Anda di halaman 1dari 8

KELUARGA DI HADAPAN ALLAH

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak
yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi
paling penting.  Tetapi, kata keluarga terlalu banyak dipakai oleh berbagai orang dari berbagai
kelompok sehingga menjadi hilang makna yang sesungguhnya. Sebuah film yang berjudul “The
Godfather”, Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang ia
pimpin sebagai keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang lain, entah bertujuan
baik atau buruk, menamakan para pengikut mereka sebagai keluarga. Bahkan dibanyak gereja
kita sering mendengar atau menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai
“keluarga Allah”. Lalu, apakah dimaksud dengan keluarga itu?

Pengertian keluarga adalah suatu persekutuan dua individu atau lebih yang mempunyai suatu
ikatan cinta kasih dalam suatu pernikahan dan ikatan darah, yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak. Pembentukan keluarga pertama kali dibentuk oleh Allah, yakni keluarga Adam yang
terdapat di :
Kejadian 1:27
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah dicipakan-
Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Kejadian 1:28
Allah memberikan mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka; “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap dibumi,”
Peran Adam sebagai suami dari Hawa yang sekaligus ayah dari Kain dan Habel, Hawa sebagai
istri Adam yang sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel, serta Kain dan Habel sebagai anak-anak
dari Adam dan Hawa. Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah.
Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya
dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta berusaha
untuk meneladani hidup Yesus dengan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen yang artinya menjadi pengikut Kristus, yang
meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.
Pentingnya Keluarga

Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? memberi gambaran tentang
maksud keluarga dalam lima identifikasi, yaitu:

1. Keluarga merupakan tempat pertama menjalani pertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi,
hubungan sosial, kasih dan rohani. Keluarga yang melalui seorang ayah dan seorang ibu yang
pertama memberikan perhatian, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh.
2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang
bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing dimana keluarga sebagai landasan
kehidupan anak dibangun dan dikembangkan
3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam
keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan yang terjadi karena ikatan kasih.
Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai kehidupan bagi setiap anggota
keluarga dan saling belajar hal yang dianggap baik bagi keluarga tersebut.
Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan sebaliknya merupakan tempat
penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan, misalnya,
hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak, dan masalah ekonomi.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan.
Memelihara dan membesarkan anak
Memelihara dan merawat anggota keluarga .

2. Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman .
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .
Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
Membina sosialisi pada anak.
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Meneruskan nilai-nilai budaya.

4. Fungsi ekonomi
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya

5. Fungsi Pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
 
Kebutuhan Keluarga Saat Ini
Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, maka keluarga perlu dipelihara dan
dibina melalui :
Kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus dikembangkan
secara terus-menerus tanpa henti (1 Korintus 13:4-7). Kasih mencakup komitmen, perhatian,
perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang seharusnya
berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan secara fisik. Kasih itu harus
diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga
diaktualisasikan ketika menghadapi permasalahan, memikiul tugas dan tanggung jawab hidup.
Ketiadaan kasih diantara orang tua dapat dirasakan oleh anak yang dapat berakibat ah
menggangu pertumbuhan watak mereka.
Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan oleh
seorang suami pada istrinya dan sebaliknya istri dengan suaminya serta bagi anak mereka.
Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa pembentukan karakternya.
Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti pemberitahuan,
penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Melalui disiplin anak dimampukan
mengenali dan memilih serta mewujudkan pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orang tua
bagi anak-anaknya juga berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran,
percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa orang tualah yang
paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral secara berulang-
ulang dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan
(Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
Keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan, sikap,
penampilan dan perbuatan (Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan pendidikan
menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar, merasakan dan meniru.
Selanjutnya  mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan dilihat, seiring dengan
perkembangan kognitifnya. Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia
memandang itu sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah
mengingatkan para orang tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak
membawa anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, yang pada akhirnya membuat
jauh atau menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
Peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan ketetapan Allah
bagi setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan,
maka istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar peran suami dapat terlaksana.
Sebaliknya peran istri berperan sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya.
Suami yang takut akan Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di dalam keluarganya
sangat berpengaruh terbentuknya keluarga bahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam
kehidupan istri, anak-anak dan pekerjaannya.
 
Pentingnya Keluarga

Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? memberi gambaran tentang
maksud keluarga dalam lima identifikasi, yaitu:
1. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan
sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai
potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat  memberi energi, perhatian, komitmen,
kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus.
2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang
bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan
kehidupan anak dibangun dan dikembangkan.
3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam
keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan.
4. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap
anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik.
5. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada
keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara
tidak terduga. Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan
masalah ekonomi. Namun, keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas
hidup mereka pasti dapat menyelesaikan semua permasalahan.

Hubungan, Kebersamaan, dan Tanggung Jawab dalam Keluarga

Bagaimanakah bentuk hubungan dalam keluarga? Bagimanakah bentuk hubungan antara suami dan
istri, orang tua dengan anak, dan anak dengan orang tua? Untuk mengetahui bentuk hubungan ini dapat
dilihat dalam Efesus 5:22-23; 6:1-4; Kolose 3:18-21. Berdasarkan ayat-ayat tersebut bentuk hubungan
dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1) Suami mengasihi istri dan tidak boleh berlaku kasar pada
istrinya; 2) Istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal; 3) Orang tua mendidik anak-anak di
dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak membangkitkan amarah anak-anaknya; 4) Anak-anak
menghormati dan menaati orang tuanya.

Keluarga adalah suatu lembaga atau unit yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga Kristen
khususnya adalah miniatur dari keluarga gereja. Sebuah keluarga adalah suatu tim dalam persekutuan
hidup bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak. Persekutuan bersama dalam keluarga bersifat dinamis
dan harus dijaga keharmonisannya.  Untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama di gereja
lokal; 2) Berdoa bersama-sama atau mezbah keluarga;  3) Mengatur keuangan bersama-sama; 4)
membuat dan menetapkan  rencana untuk masa depan bersama-sama; 5) Biasakan makan bersama-
sama; 6) Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan hubungan diatas setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing yang
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 1) Tanggung jawab suami terhadap istri antara lain:
mengasihi dan menyayangi istrinya; memelihara dan melindungi; menghargai dan menghormati;
memimpin seluruh anggota keluarga. 2) Tanggung jawab istri terhadap suami antara lain:  Penolong,
teman dan sahabat bagi suaminya; merawat dan mengatur seisi rumah; rendah hati untuk tunduk pada
suami; dan memperhatikan kecantikan pribadi lebih dari kecantikan lahiriah. 3) Tanggung Jawab orang
tua terhadap anak-anaknya antara lain: merencanakan masa depan mereka; merawat dan memelihara
mereka; mengasuh dan mencukupi kebutuhan mereka; mengasihi mereka; mengajar, mendidik, dan
membimbing mereka; memberi teladan dan bersaksi bagi mereka. 4) Tanggung jawab anak terhadap
orang tua antara lain: membantu orang tua dalam memelihara seisi rumah; mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan orang tua; dan belajar dibawah bimbingan orang tua.

Keluarga Kristen Sebagai Teladan dalam Perbuatan Baik


Semua anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik. Kenapa setiap orang Kristen wajib berbuat baik?
Karena Tuhan telah berbuat baik kepada kita terlebih dahulu. Dengan cara apa Tuhan berbuat baik
kepada manusia? 1) Karena Tuhan telah menciptakan alam semesta untuk dikelola manusia; 2) Karena
Tuhan telah mencipta dan memberi kehidupan kepada kita; 3) Karena Tuhan telah menebus kita dari
kuasa dosa; 4) Karena Tuhan telah menyediakan kehidupan yang kekal untuk kita. Demikianlah
perbuatan baik Tuhan yang Ia berikan kepada manusia. Hal inilah yang menyebabkan setiap anggota
keluarga Kristen wajib berbuat baik dan menjadi teladan dalam hal perbuatan baik ini.

Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun adalah sebagai
ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah berbuat baik kepada kita (Kolose 3:23). Perbuatan baik
apapun yang kita lakukan bukanlah untuk mendapat pujian tau penghargaan, melainkan sebagai bentuk
syukur kepada Tuhan. Sebagai contoh. Suami berbuat baik kepada istri dan anak-anaknya, istri berbuat
baik kepada suami dan anak-anaknya, anak-ana erbuat baik kepada orang tua dan saudara-saudaranya
dan setiap anggota keluarga Kristen berbuat baik kepada setiap orang. Tuhan Yesus berkata
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16)

Kebutuhan Keluarga Saat Ini

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul Meier seorang psikiater Kristen
Amerika mengusulkan lima aspek yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan sebuah keluarga, yaitu:
1. Kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus meningkat (1 Korintus
13:4-7). Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian, perlindungan,
pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang seharusnya berlanjut dalam relasi suami
istri tidak lagi sebatas ketertarikan secara fisik. Kasih itu harus diungkapkan dalam perbuatan nyata,
saling berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika menghadapi masalah, memikiul
tugas dan tanggung jawab hidup. Ketiadaan kasih diantara orang tua dapat dirasakan oleh anak, akibat
selanjutnya adalah menggangu pertumbuhan watak mereka.
2. Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua bagi
anak mereka. Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa pembentukannya. Disiplin
tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti pemberitahuan, penjelasan, dan
pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Melalui disiplin anak dimampukan mengenali dan memilih serta
mewujudkan pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orang tua bagi anak-anaknya juga berkaitan dengan
pembentukan iman anak melalui pengajaran, percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab
mengajarkan bahwa orang tualah yang paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman
dan moral secara berulang-ulang dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam
pengenalan akan Tuhan (Baca: Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
3. Pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus dinyatakan dan diterapkan
orang tua.  Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu minggu atau beberapa
hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melain terus menerus dan konsisten. Penetapan aturan yang
harus diikuti anak semestinya mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa
cara anak menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan tahap perkembangan mereka.
4. Mendesaknya keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan, sikap,
penampilan dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan pendidikan
menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar, merasakan dan meniru. Selanjutnya 
mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan dilihat, seiring dengan perkembangan
kognitifnya. Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia memandang itu sebagai
yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah mengingatkan para orang tua supaya
menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak-anak mereka bertumbuh
dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
5. Peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan ketetapan Allah bagi
setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan, maka istri harus
memberi kesempatan dan dukungan agar. Inilah perannya sebagai penolong yang sepadan bagi
suaminya. Suami yang takut akan Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di dalam keluarganya
dinyatakan akan berbahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam kehidupan istri, anak-anak dan
pekerjaannya.  Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap keluarganya. Ia mendemonstrasikan peran ini
ketika berkata “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b).
Peranan orang tua terutama, seorang suami untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan
berlaku dalam Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian banyak peranan
suami dalam Alkitab, dua hal yang paling menonjol, yaitu: 1) Peranan suami sebagai kepala rumah
tangga. (Efesus 5:22-29). Sebagai kepala rumah tangga suami adalah pemimpin keluarga dan pengambil
keputusan; pengayom bagi semua anggota keluarga; pelindung yang melindungi dan bertanggung
jawab; mendidik, menegor dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh dan teladan yang baik bagi
keluarga. 2) Peranan suami sebagai imam. Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah
dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bagi
dirinya sendiri.

Epilog

Dr. Tim La Haye dalam bukunya yang berjudul You and Your Family, memberikan diagram silsilah dua
orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang
tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah
kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan
filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026
keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang peminum berat.
Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13
orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika.

Berdasarkan diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari generasi
terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para
ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang
banyak mempengaruhi pembentukan watak, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the
family of origin). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan
berbagai dinamika dan kondisi apapun. Karena itu, dalam Mazmur 78:5 dituliskan, “Telah ditetapkan-
Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya
untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”.  Tuhan memerintahkan agar para orangtua
memperkenalkan kisah perbuatan-Nya yang ajaib dalam sejarah Israel dan hukum-hukum-Nya kepada
anak-anak mereka. Hal ini bertujuan agar anak-anak hidup taat akan Tuhan dan menaruh harapan
kepada-Nya. Orangtualah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi anak-anaknya. Tanggung
jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru disekolah maupun sekolah minggu karena waktu yang
mereka miliki untuk bergaul dengan anak-anak di sekolah aupun di gereja jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan berkembang
dari keluarga tempat dimana kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa pentingnya kehidupan
keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Timotius 3:16-17). Syarat ini diperlukan untuk
membentuk generasi yang berkarakter mulia sesuai dengan kehendak Allah.

Anda mungkin juga menyukai