Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI


SOSIAL

Di Susun Oleh :
KRISTI NATALIA PATTISINA
(2208037)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2022
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi
perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Harga diri rendah merupakan perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Halusinasinasi adalah persepsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera
( penglihatan , pendegaran , perasaan , penciuman / perabaan ).

b. Penyebab dari Menarik Diri


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
c. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.

d. Tanda dan Gejala


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a) Aspek fisik:
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
b) Aspek emosi:
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
c) Aspek sosial:
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
d) Aspek intelektual:
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri
C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

D. DIAGNOSA
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Diagnosa 1:
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Halusinasinasi adalah perespsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera
( penglihatan , pendegaran , perasaan , penciuman / perabaan)
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4. Klien merasa makan sesuatu.
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
7. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
b. Data Objektif:
1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi

Diagnosa 2 :
a) Isolasi Sosial : menarik diri
Menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial
b) Data Subyektif:
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
c) Data Obyektif:
a. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Diagnosa 3:
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung
b. Data subyektif:
a. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
c. Data obyektif:
b. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

E. Intervensi
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
4) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
6) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
8) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
9) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a) Klien – Perawat
b) Klien – Perawat – Perawat lain
c) Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
d) Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang


lain
Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
2) Salam, perkenalan diri
3) Jelaskan tujuan
4) Buat kontrak
5) Eksplorasi perasaan klien
6) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
i. Perilaku menarik diri
ii. Penyebab perilaku menarik diri
iii. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
iv. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
7) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
8) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
9) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
3) Utamakan memberikan pujian yang realistik
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Strategi Pelaksanaan
SP 1 (Isolasi Sosial)

A. Kondisi klien :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
4. Merasa malu, bersalah
5. Mudah panik dan tiba-tiba marah
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Strategi Pelaksanaan
Terhadap pasien
1. Identifikasi penyebab isolasi social: siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya
2. Keuntungan punya teman dan bercaka-cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan

D. Strategi Komunikasi

Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Perawat Choirul Umam Rachman Saya senang dipanggil Perawat choirul, Saya
mahasiswa keperawatan Stikes Karya Husada Semarang, saya yang akan membantu
merawat Bapak dari sekarang sampai nanti.”
“Siapa nama Bapak? Bapak Senang dipanggil dengan nama apa?”
“Apa keluhan Bapak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama Pak?Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang membuat Bapak jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? Apakah Bapak merasa sendirian?
Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan dengan teman yang Bapak kenal?”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
“Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Bapak?Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah Bapak belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi.
Contoh: Nama Saya Choirul Umam Rachman, saya senang dipanggil Choirul Asal saya dari
Semarang, hobi saya olahraga”
“Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya darimana? dan Hobinya apa?”
“Ayo Bapak dicoba....
Misalnya saya belum kenal dengan Bapak.... Coba bapak berkenalan dengan saya....”
“Ya bagus sekali..... Coba sekali lagi Bapak... Bagus sekali.....”
“Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Bapak dapat melakukan dengan sendiri apa yang telah kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 9 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan dengan
teman saya, Bagaimana, Bapak mau kan?”
”Baiklah, terima kasih Bapak..
“ sampai jumpa....”
SP 2 Pasien : Harga diri rendah
A. Kondisi klien
1. Ekspresi tampak membaik
2. Mulai membuka diri
3. Komunikasi kurang tetapi klien tampak mulai bercakap-cakap dengan perawat
B. Diagnosa
Harga diri rendah
C. Strategi Pelaksanaan
Terhadap pasien :
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang) berikan pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga atau
tamu, berbicara saat melakukan kegiiatan harian
D. Strategi Komunikasi

ORIENTASI :
“Selamat pagi Bapak”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan”
“Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Saya”
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak Bapak
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Ani. Tidak lama kok, sekitar 10
menit”
KERJA :
“Selamat pagi perawat Ani, Bapak ini ingin berkenalan dengan Anda.”
“Baiklah Pak, Bapak bisa berkenalan dengan perawat Ani seperti yang kita praktekkan
kemarin.”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat Ani: memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“Ada lagi yang ingin Bapak tanyakan kepada perawat Ani? Coba tanyakan tentang
keluarga perawat Ani”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi sesi perkenalan kali
ini. Lalu Bapak bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Ani, misalnya jam 1
siang nanti”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan perawat Ani”
”Bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita
masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik
nanti Bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
“ Terima Kasih atas waktunya Bapak.... Sampai besok.”
SP 3 : Ganguan konsep diri : harga diri rendah

A. Kondisi Klien
1. Kondisi membaik
2. melakukan komunikasi terhadap perawat
B. Diaknosa
Ganguan konsep diri : harga diri rendah
C. Strategi keperawatan
Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat melakukan
dua kegiatan harian. Berikan pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang , berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
D. Strategi Komunikasi

ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Ani kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap-cakap dengan perawat Ani kemarin
siang”
”Bagus sekali, Bapak menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu Bapak ingin punya banyak teman lagi ya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien I”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi pasien I)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah Pak, Bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Bapak
lakukan sebelumnya.’’
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
“Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada Bapak I”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.”
(Bapak membuat janji untuk bertemu kembali dengan pasien I)
“Baiklah Pak, karena Bapak sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Bapak. Selamat pagi...”
(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkan pasien I untuk melakukan terminasi
dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan Tuan I”
”Dibandingkan kemarin pagi, Bapak tampak lebih baik saat berkenalan dengan Tuan
I.”
“Pertahankan apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan Tuan I jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Bapak dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Bapak bisa bertemu dengan I, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya Bapak bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana Bapak, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Bapak. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
SP 4 : Ganguan konsep diri : harga diri rendah

A. Kondisi Klien
3. Kondisi membaik
4. melakukan komunikasi terhadap perawat
B. Diagnosa
Ganguan konsep diri : harga diri rendah
C. Strategi keperawatan
Terhadap pasien
4. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat melakukan
dua kegiatan harian. Berikan pujian
5. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang , berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian

D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah bapakbercakap-cakap dengan perawat Ani kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang
lain
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap-cakap dengan pasien I kemarin
siang ? ”
” bapak senang ya tambah teman untuk bercakap cakap dengan bapak.”
” bagaimana sekarang seperti janji kita kemarin bapak agar bapak mendapatkan
banyak teman ?”
” ya sekarang kita berjalan ke taman ya pak agar bapak dapat berkenlan dengan
banyak orang disana?
” waktunya kita perpanjang sedikit nya pak, bagaimana jika 15 menit?” (sambil
berjalan ke arah taman)
KERJA:
( Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi para pasien yang sedang
berkumpul ditaman )
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan ibu bapak
sekalian.”
“Baiklah Pak, Bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Bapak
lakukan sebelumnya.’’

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,


nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).

“Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada Bapak dan ibu ”

“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti atau besok
pagi di taman sini lagi.”

(Bapak membuat janji untuk bertemu kembali dengan para pasien )

“Baiklah Pak, karena Bapak sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Bapak. Selamat pagi...”

(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkanpara pasien untuk melakukan


terminasi dengan S di tempat lain)

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang bincang dengan para psien”
”Dibandingkan kemarin pagi, Bapak tampak lebih baik saat berkenalan dengan
para bapak dan ibu.”
“Pertahankan apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan bapak ibu besok pagi ditaman ya pak.”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Bapak dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak ditaman besok pagi, Bagaimana
Bapak, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Bapak. Pada
jam yang sama dan kita bertemu ditaman ya pak. Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai