Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan beberapa pokok bahasan dengan tujuan

untuk memberikan gambaran secara umum dalam penulisan karya ilmiah ini yang

meliputi: latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan

sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Keluarga merupakan hubungan perkawinan, hubungan batin antara seorang pria

dan seorang wanita sebagai suami istri dengan satu tujuan mewujudkan keluarga

(rumah tangga) yang bahagia, perkawinan adalah kesatuan jasmani dan rohani antara

satu orang laki-laki dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

mewujudkan keluarga bahagia dan kesejahteraan berdasarkan keimanan kepada

Tuhan. Ikatan keluarga didasarkan pada cinta, dan kasih sayang antara suami istri dan

kelahiran anak. Keluarga merupakan kelompok terkecil, dalam Masyarakat. Terdiri

dari dua orang yang berkomitmen hidup bersama melalui perkawinan yang terdiri

dari ayah, ibu, mempunyai keturunan.1

1
Hendri Suwarno, Peranan Keluarga Kristen Dalam Mendidik Anak, PENDAR CAHAYA:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3, No. 1, 2023, hal 116.
2

Keluarga Kristen adalah keluarga yang dibentuk oleh Tuhan dan memiliki

tujuan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Namun menjadi persoalan terbesar abad

ini adalah semakin sulitnya menemukan kasih yang sejati di dalam keluarga dan

masyarakat. Akibat kasih yang semakin dingin, seperti yang dinyatakan Yesus bahwa

di akhir zaman kasih semakin dingin. (Matius 24:12). Karena itu yang menjadi

sumber semua kesusahan dalam. Jika orang tua tidak benar-benar mencintai anak-

anak dan anak-anak tidak benar-benar mencintai orang tua.2

Nilai spiritual anak tidak dilakukan berdasarkan apa yang orang tua dan anak

mau. Dalam Alkitab terdapat banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa anak-anak

itu perlu diberikan nilai spiritual agar mereka mengenal siapa penciptanya, apa

maksud dan tujuan Allah menciptakan mereka, bagaimana mereka harus hidup

sebagai ciptaan dan orang percaya. Ayat firman Tuhan yang paling umum dijadikan

sebagai dasar dalam pelaksanaan nilai spiritual anak adalah Ulangan 6:4-9 berbunyi

demikian:

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah

TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan

segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah

engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-

anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau

sedang dalam perjalanan, apabila engkau. Berbaring dan apabila engkau bangun

Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu
2
Stephen Tong, Takhta Kristus Dalam Keluarga, (Surabaya: Momentum, 2011), hal 1.
3

menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu

rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Ayat-ayat ini merupakan shema atau pengakuan orang Israel yang selalu

diucapkan untuk mengingatkan mereka akan tugas dan tanggung jawabnya.

Berdasarkan ayat ini, dapat dipahami bahwa orang tua memiliki peran yang sangat

penting dalam mananamkan nilai spiritual anak di rumah. Ulangan 6:4-9 merupakan

ayat yang menunjukkan bahwa pendidikan iman atau spiritual bagi anak bukan saja

sebagai tanggungjawab tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh para

orangtua.3

Peran keluarga sebagai dalam menanamkan nilai-nilai spiritual pada anaknya

demikian pula dalam perspektif Kristen, ayat dari Perjanjian Baru memberi gambaran

yang jelas mengenai perintah Tuhan kepada ayah terkait peranannya membesarkan

anak-anaknya.4 Dalam pasal dan ayat Efesus 6:4 merupakan ringkasan dari nasehat

kepada para orangtua, yang diwakili oleh ayah, yang dinyatakan secara negatif dan

positif. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-

anakmu’’, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Para pemimpin Kristen secara alami mengakui bahwa hal terpenting dalam

keluarga Kristen adalah Pribadi Allah, yaitu manusia yang berkomitmen terhadap

Allah dan komitmen Allah yang sangat berkomitmen terhadap keluarga. Seperti juga

3
Evinta Hotmarlina and Maria A S Sondjaja, “Prinsip-Prinsip PAK Anak: Sebuah Kajian
Eksegesis Alkitab Dari Ulangan 6: 4-9,” Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi 5, no. 2 (2022), hal 166–
177.
4
Nelson.AE, Spiritual Intelligence: Meraih Kecerdasan Spiritual dengan Metode Yesus.
(Andi. Yogyakarta, 2011), hal 85.
4

yang dinyatakan Yosua bahwa komitmen Yosua untuk melayani Allah bersama

dengan keluarganya: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada

Tuhan! (Yos. 24:15). Akan tetapi, keputusan Allah untuk memberkati keluarga adalah

jauh lebih penting daripada keputusan keluarga untuk melayani Allah. 5 Sebagai orang

yang beriman kepada Tuhan Yesus, maka peran keluarga untuk terus bertumbuh

dalam keluarga Kristen di Tengah-tengah orang yang belum percaya ini menjadi hal

yang sangat penting. Sebab keluarga Krsiten adalah berkaitan dengan berubahnya

sianak dalam berinteraksi dalam bersosial dan juga era ini akan mendisrupsi berbagai

bidang kehidupan keluarga jika tidak adanya peran keluarga yang mewujudkan

pertumbuhan rohaninya.

Meskipun dalam keluarga kristen orang tua mengasih anaknya, namun sering

kali karena berbagai kesibukan yang dikerjakan oleh keluarga atau orang tau, maka

anak akan diberikan kebebesan untuk melakukan apa aja yang dinginkannya.

Kebebasan itu diberikan dengan batasan-batasan yang sangat sedikit disertai dengan

bimbingan yang sedikit pula, hingga pada akhirnya anak kurang mendapat

pengawasan yang cukup dari keluarganya. Biasanya keluarga masih terlibat dalam

aspek-apsek kehidupan anaknya, tetapi mereka cenderung tidak menegur jika

anaknya melakukan perbuatan yang salah. Anak hanya diberi manteri dalam hal

praktis atau harta, kemudian terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi

5
Ajith Fernando, Aku Dan Seisi Rumahku: Kehidupan Keluarga Pemimpin Kristen, (Jakarta:
Literatur Perkantas, 2019), hal 11.
5

apa. Semakin lama hal tersebut berlangsung, maka akan semakin berkurang pula

perhatian yang diberikan keluarga kepadanya.

Akibat kurangnya perhatian yang baik dan benar, di kemudian hari anak

memberontak, sulit dikendalikan, mencari perhatian yang berlebihan. Selanjutnya,

anak akan menjadi orang yang kurang dapat menghargai orang lain, manja, tidak

patuh dan mau menang sendiri, anak kurang memiliki rasa percaya diri dan

pengendalian diri yang cukup. Bahkan tidak menutup kemungkinan melakukan

tindakan moral.

Ada berapa contoh kasus tentang mananamkan nilai spiritual anak di atas telah

terjadi di Gereja GPIB Karunia Karang Endah Sumatara Selatan. Hal tersebut

didukung dengan pra-riset yang peneliti lakukan kepada keluarga Kristen di GPIB

Karunia Karang Endah Sumatara selatan. Pertama, wawancara dengan keluarga

Bpk/ibu BD (Nama Inisial), peneliti memberikan pertanyaan sebagai berikut “apakah

Bpk/ibu BD mengerti tentang menanamkan nilai spiritual bagi anak? Bpk/ibu BD

menjawab mereka belum tahu dan tidak mengerti tentang peran keluarga Kristen

dalam menanamkan nilai spiritual bagi anak”. Kemudian peneliti memberikan

pertanyaan apakah Bpk/Ibu BD membimbing anak untuk hidup takut akan Tuhan,

mengajarkan Firman Tuhan bagi anak, anak diarahkan untuk setiap hari menbaca

Alkitab atau Firman Tuhan, berdoa, beribadah dan disertai hidup sesuai dengan

Firman Tuhan. Namun Bapak/Ibu BD menjawab bahwa mereka belum melaksanakan

atau melakukan hal tersebut bagi anak-anak mereka.


6

Kemudian penetili melanjukan pertanyaan mengapa bapak/ibu BD belum

mananamkan Nilai Spiritual bagi anaknya, apa alasannya? bapak/ibu BD menjawab

karena tidak ada waktu untuk anak, sebab mereka setiap hari sibuk berkerja. Dan

peneliti juga “bertanya kepada bapak/ibu BD bagaimana kehidupan dari anak-anak

bapak/ibu yang belum dipenuhi kebutuhan rohani mereka?” bapak/ibu menceritkan

kondisi anak mereka bahwa mereka telah terbiasa menuruti semua keinginan anaknya

sejak kecil sampai besar yang dia mau, dan setelah itu anaknya rasa bosan dengan

keadaannya, kemudian berjumpah dengan teman-teman yang "nakal". Setiap hari

minta uang kepada keluarganya untuk hura-hura sama teman-temannya. Selain itu,

anaknya telah mengenal pergaulan beban, sehingga saat berteman dengan bermesraan

dengan kekasihnya yang berbeda beragama akhirnya mereka menikah.

Mengungkapkan bahwa kasih sayang oleh keluarga terhadap anak cukup diwakili

dengan semua yang diperlukan anak, baik itu makanan, minuman, pakaian, barang

mainan dan Pendidikan. Selanjutnya, keluarga berpendapat bahwa kedisplinan telah

diajarkan di sekolah oleh para pengajar mereka, sehingga tidak perlu lagi diajarkan

dan ditekan dirumah.6

Kedua peneliti memberikan pertanyaan kepada keluarga bapak/ibu KN (nama

Inisial) sebagai berikut “apakah Bapak/ibu KN mengerti tentang menanamkan nilai

spiritual bagi anak? Bapak/ibu KN menjawab mereka belum mengerti tentang peran

keluarga Kristen dalam menanamkan nilai spiritual bagi anak”. “Kemudian penetili

6
Keluarga Bapak/Ibu BD (Nama Inisial), wawancara via telepon, tanjung enim 14 desember
2023
7

melanjukan pertanyaan mengapa bapak/ibu KN belum mananamkan Nilai Spiritual

bagi anaknya, apa alasannya?” bapak/ibu KN menjawab belom gitu sepenuhnya

karena mereka sibuk dalam perkerjan masing-masing, kurang melakukan

mananamkan nilai spiritual anak, penliti bertanya bagaimana kehidupan kerohani

bpk/ibu dalam keluarga tersebut, bapak/ibu KN menjawab pernah tetapi tidak setiap

hari mereka ibadah digereja sebulan dua kali dan ada ibadah dirumah sebulan itu satu

kali, terkadang kerumah-rumah lainnya, dan juga anak mereka malas pergi

persekutuan karena anak mereka tidak mau diajak mendengarkan Firman Tuhan, dan

juga mereka jarang berdoa di rumah. Dan peneliti yang “bertanya kepada bapak/ibu

KN bagaimana kehidupan anak-anak mereka, bapak/ibu yang belum dipenuhi

kebutuhan rohani anak?” dalam keluarga ibu KN menceritakn kondisi anak mereka

hidupnya tidak sesuai keinginan bapak/ibu, mereka suka melawan, bagaimana anak

mereka tidak hidup di dalam Firman Tuhan, keluarga bapak/ibu KN ini sangat sedih

semua itu ada kesalahan mereka, namun ada satu kejadian dalam keluarga bapak/ibu

KN tersebut anak mereka nikah dan pindah kepercaya. Anak mereka ikut dengan

suaminya, dalam bapak/ibu ini sangat kecewah kepada anak yang pindah agama.7

Menurut keluarga yang telah tulis diatas mereka juga menyatakan: bahwa

dalam keluarga kristen tidak menanamkan nilai spiritual kepada anaknya. Dampak

tersebut sangat mempengaruhi nilai spiritual anak, kemungkinan besar mereka

menjadi anak yang nakal kepada orang tuanya, tidak mau ikut persukutuan digereja,

7
Keluarga Bapak/Ibu KN (Nama Inisial), wawancara via telepon, tanjung enim 1 januari 2024
8

tidak mau berdoa, merokok, dll, dan mereka bisa saja dengan perlakuan yang

berkelanjutan akan menbuat mereka mengalami pergaul bebas di luar sana. Dampak

tidak menanamkan nilai spiritual kepada anak dapat berakibat sangat mengerikan

apabila anak yang mengalami masalahnya tidak ditolong dalam menyelaikan masalah

mereka.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan oleh berapa jemaat, peneliti

berpandapat bahwa jemaat tersebut belum sepenuhnya mengerti peran keluarga

kristen menanamkan nilia spiritual anak-anak mereka. Keluarga kurang

memperhatiakan (kebutuhan spiritual) anak dalam keluarga Kristen sehingga terkesan

membiarkan anaknya bertumbuh sendiri tampah mendidik mereka dengan baik.

Hal ini mendorong peneliti untuk menulis judul Tinjauan Theologis Peran

Keluarga Kristen Menanamkan Nilai Spiritual Anak Dan Implemetasinya Di GPIB

Karunia Karang Endah, Sumatara Selatan. Peneliti berhadap dengan menjadi salah

satu acuan bagi keluarga Kristen masa kini, khususnya bagi jemaat GPIB Karunia

Karang Endah, Sumatara Selatan untuk menanamkan nilai spiritual anak yang

didalam keluarag Kristen.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti ingin

merumuskan masalah tersebut dengan beberapa pertanyaan berikut ini;

1. Apa Konsep Peran Keluarga Kristen mananamkan nilai spiritual anak?


9

2. Apa problematika peran keluraga kristen dalam menanamkan nilai spiritual

anak?

3. Bagaimana Konsep Peran Keluarga Kristen Menamkan Nilai Spiritual Anak

Dan Implemetasinya Di GPIB Karunia Karang Endah, Sumatara Selatan.?

C. Tujuan penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu Konsep Peran Keluarga Kristen Mananamkan

Nilai Spiritual Anak

2. Untuk mengetahui Problematika Peran Keluarga Kristen Menanamkan

Nilai Spiritual Anak.

3. Untuk menerapkan Konsep Peran Keluarga Kristen Menanamkan Nilai

Spiritual Anak Di Gpib Karunia Karang Endah, Sumatara Selatan.?

D. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan Pendekatan Kualitatif, Metode deskriptif-

Theologis. Dikatakan metode deskriptif karena metode penelitian dilakukan dengan

cara meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pasa masa sekarang. Tujuannya ialah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. 8


8
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal 63.
10

Peneliti menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan metode deskriptif

adalah karena penelit akan menggambarkan dengan mengumpulkan data alamiah

yang ada.

Menurut Koentjaraningrat, dikatakan deskriptif karena menjelaskan

permasalahan secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta yang terjadi. 9

Dikatakan Theologis karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

penelitian untuk memberikan pemahaman yang benar secara theologi. Penekanan

utamanya ialah pada bagaimana iman Kristen dapat mengubah sifat kehidupan dan

situasi manusia, dan pengubahan tersebut harus didahului oleh pemahaman yang

benar akan Alkitab.10

Kemudian peneliti juga akan berusaha untuk mendapatkan data dari

wawancara yang akan dilakukan ataupun literatur lainnya. Maka, berdasarkan data-

data yang peneliti peroleh baik dari hasil studi theologi dan problematika yang

peneliti temui akan ditarik suatu kesimpulan sebagai pembuktian peneliti.

E. Manfaat penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah serta tujuan penelitian, peneliti melakukan

penelitian oleh karena dilihat dari segi manfaatnya, yaitu:

1. Bagi Gereja GPIB Karunia Karang Endah, penelitian ini memberikan

pemahaman yang penting mengenai peran keluarga Kristen menanamkan nilai

9
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1979), hal 44.
10
Andreas B. Subagya, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif, (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2004), hal 153.
11

spiritual anak bagi jemaat Gereja GPIB Karunai Karang Endah, sehingga

jemaat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga

dapat menjadi acuan bagi hamba-hamba Tuhan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan di Gereja GPIB Karunia Karang Endah, sehingga jemaat

bertumbuh secara Rohani.

2. Bagi peneliti, penelitian ini menambah wawasan bagi peneliti untuk

mendukung pelayanan ke depan, dengan memberikan pemaparan atau

penjelasan tentang peran keluarga Kristen menanamkan nilai spiritual anak

bagi orang lain. Penelitian ini juga berguna sebagai syarat untuk memenuhi

standar kelulusan serjana strata satu (S1) di Sekolah Tinggi Theologia

Ebanhaezer.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Teologia, yakni Sekolah Tingggi Theologia

Ebenhaezer: pentingnya adalah untuk menjadi bahasa literatur bagi keluarga

kristen supaya dapat diterapkan dalam kehidupan dan pelayanan serta

menambahkan perbendaharaan literatur.

F. Definisi Istilah

Peneliti menulis karya ilmiah ini adalah “Tinjauan Theologis Peran Keluarga

Kristen Menanamkan Nilai Spiritual Anak dan Implemetasinya Di GPIB Karunia

Karang Endah, Sumatara Sealatan”. Untuk itu, ada berapa istilah yang peneliti

uraikan sebagai berikut:


12

Konsep adalah ide atau abstraksi yang menbentuk dasar atau landasan suatu

pikiran, rencana, atau karya. Konsep bisa berupa pola, tema, atau ide yang

menggambarkan suatu hal secara umum. Konsep jua dapat merujuk pada interpretasi

atau pemahaman tentang suatu fenomena atau gagasan tertantu;

Ide atau gagasan adalah konsep biasanya dimulai dengan ide atau gagasan

utama yang ingin disampaikan, ide ini bisa menjadi pusat dari pembahasan atau karya

yang dibangun disekitarnya. Komponen atau aribut adalah dari kamus bahasa

indonesai arti bagian dari keseluruhan yang membentuk suatu kesatuan.11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran artinya perilaku yang

diharapkan dari orang-orang dalam masyarakat; Pemain ganda yang memainkan dua

peran berbeda dalam cerita.12

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata keluarga adalah artinya ibu dan

ayah serta anak-anaknya; Rumah tangga, kedua orang dalam rumah tangga yang

menjadi tanggungan; batih, ketiga keluarga kekerabatan yang sangat mendasar dalam

masyarakat; batih Antara, yaitu keluarga yang hanya terdiri dari suami, istri (suami

atau istri) dan anak; keluarga utama.13

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata memanankan nilai spiritual adalah dari

kata “me-nanam-kan” yang artinya proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau

menanamkan,14 Nilai spiritual Pengertian spirit dalam kamus bahasa Inggris adalah

11
KBBI
12
https:// kbbi.web.id/peran
13
https:// kbbi.web.id/keluarga
14
Pusat Bahasa, KBBI, (jakarta: Balai Pustaka, 2007).
13

batin dan rohani, sedangkan kata spiritual adalah rohani atau kerohanian. 15

Spiritualitas berasal berasal dari akar kata ’spare’ (latin) yang memiliki arti

menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja ’spare’ terjadi pembentukan kata

benda ’spiritus’ atau ’spirit’ yang memiliki arti hembusan, tiupan, aliran agin

kemudian mengalami perkembangan arti menjadi udara, hawa yang dihisap, nafas

hidup, nyawa, roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian.

Dalam Alkitab, spirit ditulis dalam bahasa asli: ’ruakh’ (ibrani) dan ’pneuma’ (ibrani).

Arti kata ruah atau pneuma dalam Alkitab adalah ”nafas atau angin yang

menggerakkan atau menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian kata

spirit yang sering dipakai yaitu semangat, dimana semangat atau spirit itu dibutuhkan

untuk bergerak dalam hidup sebagai kekuatan untuk mendorong individu atau

sekelompok orang dalam melakukan suatu hal yang positif dalam kehidupannya.

Semangat atau spirit hanya dapat dimiliki dalam holy spirit (Roh Kudus). Dari arti

kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup,

bertumbuh, dan berkembang dalam semua kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi

maupun bersama orang lain, yang diperoleh di dalam perjumpaan dengan Allah,

sesama dan diri sendiri.16

G. Sistematika Penulisan

15
Firdaus Purnomo, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: CV. Karya Aditama,
2002), hal 328.
16
JB. Banawiratma, Pelayan Spiritualitas Dan Pelayanan, (Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen (IKPI), 2012), hal 7-8.
14

Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan: latar belakang masalah

penelitian, rumusan masalah penelitian, tunjuan penelitian, pendekatan dan metode

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai “Konsep Peran Keluarga Kristen Mananamkan

Nilai Spiritual anak” dan penelitian terdahulu.

Bab III menguraikan metodologi penelitian: lokasi dan waktu penelitian,

pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek dan objek

penelitian, analisa data, pengecekkan keabsahan temuan/data, ringkasan prosedur

penelitian, dan hasil penelitian.

Bab IV Penulis akan memaparkan konsep Peran Keluarga Kristen

Mananamkan Nilai Spiritual Anak

Bab V merupakan simpulan berdasarkan dari bab-bab sebelumnya dan

menberikan saran-saranyang dianggap penting

Anda mungkin juga menyukai