Anda di halaman 1dari 17

PKK Nunukan Selatan

PENYULUHAN POLA ASUH ANAK DAN REMAJA


pkknusa

5 tahun yang lalu


Iklan

POLA ASUH ANAK DAN REMAJA

(MAKALAH)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Anak adalah harapan orang tua harapan masa depan keluarga bahkan bangsa, oleh
sebab itu perlu dipersiapkan agar kelak menjadi manusia yang berkualitas, sehat,
bermoral dan berguna bagi dirinya, keluarga, agama dan bangsanya. Anak seharusnya
perlu dipersiapkan sejak dini agar mereka mendapatkan pola asuh yang benar saat
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pola asuh yang baik menjadikan
anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan bertanggung jawab menghadapi
hidup yang penuh dengan warna warni atau romantika hidup.

Orang Tua selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi anak yang sempurna tanpa
mau memahami bahwa sebagai orang tua harus merubah diri sendiri terlebih dahulu
sebelum anak itu lahir.

Sekarang ini terdapat berbagai dampak pada masyarakat, baik yang positif maupun yang
negatif. Dampak positif globalisasi adalah perkembangan teknologi yang semakin
canggih sehingga mempermudah seseorang untuk memperoleh berbagai informasi yang
tidak terbatas. Informasi dapat berupa hiburan, pengetahuan dan teknologi, yang
diperoleh dan berbagai cara seperti : TV, Video, Film-Film, Internet dan sebagainya.
Kemudahan informasi memang memuaskan rasa ingin tahu kita serta dapat mengubah
nilai dan pola hidup seseorang, termasuk sikap orang tua terhadap anaknya dan pola
asuh yang diterapkan dalam mendidik anak dan remaja.

Sedangkan dampak negatif yang ditakuti adalah gaya hidup yang sangat menonjolkan
sifat individualistik dan bebas. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak timbulnya
masalah psikososial pada remaja seperti penyalah gunaan narkotika dan obat terlarang,
perilaku seks bebas dan menyimpang, kriminalitas anak, perkelahian massal (tawuran),
sehingga banyak mengakibatkan kegagalan pendidikan, atau kegagalan di bidang lain.
Dampak negatif era globalisasi ini lebih cepat diadopsi oleh anak- anak sehingga mereka
sangat rentan terhadap pengaruh negatif globalisasi tersebut.

Bagaimana semua informasi dan pengaruh itu agar tidak berdampak buruk? Sebagai
orang tua tentu berharap mereka dapat menyaring informasi apa yang berguna yang
patut dicontoh dan apa yang dapat merugikan yang harus dijauhinya. Kepandaian anak
dan remaja dalam menyiasati hal tersebut tentu tidak lepas dan peran orang tua dalam
memberikan pola asuh dan pendidikan yang tepat bagi anak- anaknya dan orang orang
yang ada di sekelilingnya.

Dari hasil pendataan kami pada UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan bahwa
jumlah anak dan remaja di Kecamatan Nunukan Selatan mengalami perkembangan yang
pesat dengan perkembangan itulah kami termotifasi untuk
,mempelajari,mengembangkan lebih jauh tentang pemahaman pola asuh anak yang tepat
yang ada di wilayah Kecamatan Nunukan Selatan khususnya dan sebagai sumbangsih
kami kepada seluruh warga pada umumnya.

Pada tanggal 7 April 2015 kami memperoleh Data Pendidikan di wilayah tersebut
adalah sebagai berikut :

TK/PAUD/KELOMPOK BELAJAR DDL : 515 ORANG

SEKOLAH DASAR/SEDERAJAT : 2.170 ORANG

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/SEDERAJAT : 1.199 ORANG

SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAT : 741 ORANG

JUMLAH : 4.625 ORANG *

Data Balita : 2014 jumlah 1.757 Orang

: 2015 jumlah 2.689 Orang **

*Sumber Data UPT Diknas Nunukan Selatan

**Papan Data TP PKK Kec.Nunukan Selatan

Data di atas menunjukan bahwa pentingnya peran peran orang tua, mayarakat, anggota
PKK untuk berperan aktif di dalamnya sehingga dalam komposisi kepengurusan di TP
PKK Kecamatan Nunukan Selatan ada perwakilan dari tiap-tiap pemeluk agama untuk
berperan aktif dalam pembinaan Pola Asuh Anak sesuai dengan Agama dan
Kepercayaannya masing-masing melalui pendekatan Agama, karena kami yakin bahwa
agamalah yang paling berperan penting dalam pembinaan pola asuh anak yang baik.

Untuk itu kami selalu berusaha memberikan yang terbaik buat seluruh warga masyarakat
di lingkungan yang kami cintai dengan harapan masyarakat lebih maju, santun dan
berbudi pekerti yang luhur, agamis, cerdas dan bermartabat.

Semoga dengan penyusunan makalah yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak dan
Remaja” dapat bermanfaat buat semua, Insya Allah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari pola asuh anak dan remaja dalam keluarga?
2. Apa sajakah gaya dari pola asuh anak dan remaja dalam keluarga?
3. Apa sajakah macam-macam dari pola asuh anak dalam keluarga secara umum?
4. Bagaimanakah fungsi keluarga dalam menerapkan pola asuh terhadap anak dalam keluarga?
5. Bagaimanakah cara mengasuh anak dalam keluarga dan menciptakan bibit yang unggul.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pola asuh anak dan remaja dalam keluarga.
2. Untuk mengetahui gaya dari pola asuh anak dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui mac am-macam dari pola asuh anak dalam keluarga secara umum.
4. Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam menerapkan pola asuh terhadap anak dalam
keluarga.
5. Untuk mengetahui cara mengasuh anak dalam keluarga.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait dengan pola pengasuhan anak dan
remaja dalam keluarga.
2. Memberikan masukan bagi ibu-ibu untuk bisa membimbing anak-anaknya dengan penuh
kasih sayang.
3. Dapat menemukan trik yang jitu dalam pengasuhan anak.
4. Bisa berbagi ilmu pengetahuan tentang anak dan remaja.

BAB II

Pembahasan

Pola Asuh Anak Dan Remaja

2.1 Pengertian Dari Pola Asuh Anak dan Remaja

Pengertian pola asuh anak dalam keluarga bisa ditelusuri dari pedoman yang
dikeluarkan oleh Tim Penggerak PKK Pusat (1995), yakni : usaha orang tua dalam
membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai
dewasa (18 tahun). Selain itu, yang dimaksud dengan pola asuh adalah kegiatan
kompleks yang meliputi banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau bersama
sama yang memiliki dampak pada anak. Tujuan utama pola asuh yang normal adalah
menciptakan kontrol.

Sebelum jauh membahas pola asuh anak dan remaja, maka yang harus diperbaiki
terlebih dahulu adalah orang tua itu sendiri dimana pribadi orang tua sebelum
melahirkan anaknya diupayakan orang tuanya harus lebih baik. Orang tua tampil
sebagai Panutan (role Model) sehingga anak yang lahir nantinya menjadi anak yang
baik. “Bibit yang anggul akan menghasilkan tanaman yang unggul”.

Setelah menjadi orang tua yang baik, maka yang tak kalah pentingnya
diperhatikan adalah keluar masuknya keuangan dan sumber makanan yang sehari hari
diberikan kepada anak pastikan dari sumber yang halal dan berkah supaya anak dapat
tumbuh berkembang sehat dan penuh berkah .

Meskipun tiap orang tua berbeda dalam cara mengasuh anaknya, namun tujuan utama
orang tua dalam mengasuh anak adalah sama yaitu untuk mempengaruhi, mengajari dan
mengontrol Setiap anak tidak terkecuali anak-anak yang masih di bawah umur 17
tahun dan juga para remaja. Walaupun secara umum belum memiliki pemikiran yang
berkembang seperti halnya orang dewasa, anak-anak remaja telah dihadapkan dengan
berbagai permasalahan hidup yang bervariasi.

Ada masalah yang ringan mudah dipecahkan, dan ada pula masalah berat yang sulit
untuk diselesaikan dengan baik. Tentu saja para orangtua, anggota PKK, Guru dan
seluruh elemen masyarakat untuk siap sedia menjadi pembimbing untuk anak-anak,
bukan hanya anak kandung saja melainkan anak yang ada di sekitarnya dan anak-anak
Indonesia pada umumnya.

2.2 Pengertian Remaja Menurut Para Ahli


Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut
Zakiah Darajat (1990: 23) adalah:

Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak lagi, baik bentuk badan ataupun cara berfikir
atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun =
masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa
remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun,
masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita,
2006: 192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada
masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

2.3 Gaya Dari Pola Asuh Anak Dalam Keluarga.


Contoh Bentuk / Jenis Masalah yang Dihadapi Oleh Anak-Anak dan Remaja :
A. Masalah di Sekolah
1. Masalah dengan guru
2. Masalah dengan peraturan sekolah
3. Masalah dengan ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan
4. Masalah dengan jajan dan makan minum
5. Masalah dengan kegiatan belajar dan mengajar
6. Masalah dengan transportasi pulang pergi

B. Masalah di Rumah

1. Masalah dengan Pekerjaan Rumah (PR)


2. Masalah dengan tugas sekolah
3. Masalah dengan kursus, les, bimbingan belajar, dll
4. Masalah dengan orangtua
5. Masalah dengan anggota keluarga dan kerabat
6. Masalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
7. Masalah dengan uang saku / uang jajan

C. Masalah dengan Teman-Teman


1. Masalah dengan teman sekolah
2. Masalah dengan teman di sekitar rumah
3. Masalah dengan teman kursus / bimbel
4. Masalah dengan teman lama
5. Masalah dengan teman sehobi
6. Masalah dengan teman gaib (bila ada)

D. Masalah dengan Orang yang Disukai

1. Masalah sebagai pengagum gelap


2. Masalah dengan pacar
3. Masalah dengan penggemar
4. Masalah dengan teman dekat

E. Masalah dengan Kekhawatiran Masa Depan

1. Masalah dengan penetapan cita-cita sesuai minat dan bakat


2. Masalah dengan keterampilan dan kemampuan modal kerja
3. Masalah dengan pekerjaan di masa depan
4. Masalah dengan istri, anak, cucu dan mertua di masa depan
5. Masalah dengan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa mendatang

F. Masalah dengan Hobi

1. Masalah dengan kebutuhan modal berhobi


2. Masalah manajemen barang-barang hobi
3. Masalah dengan pihak ketiga penyelenggara kegiatan hobi

G. Masalah dengan Agama contoh bagi yang muslim

1. Masalah dengan sholat lima waktu dan sunnah


2. Masalah dengan puasa wajib dan sunnah
3. Masalah dengan pembayaran zakat
4. Masalah dengan pergi haji ketika mampu
5. Masalah dengan sedekah
6. Masalah dengan istiqomah

Orang Tua yang Bijak sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar memaki;

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka akan senang berkelahi;

Jika anak dibesarkan toleransi, maka anak akan belajar mengendalikan dirinya;
Jika anak dibesarkan dengan penuh kelembutan, maka anak akan belajar menghargai
sesamanya.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, maka dia akan menemukan kebahagiaan
dalam hidupnya;

“Mari kita fikirkan bersama nasib generasi Indonesia yang kita cintai ini ”

Selanjutnya Gaya pola asuh memiliki 2 elemen penting, yaitu : parental responsiveness
(respons orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua).

Parental Responsiveness (respons orang tua)

Respons orang tua adalah orang tua yang secara sengaja dan mengatur dirinya sendiri
untuk sejalan, mendukung dan menghargai kepentingan dan tuntutan anaknya.

Parental demandingness (tuntutan orang tua)

Tuntutan orang tua adalah orang tua menuntut anaknya untuk menjadi bagian dari
keluarga dengan pengawasan, penegakkan disiplin dan tidak segan memberi hukuman
jika anaknya tidak menuruti.

Selain respons dan tuntutan, gaya pola asuh juga ditentukan oleh faktor yang ketiga,
yaitu kontrol psikologis (menyalahkan, kurang menyayangi atau mempermalukan).

2.4 Macam-Macam Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Secara Umum

Seiring dengan perkembangan zaman yang modern ini, maka orang tua dituntut untuk
selalu waspada dan mawas diri dalam segala hal karena kita tidak bisa lari dari dari
zaman yang serba canggih ini, justeru dengan zaman yang modern ini adalah moment
yang sangat penting bagi orang tua dan untuk mengakses segala informasi yang fositif
untuk perkembangan pola pikir anak.

Tidak kalah pentingnya adalah orang tua harus melakukan pendampingan kepada anak
dalam mengambil keputusan yang penting agar anak merasa selalu diperhatikan dan
akan membuat anak tenang dan tidak ragu ragu.

Dalam kehidupan anak dan remaja terdapat banyak faktor yang turut membentuk
kepribadian dan karakter sang buah hati seperti “Pola Asuh, lingkungan, keluarga, sistim
keagamaan, budaya, ekonomi, social dan pendidikan”.

Secara individual, orang tua memiliki hubungan yang khas dengan anak namun para
peneliti telah mengidentifikasikan 4 macam pola asuh yang umum. Keempat pola asuh
ini telah terbukti berhubungan dengan perilaku dan kepribadian anak. Pembagian 4
macam pola asuh secara umum ini dinamakan : pola asuh Demokrasi, pola Otoriter, pola
asuh tanpa kendali dan pola asuh perlindungan yang berlebihan.

Kelurga adalah faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian
anak dan remaja. Berikut jenis Pola Asuh Anak dan Remaja :

A. Pola Asuh Demokrasi


Pola asuh ini ditandai dengan orang tua yang memberikan kebebasan yang memadai
pada anaknya tetapi memiliki standar perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan
yang jelas dan mau mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan
beberapa perilaku dan tegas dalam menentukan batasan. Mereka cenderung memiliki
hubungan yang hangat dengan anaknya dan sensitive terhadap kebutuhan dan pandangan
anaknya. Mereka cepat tanggap memuji keberhasilan anaknya dan memiliki kejelasan
tentang apa yang mereka harapkan dan anaknya.

Pola asuh yang paling baik adalah jenis Authoritative. Anak yang diasuh dengan pola ini
tampak lebih bahagia, mandiri dan mampu untuk mengatasi stress. Mereka juga
cenderung lebih disukai pada kelompok sebayanya, karena memiliki ketrampilan sosial
dan kepercayaan diri yang baik. Disadari atau tidak kemarahan, ketakutan, keemasan
adalah tiga factor yang ikut menyertai kehadiran seseorang di dunia ini, oleh karena itu
hal tersebut mudah ditemukan sehingga kasih sayanglah yang bisa menghilangkan
ketiga hal tersebut.

Manfaat dari pola asuh ini adalah :

1. Anak akan belajar menghargai, menghormati pendapat orang lain


2. Anak selalu memberi perhatian kepada sesamanya
3. Anak akan berusaha membangun kerjasama dengan orang lain

B.Pola Asuh Otoriter.

Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka harapkan dan anaknya dan hukuman
dan perilaku anak yang kurang baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan
seringkali tidak dijelaskan secara memadal dan kurang memahami serta mendengarkan
kemamuan anaknya. Penekanan pola asuh ini adalah ketaatan tanpa bertanya dan
menghargai tingkat kekuasaan. Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan
banyak hukuman.

Anak dan orang orang tua yang Authoritarian cenderung untuk lebih penurut, taat
perintah dan tidak agresif, tetapi mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan
kemampuan mengontrol dirinya terhadap teman sebayanya. Hubungan dengan orang tua
tidak juga dekat. Pola asuh jenis ini terutama sulit untuk anak laki-laki, mereka
cenderung untuk lebih pemarah dan kehilangan minat pada sekolahnya lebih awal. Anak
dengan pola asuh ini jarang mendapat pujian dan orang tuanya sehingga pada saat
mereka tumbuh dewasa, mereka cenderung untuk melakukan sesuatu karena adanya
imbalan dan hukuman, bukan karena pertimbangan benar atau salah.

Dampak dari pola asuh ini adalah :

 Anak tertekan secara psikis dan fisik


 Hilang semangat dan selalu menyalahkan diri sendiri
 Tidak memiliki inisiatif, ide-ide cemerlang karena merasa selalu ditekan
 Tidak berani berpendapat dan menentukan pilihan

C.Pola Asuh Tanpa Kendali

Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk menampilkan dirinya dan
tidak membuat aturan yang jelas serta kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan.
Mereka seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk. Hubungan
mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima. Pada saat menetukan batasan,
mereka mencoba untuk memeberikan alasan kepada anaknya dan tidak menggunakan
kekuasaan untuk mencapai keinginan mereka.

Hasil pola asuh dan orang tua permisif tidak sebaik hasil pola asuh anak dengan orang
tua Authoritative. Meskipun anak-anak ini terlihat bahagia tetapi mereka kurang dapat
mengatasi stress dan akan marah jika mereka tidak memperoleh apa yang mereka
inginkan. Anak-anak ini cenderung imatur. Mereka dapat menjadi agresif dan dominant
pada teman sebayanya dan cenderung tidak berorientasi pada hasil.

Dampak dari pola asuh ini adalah :

 Anak akan bertindak sekehendak hati


 Tidak dapat mengendalikan dirinya
 Hidup bebas tanpa aturan
 Selalu memaksakan kehendak dan egois
 Selalu ragu membedakan yang mana benar yang mana yang salah.

D. Pola Asuh Perlindungan Yang Berlebihan

Dalam hal ini semangat untuk memberikan perlakuan dan perlindungan yang baik,
namun berlebihan caranya akan menimbulkan masalah karena anak anak akan memiliki
mentalitas yang lemah bila mengahadapi tantangan dan kesulitan.

Dampak dari pola asuh ini adalah :

 Menghilangkan kesempatan kepada anak untuk bersoisalisasi


 Anak akan selalu merasa ketakutan dan tidak memiliki kemandirian
 Kurang bertanggung jawab dan tidak bisa mengambil keputusan
 Selalu ragu-ragu, mudah cemas dan penakut
 Kurang percaya diri, sulit membangun relasi dan tidak berani menghadapi kenyataan.

Meskipun hasil penelitian cukup jelas, tetapi perilaku manusia tidaklah hitam putih.
Hampir semua orang tua melakukan keempat jenis pola asuh diatas.

2.5 Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam
Keluarga

Pola asuh di atas harus disesuaikan dengan jelas antara hak dan kewajiban anak; tetapi
terutama hak anak. Hak anak yang dimaksud ialah bermain, belajar, kasih sayang, nama
baik, perlindungan, dan perhatian penuh.

Berdasarkan pendekatan sosio-kultural, dalam konteks bermasyarakat, keluarga


memiliki fungsi berikut :

1. Fungsi Biologis. Tempat keluarga memenuhi kebutuhan seksual ( suami – istri ) dan
mendapatkan keturunan (anak); dan selanjutnya menjadi wahana di mana keluarga
menjamin kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Secara biologis, keluarga menjadi
tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang , dan papan dengan
syarat-syarat tertentu. Berkaitan dengan fungsi ini, pola asuh anak di bidang kesehatan juga
harus mendapat perhatian para orangtua. Pola hidup sehat perlu diterapkan di dalam
keluarga yang bisa dilakukan dengan cara : “Membiasakan anak mengkonsumsi yang
halal,sehat dan bergizi.”

 Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan instan atau cepat saji.
mengapa hal ini penting ? Kita tahu, bahwa di dalam makanan instan terdapat zat pengawet
yang jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi kesehatan,
 Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara rutin.
 Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk dikonsumsi.
 Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum air putih.

2. Fungsi Pendidikan.

Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “institusi”


pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar di antara anggota keluarga. Dalam
situasi ini orangtua menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anak-
anaknya, terutama di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui
asuhan, bimbingan dan pendampingan, dan teladan nyata. Dalam bidang pergaulan pun,
anak tetap dikontrol. Sebagian peserta mengungkapkan bahwa mereka biasa mengontrol
melalui teman si anak, serta menghubungi ibu/bapak guru melalui HP. Di samping itu,
setalah anak pulang sekolah, para peserta juga memeriksa tas sekolah anak, kalau-kalau
si anak membawa sesuatu yang tidak wajar. Adapun suka-duka para peserta dalam
mendidik anak sangat bervariasi. Sebagian peserta menyatakan sangat senang bila anak-
anak mereka menurut terhadap apa yang mereka sarankan. Namun di sisi lain, peserta
merasa sedih bila si anak terkadang membantah perkataan mereka, ngambek tidak mau
belajar, salah pergaulan dan sebagainya.

3. Fungsi Religius.

Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan


melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah agama dan
perilaku keagamaan. Di sini para orangtua diharuskan menjadi tokoh inti dan panutan
dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.

Berkaitan dengan pola asuh anak di bidang agama, ajari anak sejak dini untuk
berperilaku dan berkata jujur serta belajar hidup sederhana itu menjadi modal utama
dalam perkembangnnya, orangtua harus sepakat bahwa agama adalah solusi yang
tertinggi bagi setiap persoalan hidup anak-anak mereka. Masalahnya justru terletak
pada tantangan yang mereka hadapi dalam mensosialisasikan ajaran agama dimaksud.
Hari ini ada fenomena bahwa agama seakan-akan tidak lagi menarik perhatian anak-
anak. Oleh karenanya jangan pernah disepelekan agama kalau dianalogikan dengan
anggota tubuh agama adalah ibarat Kepala , kalau anggota tubuh yang lain tidak ada ,
maka yang lain masih bisa bergerak, masih bisa berfungsi tetapi jika kepala manusia
tidak ada, orang tersebut tidak bisa berbuat apa apa.

Pesan moral dari kisah-kisah yang mempesona dari kitab-kitab suci tidak lagi sampai
kepada anak-anak di jaman ini. Memang sih hal ini erat terkait dengan mandegnya
progressivitas pihak agama dalam mencari pola-pola pengajaran terkini. Maka tidak
mengherankan bila sebagian besar orangtua sangat sulit mengajak anak-anaknya untuk
beribadah. Banyak anak justru tidak merasa nyaman di masjid, gereja atau tempat ibadah
agamanya. Di titik ini para orangtua harus menyadari fungsi mereka sebagai teladan
atau pemberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana anak akan menurut pada ajakan orang
tua bila Orangtua sendiri tidak menjalankannya. Beri faksin yang terkait dengan agama
dari rumah sejak dini jangan mudah tergoda sehingga anak tidak akan terkontaminasi
dengan apapun yang ada dalam masyarakat yang bersifat negatif.

4. Fungsi Perlindungan.

Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan
anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam
maupun dari luar kehidupan keluarga.

Selama ini dalam mendidik anak, banyak orangtua mendidik anak-anak mereka dengan
sabar dan telaten, agar anak menurut sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak
jarang pula mereka menggunakan cara-cara yang sedikit otoriter, agar anak tidak bandel
dan menurut apa yang kita perintah. Fungsi perlindungan juga menyangkut pola asuh
orangtua di bidang kesehatan. Pola ini bisa dicermati dari kegiatan keseharian anak,
antara lain :

 Selama ini ketika anak pulang dari sekolah langsung pulang ke rumah atau bermain dulu di
tempat temannya. Dalam hal ini juga harus diperhatikan apakah anak tersebut sudah makan
siang atau belum. Artinya kontrol terhadap pola makan anak dijalankan dengan baik. Apabila
anak pulang sampai sore atau malam hari maka orangtua perlu menanyakan kemana saja
seharian anak tersebut.
 Selama ini ketika anak pulang dari sekolah, apakah langsung membantu orangtua atau
bermain. Hal ini ditinjau dari pandangan orangtua jelas tentunya lebih senang ketika anak
langsung membantu orangtua dalam hal pekerjaan di dalam rumah. Lalu bagaimana bila
ternyata anak membantu orangtua dalam arti ikut bekerja mencari uang ? Tentunya hal ini
sebaiknya belum boleh dilakukan oleh anak, mengingat anak masih tumbuh dan
berkembang dan mempunyai hak untuk menikmati dunia bermainnya. Bisa dibayangkan
betapa anak nantinya akan terbebani ketika harus memikirkan pelajaran di sekolah, namun
di sisi yang lain masih harus bekerja mencari uang. Sudah menjadi kewajiban orangtualah
untuk membiayai segala macam keperluan anak sehari-hari termasuk pula dalam hal biaya
sekolah.
 Anak dipastikan mandi sehari dua kali. Dalam hal ini orangtua senantiasa mengontrol apakah
anak sudah mandi atau belum.
 Asupan gizi yang dikonsumsi anak juga harus diperhatikan. Apabila anak setiap hari diberi
lauk daging, tentunya tidak bagus. Akan lebih baik bila diimbangi dengan sayur, buah dan
susu. Dalam arti makanan yang dikonsumsi sehari-hari memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Sesekali anak diberi lauk ikan, telur, tempe, tahu dan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat variasi menu makanan anak agar anak tidak bosan.

5. Fungsi Sosialisasi.

Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat
yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung
antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga
kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak
berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya. Ajari anak untuk peka
terhadap sosial suka membantu yang mengalami kesusahan dan penderitaan.

6. Fungsi Kasih Sayang.


Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan
batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-
masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat
dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana
yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan
persoalan hidup. Jadikan anak sebagai sahabat karib berikan perhatian yang penuh
sebelum ia (Anak) mencari perhatian dari orang lain, jadikan rumah ibarat syurga bagi
anak sehingga anak tidak pernah melupakan rumah dan orang tuanya rumah laksana
“Taman yang indah” bagi Anak dan seluruh anggota keluarga.

7. Fungsi Ekonomis.

Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas


dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan
perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
Penuhi segala keperluan anak yang berkaitan dengan masa depannya termasuk biaya
pendidikan. Belajar menabung dan berhemat tidak mubazzir dan rajin sedeqah.

8. Fungsi Rekreatif.

Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam
kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada
saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari dan merasa
nyaman tinggal dirumah sendiri ketimbang keluyuran di luar rumah hal ini akan timbul
jika peran ibu di dalam rumah tangga berfungsi dengan anak dijadikan sahabat, dalam
suasana apapun Ibu tak pernah lepas tangan dari anak-anaknya sehingga rumah bagi
anak-anak tersebut laksana “SYURGA” baginya.

9. Fungsi Status Keluarga.

Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi
keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga dibandingkan dengan
keluarga lainnya. Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas diperlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai
dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai ciri individual yang
berbeda satu dengan yang lain.

Di samping itu setiap anak yang lahir di dunia ini berhak hidup dan berkembang
semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Untuk dapat memberi
kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola asuh yang tepat dari
orangtuanya, hal ini mengingat anak adalah menjadi tanggung jawab orangtuanya baik
secara fisik, psikis maupun sosia.

2.6 Cara Mengasuh Anak dan Remaja Dalam Keluarga

Mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang
dengan baik dan ketika dewasa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab.
mengasuh anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Mengasuh
anak bukanlah dimulai saat anak dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi dilakukan
sendiri oleh kedua orangtua itu sendiri termasuk “Orang Tua” yang terlebih dahulu
meperbaiki diri sebelum melahirkan “Sang Bayi” menjadi bibit yang unggul sebelum
melahirkan anak yang diharapkan anak yang bermutu.

Kesimpulannya adalah dimulai dari orang tua itu sendiri untuk berusaha memperbaiki
diri terlebih dahulu sebelum mendidik anak-anaknya :

1. Sejak lahir sampai 1 tahun

Dalam kandungan, anak hidup serba teratur, hangat, dan penuh penlindungan. Di dalam
kandunganpun anak membutuhkan kasih sayang dari sosok Bapak dengan cara berkata
manis dan sayang kepada Ibu yang sedang mengandung, berdoa kepada Yang Maha
Pencipta dengan harapan buah hatinya kelak terlahir anak yang sholeh dan sholeha.
Setelah dilahinkan, anak sepenuhnya bengantung terutama pada ibu atau pengasuhnya.
Pada masa ini anak perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Pencapaian pada
tahap ini untuk mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila rasa percaya tak
didapat, maka timbul rasa tak aman, rasa ketakutan dan kecemasan.

Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk menyampaikan keingmnannya, ia menangis


untuk menarik perhatian orang. Tangisannya menunjukkan bahwa bayi membutuhkan
bantuan. Ibu harus belajar mengerti maksud tangisan bayi. Keadaan dimana saat bayi
membutuhkan bantuan, dan mendapat respon yang sesuai akan menimbulkan rasa
percaya dan aman pada bayi.

Pada masa pertumbuhan anak pada fase ini yang terpenting adalah Air Susu Ibu (ASI)
karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Dengan pemberian ASI
seorang bayi akan didekap ke dada sehingga merasakan kehangatan tubuh ibu dan
terjalinlah hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya. Segala hal yang dapat
mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu anak pada tahap ini akan
menyebabkan terganggunya pembentukan rasa percaya dan rasa aman.

Kesalahan pertama yang kita lakukan pada saat anak masih bayi adalah kita terkadang
memberikan dot kosong (pentil) kepada anak belum tahu apa apa kita sendiri yang
duluan mengajarinya tentang kepalsuan.

1. Usia 1 – 3 tahun

Pada tahap ini umumnya anak sudah dapat berjalan. Ia mulai menyadari bahwa gerakan
badannya dapat diatur sendiri, dikuasai dan digunakannya untuk suatu maksud. Tahap
ini merupakan tahap pembentukan kepercayaan diri.

Pada tahap ini, akan tertanam dalam diri anak perasaan otonomi diri, makan sendiri,
pakai baju sendiri dll. Orang tua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas,
menghargai dan meyakini kemampuannya. Usahakan anak mau bermain dengan anak
yang lain untuk mengetahui aturan permainan. Hal ini jadi dasar terbentuknya rasa yakin
pada diri dan harga diri di kemudian hari.

Kesalahan kedua pada saat anak sakit kita beri obat kita katakan ini bon bon, permen,
Syrup yang manis pada hal obat itu pahit sehingga anak jadi bingung yang mana pahit
yang mana manis yang mana obat yang mana permen.

1. Usia 3 – 6 tahun (prasekolah)


Tahap ini anak dapat meningkatnya kemampuan berbahasa dan kemampuan untuk
melakukan kegiatan yang bertujuan, anak mulai memperhatikan dan berinteraksi dengan
dunia sekitarnya.

Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya, dan meniru kegiatan sekitarnya, libatkan diri
dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu tapi tidak
mementingkan hasilnya, mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin kadang-kadang
terpaku pada alat kelaminnya sendiri.

Pada tahap ini ayah punya peran penting bagi anak. Anak laki-laki merasa lebih sayang
pada ibunya dan anak perempuan lebih sayang pada ayahnya. Melalui peristiwa ini anak
dapat mengalami perasaan sayang, benci, iri hati, bersaing, memiliki, dll. Ia dapat pula
mengalami perasaan takut dan cemas. Pada masa ini, kerjasama ayah-ibu amat penting
artinya.

Kesalahan ketiga adalah pada saat anak mau jajan kita katakan uang Ibu tidak ada Nak,
padahal anak menyaksikan kita belanja setiap hari, jadi jangan salahkan jika anak ambil
sendiri tanpa pamit, kita berikan lagi tapi diiringi dengan cacian.

1. Usia 6 – 12 tahun

Pada usia ini teman sangat penting dan ketrampilan sosial mereka semakin berkembang.
Hubungan mereka menjadi lebih baik dalam berteman, mereka juga mudah untuk
mendekati teman baru dan menjaga hubungan pertemanan yang sudah ada.

Pada usia ini mereka juga menyukai kegiatan kelompok dan petualangan, keadaan ini
terjadi karena terbentuknya identifikasi peran dan keberanian untuk mengambil risiko.
Orang tua perlu membimbing mereka agar mereka memahami kemampuan mereka yang
sebenarnya dan tidak melakukan tindakan yang berbahaya.

Anak pada usia ini mulai tertarik dengan masalah seks , sehingga orang tua perlu untuk
memberikan informasi serta pemahaman yang dianggap sensitive ini secara rutin.

Dalam perkembangan keterampilan mentalnya, mereka dapat mempertahankan


ketertarikannya dalam waktu yang lama dan kemampuan menulis mereka baik. Anak
pada usia ini seringkali senang membaca buku ilmu pengetahuan atau CD ROM.
Mereka menikmati mencari dan menemukan informasi yang menarik minat mereka.

Anak mulai melawan orang tuanya, mereka menjadi suka berargumentasi dan tidak suka
melakukan pekerjaan rumah. Orang tua perlu secara bijaksana menjelaskann pada
mereka tugas dan tanggung jawabnya. Keberhasiln pada masa kanak akhir terlihat, jika
mereka dapat berkarya dan produktif dikemudian hari.

Kesalahan keempat pada saat remaja kita sering menjanjikan sesuatu yang tak kunjung
dapat, omongan orang tuanya hanya sebagai pelipur lara.

1. Usia 12 – 18 tahun

Masa remaja bervariasi pada setiap anak, tapi pada umumnya berlangsung antara usia 11
sampai 18 tahun. Di dalam masa remaja pembentukan identitas diri merupakan salah
satu tugas utama, sehingga saat masa remaja selesai sudah terbentuk identitas diri yang
mantap.

Sebagai Ibu yang baik, Ibu Yang Bijak katakan kepada anak perempuan : “Tak
semestinya wahai anakku jadi bulan yang bisa dilihat oleh semua lelaki, akan tetapi
jadilah Engkau seperti matahari yang sanggup menyinari alam jagad raya ini yang
dengan silaunya membuat laki-laki tertunduk sebelum menatapnya. “

Pertanyaan yang sering pada masa remaja saat pembentukan identitas diri adalah :
siapakah saya?, serta : kemanakah arah hidup saya? Jika masa remaja telah berakhir dan
pertanyaan itu tidak dapat dijawab dan diselesaikan dengan baik, dapat terjadi apa yang
dinamakan : krisis identitas, pada krisis identitas terjadi dapat menimbulkan
kebingungan/kekacauan identitas dirinya. Unsur-unsur yang memegang peran penting
dalam pembentukan identitas diri adalah : pembentukan suatu rasa kemandirian, peran
seksual, identifikasi gender, dan peran sosial serta perilaku.

Berkembangnya masa remaja terlihat saat Ia mulai mengambil berbagai macam nilai-
nilai etik, baik dan orang tua, remaja lain dan ia menggabungkannya menjadi suatu
sistem nilai dan dirinya sendiri.

Pada masa remaja, rumah merupakan landasan dasar (base), sedangkan ‘dunianya”
adalah sekolah, maka bagi remaja hubungan yang paling penting selain dengan
keluarganya adalah dengan teman sebaya. Pengertian dari rumah sebagai landasan dasar
adalah, anak dalam kehidupan seahari-hani tampaknya ia seolah-olah sangat bergantung
kepada teman sebayanya, tapi sebenarnya Ia sangat membutuhkan dukungan dan orang
tuanya yang sekaligus harus berfungsi sebagai pelindung di saat ia mengalami krisis,
baik dalam dirinya atau karena faktor lain. Pada masa ini penting sekali sikap keluarga
yang dapat ber empati, mengerti, mendukung, dan dapat bersikap komunikatif dua anak
dengan sang remaja dalam pembentukan identitas diri remaja itu.

Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah dalam suatu
identias diri. Keberhasilan yang diperoleh atau kegagalan yang dialami dalam proses
pencapaian kemandirian merupakan pengaruh dari fase-fase perkembangan sebelumnya.
Kegagalan keluarga dalam memberikan bantuan/dukungan itu secara memadai, akan
berakibat dalam ketidak mampuan anak untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan
emosinya. Sedangkan keberhasilan keluarga dalam pembentukan remaja telah
mengambil nilai-nilai etik dari orang tua dan agama, ia mengambil nilai-nilai apa yang
terbaik bagi dia dan masyarakat pada umumnya. Jadi penting bagi orang tua untuk
memberi teladan yang baik bagi remaja, dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku
baik, tapi orang tua sendiri tidak berbuat demikian.

Mengasuh dan membimbing anak memang memerlukan kesabaran tingkat tinggi karena
anak remaja yang unik itu sehingga jika orang tua kurang sabar, maka kegagalan
didepan mata sementara orang tua selalu menginginkan anaknya sukses, kuncinya
“Sabar , tawakkal dan Berdoa kepada Allah.

Kesalahan Kelima : pada saat remaja kita tidak pernah mau tau dengan siapa anak kita
berteman “akrab” tak pernah memberi kesempatan kepada anak untuk memberikan
argument kenapa anak kita memilih calon pasangan yang ia senangi dan kita tidak
menjelaskan kenapa tidak senang atau senang dan orang tua tidak merespon jika anak
berprestasi sehingga berprestasi atau tidak bagi anak tidak ada yang istimewa sama saja
sehingga anak tidak termotifasi untuk meningkatkan kwalitas dirinya.

Nilai-nilai Agama profil sikap dan prilaku Remaja .


Contoh dari Aspek keyakinan :

1. Meyakini Allah sebagai Pencipta.


2. Meyakini bahwa agama sebagai pedoman hidup.
3. Meyakini bahwa Allah Maha Melihat.
4. Meyakini hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia.
5. Meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Pengampun.

Aspek Ibadah dan budi pekerti :

1. Melaksanakan ibadah contoh bagi yang muslim seperti salat, shaum, berdoa, dll.
2. Membaca kitab suci dan mendalaminya.
3. Mengendalikan hawa nafsu dari sikap dan perbuatan yang diharamkan Allah.
4. Bersikap hormat kepada orang tua dan orang lain.
5. Menjalin silaturahim dengan orang lain.
6. Bersyukur.
7. Bersabar.
8. Memelihara kebersihan.
9. Memiliki etos belajar yang tinggi.
10. Rajin membantu orang tua.
11. Menjaga kejujuran setiap saat.
12. Sopan santun.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dengan apa yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh anak
dalam keluarga adalah usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak
baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun). Yang terlebih dahulu
orang tua memperbaiki diri sebelum melahirkan. “Siapkan Bibit Unggul jika
mengaharapkan Hasil Yang Unggul” Selanjutnya, gaya pola asuh memiliki 2 elemen
penting, yaitu : parental responsiveness (respons orang tua) dan parental demandingness
(tuntutan orang tua).

Adapun macam-macam pola asuh anak dalam keluarga yaitu: pola demokrasi, pola
otoriter, dan pola permisif. Untuk menerapkan macam-macam dari pola asuh tersebut
ada beberapa fungsi keluarga diantaranya: fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi
religius, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi,
fungsi rekreatif dan fungsi status keluarga. Selain itu, cara mengasuh anak dalam
keluarga hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Dari uraian diatas, maka sebagai kesimpulan akhir penulis memaparkan sebagai berikut :

1. Jaga keimanan dan ketaqwaan anak sejak dini dan ajari selalu berkata jujur.
2. Ikuti minat anak agar potensinya dapat digali dan berikan dukungan sepenuhnya beri hadiah
jika berprestasi.
3. Tuturkan pengetahuan tentang alam dan isinya sehingga anak dapat berfikir luas.
4. Bacakan buku-buku yang menarik dengan intonasi yang benar sehingga tumbuh minat baca
anak.
5. Jadilah model yang baik buat anak (role model) karena anak selalu meniru yang ada di
sekitarnya, tunjukan pribadi yang baik,jauhi percekcokan dalam Rumah Tangga.
6. Jika anak sudah remaja terimalah sebagai individu yang unik hargai idenya namun tetap
dalam pengawasan orang tua.
7. Beri cinta dan kasih sayang yang penuh dan jika orang tua bersalah cepat meminta maaf
kepada anak.
8. Beri peluang untuk membuat pilihan dan belajar menerima resiko ceritakan pengalaman
yang baik dan resikonya jika kurang baik.
9. Hindari aturan yang terlalu banyak anak akan bingung .

3.2 Saran

Kami menyarankan kepada para orang tua agar lebih memperhatikan terkait dengan
masalah pola asuh anak dan remaja dalam keluarga hal ini, hal ini merupakan Pekerjaan
Rumah (PR) yang besar bagi semua orang tua, elemen masyarakat dan pemerintah
karena pada saat ini terjadinya konflik-konflik serta kurangnya rasa simpati dan empati
dari anak dalam pergaulan tersebut yang disebabkan oleh pola asuh anak dalam
keluarganya. Oleh karena itu agar Pola asuh Anak lebih sempurna simak hal-hal sebagai
berikut :

1. Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui tidaklah
selalu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga terkadang ada semak belukar yang
penuh onak dan duri.
2. Ketika biduk rumah tangga dalam masalah, janganlah saling berlepas tangan, tetapi
sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Untuk Ibu jika ketemu PIL (Pria Idaman Lain) jangan langsung ditelan cukuplah Sang Bapak
yang jadi pahlawan,pelindung sekaligus pelipur lara dan untuk Bapak jika ketemu dengan
WIL ( Wanita Idaman Lain ) jangan diajak berlayar, jadikanlah isteri sebagai pelabuhan
pertama dan terakhir .
4. Ketika sudah mempunyai anak, cintailah suami-istri serta anak-anak dengan sepenuh hati
tanpa syarat.
5. Ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rejeki akan terbuka lebar
berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Sang Pencipta Alam
Semesta ini.
6. Umur kita bisa menua dengan perjalanan waktu, tapi belum tentu bijak dalam mengasuh
anak sehingga Orang Tualah yang bisa merubah diri kita demi masa depan generasi yang
akan datang.

7. Memiliki banyak waktu untuk mendidik anak bukan jaminan anak bisa sukses tapi
menggunakan waktu dengan sebaik munkin adalah sumber keberhasilan yang cemerlang.
8. Tidak ada yang bisa meramal takdir, namun kita masih punya kemampuan untuk berusaha
memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat disekeliling kita.
9. Wahai Para Orang Tua kalau kita berani memimpikan generasi menjadi sosok yang sukses,
maka kita harus berani juga mewujudkannya. Tidak ada yang bisa menghalangi kecuali rasa
malas.
10. Wahai Para Orang Tua berfikirlah seribu kali jika ingin marah kepada anak buah hati kita,
ingat ! suatu saat rekaman itu akan muncul kembali dan anak akan berbuat hal yang sama
pada saat kita sudah tua dan tidak berdaya lagi, syukur jika anak dilingkungan yang baik.
11. Doa yang tulus ihlas dari orang Tua kepada Tuhan yang Maha Pencipta dan tak usah
khawatir karena Tuhan selalu mendengar hambanya bahkan jauh sebelum kita meminta Doa
tersebut, Tuhan Maha tahu apa yang ada dalam lubuk hati hambanya.
12. Banyak bersyukur kepada Yang Maha Pemberi kenikmatan dan kebahagiaan.

Demikianlah makalah yang sederhana ini semoga membawa manfaat yang besar bagi
semua kalangan dan mohon saran dan kritik jika ada yang ada salah dan khilaf dalam
penulisan ini dan dengan memohon Ridha Allah, semoga dengan memahami Pola Asuh
yang tepat dapat menghantar generasi yang akan datang menjadi generasi yang tangguh
dan menjadi tonggak estafet pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan
Visi PKK yaitu : “TERWUJUDNYA KELUARGA YANG BERIMAN DAN
BERTAQWA KEPADA TUHAN YME, BERAKHLAK MULIA DAN BERBUDI
LUHUR,SEHAT,SEJAHTERA, MAJU DAN MANDIRI,KESETARAAN DAN
KEHADIRAN GENDER SERTA KESADARAN HUKUM DAN LINGKUNGAN” .

Anda mungkin juga menyukai