Anda di halaman 1dari 3

1 Pro

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merekomendasikan usia


pernikahan yang ideal. Usia matang 21 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki.
Namun rekomendasi ini tidak menentukan selisih usia antarmempelai.
Psikolog Keluarga, Klinik Terpadu Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani,
menyatakan selisih usia ekstrem berlaku bila usia suami istri perbedaannya di atas tujuh tahun.
Mereka yang selisihnya 7-10 tahun atau lebih dari itu punya tantangan yang lebih besar karena :
alasan psikologis & biologis

Alasan psikologis : "Tahapannya psikologis manusia dari tahun ke tahun, rangenya semakin
tinggi. Tubler atau balita 1-3 tahun, selisihnya dua tahun; 3-6 tahun anak kecil, selisihnya tiga
tahun. Pada usia 18-25 tahun, beranjak dewasa, range-nya menjadi tujuh tahun. Usia 25-40 tahun
range-nya 15 tahun, disebut dewasa muda; 40-60 tahun range-nya 20 tahun sebagai dewasa
madya, dan 60 tahun ke atas sebagai lanjut usia atau dewasa akhir," jelasnya.

Perbedaan antar-rentang umur itulah yang bisa digunakan untuk melihat kesenjangan emosi
pasangan dalam pernikahan. Bila perbedaan usia masih dalam rentang yang sama, kondisi
psikologis-nya relatif sama. Misal suaminya 30 tahun dan perempuannya 34 tahun, ini
kondisinya sama, berada dalam range usia dewasa muda. Tidak ada perbedaan. Atau suaminya
umur 26 dan istrinya 29 tahun. Selisihnya masih aman secara psikologis

Alasan biologis : Pada umumnya, perempuan akan memasuki masa menopause pada usia 50 atau
60. Akan ada penurunan ketertarikan seksual menjelang masa itu. Sedangkan pada laki-laki,
penurunan itu terjadi pada usia yang lebih tua. Misal perempuannya umur 50 dan laki-lakinya 40
tahun. Kondisi perempuan usia 50-an sudah menurun, sementara laki-laki umur 40 tahun masih
tinggi. Dikhawatirkan, saat laki-laki hasrat seksualnya tinggi, perempuan dalam kondisi minat
seksual menurun. Itu yang sering terjadi,

Kontra

Kondisi ini tidak berlaku mutlak. Bahwa ada kecenderungan hasrat seksual perempuan yang
menurun pada usia 50-an, menikah pada usia tua tidak selalu karena alasan seksualitas.
Melainkan untuk merasa nyaman, damai, ada teman, dilindungi.

Berkencan dengan seseorang yang lebih tua atau lebih muda membuat Anda terpapar pada kisah-
kisah mereka, rekan-rekan mereka, referensi budaya dan wawasan mereka, yang semuanya dapat
mengarah pada diskusi yang hebat dan bahkan lebih banyak keintiman.
Bahkan penelitian Universitas Colorado baru-baru ini menunjukkan wanita yang berpacaran
dengan pria yang lebih muda terlihat lebih mendapatkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi .
Budaya zaman dahulu mementingkan kesopanan, budaya zaman sekarang mementingkan
keviralan. Yang satu suka menyetel lagu zaman kuno di radio, yang satu lebih suka
mendengarkan lagu korea, lagu barat

2. Pro :

Sebuah studi tahun 2016 yang dilakukan di Harvard mengungkap bahwa masalah keuangan
rumah tangga bukanlah penyebab pasangan bercerai. Penyebab terbesar adalah  kondisi
pekerjaan suami.

 The American Sociological Review, menurunkan hasil studi; suami tanpa pekerjaan tetap, 
risiko cerai 3,3% dalam jangka waktu setahun. 

Peneliti dalam studi ini mengatakan, bahwa lelaki pencari nafkah utama keluarga bisa
memengaruhi kestabilan rumah tangga. Jika suami tidak ada pekerjaan tetap, rumah tangga
rentan terserang masalah.

Keuangan memang mempengaruhi pernikahan, seperti pada majalah BOLDSKY dijelaskan :

Menambah beban
Jika sudah menikah dan kehilangan pekerjaan, siapa yang akan membayar tagihan setiap bulan?
Tentu saja, pasangan Anda perlu membayar semua tagihan itu. Apakah itu akan meningkatkan
beban untuknya? Ya, tentu saja. Dalam situasi seperti ini, secara bertahap pasangan mungkin
merasa frustrasi.

Bikin stres  mencari pelampiasan  debat antar pasangan

Timbul pertengkaran
Masalah keuangan bisa menimbulkan argumen jika tidak diselesaikan tepat waktu. Inilah alasan
mengapa seseorang harus merencanakan keuangan dengan baik.

Putus hubungan
Kita semua butuh keamanan finansial dan bila kekurangan, kita cenderung menjadi stres. Dalam
hubungan, hal ini dapat menyebabkan perpisahan dan dalam pernikahan, ketidakcocokan
finansial juga dapat menyebabkan perceraian jika tidak berhati-hati.

Kontra :

Kesempatan bagi wanita untuk berkarier memang terbuka luas. bahkan menduduki posisi puncak
di perusahaan  kesetaraan gender seiring berkembangnya zaman. Kondisi ini bisa membuka
kemungkinan karier istri yang lebih melesat di banding suaminya. Meski kesetaraan gender
sudah lama digaungkan, tetapi faktanya masih banyak pria yang merasa berat menerima kondisi
karier istri yang lebih sukses karena dari dulu stigmanya, masyarakat indo menilai kesuksesan
sebuah keluarga dari kesuksesan pria-nya
Bila kondisi finansial keluarga memang mengharuskan istri membantu mencari nafkah,
disarankan untuk diberi kompensasi. Misalnya, saat akhir pekan hanya fokus pada keluarga dan
mengurus anak-anak. "Biar balance, suami juga perlu bersikap terbuka bahwa sekarang ini
memang eranya wanita untuk bekerja. Bukan berarti laki-laki jadi merasa tertindas," ujarnya.
Demi menjaga ego suami, istri juga sebaiknya menghargai peran suami sebagai pemimpin
keluarga. "Jangan rendahkan penghasilan suami. Tetap menghormati pekerjaan suami dan
berterima kasih karena sudah mengijinkan untuk bekerja. Bagaimana pun ego suami tetap perlu
didukung.
Komunikasi yang baik antara suami dan istri akan membantu untuk menghadapi komentar
keluarga besar atau lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai