Anda di halaman 1dari 21

“ARTI DAN MAKNA GEREJA”

Disusun Oleh:
Nathasya Fernanda (21)
XI MIPA 1

SMA N 1 REMBANG
Tahun Pelajaran 2017/2018
Arti Gereja Secara Umum
• Kata “Gereja” berasal dari kata “igreja” (bahasa
portugis) Kata tersebut adalah ejaan Portugis untuk
kata Latin “ecclesia”. Ternyata kata tersebut
memungut dari bahasa Yunani “ekklèsia” yang berarti
“kumpulan”, atau “pertemuan”, “rapat”.
• Kata Yunani “ekklèsia” berasal dari kata yang berarti “
memanggil” (ex=keluar; klesia dari kata
kaleo=memanggil).
• Jadi gereja adalah kumpulan orang yang dipanggil
Tuhan.
• Arti Gereja bagi umat Kristen adalah persekutuan
orang yang beriman dalam Kristus, jadi pertama-tama
bukan berarti suatu gedung
A. Gereja Sebagai Umat Allah
1. Konsep Umat Allah
• Umat Allah adalah:
1. Bangsa yang terpilih dan
terpanggil
2. Umat Allah selalu ada dalam
perjalanan dengan sejuta
harapan.
3. Umat Allah dalam perjanjian
lama sudah menempuh
perjalanan di padang pasir dan
tanah Kanaan.
4. Umat Allah dalam perjanjian
baru juga akan menempuh
berbagai prahara dan harapan.
2. Definisi Gereja sebagai Umat Allah
• Gereja sebagai umat Allah artinya persekutuan
umat Allah untuk membangun kerajaan Allah di
bumi.
• Gereja Umat Allah dianggap misteri karena:
1. Dipikirkan dan direncanakan Allah sejak
keabadian.
2. Kehadiran Tuhan yang tetap di dalam gereja-Nya
walau Tuhan tidak tampak, Tuhan hadir dan
berkarya di dalamnya.
3. Persatuan dengan Bapa,Putera,dan Roh Kudus.
3. Ciri Gereja sebagai Umat Allah
Ciri Gereja sebagai Umat Allah:
• Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan
dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpanggil,
bangsa terpilih.
• Umat Allah dipanggil dan dipilih Allah untuk misi
tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
• Hubungan antara Allah dengan umat-Nya dimeteraikan
oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-
perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-
janjiNya
• Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang
pasir, menuju Tanah Terjanji.
4. Makna gereja sebagai Umat Allah
menurut Ajaran Gereja
• Gereja sungguh merupakan UMAT ALLAH YANG
SEDANG DALAM PERJALANAN MENUJU RUMAH BAPA.
Pengerian Gereja sebagai Umat Allah dimunculkan
karena Gereja sudah menjadi sangat organisatoris dan
struktur piramidal. Gereja pertama-tama bukan
organisasi manusiawi, melainkan perwujudan karya
Allah yang konkret (LG 9).
• Gereja adalah kelompok dinamis yang keluar dari
sejarah Allah dengan manusia. Gereja mengalami
dirinya sungguh erat dengan umat manusia serta
sejarahnya (GS 1).
5. Makna Gereja sebagai Umat Allah
menurut Kitab Suci
• Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah
keselamatan yang sudah dimulai dengan
panggilan Abraham. Namun hal itu bukan berarti
Gereja hanyalah lanjutan bangsa Israel saja.
Kedatangan Kristus memberi arti yang baru
kepada Umat Allah. Sekarang kita sudah kembali
kepada Kitab Suci, di mana Gereja sungguh
merupakan satu umat Allah yang sehati sejiwa,
seperti yang ditunjukkan oleh Umat Perdana,
yang imannya kita anut sampai sekarang (lih. Kis
2:41-47)
6. Dasar dan Konsekuensi Gereja yang
Mengumat
• Hidup mengumat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja
itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah persaudaraan cinta
kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Perdana
(lih. Kis 2:41-47)
• Dalam hidup mengumat banyak kharisma dan rupa-rupa
karunia dapat dilihat, diterima, dan digunakan untuk
kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja selalu menampilkan
segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak
kharisma dan karunia yang muncul dari bawah (lih. 1 Kor
12:7-10)
• Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasa
menghayati martabat yang sama akan tanggungjawab
secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk
membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia
(lih. Ef 4:11-13; 1Kor 12:12-18; 26-27).
7. Konsekuensi Gereja yang Mengumat
a. Konsekuensi bagi pimpinan Gereja (hierarki)
• Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan, pimpinan
bukan di atas umat, tetapi di tengah umat
• Harus peka untuk melihat dan mendengar kharisma dan karunia-
karunia yang tumbuh di kalangan umat.
b. Konsekuensi bagi setiap anggota umat
• Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang
tidak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
• Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala kharisma,
karunia, dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk
kepentingan misi Gereja di tengah masyarakat.
c. Konsekuensi bagi hubungan awam dan hierarki
Kaum awam bukan lagi menjadi pelengkap penyerta, melainkan
patner hierarki. Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama
meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.
B.Gereja Sebagai Persekutuan Terbuka
1. Model Gereja
• Ada dua hal yang ditekankan tentang paham gereja
sebagai persekutuan terbuka, yakni segi
persekutuannya dan keterbukaannya (persekutuan
yang tidak tertutup)
• Munculnya paham Gereja sebagai persekutuan Umat
Allah disebabkan antara lain oleh paham dan
penghayatan Gereja institusional yang berkembang
sebelum Konsili Vatikan II, di mana lebih menekankan
segi organisatoris dan struktural hierarki piramidal.
Model gereja Institusional
Gereja institusional, sangat menonjol dalam hal:
• Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal: tertata rapi
• Kepemimpinan tertahbis atau hierarki: hierarki hamper
identik dengan Gereja sendiri. Suatu institusi, apalagi
institusi besar seperti Gereja, tentu membutuhkan
pemimpin yang kuat
• Hukum dan peraturan: untuk menata dan menjaga
kelangsungan suatu institusi, apalgi yang berskala besar,
tentu saja dibutuhkan hukum dan peraturan yang jelas
• Sikap yang agak triumpalistik dan tertutup: gereja merasa
sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan
keselamatan. “Extra eclesiam nulla salus” (di luar Gereja
tidak ada keselamatan)
Model Gereja sebagai Persekutuan
Umat
Gereja sebagai persekutuan umat, mau menonjolkan:
• Hidup persaudaraan karena iman dan harapan yang sama:
persaudaraan adalah persaudaraan kasih
• Keikutsertaan semua umat dalam hidup bergereja: bukan
saja hierarki dan biarawan/biarawati yang harus aktif dalam
menggereja, tetapi seluruh umat
• Hukum dan peraturan memang perlu, tetapi dibutuhkan
pula peranan hati nurani dan tanggung jawab pribadi
• Sikap miskin, sederhana, dan terbuka: rela berdialog
dengan pihak mana pun, sebab Gereja yakin bahwa di luar
Gereja Katolik terdapat pula kebenaran dan keselamatan
2. Keanggotaan dalam Gereja sebagai
Persekutuan Umat
• Gereja adalah persekutuan Umat Allah untuk
membangun Kerajaan Allah di bumi ini. Dalam
persekutuan ini, semua anggota mempunyai
martabat yang sama, namun dari segi
fungsinya dapat berbeda.
• Ada 3 macam keanggotaan gereja yang
meliputi: hierarki,biarawan-biarawati,dan
awam
Golongan Hierarki
• Hierarki dalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas
kegembalaan. Mereka menjadi pemimpin dan pemersatu
umat,.Hierarki adalah tanda nyata bahwa umat tidak dapat
membentuk dan membina diri atas kuasanya sendiri, tetapi
tergantung dari Kristus.

• Tugas-tugas hierarki adalah:


• 1) Hierarki menjalankan tugas kepemimpinan dalam
komunikasi iman
Hierarki mempersatukan umat dalam iman, tidak hanya
dengan petunjuk, nasehat, dan teladan, tetapi juga dengan
kewibawaan dan kekuasaan kudus (LG 27)
• 2) Hierarki menalankan tugas gerejani, seperti merayakan
sakramen, mewartakan sabda, dan sebagainya
Biarawan/wati
• Seorang biarawan/wati adalah anggota umat yang dengan
mengucapkan kaul kemiskinan, ketaatan, dan keperawanan
(kemurnian) selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib
hidup Yesus Kristus secara radikal. Jadi kaul ketaatan, kemiskinan,
dan keperawanan adala sesuatu yang khas dalam kehidupan
membiara.
• Namun, semua nilai itu relative, tidak absolut, dan tidak abadi
sifatnya. Dengan menghayati kaul-kalul kebiaraan, para biarawan
dan biarawati menjadi “tanda” bahwa:
1. Kekayaan, kekuasaan, dan hidup berkeluarga walapun sangat
bernilai, tetapi tidaklah absolut dan abadi. Maka, kita tidak boleh
mendewa-dewakannya
2. Kaul kebiaraan itu mengarahkan kita pada Kerajaan Allah dalam
kepenuhannya kelak. Kita adalah umat musyafir
Kaum Awam

• Kaum awam adalah semua orang beriman Kristen


yang tidak termasuk golongan tertahbis dan
biarawan/wati. Mereka menjalankan perutusan
seluruh Gereja dalam umat dan masyarakat.
• Ciri Khusus kaum ini adalah keduniaan. Mereka
mengemban kerasulan dalam tata dunia.
Kerasulan tata dunia atau kerasulan eksternal ini
sangat penting, karena sangat strategis dalam
rangka membangun Kerajaan Allah di dunia.
3. Gereja sebagai Persekutuan Umat
dalam Terang Kitab Suci
• Gereja sebagai persekutuan sangat jelas ditampakkan
dalam kehidupan jemaat perdana (Gereja Purba). Kis 2:41-
47 mengungkapkan ciri-ciri jemaat perdana, yaitu:
a. Bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam
persekutuan (ay. 42)
b. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (ay.
44)
c. Dengan tekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap
hari dalam Bait Allah (ay. 46 )
d. Memecahkan roti di rumah masing-masing secara
bergiliran (ay. 46)
e. Makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati (ay.
46)
4. Cara Keterbukaan Gereja terhadap
Dunia
• Perhatian Gereja terhadap dunia bisa dibagikan dengan
empat unsur, yaitu:
1) Dorongan bagi perdamaian dunia
2) Penjelmaan keadilan bagi orang-orang dan negara-negara
miskin
3) Perhatian tentang krisis ekologi
4) Demokrasi sebagai partisipasi masa
• Yang bisa dilakukan gereja untuk menunjukan
kterbukaannya:
1. Gereja selalu siap berdialog dengan agama dan budaya
apapun
2. Melakukan kerja sama dan dialog karya
3. Berpartisipasi dan mau bekerja sama dengan siapa saja
dalam membangun masyarakat yang adil,damai,dan
sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai