PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkawinan dalam Gereja Katolik merupakan sakramen. Sakramen
menegaskan bahwa perkawinan bukan terutama atas prakarsa manusia, tetapi Allah
sendiri yang berkarya dan menyatukan. Mereka yang telah dipersatukan oleh Allah
tidak boleh diceraikan oleh manusia. Dalam perjalanan, kehidupan perkawinan
mengalami banyak dinamika dan tantangan yang menuntut kesetiaan.
Pada zaman kita sekarang ini persoalan cerai kawin merupakan sudah hal yang
biasa kita lihat dan dengar serta dipertontonkan di berbagai media sosial, baik surat
kabar maupun elektronik. Hal ini terjadi lumrah terjadi di kalangan artis, publik figur,
bahkan keluarga-keluarga yang ‘megaku’ beriman katolik. Bahkan lebih jauh lagi,
persoalan perceraian sudah “merasuki” masyarakat kita sampai ke pelosok-pelosok
desa yang nilai budaya dan adat-istiadatnya masih kental.
DASAR TEORI
Dalam Gereja Katolik, ada dua sifat utama dalam perkawinan, yakni
monogami/satu (unity) dan tak terceraikan (indissolubility). Sifat monogami menuntut
suami-istri untuk setia pada satu pasangan yang menjadi pilihan hidupnya. Dengan
kata lain, Gereja Katolik tidak mengakui perkawinan yang bersifat poligami atau
poliandri. Sementara sifat tak terceraikan menuntut suami-istri untuk setia terhadap
janji perkawinannya dalam keadaan apapun hingga ajal memisahkan (bdk. Kan.
1056).
METODOLOGI