Judul:
“Konseling Pra Nikah Islam”
Oleh Kelompok :
Sinta Harfina (1730108070)
Widya Putri (1730108086)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Irman, S.Ag., M.Pd
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin,
maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu,
maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai
baginya (HR. Bukhori-Muslim)
2
untuk membantu individu memahami dan menyikapi konsep pernikahan dan hidup
berkeluarga .
Sedangkan menurut Putri Marlenny konseling pra nikah ialah suatu proses
hubungan yang membantu, antara konselor degan klien dalam hal pemberikan
edukasi dan bimbingan tentang persiapan pernikahan dan cara membina rumah
tangga terhadap calon pengantin.
Dari defenisi diatas , dapat disimpulkan konseling pra nikah adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan konselor untuk mempersiapkan konseli menuju
jenjang pernikahan.
3
Selain dari persoalan yang diatas, ada juga persoalan lain yang dapat
mengganggu pasangan sebelum menikah, persoalan-persoalan tersebut ialah (Firman
Hidayat : 4-5)::
a. Ekonomi
Problem ekonomi seringkali menjadi masalah serius pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Tidak hanya biaya untuk melangsungkan
pernikahan tetapi bianya terkait resepsi pernikahannya. Karena problem
ekonomi ini seringkali pasangan calon pengantin tidak berani memutuskan
untuk menikah.
b. Pasangan belum bekerja
Problem yang terkait dengan persoalan ekonomi juga yaitu masalah
pasangan yang belum bekerja tapi sudah ngebet pengen menikah. Pasangan
yang belum mempunyai pekerjaan seringkali menjadi problem ketika ingin
melangsungkan pernikahan. Ada kekhawatiran tidak bisa menghidupi
keluarga selama pernikahan.
c. Hamil di luar Nikah
Pergaulan pasangan yang tidak terkontrol seringkali mengakibatkan hamil
di luar nikah (kehhamilan tidak diinginkan). Problem muncul ketika laki-
lakinya tidak bertanggungjawab, salah satu pasangannya masih sekolah dan
persoalan-persoalan lain yang mengikutinya.
d. Terlambat menikah
Jodoh adalah rahasia Allah. Tidak semua orang mudah mendapatkan
pasangan atau karena terlalu sibuk bekerja atau menempuh pendidikan
sehingga melupakan pernikahan. Usia-usia yang mestinya menikah terlewat
begitu saja sehingga mengalami kesulitan mencari pasangan ketika usia
seudah semakin bertambah.
e. Status palsu
Problem yang sering muncul pra nikah yang lain adalah adanya status palsu,
mengaku perjaka ternyata punya anak enam misalnya atau masih terikat
4
pernikahan dengan perempuan lain. Problem ini berpotensi mengakibatkan
banyaknya praktik pernikahan poligami dan pernikahan sirri.
f. Minim pendidikan seks
Problem yang lain adalah minimnya pendidikan seks. Problem ini
mengakibatkan adanya pernikahan dini, tidak mengetahui organ reproduksi
diri sendiri, hak-hak seksual pasangan, kesehatan reproduksi pasangan, tidak
mengetahui alat kontrasepsi, masa subur dan persoalan kesehatan reproduksi
lainnya.
5
E. Praktek Konseling Pranikah Islam
Konseling pranikah diselenggarakan sebagaimana sesuai prosedur konseling
perkawinan. Penekanan pada konseling pranikah bersifat antisipatif yaitu
mempersiapkan diri untuk menetapkan pilihan yang tepat sehubungan dengan
rencana pernikahanya.
Langkah konseling yang dapat dilakukan dalam konseling pranikah yang sesuai
dengan konseling keluarga dan perkawinan menurut Capuzzi dan Gross (dalam
Miftahul Jannah: 8) adalah sebagai berikut:
a) Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.
b) Tahap keterlibatan (the joining), adalah tahap keterlibatan bersama klien.
Pada tahap ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal)
maupun secara verbal, merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi dan
sebagainya.
c) Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi oleh
pasangan. Maka, masalahnya harus jelas, siapa yang bermasalah, apa
indikasinya, apa yang telah terjadi dan sebagainya.
d) Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian
masalah. Pada tahap ini anggota keluarga mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk memahami masalahnya dan konselor dapat melatih anggota
keluarga berinteraksi dengan cara-cara yang dapat diikuti (pelan, sederhana,
detail dan jelas) dalam kehidupan mereka.
e) Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis dan
memformulasi langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini konselor
mendesain langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk melakukan atau
menerapkan pengubahan ketidak berfungsinya perkawinan.
f) Tahap penentuan tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai perilaku
yang normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah menaikkan self-
esteem dan membuat keluarga lebih kohesif.
g) Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan
konseling setelah tujuannya tercapai.
6
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sugandhi, Nani. 2008. Konseling Pra Nikah Bagi Mahasiswa Di Perguruan Tinggi
Melalui Pendekatan Kelompok. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195
708301981012-
NANI_M_SUGANDHI/KONSELING_PRA_NIKAH__BAGI__MAHASISWA.pdf
diakses 16 Oktober 2019)