus mengubah Saulus menjadi Paulus, seorang rasul yang memberikan seluruh
kehidupannya untuk melayani Kristus dan menyebarkan Injil ke seluruh penjuru negeri.
Rasul Paulus juga membina beberapa jemaat melalui surat-surat yang ia berikan, yang berisi
penguatan, nasihat, bahkan teguran.
Salah satu suratnya ditujukan kepada jemaat di Filipi. Rasul Paulus sebenarnya
cukup memiliki kedekatan emosional dengan jemaat di Filipi, karena Kota Filipi adalah kota
pertama yang ia kunjungi setelah ia menyeberang dari Asia Kecil menuju Eropa. Surat
kepada jemaat di Filipi ini juga merupakan salah satu surat yang dikirimkan Rasul Paulus
ketika ia berada di penjara105. Maka surat kepada jemaat di Filipi ini dapat digolongkan
sebagai surat penguatan yang Rasul Paulus sampaikan, karena Rasul Paulus ingin jemaat di
Filipi memiliki kekuatan iman yang sama seperti Rasul Paulus ketika mereka mengalami
berbagai macam pergumulan.
Begitu juga ayat yang menjadi perenungan saat ini, merupakan salah satu ayat
yang sangat memberikan penguatan iman kepada para pembacanya di Filipi. Secara garis

104
https://renunganhariankristen.com/catatan-khotbah-pemuda-filipi-1-20-26-hidup-karena-arti/ (Aksess: 16
Maret 2022)
105 Alkitab Edisi Studi, 2010, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. H.1926
besar perikop yang berjudul “Kesaksian Paulus dalam Penjara” ini menggambarkan
mengenai betapa Rasul Paulus mengucapkan syukur karena adanya dukungan dari jemaat
di Filipi. Rasul Paulus juga mengungkapkan bahwa meskipun ia dipenjara, ternyata Injil
tetap digaungkan dengan berbagai macam cara. Sehingga Injil Kristus tidak mati meskipun
ia terperangkap di dalam penjara.
Secara spesifik di ayat 20-22 Rasul Paulus menyampaikan kepada jemaat di Filipi
bahwa kehidupan pelayanan yang ia jalani merupakan hak istimewa yang ia dapatkan ketika
ia menjadi murid Kristus. Hak istimewa itu ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk
menyebarkan Injil, sehingga makin banyak orang yang percaya pada kebenaran Injil106.
Maka kehidupannya yang tidak pasti ketika ia berada di dalam penjara (dibebaskan atau
mendapat hukuman mati) membuat Rasul Paulus tidak merasa takut karena ia merasa sama
saja. Kehidupan yang sudah dijalani olehnya merupakan kehidupan yang sudah ia
persembahkan oleh Kristus. Pertemuan spiritual Rasul Paulus di Damaskus merupakan awal
baru kehidupannya dan itu dimulai karena Kristus. Kemudian kehidupan pertobatan yang ia
jalani juga sudah sepenuhnya ia jalani bersama dengan Kristus. Begitu pula jika ia harus
menghadapi kematian. Rasul Paulus melihat kematian sebagai pintu masuk kehadirat Kristus
yang semakin dekat, dan membuat ia bisa benar-benar hidup bersama dengan Kristus 107.
Maka hidup atau mati bagi Rasul Paulus sama saja. Jika ia masih diberikan kesempatan
untuk hidup, maka kehidupannya tidak akan berubah. Kehidupan Rasul Paulus akan tetap
menjadi kehidupan yang senantiasa menghasilkan buah-buah Injil yang baik.
Itulah teladan ketekunan yang telah dicontohkan oleh Rasul Paulus dalam
kehidupannya. Memang Rasul Paulus pernah melakukan sesuatu yang salah, namun setelah
ia mendapatkan pertobatan, kehidupannya benar-benar berubah. Fokus hidupnya menjadi
untuk Kristus dan itulah ketekunan hidup yang Rasul Paulus jalani. Ia tekun memberitakan
injil, ia tekun memberikan penguatan kepada jemaat-jemaat, ia tekun menjalani
pelayanannya meskipun keadaan dirinya sedang tidak baik-baik saja. Dari kehidupan yang
Rasul Paulus jalani, kita bisa melihat bahwa buah yang baik muncul dari ketekunan dan
kesungguhan hati yang dijalankan oleh seseorang.

Relevansi
Remaja
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan tekun dengan kata rajin, keras hati,
dan bersungguh-sungguh108. Tentu ketekunan bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan
mudah. Membutuhkan komitmen, tekad, dan kemauan yang keras. Maka penting sekali
ketekunan ini sudah mulai dihidupi oleh kaum remaja, sehingga ketekunan bisa menjadi
suatu sikap yang terbentuk sejak dini.
Tentu ketekunan yang bisa dilakukan oleh kaum remaja sangat beragam. Tekun
dalam belajar, tekun dalam menemukan bakat, tekun dalam mengapai cita-cita, bahkan

106 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, 2006, Jakarta:
BPK Gunung Mulia. H. 45
107 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…. H. 47

108 https://kbbi.web.id/tekun (Akses: 16 Maret 2022)


kaum remaja pun bisa bertekun dalam pelayanan di gereja. Ketekunan yang jalani tentu
sebaiknya seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasul Paulus. Ditengah kehidupan yang
mungkin menyesakkan karena berbagai macam persoalan yang dialami oleh kaum remaja.
Rasul Paulus memberikan kekuatan untuk senantiasa menjalankan komitmen untuk
bertekun dalam melakukan suatu hal. Sehingga buah-buah yang manis bisa kaum remaja
hasilkan di usia yang masih belia.

Pemuda
Seperti yang disampaikan dalam pengantar renungan ini bahwa hal yang paling
berharga dalam kehidupan manusia adalah waktu, karena waktu adalah nyawa kita. Jika
dalam menjalani kehidupan ini masih saja kita isi dengan hal yang kurang berguna (hanya
bermalas-malasan), maka itu sama saja kita menyia-nyiakan waktu yang kita miliki.
Jika kaum muda ingin memiliki hidup yang berarti, maka sebaiknya kaum muda
mulai menanamkan karakter tekun dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap kaum muda
pasti sudah menemukan bakatnya masing-masing. Maka dari bakat yang dimiliki tersebut
mari terlibat dalam pelayanan. Itulah sikap hidup tekun yang bisa dilakukan. Jika memiliki
bakat dalam bidang bermusik, maka kaum muda bisa melibatkan diri dalam pelayanan musik
gerejawi. Jika kaum muda memiliki kemahiran dalam bidang media dan teknologi, maka
kaum muda bisa mengambil bagian dalam pelayanan daring yang dilakukan gereja. Setiap
bakat yang dimiliki jika diasah dengan tekun dan dipergunakan untuk sesuatu yang berguna
maka akan menghasilkan buah yang baik. Sudah waktunya bagi kaum muda untuk bangkit
dari kemalasan, tekun berbuat sesuatu, untuk menjadikan hidup yang Tuhan karuniakan
menjadi lebih berarti.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Teladan apa yang bisa kaum remaja ambil dari kisah hidup Rasul Paulus?
2. Ketekunan apa yang akan mulai kaum remaja jalani dan hidupi?
Pemuda
1. Bagaimana cara “hidup untuk Kristus” bisa dilakukan dalam kehidupan kaum muda
sehari-hari?
2. Komitmen apa yang akan kaum muda buat untuk menjadikan kehidupan kaum
muda bisa menghasilkan buah yang baik?

Daftar Acuan
Alkitab Edisi Studi. 2010. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika .
2006. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Website:
https://kbbi.web.id/tekun
https://renunganhariankristen.com/catatan-khotbah-pemuda-filipi-1-20-26-hidup-karena-
arti/
[LWH]
MENGHAYATI
FEBRUARI I KEBERADAAN DIRI
Roma 8:31-39

Pengantar
Pernahkah kita sebagai kaum muda menyadari bahwa kita diberkati luar biasa, tapi di sisi
lain kita mengakui bahwa kita tidak adil dalam mengapresiasi semua kasih sayang Tuhan
terhadap diri kita. Berkali-kali kita ada di titik terendah, tetapi tidak berselang lama Tuhan
membantu kita keluar dari kondisi tersebut. Acapkali kita melakukan kesalahan, tetapi Tuhan
masih memberikan kita kepercayaan dalam berbagai macam kesempatan. Sensitivitas kita
sebagai orang yang diberkati dan dikasihi Allah menjadi pertanyaan terbesar tentang
seberapa besar kita menghormati Tuhan. Apakah kaum muda dewasa ini masih memiliki
pemahaman bahwa Tuhan masih berotoritas dalam kehidupannya? Ini menjadi pertanyaan
sekaligus menjadi tantangan spiritualitas kaum muda saat ini dengan berbagai macam
dinamika yang ada.

Penjelasan Teks
Paulus memberikan pengingatan kepada jemaat di Roma bahwa Allah telah
berinisiatif mengaruniakan segala sesuatu kepada kita (ay. 32). Bahkan Allah telah menjadi
pembela atas hidup kita (ay. 34). Hal ini menjadi faktor penting tentang betapa besar kasih
dan cinta Allah kepada umat manusia. Pesan ini disampaikan oleh Paulus dikarenakan
jemaat di Roma ketika itu merasa takut untuk mempertahankan diri mereka sebagai
pengikut Kristus. Konsekuensi logis sebagai pengikut Kristus amatlah berat untuk
ditanggung pada saat itu, mengingat mereka mendapatkan ujian yang luar biasa dalam
mempertahankan iman percaya mereka. Paulus katakan bahwa tidak ada yang dapat
memisahkan mereka dari kasih Allah. Bahkan apabila mereka harus melewati penindasan,
kesesakan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya atau pedang sekalipun (ay 35). Mengutip
tema perikop dalam bacaan ini, maka inilah yang disebut oleh Paulus sebagai keyakinan
iman mereka. Di tengah beban yang harus mereka pikul, mereka tetap dikatakan sebagai
orang-orang yang mendapat kasih karunia Allah sehingga sepatutnya mereka tidak tawar
hati atau gentar dalam mempertahankan iman percaya mereka. Bahkan seharusnya mereka
mengekspresikan hal tersebut sebagai kesukacitaan karena Allah yang telah mengasihi
mereka sedemikian rupa.
Narasi yang kurang lebih sama juga terjadi dalam realitas saat ini. Ketika kaum
muda yang juga memiliki berbagai tekanan dalam kehidupan pribadinya, mereka justru
kehilangan pemahaman untuk menghargai berbagai hal baik yang Tuhan telah nyatakan
dalam kehidupannya. Penghayatan terhadap cinta kasih Tuhan menjadi hal yang mendasar
bagi pertumbuhan iman kaum muda saat ini. Tidaklah elok rasanya, ketika berbagai masalah
hadir dalam diri kaum muda, kaum muda malah tersebut menutup mata terhadap karya
Tuhan. Berbagai macam bentuk distraksi terhadap ucapan syukur akan kebaikan Tuhan bagi
manusia harus diakui menjadi hambatan yang selalu dihadapi oleh umat manusia terlebih
kaum muda dengan berbagai macam bentuk kesibukan yang dijalani. Beberapa faktor yang
dapat ditemukan sebagai alasan beberapa kalangan muda kehilangan pemahaman
da;ammenghayati penyertaan Tuhan dalam kehidupan pribadinya, antara lain:
Pertama, Ketidakasadaran. Kaum muda acapkali lupa atau tidak sadar bahwa
semua yang saat ini dimiliki, dijalani dengan berbagai peluang yang Tuhan berikan adalah
semata-mata atas dasar kasih karunia Tuhan yang begitu besar dalam kehidupannya. Yang
ada dalam pikiran mereka bahwa semua itu hadir atas dasar kemampuan mereka
semata.Bahkan mungkin yang lebih memprihatinkan bahwa mereka tidak sama sekali
berpikir atau terlintas sedikit pun mengenai hal tersebut. Kedua, Kesibukan. Berbagai
macam aktivitas dan kegiatan yang dilakukan kaum muda menjadi salah satu faktor pemicu
terbesar dalam kaum muda kehilangan pemahaman akan kasih karunia Tuhan yang
dinyatakan dalam kehidupan mereka sehingga mereka merasa hal tersebut bukanlah
sebuah prioritas yang harus dilakukan. Ketiga, Kedangkalan Rohani. Intensitas yang rendah
dalam aktivitas persekutuan memberikan dampak yang sangat besar juga terhadap iman
percaya kaum muda. Dengan tidak adanya sumber spiritulitas yang diterima oleh kaum
muda itulah yang menjadi masalah dalam menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup
seseorang. Pesan yang Paulus sampaikan cukup sederhana dan jelas sebagai sebuah
perenungan bagi kaum muda saat ini. Benar bahwa kehidupan para pengikut Kristus akan
selalu diperhadapkan dengan berbagai macam kesulitan. Namun, janganlah semua tekanan
tersebut menghilangkan penghargaan akan semua cinta dan karunia Tuhan dalam
kehidupan umat manusia, terkhusus kaum muda. Kita tidak bisa menghindari bertubi-
tubinya masalah hadir dalam diri kita, tetapi kita dapat mengambil sikap untuk melihat
semua hal tersebut sebagai sebuah anugerah di mana Tuhan tidak pernah membiarkan kita
sendiri dalam menghadapi pergumulan itu.

Relevansi
Remaja
Perkembangan psikologis remaja harus diakui ada dalam masa-masa perubahan
dan jelas belum stabil sehingga tidak dapat dituntut untuk bisa bertahan dalam berbagai
macam kesulitan yang muncul. Masa-masa pertumbuhan ini dapat dikategorikan sebagai
fase yang rentan karena anak remaja masih belum memiliki kemampuan yang mumpuni
untuk menakar masalah dan tekanan yang hadir dalam hidup mereka. Terlalu banyak fakta
di sekitar kita yang menunjukan betapa banyak remaja yang semakin tertekan dan tidak
bisa melepaskan dirinya dari situasi tersebut dan menjadikan mereka remaja yang
bertumbuh dalam karakter yang kurang baik, apakah menjadi remaja yang penakut,
tertutup, temperamental dan lain lain. Fase remaja adalah fase yang sangat penting dalam
pertumbuhan karakter mereka sehingga ketika masa-masa tersebut tidak di isi dengan hal-
hal yang baik maka dalam perkembangan mereka kemudian hal tersebut akan menjadi
hambatan yang besar bagi diri mereka juga. Kaum remaja diingatkan kembali untuk
mengedepankan hal ucapan syukur kepada Tuhan sebagai sesuatu yang dikategorikan
prioritas dalam masa-masa pertumbuhan mereka. Hal ini adalah pondasi yang sangat
penting dalam mereka menghayati semua karya Tuhan di tengah kehidupan mereka.

Pemuda
Pemuda dalam perkembangannya memiliki tantangan yang sangat khas yaitu
tingkat kesibukan yang sangat tinggi berkaitan dengan studi, perkerjaan, komunitas, dan
aktivitas-aktivitas lain yang membuat pemuda acapkali kesulitan untuk membagi waktu
mereka dalam aktivitas-aktivitas rohani. Pemuda harus diakui memiliki kebutuhan dan
segmentasi khusus dalam kebutuhan rohani mereka. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri
bagi mereka yang ada dalam fase ini. Oleh karena itu, gereja perlu untuk memberikan ruang
bagi kaum muda untuk dapat mengakomodir energi mereka yang cukup besar dalam
mengembangkan kreativitas mereka. Keterlibatan dalam aktivitas gerejawi akan sangat
membantu mereka tetap terjaga dalam pertumbuhan iman percaya mereka secara
konsisten. Penghayatan akan cinta kasih Tuhan berbanding lurus juga dengan sejauh apa
kaum muda tersebut terlibat dalam ruang-ruang rohani sehingga mereka tetap memiliki
modal dalam merespons berbagai macam hambatan bahkan pergumulan dalam kehidupan
kaum muda tersebut.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Kendala apa yang ditemukan kaum remaja untuk dapat peka terhadap kasih sayang
Tuhan dalam konteks hidup kaum remaja saat ini?
2. Pola apa yang harus dibangun dalam mempertahankan semangat menghayati
kebaikan Tuhan?

Pemuda
1. Mengapa kaum muda acap kali terkendala dalam mengenal kebaikan Tuhan dalam
hidupnya?
2. Karakter apa yang bisa dilatih dalam merespons semua karunia Tuhan dalam hidup
kaum muda?

[SPS]
MENGASIHI DIRI
FEBRUARI II
Matius 22:37-40

Pengantar
Sudah rahasia umum apabila kaum muda dan remaja memiliki masalah dalam hal
kepercayaan diri. Hal tersebut bisa dimengerti karena memang secara psikologis mereka
ada dalam tingkat perubahan yang sangat cepat. Fase ini pun berimplikasi kepada
bagaimana mereka menilai atau menghargai diri mereka ( Self Esteem). Secara sederhana
self esteem adalah kemampuan seseorang menghargai, mencintai, menghormati, menerima
dirinya sendiri. Apabila menggunakan tema renungan hari ini adalah bagaimana seseorang
mengasihi dirinya apakah itu kelebihan atau kekurangan dirinya tersebut. Self esteem yang
sehat jelas akan mempengaruhi secara psikologis perkembangan dan akselerasi diri dari
kaum remaja dan pemuda dalam menjalankan kehidupan mereka, sebaliknya low self
esteem akan menghambat kreativitas atau prestasi kaum muda dan remaja untuk menggali
dan mengekspresikan semua karunia dan talenta yang Tuhan percayakan dalam diri
mereka.

Penjelasan Teks
Kita mendapati banyak teks firman Tuhan yang menjadi panduan sekaligus juga
menjadi hukum yang dapat mengawal kehidupan kita sehingga sesuai dengan semua
perintah-Nya. Tapi kita harus mengakui juga bahwa untuk mengingat semua perintah
tersebut tidaklah mudah, terlebih untuk melakukan semua perintah Tuhan yang cukup
banyak tersebut. Ditambah lagi apabila kita salah memaknai dan terjebak dalam
pemahaman legalistik seperti yang terjadi kepada orang-orang Farisi dijaman Yesus ketika
itu.
Dalam teks saat ini, Tuhan Yesus sedang memberikan pengajaran kepada para
murid dan kepada kita semua bahwa inti dari semua perintah dan ajaran Tuhan adalah
tentang kasih. Bagaimana kita sebagai pengikut Kristus dapat menjalankan hidup yang
mengasihi Allah tetapi bersamaan dengan itu juga kita dapat mengasihi sesama manusia.
Hal tersebut adalah prinsip yang mendasari semua aturan hukum dari Allah kepada manusia.
Apabila kita merujuk ke sepuluh Hukum Allah dalam perjanjian lama (Keluaran 20:2-17)
jelas kita akan melihat dua aspek ini tercantum di dalamnya.
Intisari dari Sepuluh Hukum Tuhan tidak lain adalah untuk mengasihi Allah dan
manusia. Inilah yang kita kenal sebagai Hukum Kasih yang merupakan prinsip utama dari
segala aturan kehidupan orang percaya. Tuhan Yesus hendak mengajak para murid ketika
itu untuk memahami hakikat dari hukum-hukum Tuhan tersebut dengan memaknainya lebih
dalam dan menyederhanakan dalam dua prinsip tersebut. Matius 22:37 merupakan kutipan
dari Ulangan 6:5 yang berbunyi ”Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Mengasihi Allah jelas menjadi perintah yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Tidak berlebihan jika itu dikatakan hukum yang terutama dan yang pertama (ay
38). Penghargaan manusia kepada Tuhan jelaslah harus menjadi prioritas dalam
kehidupannya mengingat semua hal dalam kehidupan manusia terjadi hanya karena kasih
karunia Allah. Manusia patutlah menyadari bahwa kehidupannya tergantung pada Allah
dalam segala aspek. Manusia bahkan tidak berdaya menghadapi kehidupan ini tanpa Allah.
Oleh karena itu, betapa indahnya apabila manusia menciptakan relasi yang baik dengan
Allah. Terlebih lagi dikatakan bahwa itu adalah peraturan atau hukum yang paling krusial.
Dalam pemahaman bahwa Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi kita, maka ini
seharusnya menjadi pemicu kita sebagai umat manusia untuk juga merespons dan
mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan hidup kita.
Panggilan untuk juga mengasihi manusia disejajarkan Yesus sebagai hukum yang
sama pentingnya dengan mengasihi Allah. Prinsip mengasihi sesama manusia bisa dengan
mudah kita potret dari teks 1 Yohanes 4:20 “Jikalau seorang berkata: Aku mengasihi Allah,
dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya”. Acapkali kita dengan lantang mengatakan bahwa kita mengasihi Allah. Bahkan
di luar kepala kita dapat menyatakan bahwa Allah begitu penting dalam kehidupan kita
masing-masing, tetapi dalam momen bersamaan kita telah gagal juga dalam menjalankan
perintah itu karena sampai dengan saat ini kita masih memiliki masalah yang belum
diselesaikan dengan saudara kita. Di sinilah nilai mengasihi Allah dan mengasihi sesama
menjadi sangat bermakna dan penting untuk kita refleksikan di tengah kehidupan
keseharian kita.
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Acapkali teks ini kita baca
hanya sampai dalam tahap mengasihi sesama manusia saja. Kita jarang melanjutkan dan
mengembangkan sampai kepada bagaimana kita mengasihi diri sendiri. Padahal ini sesuatu
yang juga dikategorikan sangat penting. Manusia jelas tidak menginginkan dirinya
diperlakukan buruk: dihina, dihakimi, disakiti, dll, tetapi manusia ingin dihormati, dihargai,
disukai, disayangi. Apa yang diharapkan manusia untuk diperlakukan oleh sesamanya, itu
jugalah yang sepantasnya kita perbuat kepada orang lain. Dalam Matius 7:12 dikatakan
bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka”.
Cara kita mengasihi diri sendiri adalah dengan berempati terhadap segala tindakan
orang lain kepada kita. Setelah kita tahu rasanya direndahkan, dihina, disakiti, dll., maka
kita tidak akan melakukan hal serupa kepada mereka. Ini adalah cara kita mengasihi diri
kita sehingga kita tidak terjebak melakukan hal serupa kepada orang lain karena kita
menghargai apa yang kita dan orang lain rasakan. Atau sebaliknya, ketika kita tahu
bagaimana orang berbuat baik dan mendatangkan berkat bagi diri kita, maka sepantasnya
kita melakukan hal yang serupa kepada mereka. Kita sering terlalu keras terhadap diri kita
sendiri dan tidak memberikan apresiasi atas apa yang telah kita capai atau lalui selama ini.
Kita lebih berorientasi kepada hasil (apa yang didapat). Hal itu bahkan selalu menjadi ukuran
kesuksesan. Kita lupa bahwa kita juga belajar banyak hal dari pengalaman yang mungkin
kita rasa belum mendapatkan hasil sesuai harapan orang lain, tapi kita belajar dari
perjalanan hidup tersebut. Maka renungan kali ini mengajak kita untuk memberikan ruang
dalam mengasihi diri sendiri karena dengan demikian kita juga telah menghargai karya
Tuhan dalam hidup kita sampai saat ini.

Relevansi
Remaja
Penghargaan terhadap diri sendiri menjadi catatan sangat penting bagi kaum
remaja. Tidak jarang ditemukan anak remaja yang berada dalam situasi tertekan karena
tidak bisa memberikan apresiasi, mengasihi, menghormati, menerima keberadaan dirinya
sendiri. Hal ini menunjukan sejauh apa yang bersangkutan mengasihi Tuhan juga
sesamanya karena untuk hal yang mendasar sekalipun mereka telah gagal dalam
memberikan kredit atas segala pencapaian dan prestasi pribadinya. Dalam dunia psikologi
self apreciation diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada diri sendiri sebuah ruang
untuk menikmati capaian-capaian pribadi yang patut untuk dirayakan. Tidak salah
seseorang menciptakan met-ime untuk sekadar berhenti dari hiruk pikuk rutinitas dan
memberikan waktu khusus untuk mengasihi dirinya secara pribadi.

Pemuda
Sudah rahasia umum apabila kaum muda memiliki gengsi yang tinggi. Hal tersebut
sudah barang tentu membatasi kaum muda untuk sejenak mengeksplorasi dirinya sendiri
dalam mengembangkan potensi sesuai dengan apa adanya. Penyebabnya adalah apa yang
menjadi nilai, standar, selera di luar diri merekalah yang acap kali diakomodir sehingga sulit
untuk seseorang bertumbuh sesuai dengan dirinya sendiri, tetapi segalanya dipengaruhi
oleh apa yang menjadi trend di luar sana. Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi
kaum muda untuk dapat memiliki waktu yang cukup dalam mengelola apa yang menjadi
passion pribadinya. Tema renungan saat ini mengajak kaum muda untuk menghadirkan
penghargaan yang tinggi kepada diri sendiri karena itu adalah cara untuk dapat memahami
panggilan kita dalam mengasihi Allah juga sesama manusia karena semua berawal dari
bagaimana seseorang memandang dan mengasihi dirinya pribadi terlebih dahulu.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Apa yang menjadi alasan kaum remaja sulit untuk mengapresiasi dirinya?
2. Hal apa yang bisa dikembangkan untuk kaum remaja dalam mempertahankan
penilaian positif terhadap diri kaum remaja tersebut?
Pemuda
1. Kebiasaan buruk apa dari seorang pemuda yang selalu menggagalkan dirinya
memiliki penilaian positif terhadap diri pribadi?
2. Apa saran yang dapat dibagikan sebagai upaya antisipatif kaum muda sehingga
tidak terjebak dalam penilaian negatif terhadap diri sendiri, tetapi dapat lebih
menghargai usaha yang telah dilakukan selama ini?

[SPS]
SATU TUBUH
FEBRUARI III BANYAK ANGGOTA
1 Korintus 12:14-26

Pengantar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tubuh artinya keseluruhan jasad manusia
yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Ini berarti apabila hanya kaki
saja atau kepala saja, maka itu tidak dapat disebut sebagai tubuh. Demikian juga halnya
apabila hanya tangan saja atau rambut saja, maka itu pun tidak dapat disebut sebagai
tubuh. Tubuh terdiri dari banyak anggota tubuh yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan.
Melalui pembacaan ini, remaja dan pemuda diajak untuk menyadari bahwa jemaat
Kristen diumpamakan sebagai tubuh Kristus, yang di dalamnya terdapat terdapat banyak
anggota. Setiap anggota memiliki sebutan dan perannya masing-masing. Peran ini saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Bahkan jika ada anggota tubuh yang menderita,
maka anggota yang lain juga menderita. Dalam kesadaran inilah maka satu dengan yang
lain sebagai anggota tubuh Kristus berarti harus saling bekerja sama dan melengkapi.
Dengan kekurangan dan kelebihannya, kita saling memperhatikan dan menghormati.
Dengan satu tujuan yang sama, yaitu untuk memuliakan nama Tuhan.

Penjelasan Teks
1 Korintus 12 ayat 14 – 26 adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk
mengoreksi kehidupan orang-orang Korintus pada masa itu. Orang Korintus begitu
mengagungkan karunia-karunia Roh, hal-hal yang berkaitan dengan pikiran dan rohani.
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman tubuh jasmani tidak begitu dihargai.
Dalam situasi inilah Rasul Paulus memakai analogi tentang jemaat Kristus sebagai satu
tubuh. Di mana di dalamnya terdiri dari berbagai macam anggota tubuh yang memiliki rupa-
rupa karunia. Situasi jemaat Korintus yang sangat mementingkan rupa-rupa karunia juga
rentan menyebabkan perselisihan. Mereka menganggap karunia tertentu lebih penting dan
lebih tinggi statusnya dari karunia yang lain. Hal ini dapat memecah belah keberadaan
jemaat Korintus pada saat itu.
Analogi tentang tubuh ini digunakan oleh Paulus agar jemaat Korintus dapat
mengerti tentang pentingnya saling menghormati dan bekerjasama. Seperti tubuh yang
terdiri dari bermacam-macam anggota tubuh, maka tubuh tidak dapat berjalan dan bekerja
jika anggota tubuh yang ada tidak saling bekerja sama. Tangan tidak akan dapat bekerja
tanpa bantuan anggota tubuh yang lainnya. Demikian juga seandainya seluruh anggota
tubuh adalah tangan, maka tubuh juga tidak dapat bekerja dengan baik. Dalam perikop ini
Paulus juga menekankan tentang anggota tubuh yang kelihatannya paling lemah ternyata
malah yang paling dibutuhkan, serta pentingnya memberikan penghormatan khusus dan
perhatian khusus kepada anggota tubuh yang kurang terhormat dan dianggap lemah.
Menurut Paulus, anggota tubuh yang elok tidaklah memerlukan perhatian khusus, bila
dibandingkan dengan anggota tubuh yang lemah dan tidak elok. Dalam analogi ini Paulus
ingin mengatakan bahwa semua anggota tubuh adalah penting. Hal ini ditujukan bagi orang-
orang yang mengganggap karunia-karunia roh memiliki tingkatan-tingkatan tertentu dan
begitu mengunggulkan karunia-karunia, tetapi mereka lupa bahwa pemberi karunia tersebut
adalah Roh yang sama.
Koreksi Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam surat ini juga adalah untuk
mencegah perpecahan kelompok. Ada sekelompok anggota yang menganggap diri lebih
penting dari yang lainnya oleh karunia yang mereka miliki. Rasul Paulus menekankan
pentingnya kesatuan anggota tubuh dalam suatu tubuh. Ia mengatakan, apabila terdapat
satu anggota tubuh yang menderita, maka semua akan turut merasakan penderitaan
tersebut. Sehingga anggota tubuh yang satu tidak dapat berkata aku tidak memerlukan
anggota tubuh yang lain, karena aku sudah elok. Demikianlah teks ini mengingatkan jemaat
Korintus pada saat itu untuk hidup dalam kesatuan tubuh Kristus. Meskipun berbeda-beda
karunia namun berasal dari Roh yang satu, yaitu Roh Allah.

Relevansi
Remaja
Kesuksesan kehidupan remaja menurut pola pikir remaja seringkali diukur hanya
dari kepintarannya, kemampuan ekonomi keluarga, banyaknya teman yang dimilikinya,
kecantikan atau ketampanannya. Sebuah ukuran yang dunia modern seringkali terapkan
pada saat ini dan menjadi salah kaprah. Hal ini juga membuat remaja melupakan nilai-nilai
penting yang ada dalam firman Tuhan. Remaja seringkali merasa minder jika dirinya tidak
memiliki standar yang dianggap baik oleh dunia modern. Dapat dibayangkan jika sebuah
jemaat dibangun dari pola pikir anggota remajanya yang seperti ini. Maka jemaat tidak
dibangun dengan dasar nilai-niali yang kuat.
Rasul Paulus mengatakan bahwa karunia Roh itu bermacam-macam jenisnya dan
Tuhan memberikannya kepada setiap anggota. Setiap anggota remaja pasti diperlengkapi
dengan karunia-karunia yang baik oleh Tuhan. Apapun karunianya, maka remaja sangat
perlu untuk merasa bangga dan menghargai akan karunia yang Tuhan berikan tersebut.
Karunia tersebut tidak harus sama dengan standar dunia modern. Setiap cipataan Tuhan
adalah pribadi yang unik dan penting. Bahkan yang sering dianggap lemah dan tidak elok
bagi dunia pun dianggap oleh Tuhan adalah penting.
Diawali terlebih dahulu dengan rasa bangga dan syukur akan karunia apapun yang
Tuhan berikan, barulah kemudian dilanjutkan dengan kemauan remaja untuk bekerja sama
dan saling memperhatikan sesama anggota tubuh Kristus. Terutama memperhatikan
anggota yang dalam keadaan menderita. Teman remaja yang sedang sakit, kesulitan dalam
ekonomi, kesulitan dalam sekolah, kesulitan dalam pertemanan, haruslah kita bantu dan
perhatikan. Setiap orang yang telah Tuhan berikan karunia-karunia Roh, berkewajiban untuk
saling mendukung dan melengkapi anggota yang lainnya. Dalam kesadaran remaja akan
hal inilah maka tidak akan ada remaja yang merasa bahwa dirinya tidak penting
dibandingkan dengan remaja lainnya, atau dirinya lebih penting dari remaja lainnya. Di
dalam Kristus hanya ada bermacam-macam anggota tubuh, namun tetap satu tubuh!

Pemuda
Dalam kehidupan pemuda yang sarat dengan solidaritas, menerapkan sikap hidup
sebagai satu tubuh Kristus bukanlah hal yang sulit. Pemuda begitu menyadari bahwa dirinya
adalah bagian dari sebuah kelompok atau sebuah komunitas yang perlu dirawat dan dijaga
kesatuannya. Oleh karena itulah rasa tolong menolong, kerja sama dan saling
memperhatikan dalam kehidupan pemuda adalah sesuatu yang berjalan secara spontan
saja. Sikap solidaritas terhadap teman dalam kelompoknya menjadi kebiasaan sehari-hari.
Dalam situasi yang seperti inilah maka pemuda memiliki kapasitas yang tinggi untuk
membangun kesatuan jemaat sebagai tubuh Kristus. Pemuda dapat memberikan
kontribusinya dalam membangun program-program jemaat yang mengedepankan kesatuan
tubuh Kristus.
Melalui karunia-karunia yang Tuhan sudah berikan kepada setiap pribadi pemuda,
maka pemuda harus menggunakannya untuk ikut serta membangun jemaat Tuhan. Seperti
di masa pandemi, misalnya, kebutuhan akan pengembangan teknologi menjadi kewajiban,
karena banyak orang tidak dapat bertemu untuk menghindari penularan. Di masa pandemi
juga banyak orang yang menderita karena kehilangan pekerjaan, sakit,kehilangan orang
yang dikasihinya, pemuda juga dapat memberikan dirinya untuk menolong orang yang
menderita. Dalam bidang lainnya, kaum muda juga dapat memberikan kontribusi untuk
membangun jemaat Tuhan. Hal yang perlu terus dirawat adalah pemahaman sesama
anggota tubuh Kristus harus saling menghormati, saling memperhatikan, saling melengkapi,
dalam kekuatan dan kelemahan kompetensi yang dimiliki. Agar nama Tuhan semakin
dimuliakan!

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Mengapa kita harus bangga dan menghargai karunia yang Tuhan sudah berikan?
2. Apa yang kamu lakukan saat ada anggota remaja yang sedang menderita dan
kesulitan dalam hidupnya?

Pemuda
1. Mengapa kita harus memperhatikan anggota tubuh yang lemah, menderita dan
tidak elok?
2. Bagaimana cara kita menolong anggota pemuda yang sedang dalam kondisi
menderita?
Daftar Acuan
Bergant, Dianne & Robert J.Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: PT
Kanisius Yogyakarta.

[MF]
AYO KERJA SAMA-SAMA!
FEBRUARI IV
Kisah Para Rasul 6:1-7

Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, mendapatkan kritik dan saran adalah hal yang lumrah
terjadi. Apalagi jika seseorang kedapatan melakukan tindakan yang tidak tepat, maka kritik
dan saran biasanya diberikan kepadanya. Kritik dan saran biasanya dilakukan untuk
mengingatkan hal yang belum tepat dan bertujuan untuk memperbaiki suatu hal agar
menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat menerima
kritik dan saran dengan baik. Ada orang-orang yang menolak untuk dikritik dan menerima
saran, karena merasa sudah benar. Alasan lainnya adalah karena gengsi untuk menerima
kritik dan saran dari orang lain, karena dapat menunjukkan kelemahannya.
Melalui pembacaan Alkitab hari ini, remaja dan pemuda diajak untuk membangun
kesediaan bekerjasama dengan orang lain. Salah satu cara yang paling mendasarnya yaitu
dengan menerima kritik dan saran. Remaja dan pemuda diarahkan untuk tidak egois dan
gengsi dalam menerima kritik dan saran, jika itu merupakan sebuah kebaikan bagi sesama
dan untuk kemuliaan Tuhan. Tentu saja hal ini harus dilakukan dengan cara membuka diri
dan bersedia untuk bekerja bersama-sama dengan sesama lainnya, seperti yang dilakukan
oleh kedua belas murid Yesus untuk memperbaiki penatalayanan pada saat itu.

Penjelasan Teks
Setelah Yesus naik ke surga dan kedua belas murid Yesus mendapatkan karunia
Roh Kudus, mereka melanjutkan pelayanan untuk menyebarkan firman Tuhan ke banyak
tempat. Mereka berhasil melakukan hal ini dan bahkan mereka menjadi dua belas rasul yang
bertugas menjadi pemimpin umat Allah pada masa itu. Umat Allah berkembang dengan
pesat dan jumlahnya pun semakin banyak. Pengikut Yesus saat itu bukan hanya orang-
orang Kristen Yahudi yang berasal dari Galilea saja (yang menggunakan bahasa Ibrani atau
bahasa Aram), melainkan juga ada banyak orang Kristen Yahudi dari seluruh daerah
berkumpul di Yerusalem (yang menggunakan bahasa Yunani). Orang-orang Kristen Yahudi
yang berbahasa Yunani tersebut sudah percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut Yesus.
Demikianlah umat Allah saat itu terdiri dari dua kelompok bahasa.
Dalam kondisi ini terjadilah suatu perselisihan dimana orang-orang Kristen Yahudi
yang berbahasa Yunani mempermasalahkan pembagian bahan makanan yang tidak adil
kepada orang-orang miskin dalam kelompok mereka. Mereka berselisih tentang hal ini
kepada orang-orang Kristen Yahudi yang berbahasa Ibrani. Akan hal ini kedua belas rasul
tidak diam saja, mereka menyadari bahwa mereka perlu menambah jumlah pemimpin
lainnya yang dapat melayani umat Tuhan bersama dengan mereka, karena jumlah pengikut
Yesus pun sudah bertambah banyak.
Kedua belas rasul menyuruh umat untuk memilih 7 orang yang dianggap terkenal
baik, dan yang penuh Roh dan hikmat. Ketujuh orang pemimpin yang baru ini akan
ditugaskan untuk melayani meja atau pelayanan mengatur harta jemaat, salah satunya yaitu
pembagian makanan untuk kaum miskin. Kedua belas rasul menyadari bahwa mereka perlu
berfokus pada pelayanan doa dan pelayanan firman Tuhan. Rasul-rasul tidak merasa marah
ataupun bersikeras saat ada orang-orang yang mengkritiknya tentang pelayanan mereka
yang kurang adil. Mereka sebaliknya menerima saran orang Kristen Yahudi berbahasa
Yunani, untuk menambah jumlah pemimpin umat pada saat itu, karena hal ini dirasa baik.
Setelah dipilih ketujuh orang tersebut menerima berkat penumpangan tangan oleh kedua
belas Rasul dan melakukan tugas pelayanan mereka dengan baik. Rasul-rasul pun semakin
fokus dalam pelayanan mereka untuk menyebarkan firman Tuhan. Jumlah pengikut Yesus
di Yerusalem makin bertambah banyak.
Ketika Para Rasul membuka kesempatan bagi pemimpin lain ikut serta melayani,
maka saat itu jugalah pengikut Yesus menjadi bertambah lebih banyak lagi. Bahkan orang-
orang yang tadinya membenci Yesus dan membenci pengikut Yesus, malah berbalik menjadi
pengikut Yesus. Kisah para rasul yang bersedia menerima kritik dan saran dari orang lain
menunjukkan kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain di dalam kasih Tuhan. Hal
ini membawa hasil kebaikan bagi orang-orang miskin yang dilayani dan pengikut Yesus
lainnya, dan tentu saja hal inipun semakin membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.

Relevansi
Remaja
Masa remaja adalah masa di mana seseorang sudah tidak anak-anak lagi, namun
belum menjadi kaum muda atau bahkan orang dewasa. Kenyataan bahwa dirinya sudah
bukan anak-anak lagi biasanya mengakibatkan remaja kadang mulai abai kepada nasihat
orang yang lebih tua darinya, contohnya orangtuanya. Situasi ini dapat merugikan remaja,
karena meskipun bukan anak-anak lagi, namun tetap masih memerlukan arahan dan nasihat
dari orangtua. Jika remaja abai terhadap kritik, saran, nasihat orangtua, maka remaja dapat
kehilangan banyak nilai berharga yang dapat orangtua berikan.
Belajar dari kedua belas rasul, maka remaja tetap harus membuka diri terhadap
kritik dan saran orang lain kepada dirinya, terutama orangtuanya. Jika remaja dapat
melakukan hal ini, maka remaja dapat juga belajar bekerjasama dengan orangtua atau
orang lain yang memberikan kritik dan saran kepada dirinya. Pada dasarnya kesediaan untuk
mendengarkan dan membuka diri akan kritik dan saran, adalah kemampuan dasar untuk
bekerjasama dengan orang lain. Jika ada hal-hal yang belum baik dan perlu untuk diubah
maka remaja perlu membuka dirinya dan merubahnya menjadi lebih baik lagi.
Kesediaan untuk menjadi remaja yang lebih baik lagi dan hidup sesuai dengan kasih
Tuhan, akan membawa remaja untuk menghasilkan nilai-nilai kebaikan bagi sesama dan
memuliakan Tuhan. Contohnya jika kita masih menjadi remaja yang belum rajin belajar,
maka kita perlu menerima saran dan masukan orang lain agar menjadi lebih baik lagi.
Kebaikan yang kita lakukan akan membawa dampak bagi sesama disekitar kita, yaitu:
membawa rasa bangga bagi orangtua, rasa bangga bagi guru, dapat membantu teman lain
yang juga kesulitan belajar dan bahkan kita memuliakan Tuhan dengan hidup kita melalui
talenta kita. Kita pun akan memperoleh manfaat dari kebaikan yang kita lakukan, karena
Tuhan pasti akan memberkati setiap orang yang hidup dalam kebaikan.

Pemuda
Kerja sama artinya kerja bersama-sama. Dalam bekerja sama tentu akan ada
banyak pemikiran di dalamnya, karena bekerjasama pasti dilakukan oleh lebih dari satu
orang. Kerja sama yang baik dapat meringankan beban pekerjaan kita. Akan tetapi jika tidak
diatur dengan baik, maka hal ini akan rentan menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
Contohnya adalah perbedaan pendapat dan pemikiran. Belajar dari para rasul, maka
perbedaan dalam kerja sama, termasuk di dalamnya kritik dan saran, haruslah dikelola
dengan baik. Perbedaan pemikiran dan pendapat dapat dianggap sebagai sesuatu yang
baik, sejauh itu bertujuan untuk membuat pekerjaan menjadi lebih baik lagi, membawa
kebaikan bagi sesama dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Kritik dan saran dapat
dianggap sebagai suatu kekayaan yang membantu kita dalam berpikir dan mengerjakan
sesuatu. Kekayaan yang dapat membuat nama Tuhan semakin tersebar dan dikenal oleh
orang banyak.
Demikianlah kaum muda harus semakin menyadari bahwa kerjasama yang
dilakukan di dalam Tuhan dan satu tubuh Kristus adalah sesuatu yang wajib untuk
dilakukan. Sikap egois dan gengsi untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi, adalah
sebuah hambatan untuk menyebarkan firman Tuhan kepada sesama. Hal ini juga dapat
menahan kebaikan bagi sesama. Oleh karena itulah, marilah kita kerja sama-sama untuk
kemuliaan nama Tuhan!

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Temukan sikap kerjasama yang baik, yang dilakukan oleh para rasul dalam bacaan
Alkitab di atas?
2. Sebutkan contoh kerjasama di dalam keluarga dan gereja, yang dapat membawa
kebaikan bagi sesama dan membawa kemuliaan bagi Tuhan!

Pemuda
1. Mengapa para rasul bersedia menerima kritik dan saran dari orang Kristen Yahudi
berbahasa Yunani?
2. Temukan bentuk kerja sama di dalam jemaat, yang dapat membawa kebaikan bagi
sesama dan kemuliaan bagi Tuhan!

Daftar Acuan
Bergant, Dianne & Robert J.Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: PT
Kanisius Yogyakarta.
[MF]
FANDOM
MARET I
1 Korintus 3:1-15

Pengantar
Fandom adalah kata dalam bahasa Inggris yang berarti “kepenggemaran” atau sering
dipahami sebagai himpunan atau kelompok penggemar. Istilah ini kemudian menjadi
semakin marak digunakan seiring dengan munculnya kelompok penggemar penyanyi-
peyanyi asal Korea Selatan yang sering dikenal dengan K-Pop. Dua contoh fandom yang
cukup banyak anggotanya yaitu, ARMY (himpunan boyband Bangtan Sonyeongdan atau
yang dikenal dengan BTS) dan BLINK (himpunan penggemar/fans girlband Blackpink).
Fandom menunjukkan bahwa ada banyak orang yang mengidolakan sesuatu, seseorang
atau sekelompok orang, dan bahkan rela melakukan apa pun untuk idola mereka. Bahkan,
apa yang dipakai, dilakukan, atau dibeli oleh idola mereka, akan mereka ikuti. Itu sebabnya
dunia pemasaran menggunakan tokoh-tokoh yang memiliki banyak penggemar agar produk
bisa laris.
Fenomena semacam itu tidak hanya terjadi di zaman sekarang. Pada abad pertama,
zaman pelayanan rasul Paulus, fenomena mengidolakan penginjil tertentu juga terjadi di
lingkungan jemaat Korintus. Pengidolaan itu bahkan menimbulkan perselisihan karena ada
dua kelompok di dalam kehidupan jemaat. Kelompok yang satu mengidolakan Paulus, dan
yang satu lagi mengidolakan Apolos. Bedanya, pada masa itu memang tidak ada julukan
untuk Fandom Paulus atau Apolos.

Penjelasan Teks
Korintus adalah sebuah kota kuno di Yunani, yang pada zaman Paulus merupakan
kota metropolitan. Tuhan memakai Paulus untuk mendirikan jemaat di kota itu. Dalam surat
pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis berbagai macam ajaran dan nasihat.
Paulus hendak menyatakan hal-hal yang sesungguhnya merupakan pelanggaran dan dosa,
namun tidak disadari atau dianggap remeh oleh jemaat. Paulus menyadari bahwa ada
berbagai macam hal yang menjadi masalah dan harus segera diselesaikan. Salah satunya
adalah perselisihan yang disebabkan karena terdapat kelompok yang mengidolakan Paulus
dan kelompok yang mengidolakan Apolos.
Apolos adalah seorang Yahudi yang lahir di Aleksandria, Mesir. Dalam Kisah Para
Rasul 18: 24 Apolos digambarkan sebagai seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir
dalam soal-soal Kitab Suci. Ia bahkan begitu berani untuk membantah orang-orang Yahudi
lainnya di depan umum untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias sesuai dengan
Kitab Suci (Kis. 18: 28). Dengan karunia demikian, kehadiran Apolos di Korintus tentu saja
menarik perhatian jemaat dan sebagian di antara mereka mengidolakannya. Apolos terlihat
begitu tegas, dan mereka pun mulai membandingkan Apolos dengan Paulus. Bahkan
perselisihan bukan hanya antara kelompok yang pro pada Apolos dan Paulus seperti yang
digambarkan di ayat 4. Pada pasal 1: 12 dijelaskan pula bahwa ada juga yang pro pada
Kefas alias Simon Petrus.
Paulus mengingatkan bahwa saat ia membentuk jemaat tersebut, ia mengajarkan
hal-hal yang sederhana karena pada saat itu mereka masih belum dewasa atau masih baru
dalam mengenal Kristus. Paulus menggunakan metafora makanan bagi bayi, yakni susu,
dan makanan orang dewasa, yakni makanan yang keras dan perlu dikunyah sebagai
gambaran bahwa pada masa itu mereka masih belum bisa menerima pengajaran yang sulit
dicerna. Bahkan ia menegur bahwa kalau diantara jemaat masih ada iri hati dan perselisihan
karena perbedaan pendapat, maka mereka sesungguhnya belum dewasa dan masih hidup
sebagai manusia duniawi. Paulus menerangkan bahwa baik Apolos, maupun Paulus,
keduanya adalah sama-sama pelayan Tuhan yang menuntun mereka untuk menjadi percaya
kepada Tuhan (ay. 5). Paulus ditugaskan oleh Tuhan untuk “menanam” atau mendirikan
jemaat Korintus, dan Apolos diutus oleh Tuhan untuk “menyiram” atau menuntun jemaat
untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan.
Paulus menggambarkan bahwa jemaat Korintus adalah seperti bangunan Allah.
Paulus hanya mengambil bagian untuk meletakkan dasar, yaitu memperkenalkan Yesus
Kristus kepada jemaat. Kemudian, selalu akan ada orang lain yang melanjutkan
pembangunan itu sesuai arahan Tuhan. Mereka bisa membangun dengan menggunakan
emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sesuai dengan talenta mereka
masing-masing. Mereka juga bisa datang dan pergi sesuai dengan kehendak dan arahan
dari Tuhan. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pekerjaan atau karya setiap
orang akan diuji oleh Tuhan. Sebab, bisa saja orang hanya mencari popularitas semata,
bukan berkarya dan melayani untuk Tuhan.
Jemaat di Korintus diingatkan bahwa mereka bisa saja mengidolakan Apolos atau
Paulus (atau Petrus), bisa saja mereka berbeda pendapat, akan tetapi semua itu tidak boleh
menjadikan perselisihan dalam jemaat yang bisa memicu perpecahan. Mereka perlu fokus
pada Tuhan yang mengutus hamba-hamba-Nya. Baik yang “menanam” maupun yang
“menyiram” adalah sama, sebab mereka sama-sama menuntun jemaat untuk semakin
bertumbuh dalam iman dan percaya penuh pada Yesus Kristus yang adalah Tuhan. Yang
membedakan hanyalah karunia yang diberikan Tuhan untuk memperlengkapi setiap orang.
Setiap orang memiliki karunia yang memang bisa membuat mereka menjadi idola siapa saja.
Akan tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa segala karunia atau talenta mereka
berasal dari Tuhan. Karunia atau talenta mereka bisa hilang jika Tuhan mau mengambilnya
dari mereka. Oleh sebab itu, Tuhan-lah yang perlu diidolakan karena Dialah sumber dari
semua idola di dunia yang membentuk fandom masing-masing.

Relevansi
Remaja
Mengidolakan artis tertentu, bahkan menjadi fandom dari artis tersebut tidaklah
salah, sebab kedisiplinan dan semangat mereka dalam meraih mimpi dapat menjadi motivasi
bagi setiap remaja. Yang salah adalah ketika fanatisme muncul. Obsesi berlebihan bisa
membuat setiap remaja mengorbankan waktu, pikiran, dan uang hanya untuk idola. Di
tengah perkembangan teknologi saat ini, media sosial menjadi tempat berkumpulnya para
fandom yang bahkan bisa saling menggiring opini hingga melegalkan praktik ‘ hate speech’
atau kata-kata kasar untuk membela idola.
Pesan rasul Paulus dalam firman Tuhan hari ini cukup jelas untuk juga
mengingatkan kaum remaja bahwa pengidolaan seseorang atau sekelompok orang secara
berlebihan tidaklah menunjukkan kehidupan yang dewasa secara rohani. Kaum remaja
bukanlah anak bayi yang terus menerus disuapi oleh orang tua. Kaum remaja sudah bisa
menentukan keinginannya sendiri, bahkan belajar mengambil keputusan sendiri. Untuk itu,
dalam melakukan hal tersebut, pusatkan perhatian pada Tuhan sebagai sumber segala
sesuatu sehingga kaum remaja tidak mudah ditipu oleh segala bentuk kejahatan, tetapi
justru tetap mampu menyebarkan kasih Tuhan.

Pemuda
Ketika budaya pop, khususnya dari Korea Selatan menjadi fenomena di hampir
seluruh dunia, termasuk Indonesia, sekelompok kaum muda juga banyak yang tidak berpikir
panjang dalam menggunakan uang tabungan atau uang hasil kerja untuk memberi barang-
barang bertema idola mereka. Hal ini tentu saja berlaku bagi para fandom atau penggemar
idola yang lain, baik itu tim sepak bola, tim basket, atlit atau artis lainnya. Bahkan, ada pula
istilah ‘Wibu’ untuk menunjuk pada orang yang sangat menyukai hingga terobsesi pada
budaya Jepang termasuk anime (kartun) Jepang.
Sebagaimana konteks jemaat Korintus, pengidolaan bukan hanya terjadi pada artis
atau orang tenar lainnya. Pengidolaan dapat terjadi pula dalam lingkungan keluarga,
misalnya seorang anak yang lebih sayang kepada ayah atau kepada ibu. Dapat juga terjadi
di lingkungan pendidikan atau pekerjaan, misalnya mahasiswa atau karyawan yang lebih
mengidolakan dosen atau atasan tertentu sehingga dapat menimbulkan kelompok yang pro
dan kontra. Dalam lingkungan gereja ketika mengidolakan pendeta atau penatua tertentu.
Dalam lingkungan masyarakat ketika mengidolakan calon presiden tertentu sehingga
menjadi kelompok yang saling serang untuk menjatuhkan kelompok lain. Tanpa sadar,
pengidolaan yang berlebihan bisa menimbulkan pertikaian, perpecahan, padahal Tuhan
tidak menghendaki demikian. Karena itu, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan dua
hal. Pertama, terus menyadari bahwa setiap orang pasti berbeda, dan Tuhanlah yang
menciptakan perbedaan itu untuk saling melengkapi, bukan saling bersaing. Kedua,
kedewasaan seseorang ditunjukkan pada sikap yang cenderung menciptakan kedamaian,
bukan perselisihan atau perpacahan hanya karena perbedaan.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Ada banyak informasi terkait fandom yang melakukan tindakan mengganggu atau
menjelekkan fandom atau kelompok lain. Menurut Saudara, mengapa hal itu
terjadi?
2. Apa yang dapat kita pelajari dari perbedaan yang dimiliki setiap orang?
Pemuda
1. Sikap apa yang perlu dilakukan ketika terjadi perselisihan karena perbedaan
pendapat?
2. Apa yang Saudara pahami tentang ‘hidup secara manusiawi’ yang digambarkan
dalam ayat 3?

Daftar Acuan
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?version=tb
https://linisehat.com/manfaat-fandom-bagi-perkembangan-remaja/

[ENT]
Lidah Seorang Murid
MARET II
Yesaya 50: 4

Pengantar
Bisakah kita berbicara kata “lapar” tanpa menggerakkan lidah? Tentu bukan pakai
bahasa isyarat. Kalau tidak menggerakkan lidah, yang terdengar hanya “apa”. Oleh sebab
itu kita sadar bahwa lidah sangat berguna. Selain untuk hal-hal berkaitan dengan kesehatan
seperti organ tubuh lainnya, lidah menolong kita untuk dapat mengucapkan kata-kata
dengan baik. Lidah menjadi alat untuk kita dapat berkomunikasi.
Situasi pandemi membuat anak muda semakin banyak menghabiskan waktu
berselancar di internet. Komunikasi juga berlangsung di sana. Sehingga tutur kata tidak
hanya disampaikan secara lisan, melainkan juga melalui tulisan. Tutur kata yang
disampaikan di internet begitu beragam. Ada yang berisi motivasi, ada yang berisi saran,
ada yang berisi kritik, ada yang berisi ujaran kebencian, dan lain sebagainya. Banyak berita
yang menginformasikan bahwa ujaran kebencian (hate speech) beredar di internet, dan itu
dilakukan oleh generasi muda. Beberapa anak muda di Indonesia pernah disorot oleh media
dan menjadi viral karena menyampaikan ujaran kebencian kepada presiden tanpa alasan
yang jelas. Itu sebabnya generasi muda sering dipandang sebagai kelompok yang kasar dan
tidak bijak dalam berucap atau bertutur kata.

Penjelasan Teks
Sebagai seorang hamba Tuhan dengan jabatan Nabi, Yesaya menyadari bahwa ia
adalah ‘penyambung lidah’ Tuhan. Artinya, ia bertugas untuk meneruskan perkataan atau
pesan Tuhan kepada umat-Nya. Pada ayat ini Yesaya nampak mengungkapkan bahwa ia
dikaruniai ‘lidah seorang murid’ yang berarti ia diberi kemampuan untuk berbicara, untuk
mengatakan fiman Allah yang berisi kabar baik untuk memberi semangat baru kepada
orang-orang yang letih lesu, kepada orang-orang yang memiliki pergumulan dan ragu akan
masa depannya. Pada saat itu Yesaya menyampaikan pesan kepada bangsa Israel yang
hidup dalam pembuangan di Babel. Di tempat pembuangan mereka merasa tidak memiliki
pengharapan akan masa depan mereka, sehingga mereka tidak memiliki semangat. Itu
sebabnya, bagi Yesaya, perkataannya yang bersumber dari Allah sendiri adalah untuk
memberi semangat bagi saudara-saudara sebangsanya agar memiliki pengharapan akan
hari depan.
Kemampuan berkata-kata yang memberi semangat tentu saja tidak diberikan Tuhan
secara tiba-tiba. Kalimat selanjutnya menyatakan, “setiap pagi Tuhan mempertajam
pendengarannya untuk mendengar seperti seorang murid.” Ungkapan ini memberi
gambaran kepada kita bahwa setiap pagi Yesaya membangun komunikasi dengan Tuhan.
Komunikasi ini bukan dikuasai oleh Yesaya seperti seseorang yang terus menerus berucap
selama ia berdoa, melainkan Yesaya dilatih, dibimbing, diarahkan oleh Tuhan untuk belajar
mendengar. Seperti seorang murid yang diam dan mendengar gurunya mengajar,
demikianlah setiap pagi Yesaya diam dan belajar untuk mendengar apa yang hendak Tuhan
sampaikan. Ia belajar mendengarkan firman Tuhan terlebih dahulu untuk bisa menjadi
pribadi yang memberi semangat kepada orang lain melalui perkataannya.
Pada akhirnya, kita perlu melihat pandangan para penafsir pada umumnya yang
mengaitkan teks ini dengan pribadi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah Raja, Imam, dan
Nabi. Tugas kenabian ada pada-Nya sehingga Injil Yohanes juga menggambarkan bahwa
Yesus adalah Firman Allah yang hidup dan menjadi manusia (Yoh. 1: 14). Hidup Tuhan
Yesus adalah serupa perkataan Allah sendiri. Perkataan-Nya menjadi semangat untuk
orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11: 28).
Firman Tuhan saat ini mengajak kita untuk menjadi murid Tuhan yang
menyampaikan kehendak Tuhan melalui perkataan kita. Ketika anak-anak muda dianggap
sering mengucapkan kata-kata yang kasar, tunjukkan kepada dunia kita adalah anak-anak
muda yang mampu menjadi berkat bagi orang lain melalu perkataan kita. Sebagaimana
pesan rasul Paulus kepada Timotius: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah
karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu,
dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1
Timotius 4:12). Dengan mengendalikan lidah atau tutur kata, kita menjadi berkat dan
membawa pemulihan di sekitar.

Relevansi
Remaja
Seseorang yang mengeluarkan kata-kata positif untuk membangun dan memberi
semangat bukan berarti ia serba sok tahu dan asal berbicara saja dengan alasan yang
penting kata-kata tersebut adalah kata-kata positif dan bagus-bagus. Memiliki ‘lidah seorang
murid’ seperti yang digambarkan dalam firman Tuhan hari ini sesungguhnya menuntun para
remaja untuk memerhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, sehingga justru
perkataannya bukanlah hanya asal bicara. Perkataan yang diucapkan semestinya adalah
perkataan yang lahir dari pengenalan yang benar akan firman Tuhan dan kehidupan yang
dekat dengan Tuhan. Sebab dengan demikian, setiap perkataannya akan menjadi perkataan
yang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan.
Sering kita mendengar kaum remaja memanggil temannya dengan sebutan hewan
atau panggilan-panggilan yang bagi orang dewasa terdengar tidak sopan. Bagi remaja,
mungkin itu hal yang biasa, namun kaum remaja Kristen diajak untuk merenungkan kembali
apakah setiap perkataan yang diucapkan selama ini, termasuk panggilan kepada teman atau
orang lain seperti itu adalah sesuatu yang menjadi berkat. Meski tidak mudah untuk
mengubah kebiasaan, atau bahkan mungkin dianggap kaku dan ‘tidak gaul’ oleh teman-
teman lainnya, tetapi sudah saatnya untuk kaum remaja Kristen untuk hidup sebagai murid
Kristus yang mencerminkan kehidupan Tuhan Yesus sendiri. Melalui kitab nabi Yesaya kita
diingatkan untuk belajar mengendalikan lidah atau tutur kata, dan belajar untuk mendengar
suara Tuhan melalui pembacaan Alkitab serta perenungan firman Tuhan setiap hari. Dengan
demikian, kaum remaja terus menjadi berkat, dan memuliakan Tuhan.
Pemuda
Kehidupan kaum muda penuh dengan tantangan, terutama ketika membangun
relasi untuk menggapai masa depan. Entah itu relasi untuk menggapai karir atau kehidupan
pernikahan yang diimpikan. Dalam membangun relasi, perselisihan mungkin saja terjadi.
Dan kata-kata bisa menjadi kunci, entah memulihkan relasi atau menghancurkan relasi yang
dibangun. Ketika berpacaran, kata-kata manis dan indah biasanya hanya ada saat
pendekatan atau hanya di masa awal pacaran. Ketika sudah menjalani lebih lama, kata-kata
manis mulai pudar. Begitu pula dengan saat menjalin pertemanan atau memulai pekerjaan.
Setelah berlangsung lebih lama, bahkan kalau putus relasi, ada yang mulai menjelek-
jelekkan mantan rekan, mantan pacar, mantan pimpinan, dan mantan-mantan lainnya.
Sebagai pemuda-pemudi Kristen, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk
semakin dewasa yang bukan hanya ditunjukkan lewat usia atau kemandirian dalam
mencukupi kebutuhan hidup, tetapi juga dalam bertutur kata. Mereka yang bertutur kata
dengan baik akan dihormati dan disegani, sekaligus akan menjadi ‘ support sistem’ atau
pendukung yang baik bagi teman-teman yang mengalami pergumulan. Ia juga akan
dipandang sebagai orang yang mampu memberi saran dan motivasi yang baik. Tentu saja
kata-kata yang disampaikan tidak semata-mata sekedar baik dan indah untuk memuji,
melainkan kata-kata yang berisi kebenaran. Sehingga jika kata-kata yang disampaikan berisi
teguran, tujuannya tetap untuk kebaikan dan motivasi bagi orang lain. Itu sebabnya, kaum
muda perlu memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan, menjadi pendengar firman Tuhan
agar mampu meneruskan firman dan kehendak Tuhan bagi sesama.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Bagaimana tanggapan Saudara tentang ‘hate speech’?
2. Bagaimana kita melatih diri untuk memiliki ‘lidah seorang murid’ sehingga bisa
bertutur kata yang baik?

Pemuda
1. Apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi orang-orang yang sering bertutur
kata tidak baik dan merendahkan orang lain?
2. Bagaimana kita melatih diri untuk memiliki ‘lidah seorang murid’ sehingga bisa
bertutur kata yang baik?

Daftar Acuan
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=23&chapter=50&verse=4

[ENT]
MAU MENDENGAR
MARET III
Keluaran 18:13-27

Pengantar
Ari, si burung Kenari rajin memperingatkan teman-temannya untuk menjaga
kesehatan mata mereka. Ari pernah bertemu dengan Meri, si burung Merpati dan
mengingatkan dia untuk jangan memaksakan diri membaca buku jika mata sudah terasa
lelah. Ari juga pernah mengingatkan Kuti, si burung Kutilang untuk tidak membaca buku
terlalu dekat. Tapi sayangnya Meri dan Kuti tidak pernah mau mendengarkan karena
menganggap Ari sangat cerewet hingga suatu hari Meri dan Kuti merasa sakit di bagian
matanya dan harus dibawa ke dokter mata si burung Bangau. Dokter mengatakan bahwa
mata Meri dan Kuti terlihat merah dan berair karena terlalu lelah. Kemudian dokter Bangau
memberikan obat kepada mereka dan menasihatkan kembali seperti yang disampaikan Ari
yakni jangan memaksakan diri beraktifitas agar mata mereka kembali sehat.
Cerita fabel ini bisa menjadi cerminan bagi manusia yang umumnya tidak mau
mendengar nasihat atau kritikan dari orang lain, karena merasa diri paling benar dan paling
hebat. Sikap yang demikian akhirnya hanya membawa kesusahan bagi dirinya dan bagi
sekitarnya. Maka tidak ada ruginya jika kita belajar untuk mendengar perkataan orang lain.
Perkataan manis jangan langsung ditelan, perkataan pahit jangan langsung dibuang. Jika
selama ini kita hanya mau mendengar nasihat yang manis dan menyenangkan bagi diri kita,
maka kita perlu belajar juga untuk mendengar kritikan atau nasihat yang akan membimbing
kita menjadi seseorang yang lebih baik.

Penjelasan Teks
Bacaan hari ini menguraikan tentang Musa yang bersedia mendengar nasihat dan
kritikan dari Yitro mertuanya atas situasi yang ia hadapi saat itu. Yitro berpendapat bahwa
apa yang dilakukan Musa hanya akan menyusahkan dirinya sendiri, maka ia perlu
mengangkat beberapa pemimpin untuk membantunya memimpin bangsa ini. Hal-hal yang
dinasihatkan Yitro adalah :
1. Musa akan menjadi wakil bangsa di hadapan Allah (ay.19)
2. Musa harus mengajarkan kepada calon pemimpin tentang ketetapan dan
keputusan atas permasalahan yang terjadi diantara mereka (ay.20)
3. Musa akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang cakap dan takut akan Allah,
dapat dipercaya, benci pada pengejaran suap. Mereka akan menjadi pemimpin
seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan
pemimpin sepuluh orang (ay.21-22). Kelak perkara besar akan akan dihadapkan
kepada Musa, namun perkara kecil akan diadili oleh pemimpin-pemimpin
kelompok tersebut.
Dalam kriteria tersebut, seorang calon pemimpin harus cakap yang artinya memiliki
kemampuan untuk melakukan tanggung jawabnya. Seorang calon pemimpin itu juga harus
yang punya rasa takut akan Allah artinya ia hanya melakukan tanggung jawabnya karena
ketaatannya para ketetapan dan perintah Allah. Ia juga harus yang dapat dipercaya artinya
ia mampu menjaga posisinya untuk tidak mudah terpengaruh pada hal yang tidak benar,
serta ia harus yang benci terhadap pengajaran suap, artinya ia tidak mudah dibujuk untuk
membela yang salah hanya karena uang. Ini adalah kriteria calon pemimpin yang disarankan
oleh Yitro untuk memudahkan pekerjaan Musa.
Lalu bagaimana respons Musa? Ayat 24 menguraikan bahwa Musa mendengarkan
perkataan mertuanya itu dan melakukannya. Musa tidak menganggap bahwa yang
dinasihatkan oleh mertuanya itu sebagai bentuk tidak suka atas pekerjaannya, namun Musa
mendengar itu sebagaibentuk pertolongan dan kasih mertuanya kepada dia. Disamping itu
dengan adanya calon pemimpin maka secara tidak langsung, bangsa Israel tengah
dipersiapkan untuk melakukan regenerasi untuk memimpin bangsa tersebut.
Musa selalu berusaha memimpin dan melayani bangsa Israel dengan sebaik-
baiknya. Ia menunjukkan sikap rendah hati dengan kesediaannya untuk belajar mendengar
nasihat dari mertuanya. Kalau Musa saat itu tidak mendengar nasihat itu dengan baik,
tentulah ia akan merasakan kesusahan karena harus menyelesaikan banyak perkara
seorang diri. Namun karena ia mendengar nasihat tersebut, maka kini banyak perkara yang
dapat diselesaikan dengan cepat dan baik.
Ada banyak alasan mengapa seseorang tidak mau begitu saja menerima nasihat
maupun kritikan dari orang lain, antara lain:
1. Ada prasangka negatif terhadap orang lain.
Nasihat atau kritikan dari orang lain kita nilai sebagai bentuk persaingan dari
orang lain agar dia lebih maju dan berkembang dibandingkan diri kita.
2. Ada yang lebih penting dibanding mendengarkan orang lain
Ketika diri kita sudah merasa lebih baik dan lebih hebat sehingga tidak perlu
lagi mendapat nasihat atau kritikan dari orang lain.
3. Hanya ingin mendengar yang ingin didengar saja
Ketika diri kita hanya mau mendengar yang menyenangkan diri saja, yang dapat
menghibur diri kita, bukan yang akan menegur diri kita.
Kisah Musa dan Yitro pada hari ini, tentu bisa menjadi pembelajaran yang berharga
bagi kita untuk tidak tergesa-gesa menilai buruk nasihat atau kritikan yang disampaikan
orang lain kepada kita. Selalu ada hal baik yang bisa kita dapatkan bila kita mau dengan
rendah hati mendengar nasihat atau kritikan dari orang lain.

Relevansi
Remaja
Ibarat sebuah pisau, remaja memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi
mereka adalah anak-anak yang manis dan selalu ingin diperhatikan, di sisi lain mereka juga
mudah memberontak jika segala keinginan tidak dipenuhi, jika dihadapkan dengan berbagai
aturan yang seakan membatasi gerak-gerik mereka. Kadangkala hanya satu sisi yang
menonjol diantaranya, sebagai upaya untuk menunjukkan diri mereka.
Maka dari itu, orang dewasa perlu memahami kondisi remaja, begitupun sebaliknya,
remaja perlu belajar untuk mendengarkan nasihat dari orang dewasa. Tak jarang keputusan
yang terbawa emosi dan labil di masa remaja adalah keputusan yang kurang tepat dan perlu
mendapat arahan maupun bimbingan. Di samping itu remaja dan orang dewasa perlu
belajar untuk menjalin komunikasi yang baik sehingga dapat saling memahami satu sama
lain.

Pemuda
Ketahuilah salah satu penyebab kegagalan adalah karena tidak mau mendengarkan
nasihat atau kritikan dari orang lain. Firman Tuhan pun belum tentu bisa diterima dan
didengarkan karena setiap orang dipenuhi dengan keinginan sendiri. Sehingga ketika
nasihat atau kritikan disampaikan kepada mereka, cenderung mereka menolaknya dan
menganggap nasihat atau kritikan itu sebagai bentuk pertentangan untuk mereka
mengembangkan dirinya.
Penting jika para pemuda mau belajar untuk lebih rendah hati dan belajar untuk
mau mendengarkan terhadap nasihat maupun kritikan. Hal ini perlu dipahami oleh pemuda
untuk tidak mudah menilai negatif terhadap nasihat atau kritikan yang disampaikan oleh
orang lain. Mari belajar untuk mendengarkan lebih dulu dan mempertimbangkan kelebihan
dan kekurangannya

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Kendala apa saja yang menyebabkan kita sulit mendengar nasihat atau kritikan
orang lain?
2. Apa yang bisa dilakukan untuk bisa mendengar dan menerima nasihat atau
kritikan orang lain?

Pemuda
1. Kendala apa saja yang menyebabkan kita sulit mendengar nasihat atau kritikan
orang lain?
2. Pesan apalagi yang kalian dapatkan dari perikop hari ini?

[YYD]
DAMPAK DARI
MARET IV KETIDAKTAATAN
Bilangan 20:2-13

Pengantar
Pernah melihat sebuah papan di pinggir jalan yang bertuliskan ‘JANGAN MELIHAT
KE KIRI’? Ketika Anda melihatnya, apa respons Anda? Pada umumnya orang yang melihat
tulisan itu menjadi penasaran dan justru melihat ke kiri, tidak taat pada aturan pada papan
di pinggir jalan tersebut. Pengalaman ini menunjukkan kepada kita bahwa sulit bagi kita
untuk mengikuti dan menaati aturan yang dibuat.
Jangankan untuk mengikuti dan menaati aturan yang dibuat oleh manusia, aturan
yang dibuat dan disampaikan oleh Tuhan dalam Firman-Nya saja sulit sekali untuk diikuti
dan ditaati oleh manusia. Berbagai alasan untuk membela diri diungkapkan untuk tidak
mengikuti dan menaati aturan serta kehendak Tuhan. Padahal konsekuensi yang diterima
karena tidak mengikuti dan tidak menaati Tuhan bisa menimpa diri kita sendiri dan orang-
orang di sekitar kita.

Penjelasan Teks
Musa adalah seorang pemimpin bangsa Israel yang juga memiliki keterbatasannya
dalam menjalankan tugasnya. Meski Musa sudah tahu betul karakter bangsa Israel ini tapi
pada akhirnya Musa tidak bisa mengendalikan diri dan emosinya, sehingga ia tidak menaati
perintah Tuhan. Dan konsekuensi atas perbuatannya harus diterima oleh Musa dan
berdampak pada orang di sekitarnya.
Bangsa itu mengeluh karena tidak ada air, mereka tidak terima karena dibawa jauh
keluar dari Mesir oleh Musa dan Harun tapi tidak mendapatkan sumber air untuk mereka
minum. Lalu Musa dan Harun pergi ke pintu Kemah Pertemuan serta bersujud. Disitu Tuhan
menampakkan dirinya dan meminta agar Musa mengambil tongkat serta menyuruh umat
berkumpul, seraya berkata kepada bukit batu itu untuk mengeluarkan air, sehingga dapat
memberi minum bagi umat dan kewan ternaknya.
Namun, yang dilakukan Musa justru memukul bukit batu sebanyak 2 kali. Memang
benar air keluar dari bukit batu itu, tapi Tuhan tidak meminta Musa memukul, Tuhan hanya
meminta Musa untuk berkata-kata. Di sini Musa sudah tidak menaati apa yang menjadi
Perintah Tuhan. Musa terbawa emosi karena selalu didesak oleh umat, sehingga ia tergoda
untuk menunjukkan murkanya di depan umat. Atau mungkin itu juga ia lakukan untuk
menunjukkan ego dirinya sebagai seorang pemimpin di hadapan umat, agar umat tidak
selalu merongrong kepemimpinan dirinya.
Dan apa akibatnya? Tuhan mengatakan bahwa Musa tidak akan membawa umat
Israel masuk ke Kanaan. Inilah akibat dari ketidaktaatan Musa, ia tidak bisa menyelesaikan
tugasnya sebagai seorang pemimpin. Dan ini berakibat juga kepada Harun yang akan
meneruskan kepemimpinan Musa membawa Israel ke Kanaan.
Dari perikop ini kita perlu belajar untuk menaati Perintah Tuhan. Perintah mengenai
rambu lalu lintas saja perlu kita taati agar kita selamat dalam perjalanan, agar kita
menghargai pengguna jalan lain. Demikian pun dengan Perintah Tuhan tidak ada alasan
untuk menolak melakukan perintah-Ny atau tawar-menawar kepada Tuhan mengenai mana
yang ingin kita lakukan dan yang tidak ingin kita lakukan.
Ketaatan kita kepada Tuhan bukan sekedar untuk unjuk diri sebagai anak-anak
Tuhan, tapi sungguh-sungguh dan jujur kita lakukan karena kita mengasihi Tuhan dan tahu
dampak dari ketaatan tersebut dalam kehidupan kita. Karena dampak yang akan dirasakan
adalah kebaikan bagi diri sendiri dan orang-orang sekitar kita.

Relevansi
Pemuda
Di mana pun kita berada, pasti selalu ada aturan yang kita temui untuk membatasi
perilaku kita. Demikian pun dalam mengikut Tuhan, ada banyak aturan yang harus kita taati.
Hal ini agar anak-anak Tuhan yang mengikuti Dia tahu dan bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak baik. Hal itu baik agar anak-anak Tuhan terus berkembang
menjadi anak-anak yang selaras dengan kehendak Tuhan.
Namun, banyak pemuda yang menganggap aturan-aturan tersebut hanya
membatasi kebebasan mereka, mengekang perilaku mereka, mengekang perasaan mereka.
Tidak nyaman dan akhirnya sulit bagi pemuda untuk bisa memahami maksud Allah yang
sesungguhnya dengan adanya aturan-aturan tersebut. Padahal bila hidup ini tiada aturan,
maka setiap orang akan menjalani hidup sesuka hati mereka dan berakhir dengan
kekacauan.
Agar setiap orang terhindar dari kekacauan, terhindar dari adanya hidup sesuka hati
mereka, maka aturan-aturan itu dibuat. Belajar dari Musa, hendaknya tiap pemuda
menyadari dan bersedia untuk taat pada aturan yang ada disekitarnya selama aturan itu
bermanfaat baik bagi diri dan sekitarnya. Terlebih taat pada Firman Tuhan. Bukan ketaatan
yang dipaksakan tetapi ketaatan yang sungguh-sungguh karena menyadari Firman Tuhan
itu benar dan baik dampaknya bagi kehidupan pemuda.

Pemuda
Mengenai ketaatan sebenarnya hal yang mudah jika dikatakan, tapi hal yang sulit
untuk dilakukan, apalagi ketika kita berada dalam situasi yang tidak mendukung. Tetapi
sesungguhnya ketaatan akan membawa kita dalam kebaikan dibandingkan dengan
ketidaktaatan. Misalnya saja seseorang yang taat pada lalu lintas tidak akan merasa was-
was akan kena tilang dibandingkan dengan mereka yang melanggar aturan lalu lintas.
Untuk itu, rekan pemuda perlu memahami betapa bahagianya seseorang yang
hidup dalam ketaatan pada Tuhan dibandingkan hidup dalam ketidaktaatan. Karena
hidupnya akan jadi lebih tenang dan damai sejahtera. Pemuda pelru belajar mengelola
emosinya sehingga tidak gegabah mengambil keputusan yang akhirnya merugikan diri
sendiri dan orang lain.
Belajar dari Musa, hendaknya tiap pemuda menyadari dan bersedia untuk taat pada
aturan yang ada disekitarnya selama aturan itu bermanfaat baik bagi diri dan sekitarnya.
Terlebih taat pada Firman Tuhan. Bukan ketaatan yang dipaksakan tetapi ketaatan yang
sungguh-sungguh karena menyadari Firman Tuhan itu benar dan baik dampaknya bagi
kehidupan pemuda.

Pertanyaan Pendalaman
Remaja
1. Menurut kamu, mengapa kita perlu taat pada perintah Tuhan?
2. Menurut kamu, apa yang harus kita lakukan jika sahabat kita meminta, mengajak, atau
bahkan mengharuskan kita untuk melakukan suatu hal yang bertentangan dengan
Firman Tuhan?

Pemuda
1. Menurut kamu, tantangan apa yang kita hadapi, dan bagaimana solusinya agar kita
bisa taat melakukan Firman Tuhan setiap hari?
2. Menurut kamu, dampak besar seperti apa yang akan dialami seseorang karena
ketidaktaatannya kepada Tuhan?

[YYD]
PENULIS PIJAR LENSA GKP
EDISI V (April 2022 s.d. Maret 2023)

1. Vik. Alfa Gracia Kaniagara Setra, S.Si. (Teol)


2. Pdt. Cliff Edward Kasakeyan, S.Si.(Teol)
3. Pdt. Dewi Agustina, S.Si.(Teol)
4. Pdt. Dina Esterina, S.Si. (Teol)
5. Eka Margareta Ayun Setya Ningtyas Putra, S.Si. (Teol).
6. Pdt. Elsa Tureay, M.Th.
7. Enos Tulak, S.Si. (Teol)
8. Eva Maria Cleosa, S.Si. Teol., M.Pd.
9. Fredely Louise Zebua, S.Si. (Teol)
10. Pdt. Gerry Atje, S.Si. (Teol)
11. Pdt. Hars Seasar Valentino, S.Si. (Teol)
12. Harun Simarmata, M.Th.
13. Pdt. Johanes Simanjuntak, S.Si. (Teol)
14. Pdt. Julia Sri Tanjung, S.Si. (Teol)
15. Laudya Sakti Baiin, S.Si. (Teol)
16. Pdt. Lidya Whardani Hanafiah, S.Si. (Teol)
17. Mebby Feronica, S.Si.(Teol)
18. Pdt. Rudolfo Damanik, S.Si. (Teol)
19. Pdt. Sains Pieter Surlia, S.Si.(Teol), M.Kom.
20. Shella Gracia Vennya Mawene, S.Si. (Teol)
21. Tasingkem Yeremia, S.Si. (Teol).
22. Pdt. William Alexander Hendarmin, S.Si. (Teol)
23. Pdt. Yoga Willy Pratama, M.Th.
24. Pdt. Yosephine Dewi, S.Si. (Teol)
25. Yunus Saleh, S.Th.

TIM PENYUSUN PIJAR LENSA GKP


EDISI V (April 2022 s.d. Maret 2023)

Penyusun Tema dan Bahan:


Komisi Kategorial Sinode GKP

Penyunting:
1. Veronica Hematang, M.Th.
2. Dina N. Tuasuun, S.Si. (Teol), M.Hum.

Anda mungkin juga menyukai