Anda di halaman 1dari 27

Keluarga Kristiani

A. Deskripsi Capaian Umum Elemen

Memahami hakikat kelurga dan membangun keluarga Kristen yang bertanggung


jawab. Pada elemen ini peserta binaan memahami hakikatkeluarga Kristen dan keluarga
sebagai Lembaga Pendidikan pertama dan utama, menjabarkan ciri keluarga sejahtera
Bahagia dan sederhana serta mewujudkannya dalam kehidupan berkeluarga.

Memahami hakikat keluarga Kristen dan bertindak sebagai orang beriman dalam
keluarga sangatlah penting. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut
tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar
Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat
memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk
bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus.
Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap
orang mengembangkan karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan
anak dibangun dan dikembangkan. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh
saat ada badai kehidupan. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai,
laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik. Tidak
ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul
secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak belasan
tahun, dan masalah ekonomi. Dalam pemahaman iman Kristen, Kristus adalah kepala bagi
semua keluarga. Keluarga Kristen adalah keluarga yang menempatkan Kristus sebagai
kepala yang memerintah dan karena itu semua anggota keluarga hidup berdasarkan ajaran
Kristus.

1
B. Capaian Elemen, Sub Elemen, Materi, Tujuan, Proses

Capaian Sub Materi & Model Pokok Jumlah Sumber


Tujuan Sasaran
Elemen Elemen Pembelajaran Kegiatan Pertemuan Bahan

Memahami Keluarga Makna dan Hakikat Menjabarkan makna dan hakikat Berbagai Untuk 1 Kali Kej 1:28
hakikat Kristen Keluarga Kristen keluarga Kristen dan membangun Kelompok Semua Pertemuan
keluarga dan relasi yang sehat dalam keluarga. Binaan Usia
Model pembelajaran: (45 menit)
membangun
Pembelajaran berbasis
keluarga
masalah
Kristen yang
bertanggung
jawab Keluarga Sebagai Pusat Memahami keluarga sebagai Ul 6:6-7
Pendidikan Lembaga pendidikan pertama dan
utama

Peran dan Tanggung jawab Menjabarkan tanggung jawab 1 Kali Ul 31:11


Tanggung keluarga dan persoalan- keluarga serta berbagai persoalan Pertemuan
Jawab persoalan dalam dalam keluarga masa kini.
(45 menit)
Keluarga keluarga (kdrt,
Kristen selingkuh, miss
komunikasi dalam
keluarga: antara anak-
dengan orang tua, suami
dan isteri serta keluarga
besar)

2
C. Pengantar
Banyak defenisi yang berbeda tentang keluarga. Meskipun demikian, terdapat
kesamaan dalam rumusan yang berbeda tersebut dan merupakan ciri-ciri pokok, yakni:
a. Keluarga merupakan kelompok atau persekutuan sosial yang paling kecil dalam
masyarakat
b. Keluarga terbentuk apabila ada ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
c. Keluarga merupakan suatu persekutuan yang berawal dari dua orang yang berbeda jenis
kelamin.
Dalam masyarakat dapat ditemukan bahwa keluarga terdiri atas dua bentuk, yaitu
keluarga batih dan keluarga besar.
a. Keluarga batih (nuclear family, conjugal family, basic family), yaitu kelompok yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family, consanguine family), yaitu keluarga batih ditambah
kerabat lain yang memiliki hubungan erat (hubungan darah) dan senantiasa
dipertahankan, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, kemenakan, dan
sebagainya.

Keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat. Sebagai satuan terkecil,


keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia.
Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik
karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai nilai dan praktik
kehidupan. Berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat antara lain
perkembangan dan peradaban kebudayaan terutama IPTEK yang berkembang secara
pesat telah mempengaruhi institusi keluarga. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai
dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi
kehidupan masyarakat dewasa ini mempengaruhi kehidupan keluarga (Faizal, 2020) .
Keluarga adalah inti terkecil masyarakat yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak. Masing-masing memiliki peran dan fungsinya. Pada tatanan keluarga
tradisional dilakukan pembagian tanggung jawab menurut jenis kelamin, misalnya ayah
sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga dan ibu mengatur tugas-tugas domestic.
Namun dalam keluarga modern, ayah dan ibu sama-sama mencari nafkah dan
mengasuh anak-anak. Ada kerja sama yang baik dan saling menopang dalam keluarga.
Sistem yang masih berlaku sampai dengan saat ini adalah ayah sebagai kepala keluarga.
Hal ini bertujuan menempatkan ayah sebagai super power, namun fungsi kepala

3
keluarga adalah dalam rangka mengorganisasi keluarga sehingga semua dapat berjalan
dengan baik. Laksana perahu harus ada satu nakhoda yang memegang kemudi sebagai
penunjuk arah, begitu pula fungsi ayah sebagai keluarga. Banyak kaum feminis
mengkritik hal ini namun hingga saat ini masyarakat modern tetap menginginkan ada
satu kemudi dalam keluarga sehingga management keluarga dapat berjalan dengan
baik.
Keluarga dapat dikatakan ideal apabila masing-masing individu di dalamnya
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana fungsi keluarga pada umumnya. Terciptanya
keluarga ideal akan menciptakan keluarga yang harmonis dan sejahtera. Namun, seiring
perkembangan zaman terdapat perubahan atau pun pergeseran fungsi atau peran di
dalam keluarga. Perubahan itu mempengaruhi managemen atau pengaturan keluarga
dimasa kini.

Dalam lembaga keluarga anggota-anggotanya hidup dan bekerja sama untuk


mewujudkan kesejahteraan bersama. Keluarga merupakan wadah pembentukan nilai-
nilai, baik nilai sosial budaya, spiritualitas keagamaan, moral maupun pembentukan
mental, karakter.nilai mentalitas. Keluarga terbentuk karena adanya perkawinan.
Fungsi keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut para sosiolog adalah sebagai berikut.
a. Fungsi biologis yang berkaitan dengan pemenuhan yang bersifat biologi, misalnya
makan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara dan merawat
anggota keluarga secara fisik.
b. Fungsi sosialisasi yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian anak.
c. Fungsi afeksi yang berhubungan dengan kasih sayang, keintiman, perhatian dan rasa
aman yang tercipta dalam keluarga.
d. Fungsi edukatif yang berkaitan dengan mendidik anak dan menyekolahkan anak.
e. Fungsi religius yang mendorong dikembangkannya anggota keluarga menjadi insan-
insan agama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Fungsi protektif yang memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan
memberikan perlindungan secara fisik, ekonomis maupun psikologis.
g. Fungsi rekreatif dengan tujuan untuk mencari hiburan, memberikan suasana yang
segar dan gembira dalam lingkungan keluarga.

4
h. Fungsi ekonomis yang berkaitan dengan orang tua yang mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
i. Fungsi status sosial yakni kedudukan atau status yang diwariskan kepada anak-
anaknya.

Kata Kunci

Keluarga, fungsi, tugas anggota keluarga

D. Keluarga Kristen

1. Kasih sebagai Dasar Hidup Berkeluarga


Tuhan menghendaki agar kasih menjiwai seluruh kehidupan manusia (Ulangan
6:5, Imamat 19:18, Matius 22:37-39, dan 1 Korintus 13), secara khusus dalam
kehidupan pernikahan. Di mana ada kasih, diyakini di situ ada damai sejahtera.
Pernikahan merupakan salah satu anugerah Tuhan yang besar untuk dapat
menghayati kasih Tuhan. Kasih memegang peranan yang sangat penting dalam
hubungan suami-istri. Dan kasih agape merupakan kasih yang dapat mengikat sebuah
pernikahan untuk tetap bertahan sampai maut memisahkan. Melalui pernikahan
terbentuklah keluarga. Suami dan isteri adalah dua orang yang berperan penting dalam
kehidupan keluarga.
Pada suatu waktu, cepat atau lambat, hubungan suami-istri akan menghadapi
masa-masa krisis bahkan mungkin menghadapi bahaya. Tidak ada pernikahan yang
tidak menghadapi masalah atau pergumulan. Namun jika pernikahan dilandasari
dengan kasih agape, sekuat apapun bahaya dan tantangan yang dihadapi pasti tetap kuat
dan tegar.
Agape adalah kasih yang mendorong seseorang untuk terus-menerus berbuat
kepada dan demi kebaikan pihak lain. Kasih ini tidak akan berubah menjadi benci ketika
kasihnya ditolak. Kasih semacam ini dilukiskan seperti: sungai yang terus menerus
mengalir. Meskipun ditolak, aliran itu tidak akan berhenti atau berbalik, namun terus
mengalir.

5
Agape adalah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Agape adalah kasih
yang berdasarkan pada hormat dan pengetahuan yang dalam akan perintah-perintah
Tuhan untuk manusia. Kasih agape berakar pada cinta Tuhan yang murni kepada
manusia. Tuhan tidak mencari apa yang menyenangkan. Tuhan mencurahkan dan
membagikan cinta-Nya tanpa syarat kepada orang-orang berdosa. Agape adalah cinta
kepada seseorang yang tidak layak untuk dicintai. Cinta yang mengandung makna
kemurahan dan belas kasih yang terdalam.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa keluarga yang kuat merupakan tiang
penopang bagi masyarakat. Mengapa demikian? Karena jikalau keluarga kuat dan sehat
berarti mengurangi ekskalasi persoalan dalam masyarakat. Kita tahu bahwa
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam sikap hidup manusia umumnya
terjadi karena pola asuh dalam keluarga. Oleh karena itu, jika keluarga telah melakukan
fungsinya dengan baik, maka masyarakat dapat hidup tenang.
Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga zaman dulu. Dalam ikatan
keluarga, orang-orang mengalami pergolakan dan perubahan yang hebat, apalagi
mereka yang hidup di kota. Apabila ditinjau keluarga-keluarga didaerah yang belum
mengalami maupun menikmati hasil kemajuan teknologi, kemajuan dalam dunia
industri dan sebagainya, maka gambaran mengenai ikatan dan fungsi keluarga adalah
jauh berbeda jika dibandingkan dengan keluarga yang berada di tengah segala
kemewahan materi. Berbagai perubahan yang terjadi tak jarang menimbulkan
disorganisasi dalam keluarga. Disorganisai dalam keluarga adalah perpecahan keluarga
sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajibannya yang
sesuai dengan peranan sosialnya. Bentuk-bentuk disorganisasi masa kini adalah
keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar nikah, perceraian, buruknya
komunikasi antar anggota keluarga, krisis keluarga karena salah satu yang bertindak
sebagai kepala keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan keluarga, seperti
meninggal, dihukum atau mengalami gangguan keseimbangan jiwa salah satu anggota
keluarga (Kun, 2015).

2. Fungsi keluarga Menurut Alkitab


a. Sebagai teman sekerja Allah dalam mengelola alam semesta dan segala isinya
(Kejadian 1:28). Setiap manusia, termasuk keluarga bertanggung jawab untuk
menjaga kelestarian alam, misalnya dengan memanfaatkan hasil alam untuk

6
memenuhi kebutuhan manusia dengan secukupnya, menjaga kebersihan dan
keindahan alam, ramah terhadap lingkungan, dan sebagainya.
b. Sebagai lembaga pendidik utama dan pertama (Ulangan 6:4-9). Yang
pertama berarti belum ada lembaga lain yang dapat mendahului peran keluarga
dalam pendidikan. Yang utama tidak dalam pengertian “super body” melainkan
sebagai Lembaga pertama disamping Lembaga lainnya, misalnya sekolah. Dengan
kata lain, keluarga menjadi lingkungan dasar penerapan nilai-nilai kehidupan sesuai
dengan ajaran Kritiani.
c. Sebagai wadah kepada semua anggota keluarga dalam mengekspresikan kasih,
kesetiaan dan sikap saling menghormati (Efesus 5:22-23; 6:1-3). Setiap anggota
keluarga menciptakan lingkungan dalam keluarga yang harmonis dengan
menghayati dan melakukan ajaran-ajaran Kristiani sehingga dapat terpancar dalam
lingkungan masyarakat yang lebih luas.

3. Peran Allah dalam Kehidupan Keluarga


Allah sendiri yang memanggil manusia dan membentuk keluarga. Allah
menciptakan manusia sepasang yakni laki-laki dan perempuan (Kejadian 2:21-25).
Manusia diciptakan berbeda tetapi satu kesatuan. Artinya, manusia diciptakan dalam
dua jenis kelamin. Dalam perbedaan itu manusia menjadi satu persekutuan yang luar
biasa karena saling membutuhkan, saling mendukung, saling melengkapi. Tuhan
memberikan daya tarik yang luar biasa dalam diri sebagai laki-laki dan perempuan
sehingga mempunyai rasa suka yang membuat mereka bertemu dan mengikat diri.
Itulah cikal bakal manusia membangun keluarga.
Dalam keluarga Kristen, ada hal yang khas berkaitan dengan peran Allah dalam
keluarga. Peran Allah melingkupi seluruh aspek kehidupan keluarga maupun pribadi
yang meliputi kebutuhan keluarga akan berkat Allah, pengampunan serta pembaharuan
oleh Allah.
a. Berkat Allah
Pengertian berkat Allah cakupannya sangat luas, bukan hanya sekedar uang atau hal
material lainnya. Berkat Allah juga meliputi kesehatan, sukacita, damai sejahtera,
kemenangan, umur panjang, kebahagiaan, dan sebagainya. Berkat Allah dibutuhkan
keluarga sebagai bagian dari penyertaan Allah seperti yang dijanjikan dalam Alkitab
kepada orang-orang yang berkenan kepadaNya, misalnya Abraham yang diberkati
Tuhan dalam segala hal (Kejadian 24:1), Obed-Edom beserta keluarganya diberkati

7
Tuhan karena membiarkan tabut Tuhan tinggal dalam rumah mereka (2 Samuel
6:11). Berkat Allah juga akan diterima oleh keluarga Kristen pada masa kini yang
tetap setia berpedoman dan berpegang kepada Tuhan, seperti ucapan berkat yang
ditulis dalam Bilangan 6:24-26.
b. Pembaharuan oleh Allah
Pembaharuan oleh Allah sering disebut juga dalam kekristenan sebagai ‘hidup baru’.
Artinya, manusia memulai kehidupan yang lebih baik dan berarti di dalam Kristus.
Kristus masuk dan berdiam dalam kehidupan manusia yang baru, yang tidak sama
dengan kehidupannya yang lama. Pembaharuan oleh Allah dalam keluarga kita akan
dirasakan dalam arah dan tujuan kehidupan keluarga yang sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan. Orientasi keluarga bukan hanya kepada kehidupan
keluarga sendiri, tetapi berpusat hanya kepada Kristus. Seperti dalam Efesus 4:17-
20, kehidupan yang diperbaharui oleh Tuhan bukan lagi kehidupan dengan pikiran
yang sia-sia, hidup dalam persekutuan yang jauh dari Allah, hidup dalam kedegilan
hati, melainkan kehidupan yang mengerti siapa Allah dan apa yang menjadi
kehendakNya dalam hidup keluarga kita. Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti
keluarga bertumbuh di dalam Kristus yang mempunyai makna lebih mengenali Dia,
lebih mengasihi dan menaatiNya. Keluarga Kristen merupakan pusat dan tujuan dari
perjanjian Allah, yakni untuk menjadi saksi bagi dunia. Karena itu di dalam anugerah
Allah, kita sebagai anggota keluarga Kristen harus melakukan yang terbaik dalam
membangun keluarga yang berkenan kepada Allah. Keluarga yang berkenan
kepadaNya adalah keluarga yang berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus.
Seperti pengajaran Tuhan Yesus yang menggambarkan bahwa Allah memiliki tujuan
yang jelas bagi setiap manusia ciptaanNya termasuk keluarga, yaitu agar umat
manusia bertumbuh, lalu menghasilkan buah (Yohanes 15:1-8).

Peranan keluarga (orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan, memenuhi


kebutuhan sandang, pangan dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik
bagi anak-anak. Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami
istri untuk berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi
orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh kasih sayang
terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembangan pribadi anak
sesuai dengan nilai-nilai Kristen.

8
Keluarga Kristen tentu harus memberikan pendidikan Kristen kepada anggota
keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada nilai-nilai
kristiani. Selain itu juga mengupayakan perubahan, pembaharuan anggota keluarga
secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluarga hidup sesuai
dengan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab. Pendidikan
secara kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani Yesus sebagai
Guru Agung yang menjadi teladan bagi pengikutNya, agar memiliki pemahaman serta
relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus.

4. Tugas Panggilan dalam Keluarga

Pada zaman modern masalah-masalah yang muncul dalam keluarga semakin


kompleks. Misalnya masalah pendidikan anak atau pergaulan, relasi suami-istri, orang
tua-anak, suami dan istri yang bekerja di luar rumah, dsb. Hal lainnya adalah relasi
keluarga dalam arti luas yaitu hubungan famili.
Di tengah-tengah keluarga sendiri, Kabar Baik harus terus dihadirkan melalui
keteladanan yang baik dari orangtua kepada anak-anak. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan. Hal utama dan pertama adalah mendidik keluarga (anak-anak) terus-
menerus dan mengajarkannya berulang-ulang untuk mengasihi dan kepada Tuhan
(Ulangan 6:5-7). Hal ini dapat dilatih dengan setia beribadah bersama di rumah, rajin
berdoa, dan tekun membaca Alkitab. Contoh lainnya adalah menanamkan nilai-nilai
Kristiani dalam keluarga dengan memupuk semangat gotong royong, membiasakan
peduli dengan sesama anggota keluarga, saling menghormati, saling menolong,
membiasakan sikap jujur, murah hati, dan mengasihi satu dengan yang lainnya.
Mempraktikkan nilai-nilai Kristiani haruslah dimulai dalam keluarga sendiri. Tidak
mungkin keluarga Kristen dapat mewartakan Kabar Baik di luar rumah, jika tidak mulai
dari dalam rumah tangga sendiri.
Dalam lingkup keluarga yang lebih luas, mewartakan Kabar Baik dapat
dilakukan dengan memelihara hubungan antar keluarga besar agar kesatuan keluarga
dapat dijaga. Hubungan harmonis dengan famili dapat dirawat dengan saling
memperhatikan. Saling menopang atau membantu jika ada keluarga yang
membutuhkan uluran tangan kita. Jangan pernah menahan berkat atau rejeki dengan
keluarga besar yang membutuhkan. Jangan pernah pilih kasih atau membedakan ketika

9
menolong atau membantu keluarga. Bantu dan topanglah baik keluarga suami maupun
keluarga istri. Perlakukan dengan hal yang sama.

5. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidik Pertama dan Utama


Mengacu pada Kitab Ulangan 6:1-9, orang tua menerima amanat agung dari
Allah untuk mendidik anak-anaknya. Kitab Ulangan 6.1."Inilah perintah, yakni
ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu,
untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya 6. 2. supaya
seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan
berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan
supaya lanjut umurmu. 6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan
setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang
dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya. 6:4 Dengarlah, hai orang Israel : TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu esa! 6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6:6 Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan 6:7 haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila
engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun. 6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya
sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 6:9 dan
haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Dengarlah hai Israel: Yahweh, Allahmu, hanya satu, Allah yang Esa. Ayat-ayat
ini adalah kepercayaan orang-orang Yahudi: mereka mengucapkannya setiap hari.
Yesus menyinggung teks ini ketika mereka menanyakan Dia tentang perintah yang
paling utama. Lihat Mrk 12:28 dan komentarnya.
Bagian Alkitab ini sering kali disebut sebagai "_Shema_" (bah. Ibr. _shama_ --
mendengar). Bagian ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena
diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh dan secara tetap dalam kebaktian
di sinagoge. pernyataan ini diikuti dengan perintah ganda kepada bangsa Israel:

1. untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan dan

10
2. untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka

Doktrin ini menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang esa dan benar, bukan
sekelompok dewa, yang berbeda-beda, dan mahakuasa di antara semua dewa dan roh
di dunia ini . Allah ini harus dijadikan satu-satunya sasaran kasih dan ketaatan Israel. (
Aspek "keesaan" ini merupakan dasar dari larangan untuk menyembah dewa lainnya .
Allah mendambakan persekutuan dengan umat-Nya dan memberikan mereka
satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka kepada-Nya. Yaitu perintah
untuk mengasihi-Nya. Dengan menanggapi kasih Allah, mempersembahkan rasa
syukur dan kesetiaan kepada-Nya, mereka akan memperoleh keselamatan dan umur
yang panjang di tanah perjanjian. Ketaatan sejati kepada Allah dan perintah-perintah-
Nya dimungkinkan hanya apabila itu bersumber pada iman dan kasih kepada Allah.
Bahwa:
1. Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah ialah
mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun
mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
2. Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang-
tua.
3. Pengarahan rohani harus berpusat di rumah, dan melibatkan ayah dan ibu.
4. Pengabdian kepada Allah di dalam rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah
perintah langsung dari Allah.
5. Tujuan dari pengarahan oleh orang-tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan
Tuhan, berjalan pada jalan-Nya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani
Dia dengan segenap hati dan jiwa.
6. Orang percaya harus dengan tekun memberikan kepada anak-anaknya pendidikan
yang berpusatkan pada Allah di mana segala sesuatu dihubungkan dengan Allah
dan jalan-jalan-Nya

Kamu harus mengasihi Yahweh (Allah) dengan segenap hatimu Ulangan 6:5).
Israel tahu bahwa dengan membalas kasih Allah yang memilih mereka maka mereka
berada pada jalan yang benar dan Allah akan mengganjar mereka dengan kedamaian
dan kemakmuran.

11
Ukirlah perintah-perintah ini dalam hatimu: selalu ingat perintah-perintah ini
supaya perintah-perintah ini membantu kamu menyusun pikiran kamu dan bisa menilai
segala sesuatu menurut norma-norma ini.
Ajarkanlah berulang-ulang perintah-perintah ini kepada anak-anak kamu:
karena kamu bertanggung jawab atas iman mereka. Tulislah perintah-perintah ini di
tanganmu atau biarlah perintah-perintah ini membimbing tindakan-tindakanmu.
Letakkanlah perintah-perintah ini di depan matamu supaya kamu tidak hanya
mengingatnya kalau sudah terlambat, pada saat kamu hanya bisa mengerang atas
kesalahan-kesalahanmu.

Ukirlah perintah-perintah ini pada pintu gerbang kota atau pakailah perintah-
perintah ini untuk menuntun kehidupan ekonomi dan kehidupan sosialmu. Mengukir
perintah Allah dipintu gerbang kota merupakan sebuah perintah bahwa pendidikan bagi
anak-anak tidak terbatas hanya di lingkungan keagamaan dan lingkungan keluarga
semata-mata namun masyarakat juga bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak.
Bahwa pendidikan bagi anak-anak tidak hanya sebatas pendidikan iman namun
menackup kehidupan secara holistik.
Mengacu pada bagian Alkitab ini, mendidik anak-anak dalam keluarga
merupakan bagian dari ketaatan kepada Perintah Allah. Mengapa aspek mengajar dan
mendidik anak-anak dikaitkan dengan kasih kepada Allah? Orang tua yang tidak
melupakan tugasnya mendidik anak-anak adalah orang tua yang membuktikan diri
sebagai umat yang taat dan kasih kepada Allah. Karena kasihnya kepada Allah maka
merekapun mendidik anak-anaknya untuk mengenal Allah yang maha kasih. Untuk
mampu mendidik anak-anak dalam keluarga, orang tua harus terlebih dahulu mengasihi
Allah dan hidup dalam persekutuan dengan Allah. Karena keteladan orang tua
merupakan didikan bagi anak-anaknya. Jadi, mendidik anak-anak menurut Kitab
Ulsangan 6:1-9 tidak cukup melalui ajaran verbal atau kata-kata melainkan terutama
melalui “teladan kehidupan”.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi seorang manusia dalam
bersosialisasi. Horace Bushnell mengatakan bahwa keluarga adalah tempat pesemaian
embrio Pendidikan bagi anak-anak. Menurut Groome model Pendidikan Horace
Bushnell adalah sosialisasi primer yang akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang

12
menuju kedewasaan. Pada masa dewasa seiring dengan pertambahan usia maka
sosialisasi akan semakin meluas kearah sosialisasi sekunder.
Pada tahun 2017 mahasiswa Prodi PAK FKIP UKI melakukan penelitian
terhadap para orang tua di beberapa gereja yang ada di Jabodetabek. Salah satu
pertanyaan yang diajukan dalam penelitian tersebut adalah: apakah orang tua
menyediakan waktu secara khusus untuk berdoa Bersama anak-anaknya? Hampir
semua responden menjawab tidak sempat. Kenyataan ini menjadi alarm atau peringatan
bagi orang tua bahwa berdoa bersama amat penting untuk membiasakan anak dan orang
tua beribadah di rumah sekaligus memotivasi anak untuk setia berdoa, membaca
Alkitab dan beribadah. Memang intensitas beribadah bukanlah jaminan seseorang
beriman namun pembiasaan itu memotivasi anak-anak dalam keluarga untuk
memahami pentingnya berdoa dan beribadah untuk membangun iman dan mempererat
kebersamaan dalam keluarga.
Dewasa ini tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak sebagian besar atau
bahkan mungkin seluruhnya telah diambil alih oleh lembaga pendidikan lain, misalnya
sekolah dan gereja. Keluarga cenderung sibuk dengan tanggung jawab lain, sehingga
cenderung melupakan perannya utamanya sebagai pendidik pertama bagi anak-anak,
dan merasa cukup dengan memberikan tanggung jawab pendidikan anak-anak kepada
pihak lain (sekolah, pembantu, lembaga tertentu). Apakah benar demikian?
Pengawasan dari orang tua terhadap anak mulai melemah, padahal peran orang tua
menjadi sangat penting terutama dalam proses pengawasan dan pengendalian tersebut.
Dalam tahap ini orang tua mulai berperan sebagai agent of social control (agen kontrol
sosial) terhadap anak-anaknya, sehingga nilai-nilai kehidupan yang dijalani tidak
bertentangan dengan nilai-nilai kristiani yang ditanamkan sejak kecil. Nilai kristiani
yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetaraan, pengampunan, penebusan,
penyelamatan oleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, serta
mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Menjadi orang tua yang baik bukan
berarti menyetujui atau membenarkan dan meng-iya-kan semua yang dikehendaki oleh
anak, dan orang tua harus bisa memilah mana hal yang diperbolehkan dan mana yang
tidak diperbolehkan. Melalui kesaksian hidup kristiani yang diilhami oleh nilai-nilai
Kristen akan mengantar anak secara efektif untuk semakin mengenal dan mencintai
Kristus.

13
6. Berbagai Permasalahan Dalam Keluarga

Para pakar sosilogi keluarga mengemukakan beberapa masalah yang dihadapi


oleh keluarga masa kini: dan cara mengatasinya. Tentu saja pandangan ini bukanlah
resep yang dapat diterapkan untuk semua keluarga karena meskipun secara garis besar
permasalahan keluarga dapat dipetakan namun pemicu masalah sangat beragam untuk
tiap keluarga. Oleh karena itu apa yang dikemukakan disini hanyalah sebuah pemetaan
yang belum tentu cocok untuk semua situasi rumah tangga.

1. Masalah ekonomi/keuangan

Keuangan memang menjadi permasalahan yang pelik ketika dua orang bersatu
dalam ikatan pernikahan. Biasanya masalah keuangan bisa terjadi apabila
penghasilan kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidup dalam rumah tangga.
Ataupun berlangsung praktik besar pasak dari pada tiang. Sifat konsumtif
menyebabkan pengeluaran lebih besar dari gaji.sehingga istri menjadi sering marah
dan tidak patuh pada suami.

Solusi:

Untuk mengatasi masalah ini harus di atasi secara bijaksana oleh suami dan istri, di
bicarakan baik-baik dan mencari solusi bersama. Misalnya jika pencari nafkah dalam
keluarga hanya satu orang saja entah suami atau isteri, maka keduanya dapat bekerja
supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masalah juga bisa timbul
Ketika gaji isteri lebih besar dari suami. Secara psikologis akan rentan konflik karena
apapun Tindakan isteri dapat disalahartikan sebagai sikap superior karena merasa
penghasilan lebih besar.

2. Ketidakhadiran Anak

Ketika usia pernikahan mulai bertambah, kehadiran anak memang ditunggu-tunggu


untuk menghidupkan dan meramaikan kembali keluarga kecil mereka. Dan masalah
akan terjadi apabila kehadiran anak ini tidak kunjung datang, hal inilah yang
menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga terjadi.

Solusi:

14
Untuk mengatasi masalah ketidakhadiran anak dalam rumah tangga harus disikapi
dengan bijak oleh suami dan istri. Bisa dengan menghubungi konsultan rumah
tangga untuk solusi mendapatkan anak. Atau jika sudah mentok dan dimungkinkan
untuk mengadopsi anak, hal ini bisa menjadi solusi.

3. Perselingkuhan

Perselingkuhan sering terjadi dan hal ini yang paling banyak menyebabkan
terjadinya perceraian. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
masalah komunikasi, ekonomi, keuangan, penggunaan media sosial sering
mempertemukan Kembali seseorang dengan pacar lama sehingga bisa terjadi
hubungan lama tersambung Kembali dan hal ini bisa terjadi perselingkuhan.

Solusi:

Harus ada keterbukaan antara pihak suami dan istri, menceritakan alasan mengapa
berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila kasus perselingkuhan sudah terjadi
maka suami dan isteri perlu mencari pertolongan dari konsultan perkawinan ataupun
Pendeta jemaat untuk membantu mencari solusi. Perselingkuhan biasanya
menimbulkan luka yang dalam bahkan membuat pasangan kehilangan kepercayaan.
Penyembuhan luka membutuhkan waktu yang lama bahkan dapat berakhir dengan
perceraian.

4.Kehidupan Seksual

Aspek seksual juga dapat menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Jika ada salah
satu pihak yang tidak nyaman dan tidak merasa puas berkaitan dengan kebutuhan
seksual maka lama kelamaan akan menjadi sumber konflik. Biasanya orang malu
untuk membicarakan hal ini secara terbuka karena masih dianggap tabu. Namun
menghadapi persoalan ini suami dan isteri membutuhkan keterbukaan bahkan dapat
melibatkan councelor perkawinan.

5. Istri kurang dalam mengurus rumah tangga

Kebiasaan yang ini memang sering terjadi pada awal pernikahan, istri kurang trampil
dalam memasak, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersihkan rumah dan
sebagainya. Hal ini kadang membuat suami merasa kecewa dan membuat kesal.

15
Namun pandangan tradisional yang memetakan perempuan melakukan tugas-tugas
domestic harus diubah. Hal itu terjadi Ketika dalam masyarakat patriakhi laki-laki
menjadi pencari nafkah dalam keluarga padahal di zaman kini umumnya perempuan
dan laki-laki mencari nafkah Bersama. Oleh karena itu baik laki-laki maupun
perempuan melakukan tugas-tugas mengurus rumah tangga secara Bersama-sama.
Hal ini harus diteruskan pada model parenting dengan memberikan tugas yang sama
dan bergilir untuk anak laki-laki dan perempuan. Terkadang justeru kaum
perempuan sebagai Ibu mereka malahan yang melestarikan tugas domestic
perempuan.

6. Mertua Ikut Campur

Dalam rumah tangga ketika kehadiran orang tua atau mertua yang terlalu ikut
campur masalah keluarga juga bisa menimbulkan masalah antara suami istri. Seperti
mertua yang terlalu banyak komentar, terlalu banyak menegur dan sebagainya. Di
Indonesia Ketika seseorang menikah maka dengan sendirinya masing-masing pihak
masuk dan beradaptasi dengan keluarga pasangan. Jika semuanya berjalan baik
maka takkan terjadi apa-apa. Jika semuanya tidak berjalan dengan baik dalam proses
interaksi maka dapat melahirkan persoalan yang tidak sederhana bahkan dapat
mengancam keutuhan rumah tangga.

Solusi:

Untuk masalah ini diperlukan kedewasaan dan ketenangan dalam menghadapi


mertua / orang tua sekalipun. Jangan mengekspresikan kemarahan langsung didepan
mereka gunakan akal dan pikiran dingin, maka masalah akan terselesaikan.

7. Komunikasi

Keterbatasan komunikasi antara suami dan istri dikarenakan kesibukan kerja juga
menjadi permasalahan yang harus diperhatikan. Waktu kerja yang tidak berbarengan
mengakibakan suami atau istri kekurangan waktu untuk berbincang, bercerita dan
menuangkan keluh kesah rutinitas pekerjaan.

Solusi:

Quality time memang sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan


komunikasi ini. Minimal seminggu sekali perlu berlibur bareng, makan diluar bareng

16
atau sekedar olahraga bereng untuk tetap menjaga komunikasi diantara suami dan
istri.

8. Menyatukan perbedaan

Pernikahan merupakan menyatukan dua insan yang berbeda, berbeda dari sifat,
karakter, kebiasaan dan juga kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan sebuah
rumah tangga menjadi lebih berwarna. Akan tetapi tak jarang juga perbedaan ini
menyebabkan ketikak cocokan antara kedua insan manusia ini yang akhirnya
menyebabkan masalah dalam rumah tangga.

Solusi:

Perbedaan ini memang akan selalu ada meskipun dengan usia pernikahan yang sudah
lama sekalipun. Solusinya adalah dengan menghargai dan menyesuaikan diri dengan
perbedaan yang ada. Kuncinya adalah dengan komunikasi yang baik antar suami dan
istri.

9. Perbedaan Keyakinan

Meskipun perbedaan keyakinan ini sudah mereka ikrarkan sebelum perkawinan,


akan tetapi perbedaan ini biasanya muncul kembali setelah kehidupan berkeluarga
dijalankan. Ego yang membawa masing-masing orang mempertahankan keyakinan
mereka dan berusaha mengajak pasangan / anak untuk mengikuti keyakinannya.

Solusi:

Pada situasi ini mungkin akan terjadi problem yang panjang, pihak suami dan istri
tidak mau mengalah. Untuk itu hargailah perbedaan dan konsisten dengan ikrar
diwaktu sebelum pernikahan. Masalah anak yang ingin mengikuti keyakinan ayah
atau ibu, biarlah sang anak yang menentukannya sendiri.

10. Perubahan Fisik

Masalah fisik terjadi biasanya setelah melahirkan, istri tidak dapat mengembalikan
bentuk tubuh seperti sebelum melahirkan, sehingga suami menjadi tidak suka
dengan istri lagi. Dan terjadi juga sebaliknya, masalah ini tidak bisa dianggap remeh,
hal inilah yang memicu timbulnya permasalahan rumah tangga.

17
Solusi:

Bagi suami dan istri seperti sebelumnya komunikasi memang menjadi solusi yang
pertama, utarakan alasan mengapa menginginkan pasangan memelihara tubuh.
Tentu alasan utamanya adalah untuk Kesehatan bukan sekadar kecantikan artifisial.

11. Perbedaan pandangan

Memiliki pendapat yang berbeda itu wajar, hanya saja ketika ego sudah tidak dapat
dikendalikan, menyebabkan kondisi atau suasana yang tidak harmonis. Hal ini
terutama berkaiatan model parenting atau pengasuhan anak. Seringkali ditemukan
Ayah dan Ibu tidak satu suara dalam mendidik anak. Terkadang terjadi Ketika Ayah
setuju tetapi Ibu tidak setuju atau sebaliknya. Hal ini membingungkan anak-anak,
apalagi jika tidak ada konsitensi dalam mendidik anak. Belum lagi menghadapi
anak-anak yang bertumbuh menjadi remaja maupun menuju dewasa. Orang tua
dituntut untuk benar-benar menjadi teman yang dapat mendengarkan dan memahami
anak-anak. Biasanya anak-anak mengalami berbagai tekanan dan straess dalam
kehidupan di lingkungan pertemanan maupun di sekolah. Orang tua perlu mengenal
lingkungan anak-anak, mengenal siapa saja teman anak-anaknya sehinga tahu persis
lingkungan pergaulan anak-anak.

Solusi:

Hargailah perbedaan, perbedaan pendapat memang sering dijumpai dalam rumah


tangga tetapi menyikapi dengan dewasa menjadi solusi yang terbaik untuk masalah
ini. Dalam mendidik anak, suami dan isteri sebagai Ayah dan Ibu harus saling
mendukung dan satu suara dalam menghadapi anak-anaknya. Orang tua sedapat
mungkin tidak menempatkan diri sebagai manusia superior yang penuh kuasa untuk
memerintah. Sebaliknya menyediakan diri untuk mendengarkan dan memahami
masalah yang dihadapi oleh anak-anaknya.

12. Pembagian tugas

Membagi tugas kantor dengan tugas rumah memang kadang menimbulkan


perselisihan, jika suami istri sama-sama orang kantoran maka pekerjaan rumah
menjadi tidak terurus dan tidak terawat, sehingga rawan terjadi perselisihan. Hal itu

18
tidak menjadi masalah jika memiliki asisten rumah tangga. Namun tidak semua
keluarga mempekerjakan asisten rumah tangga. Orang tua dapat membagi tugas
secara adil pada semua anggota keluarga seturut usia dan kemampuannya.
Pembagian tugas itu dilakukan secara adil sekaligus untuk mendidik anak-anak
bertanggungjawab. Hendaknya diingat bahwa anak laki-laki dan perempuan dapat
diberi tugas yang berimbang berdasarkan usia dan kemampuan bukan karena jenis
kelamin. Misalnya anak perempuan masak dan anak laki-laki mencuci mobil atau
menyapu halaman. Padahal anak laki-laki dan perempuan dapat mengerjakan tugas-
tugas domestic bersama-sama atau secara bergantian. Begitu pula suami dan isteri
dapat secara Bersama-sama melakukan pekerjaan rumah tangga bahkan mengasuh
anak sejak masih bayi.

13. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

Setiap keluarga pasti suatu saat tertentu akan menghadapi konflik dan pertikaian.
Konflik atau pertengkaran yang terjadi dalam keluarga itu bermacam-macam. Ada
konflik yang terjadi antara suami dan istri, ada konflik antara anak dan orang tuanya,
ada konflik antara orang tua dengan menantunya, semua konflik yang terjadi tersebut
berpotensi menimbulkan keadaan yang kurang harmonis di dalam kegiatan sehari-
hari. Dari beberapa pelaku konflik yang berbahaya adalah konflik yang terjadi
diantara suami istri, jika permasalahan yang menjadi penyebab konflik masih kecil
maka bisa dengan mudah bisa segera diselesaikan, akan tetapi jika penyebab konflik
itu sudah sangat besar dan rumit maka sudah dipastikan akan membutuhkan waktu
yang lama serta tenaga pikiran yang banyak untuk bisa menyelesaikannya. Dari
pelaku konflik yang ada, jika pelaku konfliknya adalah antara suami dan istri
biasanya akan terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sering kita
temukan banyaknya para perempuan yang menjadi korban KDRT. Terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga, bisa dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk
tekanan fsikis yang berkepanjangan. Bahkan dalam beberapa penelitian angka
KDRT di Indonesia cukup memprihatinkan. Bukan hanya terjadi antara suami
dengan isteri tetapi juga yang terjadi pada anak-anak. Justeru lingkungan keluarga
merupakan lingkungan dimana terjadi kekerasan terhadap anak-anak. Kekerasan
fisik dilakukan oleh orang tua terhadap anak ataupun orang-orang terdekat. Baik
kekerasan dalam bentuk psikis, fisik maupun kekerasan seksual.

19
Dalam konflik dan kekerasan banyak aspek postif yang hancur dalam keluarga,
banyak waktu yang terbuang jika terjadi sebuah konflik dalam keluarga. Tenaga dan
pikiran yang seharusnya digunakan untuk membangun keluarga terbuang sia-sia
karena habis terkuras dalam menghadapi tekanan konflik bahkan hubungan keluarga
hancur.

Tingginya tingkat perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, munculnya ibu yang
masih remaja, ibu yang bekerja yang seluruh waktunya tercurah untuk pekerjaan di
luar rumah, adalah bagian dari perubahan bentuk dan struktur keluarga. Keluarga
konvensional yang konsepnya adalah solidaritas, saling menerima, saling percaya,
saling tergantung satu sama lain untuk saling memenuhi keiginan dan kebutuhan
sehingga tercapai ketentraman dalam kehidupan keluarga, pada saat ini hal tersebut
dianggap sudah tidak layak dan tidak sesuai lagi, karena dianggap tidak modern.
Disamping itu, lingkungan pergaulan anak-anak di masa kini cukup
mengkhawatirkan dengan adanya peningkatan pemakaian berbagai jenis obat
terlarang dimana korban yang paling rentan adalah anak-anak, remaja dan kaum
muda baik laki-laki maupun perempuan membuat para orang tua dalam keluarga
sulit untuk mememajmkan mata. Apalagi berbagai kasus pergaulan bebas di
kalangan remaja dan kaum muda cukup meresahkan.

Solusi

Menghadapi mencegah dan mengatasi KDRT dapat dilakukan antara lain dengan
membentengi diri dengan ketahanan emosional, kerelaan untuk mendengarkan,
rendah hati, saling memahami , saling menolong dan memaafkan, bersedia
mendengarkan. Sebagai orang Kristen ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

7. Kebersamaan Dalam keluarga


a) Segi-segi yang direncanakan dalam liburan/ rekreasi
Pkh. 3 menyatakan bahwa dalam kehidupan ini kita perlu menyadari bahwa segala
sesuatu ada waktunya; bahkan Tuhan Yesus mengajak murid-murid- Nya beristirahat
sejenak dari segala kesibukan pelayanan (Mrk. 6:31).

20
b) Bekerja sama
Bekerja sama akan berdampak anggota-anggota keluarga belajar saling menghargai
dan saling mengerti satu sama lain

c) Belajar bersama
Belajar tidak harus di dalam kelas, namun dalam segala keadaan dan tempat.

d) Berdoa bersama
Dalam kehidupan sebuah keluarga Kristen, doa bukan sekedar nafas r o h a n i dari
orang percaya. Lebih dari itu, doa bersama adalah suatu gaya hidup dari orang yang
percaya

8. Komunikasi Dalam Keluarga

Harmonisasi dalam keluarga tidak dapat tercipta secara otomatis, karena membutuhkan
upaya untuk mewujudkannya. Unsur yang amat penting adalah melalui komunikasi
dalam keluarga.

Dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga, kita perlu memiliki keterampilan,


yaitu:

a) Menjadi pendengar yang baik

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat
untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah” (Yakobus 1:19)

b) Memberi respon, bukan reaksi

“Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang
mengabaikan cemooh.” (Amsal 12:)

c) Mengatakan perkataan-perkataan yang membangun

”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang
baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh
kasih karunia.” (Efesus 4:29)

21
Membangun keluarga harmonis dan bahagia bukan berarti tanpa masalah, justeru cara
kita mengatasi masalah yang ada yang turut menentukan apakah kita mampu
mewujudkan keharmonisan?

Setidaknya ada lima bahasa yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhkan tersebut,
yaitu:

a) Talk Encourage (Kata-kata yang membangun)


b) Quality Time (Waktu yang berkualitas)
c) Touch (Sentuhan Kasih)
d) Gift (Hadiah)
e) Act to Service (Melayani)

9. Disiplin Dalam Keluarga


Maksud Allah menempatkan manusia di bumi ini, yaitu mendidik serta memanfaatkan
kesanggupan dan bakat kita sampai seoptimal mungkin. Dalam Ibr. 12:6-7 kita
mendapat pengertian akan rencana Allah mengenai hal mendisiplin seseorang. Para
orang tua termasuk dalam rencana ini.
Bentuk disiplin dalam keluarga:
a. Mengembangkan Hormat terhadap orang yang berada diatas kita, yang menjadi pemegang otoritas.
(Orang tua)
b. Membentuk Kebiasaan yang Baik
c. Kebiasaan yang baik hendaknya menjadi tujuan disiplin keluarga. Disiplin bukan
hanya memarahi atau memukuli (walau kadang-kadang hal ini perlu, bdk. Amsal
13:24).
d. Mengubah Kebiasaan yang Buruk
e. Waktu yang terbaik untuk mengubah kebiasaan yang buruk adalah segera setelah
kebiasaan itu dilakukan. Tentunya akan lebih efektif jika sebelum melnimbulkan
persoalan, berubahlah.

22
10. Keluarga Sejahtera dan Bahagia
Setiap orang mempunyai defenisi masing-masing tentang keluarga yang
berbahagia. Mungkin ada yang berpikir bahwa keluarga yang berbahagia adalah
keluarga yang berkecukupan secara ekonomi. Mungkin ada juga yang berpikir bahwa
keluarga yang berbahagia adalah keluarga yang terpandang. Banyak orang sekarang
cenderung untuk mengukur dan menilai sebuah kebahagiaan dengan apa yang bisa
dilihat oleh mata atau materi, sehingga tidak heran jika banyak orang yang bekerja
sangat keras, membanting tulang demi menyejahterakan keluarganya. Hal ini tidak
salah, namun menjadi salah jika mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi
keinginannya. Banyak orang yang mengambil jalan pintas untuk memperoleh banyak
harta kekayaan dan status sosial yang tinggi, misalnya dengan cara korupsi. Hal ini
bertentangan dengan iman Kristen.
Dalam ajaran Kristen, yang menjadi dasar kebahagiaan keluarga bukanlah
materi, tetapi sikap takut akan Tuhan. Sia-sialah usaha manusia yang mengumpulkan
banyak harta duniawi siang dan malam, tetapi tidak menempatkan Tuhan dalam
hidupnya sebagai prioritas utama dengan bersandar pada kebenaran firman Tuhan
sehingga bertumbuh makin menyerupai Kristus dalam setiap aspek kehidupannya.
Setiap individu mengalami pertumbuhan yang berbeda dan secara terus menerus dalam
seluruh aspek, karena pertumbuhan bersifat individual. Perbedaan inilah yang membuat
satu individu dengan individu yang lain menjadi unik. Karena itu cintailah diri anda
sebagaimana anda adanya. Apabila anda sudah memaknai diri anda secara objektif,
maka dengan mudah anda dapat memahami orang lain. Keluarga sebagai sekumpulan
individu yang terbentuk dari pernikahan juga mengalami pertumbuhan. Dalam
kehidupan keluarga Kristen, setiap anggota keluarga yang mau bertumbuh bersama
memiliki syarat utama. Apakah itu? Syarat utamanya adalah harus berada dalam ajaran
Tuhan Yesus Kristus.
Paling tidak, ada dua hal yang harus dilakukan supaya keluarga menjadi
keluarga Kristen yang bertumbuh. Pertama, hidup saling mengasihi dan menghormati
agar dapat menciptakan iklim keluarga yang penuh damai. Kedua, tetap berpegang
kepada Tuhan dan percaya pada pemeliharan Tuhan. Anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak merupakan suatu kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik
antara suami-isteri sebagai Ayah-Ibu, hubungan yang baik dan sehat antara anak
dengan orang tua dan antara sesame saudara dalam keluarga. Hubungan baik ini
ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua pribadi

23
dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini ternyata
berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis)
pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya.
Menurut Hurlock, suami istri yang bahagia adalah yang memperoleh
kebahagiaan bersama dan membuahkan keputusan yang diperoleh dari peran yang
mereka mainkan bersama, mempunyai cinta yang matang dan mantap satu sama
lainnya, dapat melakukan penyesuaian dengan baik serta dapat menerima pesan sebagai
orang tua. Sebuah keluarga disebut harmonis apabila anggota seluruh anggota keluarga
merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas
terhadap seluruh keadaan dan keberatan dirinya (aktualisasi diri) yang meliputi aspek
fisik, mental, emosi, dan sosial seluruh anggota keluarga.
Ada begitu banyak teori yang memberikan resep dalam mewujudkan keluarga
Bahagia. Namun demikian persoalan yang dihadapi oleh tiap keluarga amat beragama
begitu pula pemicunya. Teori-teori yang dikembangkan itu belum tentu dapat
diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Bagi keluarga Kristen landasan utama
berkeluarga adalah iman. Alkitab telah mengatur hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga: suami dengan isteri, orang tua dengan anak dan antar sesame saudara.
Dimulai dengan lanadasan perkawinan, yaitu dua menjadi satu kemudian dilanjutkan
dengan tugas dan tanggung-jawab masing-masing anggota keluarga serta komitmen
untuk menjaga supaya keluarga tetap Bersatu, utuh dan saling menopang. Berbagai
perkembangan yang begitu amat pesat terjadi dalam masyarakat menyebabkan keluarga
pun dipengaruhi oleh berbagai isme: Konsumerisme, individulisme, materialisme dll.
Menghadapi berbagai goncangan yang menrpa keluarga, maka kemampuan dalam
mengatur atau memanage keluarga amat dibutuhkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Setia bergereja
Keluarga kristen perlu menjaga kehidupan ibadah secara formal maupun dalam
praktik hidup. Keluarga sebagai gereja mini, membangun persekutuan rumah tangga
dan mendorong anak-anak untuk setia beribadah dan bergereja. Orang tua dapat
mengambil bagian dalam pelayanan gereja.
b. Menjadi jemaat yang tercatat di gereja tertentu
gereja amat penting bukan hanya untuk proses sosialisasi namun penting bagi
konsistensi pendidikan dan pendampingan iman.

24
c. Kesetiaan dalam pelayanan
Doronglah anak untuk mengambil bagian dalam pelayanan di gereja, tentunya orang tua
harus memberi teladan dalam hal ini. Kita diselamatkan untuk melayani. Jadikanlah
keluarga sebagai keluarga yang melayani.

E. Penutup/Kesimpulan
Keluarga Kristen adalah Lembaga persekutuan yang dibentuk oleh Allah, oleh
karena itu, pembentukan keluarga Kristen dimulai dengan adanya perkawinan yang
didalamnya ada janji pernikahan. Dua orang yang akan membentuk keluarga berjaji
dihadapan Allah dan jemaat-Nya untuk selalu saling setia, saling menolong dan saling
menopang. Janji ini kemudian diperluas Ketika lahir anak-anak dalam perkawinan
maka tugas dua orang yang mengucap janji nikah itu semakin besar, yaitu memelihara,
mendidik, mendampingi serta melindungi anak-anaknya.

Keluarga Kristen hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai garam dan terang


dunia. Garam meresap dalam makanan, tanpa kehilangan rasa asinnya, namun justru
memberikan rasa sedap bagi makanan. Demikian juga keluarga, membaur dalam
masyarakat dengan tanpa kehilangan identitas sebagai anak Allah, namun justru
memberikan suasana damai sejahtera bagi lingkungannya. Terang berfungsi
menyatakan yang salah dan memberi teladan, demikian juga keluarga Kristen di
tengah masyarakat.

25
Glosarium
Agape:kasih sejati (sebagimana Allah mengasihi umat-Nya)
Disorganisasi: perpecahan/tidak utuh lagi
Doktrin: ajaran
Hidup baru: memulai kehidupan baru didalam Yesus Kristus yang berbeda dengan kehidupan
Sebelumnya.
Mengelola: Mengatur
Pergolakan: suasana keruh, keadaan tidak tenang, bergejolak

26
DAFTAR PUSTAKA

Bowell, Richard A. The 7 steps of spiritual quotient.: Jalur praktis mencapai tujuan,
kesuksesan, dan kebahagiaan. Terj. Archangela Yenny Satriawan. Jakarta: Bhuana
Ilmu Populer.
Elisabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga

Fowler, James W. 1986. Faith and the structuring of meaning. Dalam Faith development and
Fowler, ed. Craig Dykstra dan Sharon Parks, 15-40. Birmingham, Alabama: Religious
Education Press.

Huraerah, Abu. 2018. Kekerasan terhadap anak. Cet. 1. Ed. 4. Bandung: Nuansa Cendekia.

International Association of Character Cities. 2006. Meraih sukses sejati: Bagaimana


menjadi keluarga yang membangun karakter. Jakarta: karakter Prima Indonesia.

Ismail, Andar. 2015. Selamat berpadu. Cet. 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

___________. 2015. Selamat sehati. Cet. 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

___________. 2016. Selamat ribut rukun. Cet. 30. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Johnson, David W. dan Frank P. Johnson. 2012. Dinamika kelompok: Teori dan
keterampilan. Ed. 9. Terjemahan Theresia, SS. Jakarta: Indeks.

Lickona, Thomas. 1994. Raising good children from birth through the teenage years: How to
help your child develop a lifelong sense of honesty, decency, and respect for others.
New York: Bantam Books.

Morgan, Elisa dan Carol Kuykendall. 1997. What every child needs: Meet your child’s nine
basic needs for love. Grand Rapids, Michigan: Zondervan.

Stonehouse, Catherine. 1998. Joining children on the spiritual journey: Nurturing a life of
faith. Grand Rapids, Michigan: Baker Academic.

Tanpa nama.1991. Life Application Bible: New International Version. Wheaton, Illinois &
Grand Rapids, Michigan: Tyndale House Publishers & Zondervan Publishing House.

Wilhoit, James C. dan John M. Dettoni (Eds.). 1995. Nurture thai is Christian:
Developmental perspectives on Christian education. Grand Rapids, Michigan: Baker
Books.

27

Anda mungkin juga menyukai