Anda di halaman 1dari 3

Nama : Atanasius Surya Gunadharma

Kelas : XI MIPA 3
Mapel : Agama Katholik
Tanggal : Selasa, 11 Agustus 2020

TUGAS PEMBELAJARAN 3
1. Memaknai Sifat Gereja Katolik yang bersifat Satu, menurut Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja.
a. Menyimak kutiban Kitab Suci : I Petrus 2:5-10, I Korintus 12:12, 2 Timotius 2:22, Efesus
4:3-6 dan Maius 16:19, jelaskan secara singkat :
1. Apa makna Gereja yang satu menurut teks Kitab Suci di atas.
Jawab:
Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan ke empat sifat atau ciri
Gereja Katolik: satu, kudus, Katolik dan apostolik. Gereja percaya akan kehendak Allah,
sebagaimana tertulis dalam Kitabsuci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya
berhimpun menjadi Umat Allah (1Ptr 2:5-10) dan menjadi satu Tubuh (1Kor 12:12). Gereja
Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis
bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci Kerajaan Surga. Setelah Petrus
menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, maka Yesuspun
menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang yang alam maut tidak akan
menguasainya (Mt 16:16-19).

2. Apa pesan St. Petrus dalam Gereja


Jawab:
Gereja yang dipimpin oleh Petrus dan para penerusnya yang mengajarkan ajaran yang tidak
mungkin salah itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus ketika mengatakan demikian, “Jadi
jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah,
yakni jemaat [Gereja] dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15).
Demikianlah, kita ketahui bahwa memang Gerejalah yang melanjutkan secara turun temurun
ajaran Kristus dan para rasul, baik yang lisan (dalam Tradisi Suci) dan yang tertulis (dalam Kitab
Suci). Kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa Magisterium Gereja Katolik-lah yang
menentukan kanon Kitab Suci di abad ke 4 melalui Tradisi Suci, sehingga umat Kristiani
sekarang mempunyai Kitab Suci.

3. bagimana mewujudkan Kesatuan Gereja


Jawab:
Sumber kesatuan Gereja yang sesungguhnya ialah Roh Kudus, yang mempersatukan semua oleh
rahmat-Nya. Selalu ditekankan bahwa kesatuan lahiriah menampakkan dan mewujudkan
kesatuan dalam Roh itu. Kesatuan organisatoris bukanlah penjamin kehidupan Gereja.
Sebaliknya segala komunikasi dan kegiatan Gereja berasal dari Roh yang menggerakkannya dari
dalam. Maka “persekutuan para kudus” akhirnya tidak lain daripada rumusan lain bagi Gereja
sebagai Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus. “Dengan berpegang teguh kepada
kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah
Kepala” (Ef 4:15).
4. Apa yang dapat anda lakukan secara konkret dengan anggota Gereja Katolik yang
lain untuk mewujudkan kesatuan Gereja.
Jawab:
Sebagai umat Katolik, kita sudah selayaknya bersyukur kepada Tuhan, atas janji Tuhan yang
telah dibuktikannya selama lebih dari 2000 tahun ini, bahwa Gereja-Nya yang dipimpin oleh
Petrus dan para penerusnya, selalu mengajarkan Kebenaran, sehingga dapat terus bertahan dalam
kesatuan, dengan Kristus sebagai Kepalanya.

2. Menyimak ajaran Gereja yang terdapat dalam kutiban Gaudium st spes Artikel 1 jelaskan secara singkat :
a. Apa arti Gereja sebagai satu persekutuan dalam Roh Kudus
Jawab:
Gambaran Gereja yang paling penting barangkali Gereja sebagai Bait Roh Kudus. Paulus berkata,
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”
(1Kor 3:16; lih. 2Kor 6:16; Ef 2:21). Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Allah, dan
menurut ajaran Perjanjian Baru itu adalah Kristus (lih. Yoh 2:21; Rm 3:25). “Karena oleh Dia,
dalam satu Roh, kita beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Ef 2:18; lih. 3:12). Di dalam Gereja
orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal sendiri. Gereja itu Bait Allah
bukan secara statis, melainkan dengan berpartisipasi dalam dinamika kehidupan Allah sendiri.
Maka Konsili Vatikan II juga mendorong umat beriman agar dengan perayaan liturgi setiap hari
membangun diri “menjadi bait suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh, sampai
mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus” (SC 2).

b. Apa yang menjadi dasar semangat persatuan dalam Gereja


Jawab:
1. Kesatuan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (lih. Ef 4: 3-6) yang mungkin dirumuskan
dan diungkapkan secara berbeda-beda. Iman adalah prinsip kesatuan batiniah Gereja.
2. Kesatuan Universal dengan Paus juga (pemimpin Gereja lokal) menjadi asas dan dasar yang
kelihatan dari kesatuan dalam Gereja.
3. Kesatuan iman mendorong semua orang Kristen supaya mencari “persekutuan” dengan semua
saudara seiman. persekutuan konkret antara orang beriman yang hidup bersama dalam satu negara
atau daerah yang sama
4. Kesatuan dalam pimpinannya, yaitu hierarki; Hierarki mempunyai tugas untuk mempersatukan
umat. Hierarki sering dilihat sebagai prinsip kesatuan lahiriah dari Gereja.
5. Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental. Kebaktian dan sakramen-sakramen
merupakan ekspresi simbolis dari kesatuan Gereja itu (lih. Ef 4: 3-6).
3. Upaya memperjuangkan Kesatuan Gereja
a. Bagimana kita secara pribadi dapat ikut berkontribusi mewujudkan kesatuan dalam
Gereja.
Jawab:
•   Usaha-usaha yang dapat digalakkan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam adalah antara
lain; Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja. Berusaha setia dan taat kepada
persekutuan
umat, termasuk hierarki, dan sebagainya.
•  Usaha-usaha yang dapat digalakkan untuk menguatkan persatuan antar-Gereja adalah antara
lain;
Lebih bersifat jujur dan terbuka kepada satu sama lain. Lebih melihat kesamaan daripada
perbedaan. Mengadakan berbagai kegiatan sosial dan peribadatan bersama, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai