Anda di halaman 1dari 11

Nama : Julianto Oloan Napitupulu

Nim : 20.01.1878

Mata Kuliah : Seminar Etika

Dosen Pengampu : Jan Hotner Saragih M.Th

Bunuh Diri dan Etika Kristen

(Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap Perilaku Bunuh Diri Serta Relevansinya
Bagi Spiritualitas Jemaat Masa Kini)

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam kehidupannya mulai dari


masalah  pribadi maupun masalah dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
Namun, dalam urusan pemecahan masalahnya setiap orang mempunyai caranya
masing-masing. Tetapi tidak semua orang mampu untuk memecahkan masalahnya
dengan fikiran dan hati yang tenang. Terkadang apabila seseorang mengalami
permasalahan yang sangat berat jalan  pintas dipakai untuk menyelesaikannya yaitu
dengan cara bunuh diri tanpa memikirkan dampak apa yang mereka lakukan bagi
dirinya sendiri serta orang lain. Maraknya kasus  bunuh diri belakangan ini menjadi
topik yang hangat untuk diperbincangkan, apalagi  pelaku kasus bunuh diri rata-rata
berasal dari kalangan remaja. Berbagai macam alasan digunakan untuk menghalalkan
kasus bunuh diri ini. Mulai dari kasus ekonomi, masalah dalam keluarga dan teman,
sampai masalah hubungan percintaan.Dalam perkembangan psikologi, remaja dikenal
sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh kesukaran dan persoalan. Sejalan
dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya dan
mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada orangtuanya dan sering
menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya. &esukaran dan persoalan yang
terjadi pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri
melainkan juga pada orang tua, guru, dan masyarakat. Sebagaimana yang sering kita
lihat pertentangan antara remaja dengan orang tua, remaja dengan guru, dan remaja
dengan kalangannya sendiri. Semua ini terjadi karena remaja masih berada di dua 
persimpangan tadi. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan
transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain'baru seringkali
mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal
seperti berfikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Bunuh diri adalah masalah umum yang terjadi di masyarakat. Bunuh diri
dilakukan seseorang ketika merasa depresi, tidak adanya kesempatan untuk
membenahi diri, menurunnya kemampuan diri, atau dalam masa penyembuhan
penyakit yang parah Bunuh diri tidak hanya dilakukan oleh kalangan tertentu atau
status sosial tertentu, tetapi bisa dilakukan siapa saja. Beragamnya latar belakang
kehidupan pelaku bunuh diri saja sudah menunjukkan bahwa penjelasannyapun akan
berbeda Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam kehidupannya mulai dari
masalah  pribadi maupun masalah dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
Namun, dalam urusan pemecahan masalahnya setiap orang mempunyai caranya
masing-masing. Tetapi tidak semua orang mampu untuk memecahkan masalahnya
dengan fikiran dan hati yang tenang. Terkadang apabila seseorang mengalami
permasalahan yang sangat berat jalan  pintas dipakai untuk menyelesaikannya yaitu
dengan cara bunuh diri tanpa memikirkan dampak apa yang mereka lakukan bagi
dirinya sendiri serta orang lain. 

Bunuh diri dimulai karena kasus ekonomi, masalah dalam keluarga dan teman,
sampai masalah hubungan percintaan, padahal seperti yang kita ketahui bahwa Tuhan
selalu beserta kita dalam kondisi apapun. Dalam kasus bunuh diri ini bukan hanya
muncul pada diri remaja melainkan juga pada orang tua, guru, dan masyarakat. Dalam
perkembangan psikologi, remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang
penuh kesukaran dan persoalan. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka
lebih konformitas pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan
ketergantungan kepada orangtuanya dan sering menunjukkan sikap menantang
otoritas orangtuanya.

Bunuh diri sangat lah bertentangan dengan ajaran gereja, bunuh diri adalah
sikap yang tidak layak dihadapan Tuhan dan bagi orang yang telah mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri, adalah orang yang kurang berserah kepada Tuhan, dan
kurangnya spiritualitas seseorang dalam berserah kepada Tuhan terhadap masalah
yang mereka alami padahal seperti yang kita ketahui bahwa Tuhan selalu ada pada
kita apapun masalah yang kita hadapi. Pandangan jemaat terhadap perilaku bunuh diri
sangat lah negative karna dianggap tidak layak untuk memiliki kerajaan Allah,
melainkan orang yang tidak memiliki Tuhan.

1.2. Kasus Nyata Bunuh Diri

 Depresi Stroke Menahun, Pria 60 Tahun di Lahat Nekat Minum Racun


Rumput

Diduga depresi lantaran memiliki riwayat sakit yang tidak kunjung


sembuh, seorang pria lanjut usia, Herma (60), warga Desa Tanjung Alam,
Kecamatan Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat nekat mengakhiri
hidupnya. Kasi Humas Polres Lahat, Iptu Sugianto mengatakan, korban nekat
melakukan aksi bunuh diri tersebut dengan cara meminum racun rumput
tersebut sebanyak setengah botol plastik. "Korban diketahui memiliki penyakit
stroke yang tak kunjung sembuh, sehingga diduga nekat mengakhiri hidupnya
dengan cara meminum racun rumput merk Gramokson," ujar Sugianto, Senin
(26/9/2022).1

 Heboh, Warga Temukan Pria Bersarung Hitam Tergantung di


Kabupaten Tangerang

Warga Desa Kampung Kelor, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang


heboh   Pemicunya warga menemukan pria dengan sarung hitam tergantung,
pria itu tergantung di pohon dekat rumahnya, pria inisial M (31) itu diduga
bunuh diri dan nekat gantung diri. Polisi menyebutkan tidak ditemukan tanda
kekerasan di tubuh korban   Tim Liputan bunuh diri, gantung diri, pria
bersarung2

1
https://daerah.sindonews.com/read/895393/720/depresi-stroke-menahun-pria-60-tahun-di-lahat-nekat-
minum-racun-rumput-1664161752 diakses pada tanggal 27 september 2022, puku 21.53 WIB
2
https://video.sindonews.com/play/59257/heboh-warga-temukan-pria-bersarung-hitam-tergantung-di-
kabupaten-tangerang diakses pada tanggal 27 september 2022, puku 21.58 WIB.
II. Pembahasan
2.1. Bunuh Diri
2.1.2. Pengertian Bunuh Diri Secara Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia denisi bunuh diri adalah
dengan sengaja mematikan diri sendiri.3Bunuh diri atau dalam Bahasa Inggris
Suicide berasal dari kata latin Suicidium. Sui yang berarti diri sendiri (Self),
dan kata Cidium yang mempunyai arti membunuh atau pembunuhan (to kill).
Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai suatu pemusnahan secara sadar
yang ditunjukkan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang
bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia berpandangan bahwa
keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah
mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama
sehingga individu memandang bunuh diri adalah salah satu solusi untuk
penyelesaian masalah yang dihadapi yang dapat menghentikan rasa sakit yang
dirasakan. Sedangkan menurut beberapa ahli lain seperti Maris, Berman,
Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki empat pengertian lain
antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi.
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa juga terjadi secara tidak langsung (Pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta
api.

Pengertian bunuh diri juga dalam literature kartono yang diambil dari
beberapa kamus dan ensiklopedia bisa diartikan, bunuh diri adalah
pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi dengan
seseorang yang dibenci, dan dengan membunuh diri sendiri orang yang
bersangkutan, dengan membunuh orang yang dibencinya. Bunuh diri juga

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Versi Online", https://kbbi.web.id/bunuh. Diakses pada 25

September 2022, pukul 17.10 WIB


adalah salah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi,
misalnya merasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa dan lain
sebagainya.4

2.1.3. Bunuh Diri Menurut Alkitab


Dalam pandangan Yahudi, seseorang yang menghakiri hidupnya baik
ditangan orang lain maupun dengan cara bunuh diri, terjadi ketika mereka
menentang hukum Allah. Tiga peristiwa yang biasanya menyebabkan mereka
mengakhiri hidupnya adalah ketika melakukan pembunuhan, penyembahan
berhala, dan perzinahan antar saudara.5 Dalam Perjanjian Lama, ada sebuah hal
yang menarik terkait kasus bunuh diri yang dikaitkan dengan hukuman Tuhan,
yang dimaksudkan dari hal bunuh diri tersebut adalah mereka yang melakukan
kejahatan dan tidak lagi mengandalkan Tuhan Allah didalam hidup mereka.
Adapun kasus bunuh diri dalaam perjanjian lama yakni antara lain, Abimelek
yang telah membunuh tujuh puluh saudaranya (Hak 9:52-56), Saul yang tidak
setia kepada Tuhan sehingga pada saat pertempuran ia mengalami kekalahan
dan akhirnya bunuh diri dengan pedangnya sendiri (1Taw 10:13; 1Sam 31:1-
13), Ahitofel yang berusaha mencelakai Daud namun rencananya digagalkan
oleh Tuhan melalui interaksi Absalom dan Husai. Karena merasa nasihatnya
untuk mencelakan Daud tidak terima oleh Absalom, ia memutuskan untuk
menggantung diri (2Sam 17:23), kemudian Zimri yang mengikuti dosa
leluhurnya dan tidak setia lagi kepada Tuhan, memutuskan membakar istana
dimana ia ada didalamnya (1Raj 16:18-19), dan Simsons yang melanggar
perintah Tuhan dengan memberitahukan kekuatannya kepada Delila (Hak
16:28-31).
Dalam Perjanjian Baru kasus bunuh diri yang dapat kita temui dalam
kisah Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus (Mat 27:3-5). Yudas menyesal
dan melakukan bunuh diri dengan cara menggantung dirinya. Dari penjabaran
kasus bunuh diri tersebut dapat dilihat suatu pola yang sama, yaitu individu
yang mengakhiri hidupnya karena perasaan bersalah dan demi
mempertahankan harga diri. Sebelum melakukan tindakan bunuh diri,
individu-individu tersebut mengalami masalah yang besar karena melakukan

4
Titi Keke & all, Seluk-Beluk Bunuh Diri, (Jakarta Selatan: RUMAH MEDIA, 2021), 7-9.
5
Elliot Dorff, Matters of Life and Death: A Jewish Approach to Modern Medical Ethics (Chesnut
Society: Jewish Publication Society, 1996) 181.
kejahatan. Setelah itu, mereka bukannya datang kepada Allah sebagai sumber
pengampunan, kekuatan, dan pemulihan, tetapi justru mengandalkan kekuatan
mereka sendiri. Akhirnya mereka mengambil keputusan dari suatu masalah
yang mereka hadapi yaitu dengan cara bunuh diri. Memang di Alkitab tidak
ada ayat yang secara spesifik menjabarkan bahwa bunuh diri adalah dosa.
Namun Alkitab mencatat sebuah larangan hukum Taurat perihal pembunuhan,
yakni hukum keenam: “Jangan membunuh.” Melalui hukum tersebut Allah
menyatakan hukum-Nya kepada bangsa Israel agar mereka dapat menjaga
kehidupan dan menghargai nyawa manusia. Karena itu, penghukuman akan
diberikan kepada siapa saja yang secara sengaja melakukan pembunuhan
terhadap orang lain dan bukan kepada mereka yang secara tidak sengaja
melakukannya (Kel. 21:13, 15, 17; Ul. 4:42; 19:3, 4, 6; Yos. 20:3, 5, 6).
Berdasarkan larangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bunuh diri
adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk mengakhiri hidup seseorang
terhadap orang itu sendiri. Karena itu, seharusnya ada suatu penghukuman bagi
mereka yang melakukan bunuh diri.6

2.2. Penyebab Bunuh Diri


Bunuh diri dapat disebab kan karena adanya masalah psikologis antara lain
depresi berat. Depresi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor pemicu yang ada
pada satu individu yaitu masalah keluarga,orang lain, keuangan, masalah penyakit,
kecanduan obat terlarang, kemiskinan, dan juga bencana alam7 Individu yang terkena
depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan social yang khas
seperti murung, sedih berkepanjangan sensitive, murah marah dan tersinggung,
hilangnya semngat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan
menurunnya daya tahan.gejala Depresi ini adalah kumpulan dari perilaku dan
perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun perlu
diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan
suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang
berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Gejala depresi ini terdiri dari tiga segi
yakni segi fisik, psikis, dan social. Individu yang mengalami depresi ini selalu
beranggapan bahwa keadaan yang tidak mencukupi dalam segi menggap dirinya
6
Rangkuman dari Clemons, “Interpreting” 20 dan Pranoto, “Bunuh Diri” 213-214,
7
Paul D. Meier, Introduction to Psychology and Counseling: Christian Perspective and Applications,
dikutip dari Pranoto, “Bunuh Diri” 212-213.
sendiri rendah, menyalahkan sertab mengkritik dirinya sendiri, tidak dapat membuat
keputusan, dan selalu memiliki pikiran-pikiran yang negatif, selalu berfikiran tidak
ada perubahan yang ada dalam dirinya. Sikap yang seperti ini akan berlanjut atau
bertambah buruk dimasa mendatang, pikiran atas semakin memburuknya keadaan diri
atau masalah-masalahnya sehingga tidak dapat pulih kembali akan menjadi dasar
pertimbangan untuk melakukan bunuh diri sebagai suatu langkah yang masuk akal. 8

2.3. Pandangan Etika Kristen Terhadap Bunuh Diri


Titik tolak Etika Kristen adalah iman kepada Tuhan yang telah menyatakan
diri di dalam Tuhan Yesus Kristus. Etika Kristen merupakan tanggapan akan kasih
Allah yang menyelamatkan kita (1 Yohannes 4:19). Kehidupan etis merupakan cara
hidup dalam persekutuan dengan Tuhan.9 Tuhan telah memanggil kita supaya kita
secara positif menerima dan menghargai hidup yang diberikan Tuhan kepada sesama
manusia kita dan kepada kita sendiri. Dalam firman Tuhan keenam melarang
“Pembunuhan”. Tuhan memanggil kita supaya kita mau menerima anugerah yang
berupa hidup kita sendiri, dan Tuhan melarang kita menolak hidup kita sendiri,
artinya membunuh diri, sebab hidup kita bukanlah milik kita sendiri melaikkan milik
Tuhan. Kekuasaan atas hidup dan mati bukanlah terletak dalam tangan kita,
melainkan dalam tangan Tuhan. Tuhan telah memberikan kepada manusia
tanggungjawab atas setiap hidupnya sendiri. Manusia mempunyai kebebasan atas
hidupnya sendiri tapi disertai tanggungjawab.
Bunuh diri tidak selalu timbul dari motif-motif yang sama. Tetapi dengan jelas
perintah Tuhan dari beberapa contoh yang dapat kita lihat dari contoh dalam Alkitab,
jelas menunjukkan bahwa bunuh diri itu adalah dosa yang sangat berat terhadap
Tuhan. Tuhan yang memberi hidup satu-satunya yang berdaulat atas kehidupan
manusia.10 Alkitab juga menegaskan bahwa hidup manusia adalah milik Allah dan
oleh karena itu hidup adalah kudus (1 Ptr 1:16) dan mesti dipersembahkan kepada
Allah. Tidak ada pembenaran apapun dari diri manusia yang membuat ia boleh
menghilangkan nyawanya atau hidupnya sendiri, termasuk atas dasar (hak)
kebebasan. Kebebasan yang sejati menurut Alkitab selalu ditempatkan di dalam
8
Namora Lumongga Lubis, Depresi Tinjauan Psikologis, (Jakarta: KENCANA, 2016), 21, 26-27.
9
Nalcolm Brownlee, Pengambilan keputusan Etis dan Faktor-faktoryang Ada di Dalamnya (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1987), 29.
10
J. Verkuly, Etika Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1986), 214-216.
koridor kasih Allah. Tindakan bunuh diri adalah dosa dihadapan Tuhan. 11 Dalam
konteks iman Kristen ukuran apa yang baik adalah segala sesuatu yang sesuai dengan
kehendak Tuhan.12Sedangkan kehendak Tuhan sendiri telah dinyatakan dalam Hukum
dan Perintah Tuhan, yakni Dasa Titah atau Hukum Sepuluh Perkara dan kasih sebagai
landasan utama.13
Sebagai faktor utama dari seseorang yang melakukan bunuh diri adalah faktor
iman. Faktor iman yang dimaksud adalah bukan semata-mata masalah kemampuan
seseorang dalam mengaku percaya, melainkan iman yang lahir dari Roh Kristus dan
dituntun oleh Roh yang sama untuk bersatu dengan tubuh Kristus. Kesatuan hidup
dengan tubuh Kristus yang menjadikan orang percaya menegakkan kehendak
bebasnya untuk melakukan kebaikan dan tidak lagi budak dosa (band. 2 Kor. 5:17).
Hal inilah yang sesungguhnya tidak ada pada seseorang yang melakukan bunuh diri.
Karena keberadaannya diluar Kristus, maka ketika masalah datang ukuran-ukuran
kebaikan atas persoalan untuk mengambil keputusan adalah dirinya sendiri bukan
otoritas Kristus. Ego manusia batiniah pelaku bunuh diri yang terus yakin dan
berjuang pada ukuran hukum dan perbuatanperbuatannya yang dianggapnya dapat
meraih sorga, hal itulah yang merusak seuluruh tatanan kehidupan seseorang hingga
pada kematiaanya14
2.4. Pandangan Spritualitas Jemaat Terhadap Perilaku Bunuh Diri

Manusia abad kontemporer adalah manusia yang selalu sibuk dan tidak
tenang. Manusia selalu berusaha dan bekerja bukan saja demi kepentingan dan
kebutuhan ekonomisnya tetapi sudah memandangnya sebagai bagian dari
keberadaannya. Manusia selalu merasa bersalah jika tidak mengisi waktunya dengan
bekerja. Dengan demikian bekerja dipandang sebagai entitas dirinya sebagai manusia.
Efek langsung dari kecenderungan yang demikian adalah tidak hanya waktu untuk
masuk kedalaman diri. Dengan kata lain ia tidak memiliki waktu untuk memandang
Tuhan. Manusia post modern justru menemukan dirinya terasing dari dirinya sendiri
dan menemukan adanya kekosongan didalam dirinya. Maka tak mengherankan jika
terjadi tindakan bunuh diri pada manusia. Tidak mengherankan jika kita mendengar
bahwa ada orang yang mengatakan bahwa dirinya telah memiliki segala hal tetapi
11
John P. Newport, Life's ultimate Questions (Waco, TX: Word, 1989), 324.
12
R.M. Drie S. Brotosudarmo, Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: ANDI, 2010), 59.
13
Darmaputera, Perkenalan Pertama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 13.
14
Herman Ridderbos, Paulus: Pemikiran Utama Theologinya, Terjemahan Hengky Ongkowidjojo
(Surabaya: Momentum, 2008), 126-127.
masih merasa ada yang kurang didalam dirinya, bahkan merasa kosong pada dirinya.
Beberapa orang kristiani masa kini mengaburkan arti toleransi sebagai sikap untuk
menerima begitu saja hal-hal yang benar dari agama lain dan mempercainya juga
sehingga melihat bahwa kekristenan adalah salah satu jalan saja dari sekian jalan
keselamatan. Sikap seperti ini dapat saja berkembang menjadi sebuah sikap
sinkritisme yakni mencampuradukkan kebenaran iman tiap agama. Perilaku bunuh
diri terjadi karena keberadaan iman Kristen yang tidak ditekankan dan diimani oleh
anggota gereja sendiri.15 Hakekat spiritualitas dari semua ciptaan adalah menunaikan
misi Allah baik bagi manusia dan semua ciptaan. Mzm. 15:6 berbunyi “Pujilah
Tuhan, hai seluruh ciptaan di bumi! Biarlah semua yang bernafas memuji Tuhan!”
(lihat juga Yes. 44:23). Dengan demikian manusia bisa belajar dua hal dari hakekat
ciptaan yang memiliki spiritualitas misional. Pertama, kita selalu mempunyai
tanggung jawab misional untuk memberitakan keagungan dan kasih Allah;
memberitakan kasih Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan penebusan,
pendamaian dan penyelamatan semua ciptaan. Kedua, sebagaimana ciptaan adalah
gambaran dan refleksi dari kebesaran, kemuliaan, keagungan dan kekuasaan sang
Pencipta, demikian juga kita manusia. Karena itu segala existensi kita manusia harus
selalu dikuduskan, dilestarikan dan dipulihkan, sehingga gambar Allah selalu bersinar
melalui diri kita.16

III. Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan manusia yang dilakukan dengan cara untuk
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Bunuh diri dapat terjadi karena manusia itu
depresi karena masalah yang dihadapi. Tindakan bunuh diri ini menjadi salah satu jalan
yang dilakukan manusia untuk menghadapi masalah. Dalam etika Kristen dikatakan
Tuhan telah memanggil kita supaya kita secara positif menerima dan menghargai hidup
yang diberikan Tuhan kepada sesama manusia kita dan kepada kita sendiri. Dalam firman
Tuhan keenam melarang “Pembunuhan”. Tuhan memanggil kita supaya kita mau
menerima anugerah yang berupa hidup kita sendiri, dan Tuhan melarang kita menolak
hidup kita sendiri, artinya membunuh diri, sebab hidup kita bukanlah milik kita sendiri

15
,121-124
16
Jurnal-Pambelum-Vol.-3-No.-1-Maret-2011-Seimbang-Spiritualitas-dan-Intelektualitas.pdf diakses
pada tanggal 27 September 2022, pukul 21.41 WIB, 4-6.
melaikkan milik Tuhan. Kekuasaan atas hidup dan mati bukanlah terletak dalam tangan
kita, melainkan dalam tangan Tuhan. Tuhan telah memberikan kepada manusia
tanggungjawab atas setiap hidupnya sendiri. Manusia mempunyai kebebasan atas
hidupnya sendiri tapi disertai tanggungjawab. Alkitab juga menegaskan bahwa hidup
manusia adalah milik Allah dan oleh karena itu hidup adalah kudus (1 Ptr 1:16) dan mesti
dipersembahkan kepada Allah. Tidak ada pembenaran apapun dari diri manusia yang
membuat ia boleh menghilangkan nyawanya atau hidupnya sendiri, termasuk atas dasar
(hak) kebebasan. Kebebasan yang sejati menurut Alkitab selalu ditempatkan di dalam
koridor kasih Allah. Tindakan bunuh diri adalah dosa dihadapan Tuhan. Dalam
spritualitas jemaat yang melakukan bunuh diri adalah manusia yang kurang dalam
menegakkan iman dan kurang dalam menempatkan dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Selalu menganggap diri nya tidak ada yang menolong tanpa menyerahkan kehidupan nya
kepada Tuhan.

3.2. Saran

Penulis menyarankan tindakan bunuh diri ini tidak baik untuk dilakukan dalam
menyelesaikan masalah. Jika kita memiliki masalah baik dalam pribadi, baik dari luar,
masalah dapat diselesaikan dengan cara kita mencari jalan keluar dan berserah kepada
Tuhan. Kita harus lebih berpegangan teguh kepada iman kepercayaan kita terhadap
Tuhan. Tidak semua permasalahan yang kita hadapi dengan cara bunuh diri. Jadi kita
haruslah lebih berpengharapan teguh kepada Tuhan, karena hanya pada Tuhan lah kita
dapat bercerita dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

IV. Daftar Pustaka

Keke Titi & all, Seluk-Beluk Bunuh Diri, Jakarta Selatan, RUMAH MEDIA, 2021.
Dorff Elliot, Matters of Life and Death: A Jewish Approach to Modern Medical Ethics,
Chesnut Society: Jewish Publication Society, 1996
Lubis Namora Lumongga, Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: KENCANA, 2016.
Brownlee Nalcolm, Pengambilan keputusan Etis dan Faktor-faktoryang Ada di Dalamnya
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.
Verkuly J., Etika Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1986.
Newport John P. , Life's ultimate Questions Waco, TX: Word, 1989.
Brotosudarmo R.M. Drie S., Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: ANDI,
2010.
Darmaputera, Perkenalan Pertama, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1987.
Ridderbos Herman, Paulus: Pemikiran Utama Theologinya, Terjemahan Hengky
Ongkowidjojo Surabaya: Momentum, 2008.

Sumber Lain

https://daerah.sindonews.com/read/895393/720/depresi-stroke-menahun-pria-60-tahun-di-
lahat-nekat-minum-racun-rumput-1664161752 diakses pada tanggal 27 September 2022,
pukul 21.53 WIB
https://video.sindonews.com/play/59257/heboh-warga-temukan-pria-bersarung-hitam-
tergantung-di-kabupaten-tangerang diakses pada tanggal 27 September 2022, puku 21.58
WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Versi Online", https://kbbi.web.id/bunuh. Diakses
pada 25 September 2022, pukul 17.10 WIB
Rangkuman dari Clemons, “Interpreting” 20 dan Pranoto, “Bunuh Diri”
Paul D. Meier, Introduction to Psychology and Counseling: Christian Perspective and
Applications, dikutip dari Pranoto, “Bunuh Diri”

Anda mungkin juga menyukai