Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sebastiian Butarbutar

RISALAH

Gereja adalah tubuh Kristus. Setiap anggotaNya bagian dari Kristus sendiri, sehingga
Kristus merupakan landasan dan dssar yang pasti bagi Gereja. Karena Kristus menjadi landasan
bagi Gereja. dan Gereja sdjatinya adalah umatNya, maka Gereja adalah persekutuan umat
Kristen yang beriman kepads Kristus dan hidul dalam Kristus. Gereja juga harus memiliki
hubungan yang mengikat antara jemaat dengan Tuhan, artinya Gereja harus mengajarkan
umatNya dengan ajaran Kristen yang berlandaskan firman Allah.

Dalam Perjanjian Lama sendiri, Gereja ditunjukkan oleh kata Qahal, yang berasal dari
kata qal dan edhah. Qal artinya “memanggil” dan edhah artinya memilih atau bertemu. Sehingga
artinya adalah pertemuan bersama suatu umat. Kata ini dapat kita temui dalam kitab Keluaran
12: 6, Bilangan 14: 5; Yeremia 26: 17). Perjanjian Lama juga menjelaskan bagaimana bangsa
Israel sebagai jemaat yang dipilih Tuhan untuk menduduki tanah Kanaan dengan membebaskan
dari perbudakan Mesir.

Dalam perjanjian baru sendiri, kata Gereja digunakan dengan istilah ekklesia dan
sunagoge. Ekklesia berarti memanggil keluar dan sunagoge memiliki arti datang berkumpul
bersama. Hal ini dapat dilihat dalam Matius 23, Kis, 13: 43, Wahyu 2:9; 3:9). Perjanjian Baru
juga tidak terlepas dari pengelompokan-pengelompokan yang terjadi, khususnya pada jemaat
Korintus. 1 Korintus 1:17 menjelaskan bagaimana jemaat korintus pecah menjadi 4 kelompok,
diantaranya pengikut Paulus, Apolos, Kefas, dan Kristus. Hal ini juga yang menjadi gambaran
adanya denominasi-denominasi Gereja pada saat ini. Namun, dalam hal ini Paulus mengatakan
bahwa tidak ada lagi orang Yahudi maupun Yunani, artinya satu dalam Kristus.

Hal inilah yang kemudian bahwa Gereja merupakan persekutuan Rok Kudus dan tubuh
Kristus. Gereja adalah persekutuan yang kudus. Martin Luther berpandangan bahwa Gereja
adalah persekutuan yang kudus yang didalamnya terdapat orang-orang kudus. Namun, sebagai
orang kudus bukan karena perbuatan kita, tetapi oleh darahNya kita dikuduskan dan sebagai
orang kudus melakukan segala sesuatu, menderita bersama sebagai anggota satu tubuh, yaitu
persekutuan yang kudus atas nama Kristus. Gereja juga tidak terikat pada satu tempat dan waktu.
Sebagai organisasi, Gereja juga harus memperlihatkan bagimana hubungan Kristus dengan
persekutuan melalui pelayanan Gereja dengan komunitasnya.

Paul Tillich sendiri menjelaskan bagaimana perwujudan dari komunitas spiritual yang
disebut sebagai komunitas rohani. Komunitas yang satu dihadapat Tuhan. Tillich menekankan
bagaimana persekutuan iman yang didasari oleh cintah kasih, yakni keinginan untuk bersatu.
Tillich juga berpandangan bahwa Gereja sebagai organisasi juga harus memiliki fondasi untuk
mengatur tatanan kehidupan Gereja dalam komunitas spiritual Gereja. Dalam hal ini, berarti
adanya pelayan Gereja yang mengatur tatanan kehidupan Gereja, dan Tillich juga memberi fokus
terhadap jabatan Gerejawi. Dia mengatakan bahwa pelayan yang harus fokus terhadap tujuannya
melayani bukan mengutamakan ekonomi sebagai orientasi pelayanan.

Wolfhard Pannenberg melihat bagaimana Gereja hadir sebagai perkumpulan atas dasar
Kristus. Gereja tidak terlepas dari yang disebut hukum dan politik. Kedua hal tersebut bukanlah
hal yang harus dipisahkan, namun bagaimana negara dan politik diperlukan untuk melindungi
dan memberikan kebebasan menuju kehidupan yang adil. Dalam hal ini Roh Kuduslah yang
bekerja, dan kemudian karya Roh Kudus dalam diri orang Kristen yang dilihat dari kebajikan
Kristen, yakni iman, pengharapan, dan kasih, serta pembenaran, sakramen sebagai perantara
persekutuan dengan Kristus dan tanda persatuan Gereja.

Kemudian, Jurgen Moltmann menekankan 3 hal tentang Gereja, yakni fondasi (Injil
Kristus), masa depan (Kerajaan Kristus) , dan tugas (tentang tugas dan struktur Gereja dalam
masa sekarang dan kuasa Roh Kudus). Dia juga mengaakan bahwa tanpa Kristus tidak ada
Gereja. Moltmann juga menjelaskan bagaimana sebagai persekutuan atas dasar Kristus, sebagai
tubuh Kristus yang harus saling memperlengkapi di setiap keragaman yang ada. Tidak adanya
perbedaan satu dengan yang lainnya.

Dokumen teologi juga banyak memberikan pandangan terkait Gereja sebagai tubuh
Kristus dan sebagai Organisasi. Konfessi HKBP melihat ddalam konfessi HKBP 1951 pasal 8,
tentang GEreja dijelaskan bahwa Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang percaya
kepada Yesus Kristus, yang dipanggil, dihimpun, dikuduskan, dan ditetapkan Allah dengan Roh
Kudus. Dalam konfessi HKBP tahun 1996 juga dijelaskan bagaimana Gereja sebagai
persekutuan orang-orang kudus yang beriman kepada Kristus dan menolak keras semangat
pendapat yang selalu ingin memecah belah Gereja. Gereja juga harus memiliki aturan atau tata
yang mengatur dan memimpin Gereja agar tetap sesuai dengan Firman Allah. Tujuan dari tata
Gereja disebutkan sebagai sesuatu yang menciptakan kedamaian dan sejahtera di dalam Gereja.

RPP sendiri melihat bahwa orang percaya harus hidup dalam kekudusan, sebab Allah
adalah kudus. Oleh karena itu, RPP hadir untuk menjaga dan memelihara kekudusan daripada
Gereja itu sendiri dan umat-Nya. RPP ini menjadi sebuah pegangan untuk mengingatkan dan
menuntun umat-Nya agar berbalik ke jalan yang benar, kehendak Allah jika kita menyimpang
dari firman Allah dan jalan-Nya.

Aturan Peraturan HKBP tahun 2002 setelah amandemen ketiga, pasal 4, mengatakan
bahwa Gereja mengakui bahwa Kristus adalalah Tuhan segala tuhan dan kepala Gereja sebagai
pewahyuan Allah tritunggal. Pasal 3 juga mengatakan bahwa Gereja berpijak pada Krsitus
sebagai sumber kebenaran dan kehidupan. Aturan Peraturan HKBP juga membahas tentang
ketentuan dasar menata kehidupan Gereja yang meliputi persekutuan, kesaksian, pelayanan,
penatalayanan dan pembangunan.

Kemudian, dalam Agenda HKBP, pada bagian XVII tentang tata kebaktian penahbisan
Gereja, dijelaskan bagaimana Gereja dibangun atas dasar Kristus. Pada bagian tersebut
dijelaskan bagaimana permohonan kepada Tuhan untuk menguduskan gereja (tempat orang
percaya bersekutu dalam memuji Tuhan), mencanangkan firman Allah, mensucikan setiap
persekutuan yang diadakan dalam Gereja, memohonkan kehadiran Allah senantiasa dalam
Gereja. Kemudian, Gereja menjadi tempat kita menerima ajaran Kristus melalui khotbah dalam
ibadah minggu, mengikuti pengajaran firman-Mu dan yang menerima baptisan Kudus, yang
menerima perjamuan kudus dan lainnya.

Gereja adalah tubuh Kristus. Sebagai tubuh Kristus, Gereja dipimpin oleh Kristus sendiri.
Namun, sebagai organisasi ada pemimpin sebuah Gereja yang menjadi perpanjangan tangan
Krsitus dalam memimpin sebuah Gereja. Dalam hal ini, banyak Gereja dengan berbagai model
kepemimpinannya dalam menata sebuah Gereja, mulai dari sinodal, prebyterial, episkopal, dan
tanpa kepemimpinan. Hal ini juga menjadi faktor kemunculan denominasi Gereja yang tidak
lepas dari Gereja sebagai organisasi dengan berbagai modelnya. Namun, dengan
keanekaragaman akan denominasi Gereja tersebut, tetap ada inti yang mengikat, yakni keyakinan
semua orang Kristen kepada Allah Tritunggal. Namun, denominasi gereja pada saat ini juga
harus dilihat bagaimana gereja hadir dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah. Pada saat ini
Gereja hidup dalam kehidupan politik. Hal ini juga yang harus diperhatikan Gereja, khususnya
HKBP yang harus melihat bahwa Gereja adalah tubuh Kristus, yang tidak hanya fokus kepada
keorganisasian Gereja. Bagaimana para pelayan penuh waktu Gereja yang lebih fokus terhadap
tri tugas pelayanan Gereja. Yang utama adalah bagaimana struktur yang melayani bukan
melayani struktur. Bagaimana Gereja melihat struktur sebagai sarana untuk melayani. Dokumen
teologi Gereja yang menata Gereja sering dianggap sebagai sejarah, bukan sebagai pengajaran.
Dan pada dasarnya, dokumen teologi Gereja harus dibuat sesuai dengan keinginan dan atas dasar
Kristus, bukan atas dasar keinginan daging manusia.

Anda mungkin juga menyukai