Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ayu Wandira Perangin-angin

NIM : 20011840

Tingkat/ Jurusan : III-C/ Theologia

Mata Kuliah : Seminar Etika

Dosen Pengampu : Dr. Jan Hotner Saragih

KEPRIBADIAN NARSISTIK MAHASISWA YANG KONSUMTIF KARENA DIPENGARUHI


CYBER BULLYING

I. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, kebutuhan untuk dikagumi dan motif peningkatan diri bersifat normal dalam aspek
kepribadian, tetapi pada masa peralihan remaja ke dewasa cenderung membuat mahasiswa merasa ingin
diakui dari segi manapun, dipacu juga karena ejekan-ejekan dari lingkungan pergaulan yang membuat
mahasiswa ingin lebih membuat dirinya terlihat sempurna termasuk dari segi fisik dan juga ke update an di
sosial media, kecenderungan kepribadian tersebut berpengaruh pada perilaku konsumtif karena hal tersebut
membuat mahasiswa dengan kepribadian ini berlebihan dalam memandang dirinya dan barang yang dibeli
dapat memberikan perasaan yang baik dan menciptakan kepuasan pada individu. Perilaku konsumtif ini
adalah bentuk perilaku yang membuat mahasiswa melakukan pembelian secara berlebihan guna memenuhi
kesenangan dan kebahagiaan yang hanya sementara. Aspek-aspek perilaku konsumtif pemenuhan
keinginan, barang di luar jangkauan, barang tidak produktif, dan status mendefinisikan sebagain pola
kebesaran, kebutuhan akan kekaguman, dan kurangnya empati. Kecenderungan kepribadian narsistik yang
ditandai oleh rasa berlebihan atas kepentingan diri. Mereka dengan kecenderungan ini mengharapkan
perlakuan khusus dari orang di sekitarnya dan pada saat yang sama mengabaikan perasaan orang lain.
Narsistik merupakan cara yang dilakukan untuk pembelaan kepada diri sendiri,untuk memenangkan
argumen yang dilakukan seseorang melalui sosial media karena tindakan-tindakan penindasan oleh cyber
bullying.

II. Pembahasan

2.1. Narsistik; Suatu Definisi

Narcissism (dari bahasa Inggris) atau narcisme (dari bahasa Belanda)adalah perasaan cinta terhadap
diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini
pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam
mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga mencintai
bayangannya sendiri di kolam. Narcissus sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan
tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai
sekarang disebut bunga narsis.1

2.1.2. Karakteristik Narsistik

Narsistik mengacu pada pendekatan terhadap orang lain yang berpusat pada diri sendiri (self-
contered) dan memikirkan diri sendiri (self-concerned). Biasanya perilaku narsis metidak menyadari
keadaan aktual diri sendiri dan bagaimana oranglainmemandangnya. Ketidaktahuan ini menimbulkan
masalah pada penyesuaiandiri. Pelaku narsisme sangat berpusat pada dirinya, selalu
1
https://id.wikipedia.org.
menekankanbahwadirinya sempurna, serta memandang keinginan dan harapannya adalah hal
terpenting. individu narsistik cenderung selalu meminta umpan balik terhadap hal-hal yang telah
dikerjakannya, selalu menilai penampilannya dan suka memperkirakan bahwa perilaku-perilakunya
selalu bersifat positif individu narsisme memanfaatkan hubungan sosial untuk mencapai popularitas,
selalu asik dan hanya tertarik dengan hal-hal yang menyangkut kesenangan diri sendiri.2

Karakteristik narsistikantara lain sebagai berikut :

a. Memiliki rasa bangga terhadap diri sendiri


b. Kebutuhan ekstrim akan pemujaan
c. Bersifat self-absorbed (asik dengan dirinya sendiri) dan kurangempatipada orang lain
d. Bersifat self-defeating atau merusak diri
e. Cenderung terpaku pada fantasi akan keberhasilan dan kekuasaancintayang ideal atau pengakuan
kecerdasan dan kecantikan
f. Mengejar karir dibidang-bidang yang mana individu mendapatpemujaan, seperti modelling, aktor
dan politik
g. Cenderung membesar-besarkan prestasi dan iri pada orang lain yang berhasil
h. Keinginan untuk berhasil adalah bukan untuk mendapat uang tetapi untuk mendapatkan pemujaan
i. Hubungan intrapersonal berantakan karena adanya tuntutan untuk orang lain memuja dirinya
j. Minat individu pada orang lain bersifat satu sisi saja
k. Memperlakukan pasangan seks sebagai alat untuk menikmati individu sendiri dan mendukung self-
esteem nya (penghargaan diri).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristikdariperilaku narsistik antara lain
merasa dirinya hebat dan suka pamer, merasaistimewa dan unik, penuh dengan fantasi, memiliki
kebutuhan untukdikagumi, merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa, kurang memiliki empati,
mengeksploitasi hubungan interpersonal, memiliki rasa iri pada oranglainatau menganggap bahwa
orang lain iri kepadanya, angkuh serta memandangrendah orang lain.3

2.2. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang
rasional, melainkan karena keinginan yang sudah tidak mencapai taraf tidak rasional lagi. Perilaku
konsumtif amatlah variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau jasa tanpa
pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku
konsumtif adalah:

a. Membeli produk karena hadiah.

Individu yang berperilaku konsumtif ketika melakukan pembelian tidak lagi melihat manfaat dari
barang yang dibeli, namun untuk mendapatkan hadiah atau bonus yang ditawarkan. Contohnya jika
membeli 1 barang akan mendapatkan bonus seperti pouch,voucher belanja, dll.

b. Membeli produk karena kemasan menarik

Individu mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan
warna-warna yang menarik.

c. Membeli produk untuk menjaga penampilan dari gengsi


2
APA. DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision). Washington, DC:
American Psychiantric Association Press, 2000.
3
Jeffrey S. Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B. Psikologi Abnormal Jilid 2.Jakarta: Erlangga. 2006. 59
Individu yang mempunyai keinginan tinggi, pada umumnya mempunyai ciri khas dalam
berpakaian, berdandan, gaya rambut dengan tujuan untuk berpenampilan menarik. Mereka
membelanjakan uanganya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri dan menjaga gengsi dengan
barang-barang bermerek.

d. Membeli produk karena potongan harga

Produk dibeli karna tawaran harga yang menarik. Contohnya saat akhir tahun, pusat perbelanjaan
menawarkan potongan harga diskon 50%+20%.

e. Membeli barang untuk menjaga status sosial

Individu menganggap barang yang digunakan merupakan symbol status sosial. Individu yang
berperilaku konsumtif cenderung membeli barang-barang yang mahal dan bermerek untuk
memperlihatkan dirinya adalah individu dengan status sosial yang baik.

f. Unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk.

Individu membeli barang karena tertarik menjadi seperti model yang mengiklankan, ataupun model
iklan tersebut adalah seorang idola dari pembeli. Pembelian yang dilakukan berdasarkan keinginan
dapat ditunjukkan melalui perilaku individu yang membeli barang karena tertarik melihat barang yang
sama dengan yang digunakan oleh model yang mengiklankan.

g. Menimbulkan rasa percaya diri tinggi.

Individu sering terdorong untuk mencoba suatu produk karena percaya oleh iklan, yaitu dapat
menumbuhkan rasa percaya diri. Hal ini bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat
mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri.

h. Membeli lebih dari 2 produk sejenis dengan merek berbeda.

Pembelian yang dilakukan akan menimbulkan pemborosan karena individu hanya cukup memiliki
satu barang saja. Namun, individu yang berperilaku konsumtif sering melakukan pembelian barang-
barang sejenis dengan merek yang berbeda padahal memiliki fungsi yang sama. Contohnya, individu
yang membeli lipstick dengan merek yang berbeda padahal sama-sama memiliki fungsi untuk
memperindah bibir pengguna.4

2.3. Cyber Bullying

2.3.1. Pengertian Cyber Bullying

Bullying adalah setiap aktivitas yang menggunakan kekuatan atau ancaman untuk menganiaya
orang dan membuat mereka merasa buruk. Cyber bullying adalah jenis bullying yang menggunakan media
elektronik. Orang yang melakukan cyber bully dapat menggunakan email, IM, pesan teks, dan gambar yang
diakses dari ponsel atau komputer. Halaman web, blog, ruang obrolan, dan situs jejaring sosial seperti
Facebook dan instagram juga dapat memuat pesan dan gambar intimidasi. Penindasan dunia maya
terkadang juga disebut pelecehan dunia maya, terutama jika melibatkan orang dewasa.Banyak metode yang
digunakan untuk pelaku intimidasi dunia maya tidak jauh berbeda dengan yang digunakan dalam bentuk
intimidasi tradisional. Di masa lalu, penggunaan pesan yang menyakitkan atau mengancam melibatkan
penghinaan yang diucapkan secara langsung. Dalam cyber bullying, pelecehan biasanya terjadi dalam
bentuk pesan elektronik. 5

4
Sumartono Lubis, Terperangkap dalam Iklan :Meneropong Imbas Pesan IklanTelevisi. (Bandung: Alfabeta,2002).87
5
Nick Hunter, Cyber Bullying (hot topics) (London: British Library Cataloguing Publication Data, 2012),6
2.3.2. Subjek dan Objek Cyber Bullying

Tindakan cyber bullying pada dunia maya tidak mengarah kepada perempuan saja atau laki-laki saja,
dengan kata lain cyber bullying tidak mengenal jenis kelamin (gender). Cyber bullying terdiri dari dua
individu yang terlibat, yaitu:

a. Pelaku (the bully), adalah seseorang yang secara langsung melakukan agresi baik fisik, verbal, atau
psikologis kepada orang lain pada media cyber. Pelaku adalah subjek.
b. Korban (the victim), adalah seseorang yang menjadi sasaran atau target dari penindasan yang
dilakukan oleh pelaku. Korban adalah objek dari cyber bullying.
Berbeda dengan pelaku bullying konnvensional dimana pelaku dapat berupa subjek tunggal yang
melakukan agresi terhadap korban, pada kejahatan mayantara pelaku dapat dicirikan menjadi dua, yaitu:
pelaku utama, adalah seseorang yang memicu maupun memulai pertama kali penindasan terhadap
seseorang. Pelaku utama dapat dilihat pada bentuk postingan yang menjadi pemicu utama baik berupa
status maupun kiriman gambar yang bertujuan mengejek atau menghina, merendahkan, menyebarkan
gosip atau rumor, mengancam maupun menghancurkan relasi. Yang kedua Pelaku pembantu, apabila
orang tersebut ikut berperan dalam mengirimkan pesan berunsur cyberbullying pada tautan, status
maupun gambar yang diberikan pelaku utama ditujukan untuk objek sasaran yaitu korban. Pelaku
pembantu menjadi representasi wujud cyberbullying yang nyata dimana mayoritas serangan terhadap
korban dilakukan oleh pelaku pembantu. Dalam beberapa kasus, pelaku utama juga dapat berperan
menjadi pelaku pembantu, yaitu turut menyerang korban dengan terus mengirimkan pesan
cyberbullying pada tautan yang dikirimkanya sendiri.
Dalam cyber bullying, korban adalah seseorang yang menjadi sasaran atau target dari penindasan
yang dilakukan oleh pelaku. pemicu korban cyberbullying pada anak-anak atau remaja adalah mereka
yang sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau
cara mereka bertingkah laku. Namun bisa juga si korban cyberbullyng tersebut berprestasi.6

2.3.3. Faktor penyebab Cyber Bullying


a. Bullying tradisional
Peristiwa bullying yang terjadi di dunia nyata menjadi pengaruh yang besar untuk seseorang memiliki
kecenderungan untuk melakukan bullying di dunia maya.
b. Karakteristik kepribadian
Seseorang yang kepribadiannya yang cenderung memiliki agresifitas yang tinggi, tidak memiliki empati,
tidak dapat mengontrol dirinya, bahkan mudah marah.
c. Persepsi terhadap korban
Segala hal yang dipersepsikan mengenai manusia, seperti tanggapan pada orang-orang terdekat,
bagaimana mengambil keputusan tentang karakteristik orang lain atau bagaimana menjelaskan mengapa
seseorang melakukan hal tertentu, disebut dengan persepsi interpersonal. Alasan untuk melakukan
bullying dikarenakan sifat atau karakteristik dari korban yang mengundang
untuk di-bullying.
d. Strain
Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis yang ditimbulkan dari hubungan negatif orang lain yang
menghasilkan efek negatif (terutama rasa marah dan frustasi) yang mengarah pada
kenakalan.
e. Peran interaksi orang tua
Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak dalam berinteraksi di internet merupakan faktor
yang cukup berpengaruh pada kecenderungan anak untuk terlibat dalam aksi cyberbullying. Orangtua
yang tidak terlibat dalam aktivitas online anak menjadikan
6
Muhammad Alam Akbar, Prahastiwi Utari, "Cyber bullying Pada Media Sosial,Vol 1 ,Juli 2015,8.
anak lebih rentan terlibat aksi cyberbullying
f. Teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya bisa mempengaruhi seseorang untuk melakukan cyberbullying,
dimana seseorang memiliki kecenderungan untuk diakui oleh teman sebanyanya. Salah satu caranya
adalah dengan melakukan agresi seperti cyberbullying.7

2.3.4. Aspek-aspek Cyber Bullying


a. Amarah (Flaming), memiliki arti perlakuan secara frontal yang menggunakan kata-kata kasar
berupa pengiriman pesan, media sosial, bahkan di dalam chat group untuk menghina seseorang.
b. Pelecehan (Harrasment), merupakan tindak lanjt dari flaming dimana memberikan gangguan-gangguan
melalui berbagai macam jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus bahkan dalam jangka panjang.
c. Fitnah atau Pencemaran Nama Baik (Denigration), merupakan perilaku mengumbar keburukan atau
memfitnah seseorang dengan tujuan untuk merusak citra dan reputasi orang lain yang dilakukan tidak
sesuai dengan fakta dan kebenarannya.
d. Peniruan (Impersonation), bisa diartikan sebagai berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan
pesan-pesan atau status yang tidak baik bukan dengan atas nama dirinya (pelaku).
e. Tipu daya (Outing and Trickey), memiliki arti yang berbeda tapi maksud dan tujuan yang sama, dimana
outing adalah perilaku yang menyebarkan berbagai rahasia orang lain dari foto, video, apapn itu yang
menjadi rahasia seseorang (korban). 8

2.3.5. Bentuk-bentuk Cyber Bullying

a. Pelecehan email

Bullying melalui email dapat terjadi dalam banyak cara yang berbeda. Terkadang seorang korban akan
menerima satu atau banyak email yang menghina atau mengancam. Meskipun ini menjengkelkan, itu bisa
relatif mudah untuk ditangani. Sebagian besar program email dan layanan email berbasis Internet seperti
Hotmail atau Gmail mengaktifkan Anda untuk memblokir pengirim jika Anda tidak ingin menerima email
dari mereka (lihat halaman 42 dan 43). Tetapi beberapa bentuk intimidasi email bisa lebih sulit dihentikan.
Orang yang ingin menindas orang lain dapat dengan mudah membuat banyak akun email online. Sulit
untuk melacak pemilik akun ini. Terkadang pelaku intimidasi dunia maya akan membuat akun dengan
nama yang terdengar sangat mirip dengan nama korbannya dan mengirim email dengan berpura-pura
menjadi orang tersebut. Seringkali korban mungkin tidak mengetahui hal ini.9

b. Email pribadi

Berhati-hatilah dengan apa yang dikirim melalui email. Ada banyak contoh orang yang mengirim
email atau gambar pribadi kepada seseorang, hanya untuk mengetahui kemudian bahwa itu telah diteruskan
ke banyak orang lain. Haruslah berhati-hati dalam meneruskan foto atau pesan pribadi dari teman. Ini
mungkin tidak dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, tetapi dapat mengarah pada intimidasi dunia maya.
Ingatlah bahwa foto selalu dapat diubah agar terlihat kasar dan menghina.

c. Pesan instan (IM)

Penindas dunia maya menggunakan IM dalam banyak cara yang mirip dengan email. tidak selalu
tahu dengan siapa sebenarnya berbicara ketika menggunakan IM, dan orang-orang mengatakan hal-hal
7
Robin M.Kowalski, Susan P. Limber, & Patricia W. Agaston, Cyber Bulyying “bullying in the Digital Age” (USA:
BLACKWELL PUBLISHING, 2008),17
8
Novan Ardy Wiyani, Save Our Children From School Bullying, (Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 14.
9
Nick Hunter,12
menggunakan IM yang tidak akan mereka katakan secara langsung. Foto dan video pribadi juga dapat
dikirim melalui IM. Sangat mudah untuk kurang berhati-hati tentang privasi dan keamanan saat
menggunakan IM. harus selalu memahami dan memeriksa pengaturan privasi pada aplikasi IM dan
memblokir siapa saja yang mengirim pesan intimidasi atau yang tidak pada daftar teman .

d. Ruang obrolan

Ruang obrolan adalah cara yang bagus untuk berbicara dengan orang-orang secara online, tetapi
juga bisa berbahaya jika tidak berhati-hati. Banyak orang yang menggunakan ruang obrolan mungkin
menggunakan identitas yang berbeda. Beberapa ruang obrolan sebenarnya mendorong orang untuk
menggunakan identitas atau avatar (karakter atau simbol) yang berbeda. Penindasan di ruang obrolan jauh
lebih sulit dilacak daripada email dan pesan teks, karena pesan dari ruang obrolan tidak dapat dengan
mudah disimpan. Bullying yang terjadi di chat room sering kali mirip dengan apa yang bisa terjadi ketika
sekelompok orang bertemu bersama, misalnya, di sekolah atau klub. Orang-orang di ruang obrolan bisa
terbawa dalam perilaku "kawanan", dan bergerombol pada satu orang, membuat komentar negatif tentang
apa yang dikatakan orang itu. Grup juga dapat berkumpul dengan tujuan mengabaikan orang-orang tertentu
di dalam ruang obrolan, yang merupakan bentuk lain dari cyber bullying jika dilakukan dengan sengaja. 10

e. Penindasan di situs web

Situs jejaring sosial bukan satu-satunya situs web yang digunakan untuk perundungan siber. Situs
web dapat menjadi sangat umum, karena dapat diakses oleh siapa saja yang terhubung ke Internet.
Misalnya, Jodi Plumb yang berusia 15 tahun merasa ngeri ketika dia menemukan bahwa sebuah situs web
telah dibuat untuk menggertaknya. Dia mengetahuinya ketika seorang teman sekelas mengambil foto
dirinya untuk dimasukkan ke situs web. Situs polling pribadi juga digunakan dalam cyber bullying. Jajak
pendapat semacam ini bisa menyakitkan, seperti memilih anak paling jelek di kelas.

f. Permainan

Game online semakin populer sepanjang waktu, terutama dengan pertumbuhan konstan MMORPG
(Massive Multiplayer Online Role-Playing Games) seperti World of Warcraft. Permainan ini termasuk
ruang obrolan dan Forum Diskusi. Seperti halnya permainan apa pun, pemain sering frustrasi satu sama
lain dalam panasnya permainan. Orang akan sering menjadi sangat agresif dan kasar dalam apa yang
mereka katakan dan lakukan secara online. Interaksi agresif semacam ini disebut "flaming".11

g. Cyberstalking

Cyberstalking mengacu pada penggunaan komunikasi elektronik untuk menguntit orang lain
melalui komunikasi yang berulang-ulang melecehkan dan mengancam. Black’s Law mendefinisikan
“menguntit” sebagai: “(1) Tindakan atau contoh mengikuti orang lain secara sembunyi-sembunyi. (2)
Pelanggaran mengikuti atau berkeliaran di dekat orang lain, sering kali secara sembunyi-sembunyi, dengan
tujuan mengganggu atau melecehkan orang itu atau melakukan kejahatan lebih lanjut seperti penyerangan
atau pemukulan.” Meskipun jelas terkait dengan pelecehan, cyberstalking melibatkan lebih banyak
ancaman daripada pelecehan murni. Seorang konselor di distrik tempat kami mengadakan kelompok fokus
berbagi cerita tentang seorang anggota band wanita yang dibuntuti oleh seorang penggemar setelah
memposting alamat emailnya di Situs web band tersebut. Seorang peserta kelompok fokus, yang juga
menjadi korban cyberstalking, menceritakan kisah berikut: “Mantan pacar saya pernah menjadi gila. Dia
10
Nick Hunter,18.

11
Nick Hunter, 16.
mulai mengirimi saya email dan mengatakan bahwa dia akan datang ke rumah saya dan membunuh saya
dan hal-hal seperti dia sedang mengawasi saudara perempuan saya. Jika seseorang secara konsisten dilacak
dan dilecehkan menggunakan email, IM, situs jejaring sosial, atau media elektronik lainnya, maka itu
dikenal sebagai cyberstalking. Menurut Dr Parry Aftab, seorang pengacara yang mengkhususkan diri dalam
cyber bullying, cyber stalker dibagi menjadi tiga kelompok. Hubungan yang gagal Cyber stalking sering
kali merupakan hasil dari hubungan yang gagal. Misalnya, mantan pacar mungkin membombardir mantan
pacarnya dengan email dan pesan teks. Dalam sebuah survei, satu dari tiga remaja mengatakan bahwa
mereka telah secara obsesif diemail atau dikirimi SMS oleh pacar untuk memeriksa mereka. Mantan pacar
dan mantan pacar yang pahit dapat mengirimkan pesan dan foto pribadi keorang lain atau mempostingnya
di Internet . 12

Mengapa begitu banyak orang bertindak tidak pantas di Internet? Ketika orang berkomunikasi
secara online, biasanya tidak mungkin untuk melihat atau mendengar reaksi terhadap apa yang orang lain
katakan atau lakukan. Orang juga dapat menggunakan nama pengguna dan kata sandi yang berbeda untuk
menyamarkan identitas asli mereka. Jarak antara orang dan audiens mereka dapat menyebabkan orang
melakukan atau mengatakan hal-hal yang mungkin tidak mereka katakan jika mereka berbicara tatap muka
dengan seseorang. Ini disebut "penghinaan", dan ini dapat membuat orang mengatakan hal-hal yang
menyakitkan secara online. 13

III. Kajian Etika Kristen terhadap Kepribadian Narsistik Mahasiswa Konsumtif Karena
Dipengaruhi Cyber Bullying
Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Sifat narsis dalam jumlah
yang cukup masih dapat ditolerir, tetapi apabila berlebihan dimana obsesi diri sendiri menguasai maka
ini merupakan penyimpangan kepribadian atau merupakan penyakit mental dan bersifat patologis.
Narsisme pada dasarnya adalah sebuah bentuk dari hedonisme, dimana manusia mencari kepuasan yang
tidak ada habisnya bagi diriya sendiri. Secara etis hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kenikmatan pribadi merupakan nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup mannusia.
Tindakan cyber bullying adalah suatu perilaku negatif yang dilakukan secara berulang-ulang, dilakukan
dengan sadar dan sengaja yang bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat ketidakseimbangan kekuatan atau
kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat. dari sudut pandang kristiani, sikap lepas bebas (detachment)
merupakan salah satu mutiara yang bisa ditemukan, hingga akhirnya diterapkan sebagai pondasi secara
rohani untuk menghadapi gempuran realitas bullying yang, pemahaman akan keagungan sikap lepas
bebas sebagai salah satu nilai yang perlu diperjuangkan demi kebaikan bersama sebagai umat kristen.
Manusia adalah ciptaan yang Allah yang sempurna dimana mereka diciptakan segambar dan serupa
dengan Allah (Kej.1:27).Kejatuhan manusia dalam dosa berimplikasi penyimpangan citra diri.. Fokus
hidup manusia beralih dari Allah, berpindah pada diri sendiri. Bahaya terbesar dari mengasihi diri
sendiri adalah karena hal ini merupakan penyembahan kepada diri sendiri. Gambar Allah di dalam diri
manusia yang menyimpang karena kejatuhan harus diperbaharui di dalam Yesus untuk menjadi ciptaan
baru dimana pusat hidup manusia dikembalikan kepada Tuhan Allah.( II Kor.5:17) Dalam perjalanan
selanjutnya sebagai manusia baru, mereka harus terus berperang dengan kecenderungan cinta diri sendiri
yang ingin terus jadi pusat, untuk dikalahkan dengan mencintai Allah sebagai yang nomer satu , utama
dan Allah menjadi pusat. Bertolak dari sana baru kita dapat mencintai diri sebagaimana Allah mencintai
kita. Rasul Paulus dalam I Korintus 10: 23 mengatakan bahwa walaupun segala sesuatu diperbolehkan,
namun tidak segala sesuatu berguna dan membangun.

12
Nick Hunter, 18.
13
Nick Hunter,19.
IV. Analisa Penyeminar
Yang menjadi analisa penyeminar tentang kepribadian narsisitik mahasiswa konsumtif yang
dipengaruhi cyber bullying ini adalah , seorang yang mengalami cyber bullying akan melakukan
pembelaan atau self healing kepada dirinya sendiri , tetapi hal tersebut memberikan pengaruh yang
buruk karena berdampak kepada efek yang salah.

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian akademis tentang Kepribadian Narsistik Mahasiswa yang Konsumtif
Karena Dipengaruhi Cyber Bullying, dapat disimpulkan bahwa seyogianya setiap orang membutuhkan
suatu apresiasi atau merasa ingin diakui oleh orang lain. Namun, bukan untuk bersifat narsistik yang
berlebihan kepada diri sendiri, tanpa mempedulikan keadaan atau konteks seseorang atau orang lain.
Kepribadian narsistik ini hanya akan mendatangkan hal buruk dalam relasi dengan orang lain, di mana
orang yang memiliki kepribadian narsistik ini hanya mementingkan diri sendiri. Di tambah lagi adanya
upaya membeli barang-barang demi dan untuk pemameran diri sendiri. Sudah barang tentu, berdasarkan
hasil penelitian penulis, penyebab hidup Narsistik ini diakibatkan oleh adanya Cyber Bullying sehingga
efek daripada itu adalah perilaku Narsistik. Si-narsistik ini tidak akan peduli terhadap pandangan orang
lain terhadap penampilan atau dirinya sendiri. Memandang dirinya sempurna dan tak peduli apa kata
orang. Namun, perilaku Narsistik ini hanya akan menimbulkan dampak kerugian dan juga mencuatnya
sifat individualistik. Tentu, hal ini bertentangan dengan etika Kristen. Di mana dalam perspektif Etika
bahwa narsistik ini adalah tindakan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Alkitab sendiri
menganjurkan biarlah hanya Allah yang kita megahkan dan kita puji. Itu sebabnya, memuji diri
berlebihan itu tak selaras dengan ajaran Kristen.

VI. Daftar Pustaka

Hunter. Nick, Cyber Bullying (hot topics), London: British Library Cataloguing Publication Data, 2012.

Lubis. Sumartono, Terperangkap dalam Iklan :Meneropong Imbas Pesan IklanTelevisi, Bandung: Alfabeta,
2002.
Nevid. Jeffrey S, J.S, Rathus, S.A & Green, B. Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2006.

Wiyani. Novan Ardy, Save Our Children From School Bullying, Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2012.

Sumber lain

APA. DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision). Washington,
DC: American Psychiantric Association Press, 2000.

BLACKWELL PUBLISHING, 2008).

https://id.wikipedia.org.

Muhammad Alam Akbar, Prahastiwi Utari, "Cyber bullying Pada Media Sosial,Vol 1, Juli 2015,8

Anda mungkin juga menyukai