Anda di halaman 1dari 6

APAKAH

BERCERAI ITU
BOLEH ?
Oleh :
Abraham Gracia Nanda
Pengertian Perceraian
 Perceraian sendiri tidak hanya akhir dari sebuah hubungan antara dua insan, namun
dalam artian luas yang meiputi anak, harta benda serta lembaga Gereja, pemerintah
dan Allah sendiri, semua yang sudah terlibat ini juga akan menanggung resiko dari
perceraian tersebut yang umumnya menciptakan sebuah konflik berkepanjangan
menuju kehancuran secara langsung atau tidak.
 Perceraian bisa dilihat dari 2 perpektif yang berbeda yakni :
 Cerai hidup : umumnya terjadi atas dasar ketidakcocokan seperti perzinahan,
KDRT, pertengkaran, ekonomi dan berbagai alasan lain yang di pakai untuk
dalih.
 Cerai mati : Umumnya terjadi karena salah satu pasangan sudah meninggal
dunia, namun jika memutuskan masih ingin tetap setia, maka ini bisa menjadi
bukti nyata dari ikatan mulia berdasarkan kasih tulus dan murni sehingga
dibawa sampai mati dengan langkah tidak akan menikah lagi.
Perceraian Menurut Hukum Perdata
 Perceraian termasuk perkara perdata yang diawali dari adanya gugatan dari
penggugat. Menurut ketentuan pada Pasal 2 Ayat (1) UU No. 1 tahun 1974
tentang Perkawinan, sebuah perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, maka demikian
sebaliknya perceraian sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan
kepercayaan masing-masing. Dengan alasan sebagai berikut :
1) Terjadi perzinahan
2) Adanya KDRT
3) Meninggalkan tempat tinggal secara disengaja
4) Menjalani hukuman penjara selama 5 tahun
Perceraian Menurut Alkitab
 Di dalam Perjanjian Baru, pandangan Yesus tentang perceraian dalam Kristen bisa dilihat
dari Matius 5:31-32 dan juga Matius 19:9. Dalam dua ayat tersebut, Yesus secara tegas
melarang perceraian terjadi, namun ada pengecualian yakni zinah. Dalam bahasa Yunani
kata zinah adalah Porneia. Porneia merupakan sesuatu yang najis dan Yesus juga tidak
memberi batasan tentang pengertian dalam arti sempit atau dalam arti luas.
 Di dalam 1 Korintus 7:1-15, tertulis mengenai perspektif Paulus yang sangat tidak setuju
jika orang percaya melakukan perceraian dan dalam situasi apapun keputusan etis dari
Paulus tidak menyetujui pernikahan terjadi sebab pernikahan merupakan sesuatu yang
kudus dan juga sakral. Bisa diartikan perzinahan yang dimaksud adalah bukan hanya
percabulan keinginan daging akan tetapi juga perzinahan rohani. Sebab jika perceraian
hanya dibatasi dari percabulan saja, maka akan sangat banyak orang yang akan bercerai
hanya karena hawa nafsu saja.
Kesimpulan
 Secara hukum perdata perceraian di perbolehkan dengan beberapa
syarat dan ketentuan yang berlaku, sedangkan perceraian dalam
Kristen hanya diperbolehkan dengan 1 alasan yaitu “Berzinah”
meskipun di dalam Alkitab tidak disebutkan zinah dalam bentuk apa
yang bisa diartikan berzinah dalam Alkitab memiliki makna yang
luas dan ambigu.
 Dalam konteks ini gereja/ gembala hanya diizinkan untuk
melaksanakan pernikahan/ menyatukan, bukan untuk memisahkan/
melakukan perceraian.
.TeRiMa KaSiH.

Anda mungkin juga menyukai