Anda di halaman 1dari 10

Nama : Tasya Arta Mahgia Br Ginting Seragih

Kelas : III C

Mata Kuliah : Seminar Etika

Dosen Pembimbing : Dr. Janhotner Saragih

Pandangan Etika Terhadap Hubungan Anak dan Ayah

(Inner Child belum selesai)

I. Pendahuluan
Sebuah keluarga tidak terlepas dari hubungan antara seorang anak dan
ayah, secara garis besar banyak sekali kasih yang dibangun di dalam sebuah
keluarga dimulai dari tindakan ayah dan merespon di dalam hubungan antar ayah
dengan anak laki laki maupun perempuannya. Peran kepala keluarga akan sangat
berpengaruh dalam berjalannya roda kekeluargaan, bukan hanya itu saja ayah
juga memberikan gambaran kasih Allah kepada anak-anaknya. Lantas
bagaimanakah hubungan ayah yang inner child nya belum selesai dan belum
mampu mengkayuh roda rumah tangga.
Dalam Mazmur 103:13 “ Seperti bapa yang sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia .” ayat ini
memberitahukan bahwa ayah adalah gambaran kasih Allah dan wakil Tuhan di
Bumi untuk menyayangi anak-anaknya. Dan setiap anak diberi mandat untuk
mengormati orang tua yaitu ayah dan ibu. Tetapi bagaimanakah pandangan etika
Kristen terhadap seorang anak yang tidak mendapatkan sosok kasih Tuhan
melalui ayahnya? Banyak anak yang melawan orang tua bahkan melukai hati
orang tua mereka karena mereka tidak mendapat moral dan menumbuhkan
kebencian di dalam hati anaknya.
Etisnya di dalam Alkitab dikatakan yang harus diilakukan adalah
menghormati orang tua, hubungan yang tidak baik antara ayah dan anak hal ini
membuat sang anak tidak akan menghormati ayahnya dan tidak percaya akan
kebenaaran Firman Tuhan, di satu sisi sang anak bertanya tanya apakah Tuhan
setidak baik itu karena yang dilihat dari ayahnya adalah kekerasan.dan bukan
kasih yang seharusnya diterima. Hal ini memicu dua hal kepada sang anak yaitu
membenci dan tidak mengasihi serta menghormati orang tuanya.
Dalam hal ini ketika sang anak tidak hormat kepada sang bapa bukan
sepenuhnya kesalahan sang anak. Tetapi perlakuan sang ayah juga belum tentu
salah dikareakan inner child nya yang masih berantakan, tapi melalui tindakan
sang ayah tidak mencerminkan seperti apa seharusnya ayah berlaku kepada
anaknya dan belum mencerminkan kedewasaan sebagai seorang ayah. Sesuai
dalam kitab Efesus Tuhan berkata bahwa seorang ayah tidak boleh
membangkitkan amarah di hati anak- anaknya tetapi bagi ayah yang belum selesai
dengan masalalunya dan berdampak kepada etika dan tindakannya terhadap anak,
sehingga mengasilakaan dampak yang kurang baik.

II. Pembahasan

2.1. Pengertian Ayah tugas tanggung jawab & menurut Alkitab


Keluarga adalah salah satu kumpulan orang-orang yang hidup bersama
yang memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan, seperti ayah, ibu dan
anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah kelompok terkecil
dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat,
bahkan disebut sebagai kerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.1
Seorang ayah mempunyai peranan yang penting dalam keluarga. Ayah
adalah kepala keluarga yang mengendalikan “bahtera” keluarga. Seringkali ada
pandangan yang keliru tentang peranan ayah dalam keluarga dalam pendidikan
anak. Pandangan ini mengemukakan bahwa ayah yang mencari uang ibu yang
mendidik anak di rumah. Pandangan ini merupakan pandangan yang salah.
Tanggung jawab pendidikan anak tetap pada ayah tetapi ibu sebagai penolong
dalam pendidikan anak. Anak laki-laki memerlukan model bagi kehidupannya,
yaitu ayahnya. Anak perempuan memerlukan suatu pola untuk mengenal dan
menilai seorang laki-laki dari ayahnya.2
Anak adalah milik Tuhan yang dikaruniakan kepada ayah dan ibu. Maka seorang
ayah wajib mengasuh, merawat, memelihara dan membesarkannya agar dapat
tumbuh seimbang secara jasmani dan rohani. Mendidik anak-anak agar bermasa
depan baik. Ayah harus bisa berperan sebagi guru. Pendidik yang memberi
teladan. Sebagai pelindung dan motivator yang membuat anak berani dan percaya
diri serta cerdas secara emosional. Sehingga ayah perlu terlibat dalam mengelola
perkembangan sosial-emosional anak sejak usia dini.3

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 536
2
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta: Andi,
2008), 146.
3
Ririn Hunafa Lestari and Syah Khalif Alam, “Mother’s Perception of Father’s Involvement in
Developing Social–Emotional Development of Early Childhood” (Atlantis Press, 2020), 83–89,
accessed 10 August , 2022, https://www.atlantis-press.com/proceedings/icliqe-19/125933528.
Seorang bapa hendaknya tidak menyakiti hati seorang anak (Ef. 6:4). Tanggung
jawab ayah dalam mendidik anak tidak membuat anak merasa gusar.4 Ayah perlu
memahami peran dalam membangun kedekatan dengan anak.5 Paulus
memberikan nasehat mengenai kuasa seorang ayah yaitu kuasa yang dipunyai
oleh seorang ayah bangsa Romawi terhadap keluarganya.6 Seorang Ayah harus
membangun hubungan dengan anak sebab anak lebih banyak meniru. Apa yang
dilihatnya akan ditirunya. Antara lain, anak kecil yang meniru Ayahnya, tetapi ia
mengikuti cara-cara membentak orang, melihat ayahnya yang mengamuk.7
Ayah perlu menjadi teladan di tengah keluarga baik dalam perkataan, pikiran dan
perbuatan. Anak-anak adalah anugerah Tuhan dipercayakan kepada orang tua
untuk taat dan menghormati orang tua. Dampaknya pada anak dari ketaatan dan
rasa hormat kepada orang tua adalah janji Tuhan tentang kebahagiaan dan umur
panjang.8
Bagi penulis, dalam Surat Efesus 6: 4, perhatian Rasul Paulus sedang
difokuskan pada pendidikan kristiani dalam keluarga, terutama tentang tanggung
jawab ayah sebagai pendidik pada masa itu, di mana pengaruh kehadiran ayah
begitu kuat bagi proses tumbuh kembang anak. Paulus memberi nasihat
berdasarkan kondisi yang terjadi pada waktu itu. Nasihatnya merupakan refleksi
atas pengalamannya dalam konteks budaya di mana ia melayani. Persoalan
tentang ayah sebagai pendidik dirasa perlu dan bersifat mendesak untuk disikapi.
Rasul Paulus sedang berhadapan dengan kenyataan yang terjadi di mana para
ayah pada waktu itu menyalah gunakan kewenangannya sebagai ayah sehingga
ayah tidak dapat memaksimalkan perannya yakni menjadi “berkat” bagi anak-
anak mereka (para ayah lalai mendidik anak menurut Firman Tuhan). Ia melihat
bahwa tugas sebagai seorang ayah terhadap anak-anak merupakan tugas/tanggung
jawab yang sangat mulia dan bernilai. Keberhasilan seorang ayah dalam

4
Magdalena P Santoso, “Pola Alkitabiah Pendidikan Anak 7-12 Tahun Yang Efektif Untuk
Proses Pembentukan Karakter Pemimpin-Hamba Di Seminari Anak Pelangi Kristus,” Veritas 12,
no. 1 (2011): 39–60, accessed August 10, 2022, http://repository.seabs.ac.id.
5
Bob Utley, Paulus Terbelenggu, Injil Tak Terbelenggu: Surat-Surat Dari Penjara (Kolose,
Efesus Dan Filemon, Dan Kemudian, Filipi) (Marshall, Texas: Bible Lesson International, 2011),
187.
6
Elisa Elthon Tannu and Reymand Hutabarat, “Analisis Teologis Pemahaman Dan Penerapan
Orang Tua Terhadap Makna Janganlah Bangkitkan Amarah Di Dalam Hati Anak-Anakmu
Berdasarkan Efesus 6:4 Di Gereja Masehgi Advent Hari Ketujuh Jmeaat Palem Semi Dan
Jemaat Makarios Kon Ferens DKI Jakarta,” Jurnal Marturia 1, no. 1 (2017), accessed August 11,
2022, https://kti.unai.edu/index.php/martu/article/view/420.
7
Marlin Sherly I.Y. Kawulur and Pujiati Gultom, “Dampak Didikan Orang Tua Kristen
Terhadap Perilaku Anak Usia 6-9 Tahun Di GKKD Yogyakarta,” Penabiblos VIII, no. 2
(November 2013), accessed August 11, 2022, http://www.e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id.
8
Dame Simamora, “The Role of Sunday School in Educating Children to Be Obedient and
Faithful,” 2020.
memaksimalkan perannya sebagai ayah Kristen dapat menghasilkan generasi
yang tangguh, berprestasi serta dapat berpikir dan berperilaku baik. Rasul Paulus
ingin menyadarkan para ayah pada masanya tentang hal tersebut agar para Ayah
menyadari tanggung jawab mulia yang dipercayakan Tuhan kepada mereka yakni
menjadi ayah yang senantiasa menciptakan suasana damai, nyaman dan penuh
kasih sayang dalam keluarga, di mana Firman Tuhan (mengajarkan cinta kasih)
menjadi inti dari bahan ajar yang memberi arah kepada seorang ayah dalam
menjalankan tugas sebagai pendidik dalam keluarga.
Kualitas interaksi keluarga dari tahap paling awal kehidupan anak. Secara khusus,
tingkat Keterlibatan Ayah yang lebih tinggi yang dilaporkan oleh orang tua sesuai
dengan kompetensi interaktif keluarga yang lebih baik selama situasi permainan
triadik.9

2.2. Pengertian Anak, tugas kewajiban & menurut Alkitab


Pada zaman ini masih ada ditemukan anak yang tidak taat dan kurang
hormat kepada orangtuanya, dan itu tidak berkenan pada Tuhan karena itu
melawan perintah-Nya. Seharusnya anak-anak menghormati orangtua dan
mencintainya, ini hukum pertama dalam Taurat. Ini berlangsung bukan hanya
waktu kanak-kanak tetapi sampai tua dan sampai mati. Semua orang beriman,
sekalipun masih anak-anak atau sudah dewasa, sebagai anak kita harus
mempunyai tanggung jawab dalam bentuk sifat dan perbuatan yang taat serta
menghormati orangtua dengan kasih Kristus dan tulus.
Tanggung jawab suatu bentuk sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara,
dan Tuhan.10 Artinya tanggung jawab yang dimiliki anak akan menetukan apa
tindakannya. Bila anak dididik oleh orangtua dengan karakter yang sesuai Firman
Tuhan, tentu anak-anak akan tahu bagaimana bersikap taat dan menghormati
orangtua.
Tanggung jawab anak akan terbentuk secara bertahap menuju kepada kepribadian
yang baik. Dorongan yang kuat secara terus-menerus sangat diharapkan dari
orang tua. Sosok orang tua yang demokratis tidak mengedepankan kepentingan
pribadinya, akan tetapi tetap menghargai dan memperhatikan kepentingan anak
sebagai seorang individu diantara manusia. Dengan kata lain, orang tua selalu
melihat kepentingan bersama sebagai pembatas dari kebebasan seorang inividu.

9
Alessandra Simonelli et al., “The Role of Father Involvement and Marital Satisfaction in the
Development of Family Interactive Abilities: A Multilevel Approach,” Frontiers in Psychology 7
(November 7, 2016): 1725, accessed August 12, 202,
http://journal.frontiersin.org/article/10.3389/fpsyg.2016.01725/full.
10
Tanggung Jawab Kristen, http://www.wikipedia.org, diakses 10 Agustus 2022 (Internet)
Anak memiliki sejumlah kebutuhan (needs) yang harus dipahami, diperhatikan
dan dipenuhi oleh orangtua.11 Kewajiban seorang anak ialah taat dan hormat
kepada orangtua. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena
haruslah demikian (Ef 6:1).

2.3. Inner Child serta pengaruhnya


Banyak orang yang mengatakan tanduk- tanduk dalam dirinya terbentuk
karena inner child di dalam dirinya. Inner child adalah konsep yang
menggambarkan sikap kekanak-kanakan yang dimiliki setiap orang dan dapat
digamarkan sebagai sebahagian diri yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap
menjadi anak-anak, artinya bagian ini tidak ikut tumbuh dewasa dan menetap
dalam diri seseorang. Bagian ini menggenggam erat setiap ingatan dan emosi
yang pernah ada dan dialami saat masih kecil baik yang indah maupun yang
buruk. Hal ini menyerap energy negative, baik berupa perilaku maupun ucapan
dari orang yang seharusnya memberikan rasa aman.

2.4. Hubungan Ayah dan Anak Rusak


Hal yang timbul jika ayah gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai pendidik dalam keluarga. Anak akan kehilangan arah masa depannya
(anak mengalami kebingungan). Anak tidak mendekatkan diri kepada Tuhan,
berperilaku buruk dan terjerumus dalam pergaulan bebas. Anak tidak percaya diri,
merasa tidak dihargai atau tidak dicintai sehingga anak bisa saja mengalami
gangguan mental, depresi dan selalu merasa cemas. Anak mengalami masalah
psikologis seperti gelisah, sedih, suasana hati selalu berubah-ubah, ketakutan dan
frustrasi. Kemampuan anak cenderung berada di bawah rata-rata. Agresif dan
membangkang terhadap orang tua.
Anak menjadi frustrasi, depresi, selalu menjadi penyebab ke onaran, rasa percaya
diri rendah, beresiko mengalami gangguan mental, suka membangkang, agresif,
sulit dekat dengan orang lain. Rasa percaya diri anak menjadi rendah, mudah
berbuat onar, depresi, agresif dan memiliki masalah kedekatan dengan orang lain.
Ayah juga menjadi sosok yang sangat penting akan kehadirannya bagi
seoranganak. Namun setiap ayah tidak lah sama, mereka memiliki pola pikir yang
berbedaterhadap pengasuhan anak.12

III. Kajian dan Analisa atas pembahasan masalah

11
BS. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif,( Yogyakarta: ANDI, 2008),20
12
Maisyarah, Anizar Ahmad, and Bahrun, “Peran Ayah Pada Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Keluarga Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Guru Anak Usia Dini 2, no. 1 (May 2017): 50–61, accessed August 12, 2022,
http://jim.unsyiah.ac.id.
3.1. Etika Orangtua Terhadap Anak
Dalam membentuk karakter seseorang, baik dimulai sejak anak lecil dan
dibentuk dengan baik oleh orangtua. Orangtua sangat berperan penting dalam
karakter anak. Ciri-ciri karakter merupakah contoh-contoh sifat atau akhlak
seseorang yang harus dimiliki dalam pribadi untuk membuat seseorang itu
menjadi baik dalam segala segi kehidupan yang akan terus berkembang di
kemudian hari. Jikalau karakter anak dibentuk dengan baik sejak kecil maka kelak
dewasa akan terus berlaanjut dan menjadikan seseorang menjadi orang
berkarakter. Ada dua karakter yang penting sesaui di kitab efesus 6 :1-3 yaitu taat
dan hormat. Dalam Firman Allah akan dijumpai nasihat-nasihat bagi orangtua
untuk mengajar anak-anak untuk taat, dan nasihat-nasihat bagi anak-anak untuk
menanggapi dan menaati orangtua.13
Orangtua adalah wakil Allah di bumi untuk mendidik dan mengajar anak-
anak yang telah Tuhan berikan. Menjadi orangtua adalah anugerah Tuhan yang
tidak tenilai harganya. Keluarga adalah tempat untuk bertumbuh dan menjadi
pusat pengembangan semua aktivitas dan di dalam keluarga pasti diliputi rasa
cinta kasih. Anak belajar baik dan buruk di mulai dalam keluarga. Peran orangtua
adalah tokoh pertama bagi anak yang mengajarkan anak-anak untuk memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam membentuk karakter anak. Anak yang memiliki
karakter yang baik akan terlihat dari cara orangtua yang membentuknya. Dalam
membentuk karakter anak ini, perlunya teladan dan nasihat dari orangtua. Paul
Lewis mengingatkan bahwa “Orangtua, tugas anda adalah menjadi teladan untuk
memberi bimbingan atau arah dan mendukung kemampuan anak anda yang
sedang berkembang dalam kepribadiannya.14 Menanamkan sikap sopan santun
sejak anak masih kecil, anak yang sejak kecil dibiasakan bersikap sopan akan
berkembang menjadi anak yang berperilaku sopan santun dalam bergaul dengan
siapa saja dan selalu dpat menempatkan dirinya dalam suasana apapun. Sehingga
sikap ini dapat diajadikan bekal awal dalam membina karakter anak.15

3.2. Etika Anak kepada Orang Tua

Seorang anak harus harus mempelajari pelajarang yang penting dari


segalanya yaitu: menjadi seorang anak yang taat dan penuh hormat, ini jauh
lebih penting dari sekedar memenuhi harapan orangtua karena
mengembangkan karakter ketaatan adalah pokok persoalan yang sebenarnya.
Paulus memberikan sebuah alasan mengapa anak-anak harus menaati
orangtua: “karena haruslah demikian.” Pernyaataan ini merupakan perintah
13
Ray C. Stedman, Kekayaan Kita di Dalam KRISTUS(Jakarta: Interaksara, 2001), 186.
14
Paul Lewis, Cara Mengarahkan Anak (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 23.
15
Banawri,Strategi dan Kebijakan Orangtua dalam Pendidikan Karakater.kompasiana.com,
diakses 12 Agustus (Internet).
yang realistis, ketaatan kepada orangtua merupakan sesuatu yang sesuai
dengan realitas fundamental; ketaatan kepada orangtua adalah salah satu
hukum dasar kehidupan.16 Dengan kata lain, Paulus berkata bahwa jika anak-
anak menaati orangtua mereka, semuanya akan baik-baik saja. Jika mereka
menolak untuk melakukannya, semua akan menjadi salah, karena
ketidaktaatan kepada orangtua mengacaukan salah satu hukum dasar
kehidupan.
 Karakter Hormat

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang


diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Kel. 20:12). Pernyataan ini berarti
bahwa ketaatan yang dilakukan dengan senang hati, dengan suatu sikap
hormat dan menghargai, akan menciptakan kondisi-kondisi yang cenderung
menghasilkan kehidupan yang panjang, sehat, dan bahagia. Anak-anak yang
taat memiliki hidup yang membangun dan produktif.17

3.3. Kasih yang terjalin antar Ayah dan Anak


Kartini Kartono mengatakan bahwa, keluarga merupakan lembaga
pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai
makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya, anak adadalam hubungan interaksi
yang intim.Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral,
dan pendidikan anak.18
Pengaruh Ayah dalam pembentukan karakter anak, antara lain:
Keteladanan. keharmonis antara suami dan istri Misalnya soal murah hati
meskipun ada perbedaan dalam hal ini, tetapi sebagai orang tua harus selalu
konsisten, yaitu murah hati, dan senang membantu orang; Memenuhi kebutuhan
emosional dan spiritual anak. Pada waktu anak sudah remaja mereka sangat
membutuhkan pendampingan. Jika hubungan sudah dibiasakan, yaitu bahwa
tempat bertanya yang pertama adalah kepada ayah, itu akan menjadi suatu hal
yang sangat luar biasa dan akan menimbulkan suasana dekat dan akrab. Anak
membutuhkan perhatian, kasih sayang, perlindungan, rasa aman, perilaku dan
sikap positif dari orangtua. Ayah dan ibu merupakan pengambil peran utama
sebagai orangtua untuk mengasuh anak-anaknya.
- Analisa dan Kajian Teologis
- Analisa

16
Ray C. Stedman, Kekayaan Kita di Dalam KRISTUS(Jakarta: Interaksara, 2001), 186.
17
Ibid., 190.
18
Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak (Jakarta: Rajawali Press, 1992), 19.
Dalam analisa ini penyaji menganalisis bahwa hubungan antara ayah dan
anak harus terikat secara baik, dikarena banyak dampak yang ditimbulkan dari
sejalannya hubungan ini da banyak juga dampak dampak dari hubungan ini jika
keduanya tidak terjalin dengan baik. Ternyata inner child juga berpengaruh sekali
dalam pertumbuhan dan perkemangan seseorang juga bagaimana ia
memperlakuka orang yang ia kasihi.
Dapat diketahui bahwa hubungan antara ayah dan anak yang rusak
bukanlah karena tidak didapatkan sang anak kasih sayang tetapi karena masih
terhambat oleh benang kusut inner Child.
Dalam makalah ini penyaji telah memaparkan beberapa hal yang
seharusnyadiberikan ayah kepada anaknya juga feed back yang harus didapatkan
ayah dari anak nya.
Perlu kita pahami bahwa berdamai dengan masalalu itu sangat penting sebelum
masuk kedalam sebuah hal yang baru, dengan istilah ketikaa ingin memasukkan
jarum kedalam benang kita harus memastikan benang itu dalam keadaan baik dan
tidak terlilit satu dengan yang lainnya. Orang tua akan selalu berusaha
memberikan yang terbaik keapada anaknya karena secara jelas Allah memberikan
perintah kepada Orang tua untuk mendidik dan mengajrkan anaknya kepada
prinsip-prinsip beriman kepada Tuhan. Hal ini dikarenakan tidak ada orang lain
yang memiliki keintiman hubungan dengan seorang anak seperti dengan
orangtuanya.

- Kajian Teologis
Sajian ini dapat kita kaitkan dengan Kolose 3:21 dan dapat dijabarkan dalam
beberapa poin berikut:
Pertama, menghentikan tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan pada anak-anak
tidak menjadi solusi terbaik dalam mendidik anak-anak. Karena kekerasan tidak
pernah menghasilkan anak-anak menjadi lebih baik melalui kekerasan, namun
yang terjadi dalam kekerasan adalah hanya kepedihan dan sakit hati. Meski masih
kecil, anak-anak juga memiliki hati yang bisa merasa, bisa terluka. Hati yang
terlanjur tawar atau mungkin sudah pahit seringkali susah untuk dipulihkan.
Jangan sampai karena tidak mampu menahan emosi orangtu bertindak melewati
batas dan meninggalkan luka di hati anak-anak. Oleh karena itu, salah satu solusi
yang terbaik dalam mendidik anak-anak adalah orang tua memberi
teguran/nasihat berdasarkan nilai-nilai Kristiani yang ada (Kol. 3:16). “Dan kamu,
bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi
didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Seorang ayah tidak bisa
meninggalkan tanggung jawab anak dan menyerahkan seluruh aspek kepada ibu
karena dia sendiri berperanan sebagai wakil Allah dalam keluarga. Alkitab secara
konsisten dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru tidak pernah mengabaikan
peranan ayah dalam mendidik anak. Sementara saat ini, kebanyakan para ayah
tidak mau bertanggung jawab terhadap anaknya. Inilah satu sikap yang dengan
sengaja melawan kebenaran firman Tuhan. Jadi anak belajar mengenal Allah
melalui figur ayah. Alkitab mengajar para ayah untuk mendidik anak dengan baik.
Disinilah keindah-annya jika seorang anak boleh dilahirkan di keluarga Kristen
dimana orangtua mendidiknya di dalam iman Kristen. Inilah warisan dan
anugerah yang terlalu besar yang tidak mungkin dimiliki jika anak itu dilahirkan
di dalam keluarga non-Kristen

IV. Kesimpulan
Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting karena orang tua adalah
tempat pertama kali bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang, orang tua perlu
menjadi teladan yang baik bagi anak-anak untuk membentuk karakter mereka
dibangun pertama kali dalam keluarga.

V. Daftar Pustaka

Anizar Ahmad Maisyarah,, and Bahrun, “Peran Ayah Pada Pengasuhan Anak
Usia Dini Dalam Keluarga Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar,” Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Anak Usia Dini 2, no. 1 (May 2017): 50–61,
accessed August 12, 2022, http://jim.unsyiah.ac.id.

Banawri,Strategi dan Kebijakan Orangtua dalam Pendidikan


Karakater.kompasiana.com, diakses 12 Agustus (Internet).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Elthon Elisa Tannu and Reymand Hutabarat, “Analisis Teologis Pemahaman Dan
Penerapan Orang Tua Terhadap Makna Janganlah Bangkitkan Amarah Di Dalam Hati
Anak-Anakmu Berdasarkan Efesus 6:4 Di Gereja Masehgi Advent Hari Ketujuh Jmeaat
Palem Semi Dan Jemaat Makarios Kon Ferens DKI Jakarta,” Jurnal Marturia 1, no. 1
(2017), accessed

Hunafa Ririn Lestari and Syah Khalif Alam, “Mother’s Perception of Father’s
Involvement in Developing Social–Emotional Development of Early Childhood”
(Atlantis Press, 2020), 83–89, accessed 10 August , 2022, https://www.atlantis-
press.com/proceedings/icliqe-19/125933528.

Kartono Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali


Press, 1999.

Kawulur Marlin Sherly I.Y. and Pujiati Gultom, “Dampak Didikan Orang Tua
Kristen Terhadap Perilaku Anak Usia 6-9 Tahun Di GKKD Yogyakarta,” Penabiblos
VIII, no. 2 (November 2013), accessed August 11, 2022, http://www.e-
jurnal.ukrimuniversity.ac.id.

Lewis Paul, Cara Mengarahkan Anak (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 23.

Lilik Paulus Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen


(Yogyakarta: Andi, 2008), 146.

Magdalena P Santoso, “Pola Alkitabiah Pendidikan Anak 7-12 Tahun Yang


Efektif Untuk Proses Pembentukan Karakter Pemimpin-Hamba Di Seminari Anak
Pelangi Kristus,” Veritas 12, no. 1 (2011): 39–60, accessed August 10, 2022,
http://repository.seabs.ac.id.

Sidjabat BS., Membesarkan Anak dengan Kreatif, Yogyakarta: ANDI, 2008

Simamora Dame, “The Role of Sunday School in Educating Children to Be


Obedient and Faithful,” 2020.

Simonelli Alessandra et al., “The Role of Father Involvement and Marital


Satisfaction in the Development of Family Interactive Abilities: A Multilevel Approach,”
Frontiers in Psychology 7 (November 7, 2016): 1725, accessed August 12, 202,
http://journal.frontiersin.org/article/10.3389/fpsyg.2016.01725/full

Stedman Ray C., Kekayaan Kita di Dalam KRISTUS Jakarta: Interaksara, 2001.

Tanggung Jawab Kristen, http://www.wikipedia.org, diakses 10 Agustus 2022

Utley Bob, Paulus Terbelenggu, Injil Tak Terbelenggu: Surat-Surat Dari Penjara
(Kolose, Efesus Dan Filemon, Dan Kemudian, Filipi) (Marshall, Texas: Bible Lesson
International, 2011), 187.

Anda mungkin juga menyukai