Kepribadian adalah sekumpulan sifat-sifat individu yang memberikan ciri khas kepada
seseorang dan mempengaruhi cara mereka merespon lingkungan eksternal (Blythe, 2008).
Menurut Teori Kepribadian, setiap individu memiliki karakteristik kepribadian yang unik,
yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi mereka, termasuk kepemilikan produk. Teori
Kepribadian Freud adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang
psikolog Austria yang dikenal sebagai bapak psikoanalisis. Teori ini mengemukakan bahwa
manusia memiliki alam bawah sadar yang mempengaruhi perilaku dan pengalaman mereka.
Teori Psikoanalisis menganggap bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu id,
ego, dan superego, yang saling berinteraksi dalam membentuk perilaku individu.
Menurut Freud, id adalah bagian terdalam dan paling primitif dari kepribadian, yang
mengandung dorongan-dorongan dasar, keinginan-keinginan yang tidak terkontrol, dan
insting-insting biologis. Ego adalah bagian yang berfungsi sebagai pengatur antara id dan
realitas eksternal, mengendalikan dan mengatur dorongan-dorongan id sesuai dengan realitas
sosial yang ada. Sedangkan superego adalah bagian yang berisi norma-norma sosial, nilai-
nilai moral, dan aturan-aturan yang diterima dari lingkungan sosial.
Teori ini juga mengemukakan konsep pertahanan diri (defense mechanism), yaitu mekanisme
psikologis yang digunakan oleh ego untuk melindungi diri dari konflik antara id, ego, dan
superego. Beberapa contoh pertahanan diri yang sering terjadi antara lain penyangkalan
(denial), proyeksi (projection), pemindahan (displacement), reaksi berlebihan (overreaction),
dan sublimasi (sublimation).
Contoh keterkaitan teori ini dengan kepemilikan suatu produk adalah misalkan seseorang
yang memiliki kepribadian ekstrovert mungkin akan memilih produk yang memiliki citra
sosial yang kuat atau dapat meningkatkan status sosial mereka. Sementara itu, seseorang yang
memiliki kebutuhan emosional akan mencari produk yang dapat memberikan kenyamanan
atau penghiburan, seperti produk perawatan diri atau makanan favorit mereka.
Contoh lain seseorang yang memiliki id yang dominan, yang didorong oleh dorongan-
dorongan dasar, seperti keinginan untuk memuaskan nafsu makan, seksual, atau emosional,
mungkin akan membeli makanan cepat saji atau makanan ringan sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan id mereka. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami stres atau emosi negatif
mungkin merasa tergoda untuk membeli makanan cepat saji sebagai bentuk penghiburan atau
pemenuhan emosional singkat yang dapat diberikan oleh produk tersebut.
Di sisi lain, seseorang yang memiliki superego yang kuat, yaitu bagian kepribadian yang
berisi norma-norma sosial dan nilai-nilai moral, mungkin akan cenderung memilih produk
yang sesuai dengan nilai-nilai moral mereka. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki nilai-
nilai etika lingkungan yang tinggi mungkin akan memilih produk yang ramah lingkungan
atau produk yang berlabel "organik" atau "ramah lingkungan" sebagai ekspresi dari superego
mereka yang menghargai keberlanjutan lingkungan.
Penting sebagai catatan bahwa kepemilikan suatu produk dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor lainnya, dan hubungan antara kepribadian dan kepemilikan suatu produk bersifat
kompleks dan dapat bervariasi untuk setiap individu.
Konsep diri sendiri mengacu pada kepercayaan yang dipegang seseorang mengenai atribut
mereka dan bagaimana mereka mengevaluasi kualitas (Solomon, 2009).
Loudon dan Della Bitta (1993) mengemukakan model pengaruh konsep diri terhadap perilaku
konsumen. Lebih lanjut dijelaskan bagaimana konsep diri konsumen dapat mempengaruhi
pemilihan produk atau merek yang mereka gunakan, baik untuk mencapai aktualisasi diri,
meningkatkan konsep diri, atau memperlihatkan citra diri mereka kepada orang lain.
Adapun contoh keterkaitan antara konsep diri konsumen dengan kepemilikan suatu produk
adalah sebagai berikut:
1. Seorang konsumen yang memiliki konsep diri sebagai seseorang yang peduli terhadap
lingkungan mungkin akan menggunakan produk yang ramah lingkungan, seperti
produk organik atau produk daur ulang, untuk mencapai aktualisasi diri mereka
sebagai individu yang peduli terhadap isu lingkungan.
2. Seorang konsumen yang merasa kurang percaya diri dalam penampilan fisik mereka
mungkin akan menggunakan produk perawatan kulit atau produk kecantikan untuk
meningkatkan penilaian diri mereka dan memperbaiki konsep diri mereka sebagai
individu yang menarik dan percaya diri.
3. Seorang konsumen yang ingin dilihat sebagai seseorang yang sukses dan berkelas
mungkin akan menggunakan produk-produk mewah atau merek ternama untuk
memperlihatkan citra diri mereka sebagai individu yang berstatus tinggi dan
bergengsi.
Beberapa nilai budaya yang paling berdampak pada perilaku konsumen antara lain:
Referensi: