(Matius 14:13-21)
TUJUAN
1. Umat menyadari realitas kehidupan bersama dan membangun
kepedulian dengan mereka yang miskin dan tersingkir.
2. Umat mendapatkan inspirasi dari Sabda Tuhan tentang Yesus
yang memberi makan lima ribu orang untuk mewujudkan
semangat berbagi dalam hidup.
3. Umat semakin mencintai sabda Tuhan dan menemukan inspirasi
hidup melalui aneka kisah keselamatan yang ditawarkan Allah
kepada manusia.
GAGASAN POKOK
Gereja Katolik hadir dan tinggal bersama-sama dengan realitas
konkret hidup keseharian manusia. Gereja Asia sendiri telah
menandaskan bahwa Gereja hadir dalam tiga realitas yang harus
dijumpai dalam kehidupan yaitu realitas kemajemukan bersama
dengan agama-agama lain, realitas budaya yang beragam dan realitas
hidup bersama dengan masyarakat miskin. Fokus kita pada
pertemuan pertama ini hendak merefleksikan sabda Tuhan yang
berbicara mengenai orang-orang miskin dan tersingkir. Kehadiran
Yesus ke dunia membawa suatu perutusan dari Allah Bapa untuk
menjadi tanda rahmat keselamatan bagi banyak orang.
Tanda keselamatan itu diwujudkan dalam sabda pengajaran serta
tindakan-tindakan-Nya yang merengkuh orang untuk mengalami
keselamatan dari Allah. Lukas mencatat: “Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baikkepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang” (Luk. 4:18-19). Tampak bahwa pilihan perutusan Yesus
adalah mereka yang miskin. Tentunya kemiskinan dalam
perikopperikop kitab suci mempunyai banyak sekali makna dan hal
itu bias menjadi bahan refleksi lanjut bagi kita semua.
Bagaimana Kitab Suci berbicara tentang realitas kemiskinan pada
zaman Yesus? Teks tentang Yesus memberi makan lima ribu orang
(Mat. 14:13-21) akan menjadi bahan permenungan kita.
Berhadapan dengan orang-orang miskin, Yesus selalu tergerak hatinya
oleh belas kasihan dan Ia bertindak untuk menolong mereka. Salah
satu sikap iman yang hendak diwariskan oleh Yesus melalui perikop
tersebut adalah semangat berbagi kepada mereka terutama yang
miskin dan tersingkir. Maka dari itu, pada pertemuan pertama ini kita
ingin mendalami realitas kehidupan sekitar kita dimana terdapat pula
kenyataan bahwa ada sesama yang miskin dan tersingkir dan
bagaimana terang sabda Tuhan menuntun kita untuk bertindak
membangun kepedulian pada mereka yang miskin dan menderita.
PEMBUKA
Nyanyian Pembuka. (Yang Kauperbuat bagi Saudara-Ku—MB.
529)
Tanda Salib dan Salam
P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih dan damai
sejahtera dari Allah Bapa, serta persekutuan Roh Kudus selalu beserta
kita.
Pengantar
P Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, selamat berjumpa
dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini. Kita bersyukur bahwa
Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk masuk dalam Bulan
Kitab Suci Nasional, di mana kita ingin mencurahkan perhatian kita
pada Kitab Suci, Sabda Allah yang tertulis, yang menjadi salah satu
warisan rohani untuk semakin mengenal Tuhan yang kita imani. Tema
Bulan Kitab Suci Nasional saat ini yakni “Mewartakan Kabar Gembira
dalam Kemajemukan”, mengajak kita menyadari bahwa realitas
kehidupan kita yang majemuk. Pada pertemuan pertama ini kita akan
merenungkan secara khusus realitas kehidupan bersama dengan
sesame yang miskin dan tersingkir. Mari sekarang kita siapkan hati
memohon kehadiran Tuhan dengan berdoa.
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa:
U Amin.
ILUSTRASI
“Menjadi Sesama Bagi yang Menderita”
Program Bedah Rumah di Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi,
Klaten mulai dirintis pada Bulan November 2014. Bedah rumah
menjadi upaya yang baik lagi konkret untuk menghadirkan wajah
sosial Gereja di tengah umat dan masyarakat. Pastor Kepala Paroki
Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Rama Adrianus Maradiyo,Pr,
menyampaikan, program bedah rumah berawal dari sebuah
keprihatinan pada bulan September 2014, saat Rama Maradiyo
mengadakan kunjungan, ada salah satu umat yang tidak mau
dikunjungi karena malu. Mereka malu, karena kondisi rumahnya yang
tidak layak huni. Padahal kunjungan ke lingkungan ini bukan untuk
menilai rumah umat, tetapi sungguh merupakan sapaan untuk
mengenal umat yang akan dilayani di Paroki Wedi. Berawal dari
keprihatinan itulah maka Romo Paroki nekat untuk mengunjungi
rumah keluarga tersebut secara pribadi. Dan ternyata, kondisi rumah
itu sangat memprihatinkan. Seorang ibu yang hidup sendirian, yang
usianya sudah 75 tahun. Ibu ini seorang janda, saat hujan atap rumah
tersebut bocor.
Setelah bermenung, Romo memutuskan untuk mengusahakan rumah
yang sehat dan layak huni bagi ibu tersebut, sehingga ibu tersebut
dapat mengalami kegem-biraan di usia tuanya. Romo bersama dengan
Dewan Paroki, khususnya Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan, tim relawan dan pengurus lingkungan
berembug untuk melaksanakan bedah rumah. Saat bedah rumah, tim
mengajak paguyuban umat yang ada dan umat lingkungan setempat.
Bedah rumah diawali dengan gotongroyong. Dalam gotong royong ini,
lingkungan menyediakan tenaga untuk kerja bakti, dan ibu-ibu
menyiapkan konsumsi. Ternyata umat sangat peduli dan murah hati
mendukung bedah rumah ini. Dalam perkembangan waktu, bedah
rumah dirasakan menjadi gerakan bersama untuk menghadirkan
wajah sosial Gereja di paroki tersebut. Umat lingkungan dan
masyarakat non Katolik sangat mendukung bedah rumah ini.
Masyarakat dengan penuh kesadaran mau terlibat bergotong royong
secara sukarela. Dalam gotong royong bedah rumah ini nampak
kehidupan masyarakat yang saling menghargai, menghormati dan
mendukung. Sungguh, kehadiran Gereja dapat dirasakan umat dan
masyara-kat pada umumnya.
Sejak November 2014 sampai Desember 2017, Paroki tersebut telah
melakukan bedah rumah sebanyak 45 rumah baik rumah umat
Katolik maupun non Katolik. (Disarikan dari Majalah Salam
Damai, Edisi 99 Vol 10 Januari 2018)
Pertanyaan Pendalaman
1. Apa reaksi yang muncul dari dalam pribadi Yesus ketika melihat
banyak pengikut-Nya belum makan?
2. Apa yang dilakukan oleh Yesus? Apa yang dilakukan oleh para
murid?
3. Hikmat apa yang dapat kita petik dari kisah Yesus member
makan lima ribu orang?
Doa Permohonan
Peserta lalu diajak untuk menyampaikan doa-doa
sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang telah
direnungkan bersama dan penegasan atas niat dan
komitmen yang sudah diungkapkan. Doadoa ini
diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Usulan tema/pokok doa:
B. Kerelaan berbagi.
C. Semangat pelayanan bagi kaum miskin dan tersingkir.
D. Peka pada kebutuhan sesama.
E. Kerendahan hati untuk menerima bantuan dari orang lain.
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa:
pelayanan murah hati dengan sikap belas kasih yang selalu siap
berkorban dan berbagi. Syukur bagi kemuliaan-Mu, ya Bapa,
atas kelimpahan berkat dan rejeki yang kami terima setiap hari.
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup. (Lima Roti dan Dua Ikan)
(Matius 1:18-25)
TUJUAN
B. Umat mengenal upaya-upaya pewartaan Kabar Gembira di
tengah kemajemukan budaya.
C. Umat menghayati prinsip “inkarnasi” sebagai prinsip
pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya.
D. Umat membuat gerakan “inkarnatif” sebagai gerakan
pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya.
GAGASAN POKOK
Masyarakat kita adalah masyarakat majemuk dalam budaya.
Perbedaan budaya, menimbulkan perbedaan dalam pola pikir,
pola pandang, cita rasa, sikap dan perilakunya. Juga pastilah
berpengaruh pada kebersamaan hidup bermasyarakat.
PEMBUKA
Nyanyian Pembuka. (Indah Tanahku – MB 496)
Tanda Salib dan Salam
P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
Pengantar
P Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada pertemuan
terdahulu kita sudah mendalami bagaimana Gereja berhadapan
dengan kenyataan kemiskinan dalam kehidupan bersama.
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa:
Allah Bapa kami yang penuh kasih. Layak dan pantas jika saat
ini kami bersyukur kepada-Mu. Kami bersyukur atas karunia
hidup di bumi Nusantara Indonesia. Kami juga bersyukur karena
Kau-karuniai Indonesia dengan aneka suku, agama, ras, dan
budaya. Semua karunia-Mu ini memperkaya kehidupan kami
sebagai warga negara. Kenyataan kebhinekaan nusantara ini
mengajak kami sebagai Gereja, untuk menemukan bentuk
pewartaan Kabar Gembira sesuai dengan konteks tempat dan
waktu kehidupan kami. Kiranya Roh Kudus yang menggerakkan
para pendahulu kami dalam mewujudnyatakan nilai-nilai Injili
di tengah konteks kemajemukan budaya Nusantara,
memampukan kami untuk juga mengikuti gerakannya. Sehingga
pertemuan BKSN ini meneguhkan, mengilhami, atau
mengkoreksi gerak langkah pewartaan Kabar Gembira di tengah
kemajemukan budaya zaman ini. Dengan perantaraan Kristus
Tuhan kami.
U Amin
ILUSTRASI
Seni “Slaka” (Sholawatan Katolik)
Awal mula penyebaran agama Katolik di tanah Jawa bermula
dari Sendangsono yaitu tempat ziarah bagi umat Katolik yang
terletak di desa Promasan, Kelurahan Banjarroya, kecamatan
Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakar-ta. Masyarakat Semagung
Promasan semenjak dahulu memiliki kesenian sholawatan
Maulud Nabi yang sering dipertunjukan oleh kaum Muslim
untuk puji-pujian (ber-doa) dan sebagai hiburan saat acara
kemasyarakatan seperti kelahiran dan pendirian rumah. Melihat
fenomena itu Br. Mateus Tirtosumarto, SJ (1954) merintis
penulisan sho-lawatan yang dikenal dengan nama “Slaka”
(sholawatan Katolik). Untuk membedakan dari sholawatan
Maulud, syair lagu slaka yang dinyanyikan diambil dari Alkitab
Perjanjian Lama. Seiring berjalannya waktu sekitar tahun 1965
sholawatan Katolik mengalami perubahan, syair lagu yang
digunakan diambil dari Alkitab Perjanjian Baru. Alhasil semakin
sering warga melihat
slaka dan mendengar kotbah yang disampaikan bruder membuat
masyarakat semakin tertarik masuk menjadi orang Katolik.
Gereja “Mater Dei” Bonoharjo merupakan salah satu Gereja yang
mengangkat kesenian sholawatan sebagai bagian dari aktivitas
kerohanian Gereja. Gereja “Mater Dei” Bonoharjo terdapat
kelompok kesenian sholawatan bernama “Santi Pujan Sabda
Jati” (Santi = niat; Pujan = memuji; Sabda = titah/perintah; Jati
= Utama) Kelompok tersebut dua bulan sekali mendapat tugas
bermain musik sholawatan dalam perayaan Misa. Sholawatan ini
hanya dipakai saat Misadengan bahasa Jawa saja. Lagunya
disesuaikan agar nuansa Jawa tetap tampak. Umat yang sudah
berusia lanjut sangat antusias dengan kesenian ini. Mereka
merasa lebih mantap berdoa dengan iringan sholawatan.
Sholawatan Santi Pujan ini juga sering diundang sebagai
penghibur pada acara-acara kemasyarakatan seperti syukuran
dan tirakatan.
(Disarikan dari Ringkasan Skripsi “Kesenian
Sholawatan di Gereja
Katolik Mater Dei Bonoharjo, Kulon Progo,
Yogyakarta”, Rosa Bertiama,
mahasiswi Program Studi Pendidikan Seni Musik
Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2012
http://
eprints.uny.ac.id/6997/1/Ringkasan%20Skripsi.pdf )
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa:
Berkat
Lagu Penutup. (Tuhan sumber gembiraku – MB.477)
DIALOG DENGAN
AGAMA LAIN
(KISAH 17:16-34)
TUJUAN
B. Umat menyadari pentingnya menjalin relasi dengan
agamaagama lain melalui dialog-dialog agar terjadi interaksi
yang saling mengembangkan.
C. Umat dapat mensharingkan pengalaman konkret
mengembangkan dialog dalam kehidupan sehari-hari sebagai
kekhasan Gereja di Asia.
D. Umat menemukan inspirasi dari pengalaman Santo Paulus
yang mengembangkan pewartaan di antara orang-orang non-
Yahudi dengan dialog.
GAGASAN POKOK
Pada masa sekarang ini, Gereja Katolik di Indonesia dihadapkan
pada sensitivitas kehidupan beragama yang tidak jarang
menimbulkan gesekan yang berujung tindakan anarkhis dari
kelompok agama lain. Berbagai dalih dijadikan alasan untuk
menghambat gerakan Gereja.
Karya-karya khas Gereja seperti rumah sakit, sekolah,
kegiatankegiatan karitatif tidak jarang dicurigai sebagai upaya
Kristenisasi. Selain itu, stigmatisasi kafir masih sering dengan
sengaja dihembuskan guna menebar kebencian. Bahkan,
intimidasi bagi mereka yang berkehendak untuk menjadi Katolik
tak jarang terjadi. Yang lebih menyedihkan adalah adanya
pembubaran paksa kegiatan peribadatan yang menunjukkan
arogansi tak terkendali sekelompok orang dengan dalih
mengganggu ketertiban umum. Dalam situasiseperti ini kita
sebagai orang Katolik dihadapkan pada dilema yang tidak
mudah.
Dalam situasi seperti ini salah paham sangat mudah terjadi dan
tidak mudah diuraikan. Masing-masing menggunakan
kebenarannya sendiri. Akibatnya, terjadi saling curiga yang tak
terjembatani. Perbedaan menjadi alasan pemisah dan
menjauhkan satu sama lain.
U Amin.
Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah
membahas tema Dialog dengan Kemiskinan dan Dialog dengan
Budaya yang mengandung kekayaan makna dalam kehidupan
bersama.
Tema ini perlu kita tempatkan dalam konteks kita sebagai warga
Gereja Katolik yang mengemban amanat Tuhan untuk
mewartakan Injil kepada segala makhluk sampai ke ujung bumi.
Namun, realitas yang kita hadapi menunjukkan adanya
upayaupaya pihak lain yang membatasi karya perutusan Gereja.
Bahkan, kita dihadapkan pada tantangan konkret di mana tidak
jarang karya-karya yang kita lakukan dicurigai, dihambat,
dilarang bahkan berujung anarkhis. Namun, hal ini tidak berarti
tugas kita untuk mewartakan Injil dengan sendirinya berhenti.
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa:
U Amin.
ILUSTRASI
“Surat kepada Sahabat”
Untuk sahabatku terkasih, salam sejahtera bagi kalian. Sudah
sekian waktu kita melaksanakan tugas pelayanan Injil. Sukacita
mewarnai pengalaman iman kita, anugerah Kristus dan buah
pewartaan sudah
kita alami. Semoga Kasih Karunia Kristus senantiasa
mencukupkan damai sejahtera yang melimpah bagi kita.
Melalui surat terbuka ini saya rindu untuk menyapa para
sahabat di manapun berada. Karya pewartaan Injil yang kita
lakukan sebagai anugerah perutusan telah menimbulkan reaksi
yang bermacammacam bahkan akhir-akhir ini begitu menantang
keberanian dan kreativitas kita. Di samping keberhasilan-
keberhasilan yang menimbulkan
sukacita Injili, tantangan bahkan kendala-kendala konkret, tidak
jarang menyertai. Penolakan maupun fitnah tidak jarang
dialamatkan kepada kita. Semoga para sahabat tidak kehilangan
arah dan menjadi lemah.
Kita perlu berguru pada Rasul Paulus yang percaya penuh pada
penyelenggaraan ilahi dalam mewartakan Injil dan percaya
kepada Kristus yang diwartakannya. Kita ingin menimba
semangat dasar yang telah dianugerahkan kepada sang rasul
supaya pewartaan kita tetap menemukan pijakan dan
berkembang sebagaimana perintah Tuhan Yesus Kristus untuk
mewartakan Injil kepada segala mahluk.
(Mat. 28:20)
Doa Permohonan
Peserta diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai
tanggapan atas sabda Tuhan yang telah direnungkan
bersama. Doa-doa ini diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Usulan tema/pokok doa:
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah berdoa:
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup (Pantang Mundur—MB 522)
DIALOG DENGAN
GEREJA LAIN
(YOHANES 17:20-26)
TUJUAN
B. Menyadari dan mengenali problem yang berkaitan dengan
kesatuan
umat Kristiani di Indonesia.
GAGASAN POKOK
Kalau orang sempat mengunjungi Gereja Makam Suci (Church of
the Holy Sepulcher) di Yerusalem akan terasakan sesuatu yang
amat ironis. Sejak tahun 1862, Gereja Makam Suci “dibagi”
untuk enam denominasi Kristen: Gereja Ortodoks Yunani,
Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma, Gereja Koptik, Gereja
Etiopia, dan Gereja Ortodoks Siria. Konsili Vatikan II dengan
tegas menggambarkan situasi di sana sebagai perpecahan yang
“terang-terangan berlawanan dengan
kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta
merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada
semua makhluk” (UR 1).
PEMBUKA
Lagu Pembuka (UT OMNES UNUM SINT)
Ut omnes unum sint, jadilah mereka satu Seperti Aku dan Bapa
adalah satu.
Biar didorong-dorong, digoyang-goyang , diguncang-guncang
tetap bersatu membangun dunia baru.
U Amin.
Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah
membahas tema Dialog dengan Kemiskinan, Dialog dengan
Budaya, dan Dialog dengan Agama Lain. Dalam pertemuan IV
ini kita akan membahas tentang Dialog dengan Gereja Lain.
Dalam konteks Gereja Indonesia, Gereja Katolik tumbuh
berkembangbersama dengan Gereja lain. Tidak dipungkiri,
situasi ini tidak jarang menimbulkan tegangan yang dapat
memicu perpecahan.
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa:
U Amin.
ILUSTRASI
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Ibadah Pekan Doa Sedunia
yang digelar di Gereja St. Franciscus Xaverius Yogyakarta pada
Rabu malam (24/1/2018) membawa beberapa pesan persatuan
untuk umat kristiani. Acara yang digelar tiap tahun ini telah
memasuki tahun ke-4 pada 2018, dengan ci-ta-cita yang sama
setiap tahunnya, ibadah membawa beberapa isu penting yang
terjadi setahun terakhir.
Tidak hanya tentang persatuan umat Kristiani, isu kelaparan
yang terjadi di Asmat, Papua juga menjadi hal yang disoroti
dalam ibadah kali ini. “Ada tiga isu yang kita bawa dalam Ibadah
malam ini, yaitu isu intoleransi, kelaparan dan konflik yang
terjadi di muka bumi,” ujar Sekretaris Panitia, Paulus Kristanto.
Bahkan, para panitia juga mengaku akan menggelar aksi guna
memberikan beberapa bantuan di Asmat, Papua agar dapat
membantu saudara yang dilanda kelaparan. Dengan membawa
pesan damai, acara indah malam ini ingin menunjukkan bahwa
umat kristiani ingin bersatu untuk saling meringankan beban
yang dialami orang lain.
(Sumber:http://jogja.tribunnews.com/2018/01/24/ibad
ahpekan-
doa-sedunia-membawa-isu-intoleransi-hingga-kela-
paran;
diakses 15 Februari 2018.)
U Amin.
Berkat
B. Lagu Penutup (Hidup Rukun dan Damai—MB 530)
Iklan