Anda di halaman 1dari 13

SPSKY/TR/10-2021

November 2021

Bersama Kita Bisa:


1
SEDERHANA
BERSAMA KITA BISA: KESEDERHANAAN, KERJA KERAS, DIAKONIA
(Etos Kerja John Calvin Dalam Semangat Hidup Harian)
A. Pengantar

“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota,
tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian
juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi
kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.”

Roma 12 : 4-5

Sudah sepatutnya YAKKUM bersama dengan warganya mensyukuri


kehadiran Tuhan dalam pelayanan kesehatan untuk umum yang
diemban selama ini. Bahwa Tuhan sudah menyertai perjalanan
pelayanan kesehatan tersebut sejak 1950, ketika waktu itu YAKKUM
diresmikan dengan nama DJRSK. Bila menilik sejarah, karyaNya di dunia
kesehatan ini sudah bergulir di Jawa sejak kedatangan Zending Medis
bernama dr. J.G Scheurer pada tahun 1893 yang kemudian kita kenal
sebagai perintis YAKKUM.

Oleh sebab itu apa yang diungkapkan Roma 12 : 4-5 merupakan refleksi
teologis atas usia YAKKUM ke-71. Bersama Kita Bisa tema layaknya pintu
bagi YAKKUM bersama warganya untuk terus merefleksikan
perjalannanya selama menempuh tahun 2021.

Mundur sedikit ke belakang, Pandemi Covid19 yang berlangsung sejak


2020 memberi pemandangan berbagai macam kesulitan, tantangan, dan
peluang. Namun situasi tersebut boleh jadi merupakan undangan bagi
YAKKUM untuk bisa menunjukkan wajah Kristiani tengah berbagai
masalah yang semakin banyak dan kompleks.

Wajah Kristiani tersebut coba diwujudkan dalam berbagai rencana dan


strategi untuk meningkatkan kerjasama dan kerja bersama di dalam satu
pelayana kesehatan bagi masyarakat. Tentu rencana strategi tersebut
membutuhkan dukungan berupa etos kerja yang menunjang agar
2
memberikan buah yang baik untuk pelayana kesehatan dan kemuliaan
nama Tuhan. Biarlah etos kerja menjadi semangat bagi setiap warga
YAKKUM untuk bersama-sama terus maju dalam derap langkah
mewujudkan YAKKUM yang semakin baik di tahun 2021.

B. Etos Kerja John Calvin: Ekspresikan Iman Dalam Kerohanian Dan


Kesalehan Sosial.

Yohanes Calvin (10/07/1509 – 27/05/1564) pria kebangsaan Perancis


atau yang juga disebut John Calvin, Jean Calvin, Jehan Cauvin adalah
teolog Kristen pada masa Reformasi Protestan yang berlatar pendidikan
hukum yang humanis. Dengan cita-cita humanisnya yang mendambakan
dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik,
berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat
manusia.1

Calvin kini dikenal karena teologi sistematis Kristen yang tertuang dalam
bukunya berjudul "Institutio" (1536). Buku tersebut berisi berisi ajaran
(dogma) Kristen yang kini diwarisi oleh gereja-gereja beraliran Calvin
seperti Sinode Pendiri dan Pendukung YAKKUM. Sampai akhir hayatnya,
Calvin mendorong gerakan Reformasi Protestan di Jenewa dan seluruh
Eropa.2

Ciri humanis yang mewarnai gerakan reformasi tersebut kemudian


tertuang dalam ekspresi iman Calvin sebagai sebuah spiritualitas. Titik
berangkat Ekspresi iman Calvin adalah dari Devotio Moderna yaitu devosi
atau dedikasi total kepada Yesus Kristus sebagai seorang manusia dan
teladan.3 Oleh sebab itu bagi Calvin seorang manusia yang mengikuti
Kristus perlu membangun kesalehan sebagai wujud pembaharuan hidup
karena sudah ditebus dari keberdosaannya. Sebuah kesalehan yang
didasarkan pada ketergantungan untuk mengekspresikan iman dalam

1
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, n.d.)
2
(Wikipedia, 2020)
3
(A. Heuken, 2002, pp. 114-118)
3
pemujaan (doa, ibadah, dedikasi) dan pelayanan kepada orang lain.4
Dapat dikatakan Spiritualitas Calvin yang berwarna humanis tersebut
digambarkan dalam kesatuan antara kerohanian seseorang dengan
kesalehan sosialnya.5

C. Etos Kerja John Calvin Dalam Semangat Hidup Harian: Sederhana, Kerja
Keras, Diakonia6

Boleh dikatakan bahwa etos kerja harian Calvin dapat dilacak dalam cara
reformator tersebut membangun komitmen dalam berumah tangga.
Komitmen yang dipakai Calvin dalam menjalankan hidup hariannya
adalah "kesederhanaan, kerendah hatian, hemat, ketaatan, sabar, dan
kepedulian (khususnya dalam merawat kesehatan Johan Calvin pada
waktu itu).”7

Komitmen tersebut terus ditegakkan ditengah tantangan jaman yang


kompleks dan rentan konflik karena saat itu sedang terjadi reformasi di
dalam Gereja. Bahkan diantar tantangan jaman tersebut, pada tahun
1542 Calvin harus tetap tegak berkomitmen ketika kehilangan anak
semata wayang diusia yang ke 2 minggu dan kemudian kehilangan istri
tercintanya Edette de Bure di tahun 1549. Apabila disarikan, etos kerja
Calvin sebagai semangat hidup harian yang ia jalani adalah sederhana,
kerja keras, dan diakonia.

1. Kesederhanaan
Melalui penebusan Yesus di kayu Salib, seorang murid Kristus
menjadi milik Allah (1 Korintus 6:19). Dengan demikian pembaharuan
hidup seorang murid Kristus setelah ditebus seyogyanya dapat
dibuktikan melalui kesungguhan untuk mengarahkan diri pada Tuhan
(Roma 14:8) dengan wujud menjaga diri agar tidak kembali jatuh

4
(A. Heuken, 2002, pp. 168-170)
5
(J.B. Banawiratma, 2017, pp. 166-182) (Drs. F. D. Wellem, 2000, pp. 64-69)
6
(Th. van den End, 2009, pp. 147-162)
7
(Wikipedia, 2020)
4
dosa. Murid Kristus dipanggil untuk kudus dimanapun, kapanpun,
dan apapun konteks konteks hidupnya (Imamat 19:1; 1 Petrus 1:16).
Kembali menuju Tuhan adalah patoka sekaligus poin dari
kesederhanaan hidup yang dimaksudkan oleh Calvin. Sehingga
dengan demikian hidup seorang manusia bukan lagi mengarah pada
atau dikuasai oleh hal-hal duniawi. Doa, ibadah, perjamuan kudus
menjadi langkah-langkah disiplin rohani agar Tuhan memberi hikmat
dan menguasai akal budi, perbuatan dan perkataan seorang murid
Sang Kristus.

2. Kerja Keras
Dengan adanya kesederhanaan baru untuk menjalani hidup baru
setelah ditebus, maka kembali pada Tuhan menjadi iman dan
menjadi semacam “kontrol”. Oleh sebab itu perlu perjuangan atau
dibutuhkan kerja keras agar iman tersebut dapat menjadi perbuatan
yang nyata setiap murid Kristus (lihat Yakobus 2:17; Demikian juga
halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka
iman itu pada hakekatnya adalah mati).
Tidak serakah, hemat seperlunya, bersyukur, kerendahhatian,
ketekunan, ketangguhan, ketulusan, kejujuran, kesetiaan, dedikasi
perlu dibiasakan agar hidup seorang murid Kristus yang penuh
tantangan tetap lurus menuju Tuhan sendiri. Pembiasaan tersebut
kesalehan sosial yang dapat diumpakan layaknya memikul Salib
Kristus. Adanya bakat, rejeki, posisi, serta semua hal yang diberikan
dan disediakanNya perlu dimanfaatkan dengan baik karena pada
akhirnya akan dibertanggungjawabkan kepada Tuhan. Bahkan
berusaha menikmati hidup ditengah berbagai situasi bisa menjadi
wujud nyata dari kerja keras mewujudkan kesederhanaan.

3. Diakonia
Selain kesederhanan dan kerja keras, ada diakonia sebagai Semangat
Hidup Harian Calvin. Diakonia. Dengan penebusan melalui
pengorbanan diri di Kayu Salib, Yesus Kristus yang memberikan
hakNya untuk sesama manusia adalah puncak dari diakonia (lihat
Yohanes 15:13, Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih
seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya).
5
Dengan demikian keteladanan seorang Murid Kristus pada Yesus
Sang Guru juga diwujudkan dengan berdiakonia. Yaitu turut serta
membagikan sebagian dari apa yang diberikan Allah untuk
membantu sesama. Oleh sebab itu dunia ini dilihat sebagai “biara
yang terbuka” bagi murid Kristus untuk belajar dan berjuang
menerapkan semangat hidup harian Calvin, termasuk dalam
berdiakonia.

D. Penutup

Sebuah pertanyaan reflektif yang dapat munculkan untuk merangkum


spiritualitas Calvin sebagai sebuah semangat hidup harian adalah
“apakah yang dilakukan semakin mendekatkan diri pada Tuhan atau
justru sebaliknya?”

Untuk menjawab pertanyaan reflektif tersebut, di sepanjang tahun 2021


tema renungan YAKKUM akan dibagi dalam tiga (3) tema utama yang
akan diahas pada tiga (3) catur wulan dengan rincian sebagai berikut:

1. Catur wulan pertama tahun 2021 (Januari-April) bertema Diakonia.


2. Catur wulan kedua tahun 2021 (Mei-Agustus) bertema Kerja Keras.
3. Catur wulan ketika tahun 2021 (September-Desember) bertema
Kesederhanaan.

Dengan bekal kesederhanaan, Kerja Keras, dan diakonia sebagai etos


kerja yang menjadi semangat hidup harian, maka warga YAKKUM
diundang untuk bersama-sama terus maju dalam derap langkah
mewujudkan YAKKUM yang semakin baik di tahun 2021. Bersama kita
bisa.

©SPS YAKKUM

Referensi
A. Heuken, Sj. (2002). Spirtualitas Kristen Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad.
Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, (. B. (n.d.). Humanis. Retrieved from
kbbi.web.id: https://kbbi.web.id/humanis

6
Drs. F. D. Wellem, M.Th. (2000). Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
J.B. Banawiratma, &. H. (2017). Spiritualitas Dari Berbagai Tradisi. Yogyakarta: Kanisius.
Th. van den End, D. (2009). Institutio Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Wikipedia. (2020, 12). Yohanes Calvin. Retrieved from id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_Calvin

7
Minggu I
Hidup Dalam Kecukupan

A. Bacaan
Ulangan 6:10-12
“Maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN”
(Ul 6: 12a)

B. Gagasan Utama
1. Penulis kitab Ulangan menggambarkan peringatan Allah terhadap
bangsa Israel. Ketika Allah telah memenuhi segala keinginan dan
kebutuhannya, ketika hidup bangsa Israel sudah aman dan nyaman,
untuk tidak meninggalkan Tuhan.
2. Umat Israel diingatkan bahwa segala yang dimiliki berasal dari Tuhan,
bukan karena kemampuan dan usaha mereka. Tuhan telah
melepaskan mereka dari perbudakan, memberikan kota-kota besar,
rumah yang berisi berbagai hal baik, sumur yang tidak mereka gali,
dan kebun-kebun yang tidak mereka tanami.
3. Istilah ‘berhati-hatilah’ dalam bahasa aslinya shamar berarti perhatikan
dengan seksama atau awasi dengan teliti. Diperlukan usaha dan tindakan
refleksi yang aktif untuk menguasai diri, supaya jangan engkau melupakan
Tuhan (ay. 12).
4. Berkat dan anugerah Tuhan yang tak terhitung kiranya dapat
diresponi dengan rasa cukup dan disiplin melakukan latihan-latihan
rohani dalam keseharian dan pekerjaan.

C. Tujuan
Umat dapat memahami bahwa berkat dan kecukupan ada bukan untuk
menjauhkan relasinya dengan Tuhan

8
Minggu II
Bersyukur: Membangun
Iman & Persaudaraan

A. Bacaan
Kolose 2:6-7
“Dan hendaklah hatimu melimpah di dalam syukur”
(Kol 2:7c)

B. Gagasan Utama
1. Jemaat di Kolose belum lama terbentuk, pada saat itu terdapat
banyak ajaran-ajaran dari kepercayaan dan agama lain. sehingga
pada bagian ini Paulus mengingatkan jemaat di Kolose untuk hidup
tetap di dalam Dia.
2. Paulus menekankan nasihatnya dengan kalimat “Kamu telah
menerima Kristus Yesus Tuhan kita.” Dengan kata lain, menjadi
Kristen artinya senantiasa meneladani Kristus sebagai pandu
kehidupan.
3. Di ayat 7 Paulus mengajak jemaat di Kolose untuk mempertambah
kegetuhan dalam iman dengan syukur. Rasa syukur menjadi poin
yang penting bagi Paulus dalam meneguhkan iman mereka. Dengan
memenuhi hati dengan rasa syukur, umat dalam memiliki hidup yang
tetap di dalam Dia (ay. 6b). Rasa syukur menyadarkan bahwa kita
semua terhubung, jemaat di Kolose tidak terpecah belah.
4. Hati yang penuh syukur dan tidak bersungut-sungut, secara langsung
adalah respons umat terhadap berkat yang telah Tuhan beri, dalam
setiap aspek kehidupan termasuk pekerjaan. Rasa syukur
mengignatkan kita akan kebenaran bahwa sesungguhnya kita semua
saling terhubung dan tergantung satu sama lain.

C. Tujuan
Umat dapat memahami bahwa rasa syukur adalah kunci bertumbuh
dalam iman dan perekat relasi kekeluargaan.

9
Minggu III
Melayani TUHAN, Melayani
Manusia

A. Bacaan
2 Korintus 8:11-12
“Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan
lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu”
2 Korintus 8:11b

B. Gagasan Utama
1. Umumnya pelayanan dipahami sebagai sebuah kata kerja yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah aktivitas di dalam gereja.
2. Penggunaan istilah ‘pelayanan kasih’ pada perikop ini menggunakan
bahasa asli χαρις yang artinya kasih karunia. Pelayanan bukan hanya
seputar tindakan yang terbungkus kata ‘rohani’ saja, melainkan
segala tindakan yang kita lakukan berdasarkan karunia yang diberikan
Tuhan.
3. Pepatah Belanda mengatakan hoogmoed komt voor de val
(kesombongan berarti kejatuhan sudah dekat). Fokus sebuah
pelayanan rasanya bukan lagi untuk memuliakan Tuhan, melainkan
untuk dilihat sebagai sebuah pertunjukan/memegahkan diri.
4. Melayani artinya menempatkan kepentingan sendiri di bawah
kepentingan Tuhan. Seperti Yesus di setiap karya pelayanan-Nya,
pelayanan yang sejati dilakukan demi menyentuh kebutuhan tiap-
tiap orang yang dilayani

C. Tujuan
Umat memahami makna pelayanan yang sejati dalam kehidupan
pekerjaan.

10
Minggu IV
Rasa Miskin di Hadapan
Allah

A. Bacaan
Yakobus 4:7-10
“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan
kamu”
(Yakobus 4:10)
B. Gagasan Utama
1. Dalam perikop ini, Rasul Yakobus sedang menegur orang-orang
Yahudi Kristen yang selalu terlibat dalam sengketa dan pertengkaran.
Perselisihan yang seringkali dikatakan untuk membela negara dan
demi kehormatan Allah itu ternyata dipakai hanya untuk memuaskan
hawa nafsu duniawi setiap kelompok. Dengan kata lain, membela
Allah, hanya sebatas dalih.
2. Yakobus kemudian memberikan panggilan untuk tunduk pada Allah.
Calvin melihat dan mengatakan bahwa tunduk lebih dari sekadar
ketaatan, tetapi lebih dari itu diperlukan kerendahan hati. Secara
khusus, dalam perikop ini dijelaskan bahwa panggilan dapat
dilakukan dengan cara meninggalkan kelekatan pada hal-hal duniawi,
serta melawan iri hati dan melawan kesombongan akan kehebatan
diri.
3. Dengan demikian, sikap rendah hati untuk selalu merasa miskin diri
di hadapan Allah penting untuk dapat memberi kesadaran bahwa
seluruh harta duniawi, kehebatan, kepintaran, jabatan dan
kesuksesan, asalnya dari Allah dan harus kembali untuk memuliakan
nama Allah. Di hadapan Allah dan tanpa pertolongan-Nya, manusia
tidak dapat melakukan apapun. Hanya manusia yang rendah hati lah,
yang akan ditinggikan Allah.

C. Tujuan
1. Umat dapat senantiasa menumbuhkan perasaan miskin diri di
hadapan Allah
11
2. Dengan merasa diri miskin, umat semakin mendekat dan
merendahkan diri di hadapan Tuhan Sang Pemilik Sejati.

Minggu V
Tenanglah & Berdoa

A. Bacaan
1 Petrus 4: 1-7
“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu
dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”
1 Petrus 4: 1-7
B. Gagasan Utama

1. Kristus telah menderita di atas kayu salib, dan saat ini kita turut
terbagi dalam salib-Nya. Untuk itu, barangsiapa yang telah
menderita penderitaan badani, termasuk mengalami kematian, ia
telah dilepaskan segala keinginannya untuk berbuat dosa. Disini
manusia harusnya tidak lagi terpikat pada dosa, dan hanya
terpikat oleh daya tarik Allah.
2. Masih sarat akan nuansa hari penghakiman (ay.5), Rasul Petrus
memerintahkan umat untuk dapat memiliki sikap pengendalian,
penguasaan diri dan ketenangan sehingga dapat berdoa. Melalui
doa, tidak hanya ada ucapan syukur dan pengharapan, tetapi
juga ketenangan yang berbuah pada kebijaksanaan dan
pengembangan diri untuk menjadi semakin baik.
3. Buah dari ketenangan dan doa itu terlihat pada ayat ke-8, frasa
‘Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain’, berisi
ajakan dan peringatan yang menekankan pada kasih Ilahi,
(Yunani yaitu kasih agape). Bentuk kasih ini dapat dilakukan
dengan memberi tumpangan dan mnegasihi dengan tidak
bersungut-sungut, tetapi memberi bantuan dengan sukacita.

C. Tujuan

12
Umat dapat menguasai diri di segala situasi dan kondisi dengan tetap
mengarahkan pandangan pada Kristus Sang Sumber Ketenangan,
sehingga dapat berdoa dan memperoleh kebijaksanaan

13

Anda mungkin juga menyukai