KONSELING PRANIKAH
“Persiapan Pernikahan”
Dosen Pengampu:
Dra. Zikra, M.Pd., Kons.
Oleh:
SOFIA AMELIA LITRA
18006328
PERSIAPAN PERNIKAHAN
A. Persiapan Fisik
Dalam mempersiapkan sebuah pesta pernikahan tidaklah mudah,
butuh persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum pesta pernikahan
diselenggerakan dengan sungguh-sungguh. Berikut adalah persiapan
jelang pernikahan yang perlu dilakukan. (Januar, 2007)
Kesehatan sangatlah penting dan dapat dikatakan bahwa kesehatan
itu mahal. Dengan mempersiapkan kesehatan tubuh sehingga membuat
pasangan dapat menjalankan fungsi sebagai suami istri dengan optimal.
Bagi calon pasangan yang ingin melaksanakan pernikahan sebaiknya
memeriksa kesehatan tubuh, terlebih kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan calon keturunan. individu juga harus mempertimbangkan
kesiapan yang dilakukan dari segi biologis, psikologis, dan sosial budaya.
Secara biologis dari segi fisik, laki-laki ataupun perempuan harus
melakukan persiapan menikah mencakupi penjagaan kondisi fisik serta
pengalaman seksual
Berarti individu telah memiliki kematangan seksual sehingga
mampu untuk mendapatkan keturunan serta individu siap pula menerima
konsekuensi sebagai orangtua (hamil, melahirkan, menyusui, mengasuh
anak dan lain-lain).
B. Persiapan Psikis
Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari
kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikkan
sesuatu Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2010)
kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk
memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu
kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidak
tidaknya tiga aspek, yaitu:
1. Kondisi fisik, mental dan emosional
2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah
dipelajari.
Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani
(badan) Moeljono (2001). Kesiapan mental untuk menikah menurut
Dariyo (2004) mengandung pengertian sebagai kondisi psikologis-
emosional untuk siap menanggung berbagai. resiko yang timbul selama
hidup dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga,
memelihara dan mendidik anak anak, dan membiayai kesehatan keluarga.
Kesiapan mental seseorang erat hubungannya dengan umur usia,
pendidikan, status karir/pekerjaan. Dengan terpenuhnya kriteria - kriteria
tersebut, memungkinkan seseorang siap untuk menikah. Sebaliknya, tidak
terpenuhinya persyaratan tersebut, menyebabkan seorang individu kurang
merasa siap untuk menikah.
C. Kesiapan Finansial
Berarti individu harus sudah mampu untuk mandiri dan mampu
memenuhi segala kebutuhannya serta tidak lagi tergantung pada orangtua.
Individu yang siap secara ekonomi juga memiliki perencanaan keuangan yang
unik dan pengelolaan keuangan yang realistis. Selain itu diperlukan
tanggungjawab yang besar dari kedua pihak.
Karena besarnya tanggungjawab tersebut maka tiap pasangan
diharapkan telah memiliki kesiapan dan kematangan untuk menjalankan
kehidupan rumah tangga. Semua bentuk kesiapan ini akan mendukung
individu menjalankan peran baru dalam keluarga yang dibentuknya agar
pernikahannya itu. bisa selaras dan memiliki kestabilan serta remaja dapat
merasakan kebahagiaan dalam pernikahannya (Sari dan Sunarti, 2013)
Keuangan kadang menjadi alasan pasangan untuk memunda menikah
di karenakan dana yang di butuhkan tidak bisa dikatakan sedikit. Apalagi jika
pasangan memutuskan untuk menikah di Gedung dna mengundnag banyak
tamu maka di pastikan dananya bakal besar. Biaya pernikahan yang dari
tahun ke tahun semakin tinggi membuat pasangan harus pintar pintar untuk
mengumpulkan uang Bersama karena saat ini biaya pernikahan kebanyakan
ditanggung berdua, tidak lagi sendiri ,Ketika mengumpulkan dana untuk
menikah , ada baiknya anda dan pasangan saling jujur mengenai kondisi
keuangan masing masing , sehingga akan membantu anda berdua menyipakan
dana perniakahan dengan baik (Sari dan Sartika, 2016)
D. Masalah Lain Yang Mungkun Timbul
Pernikahan adalah suatu ikatan antara lakilaki dan perempuan yang
telah menginjak usia dewasa ataupun dianggap telah dewasa dalam ikatan
yang sakral (Marlina, 2013). Menikah merupakan titik awal dari
kehidupan berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan dalam pernikahan akan
berdampak pada kehidupan pernikahannya secara keseluruhan Tidak
sedikit orang yang merasa tidak siap untuk menikah walaupun mereka
sudah cukup dalam umur dan materi hanya karena mereka tidak
mengetahui kritera pasangan yang tepat untuk mereka. Pernikahan bukan
hanya sekedar perencanaan atau seperti gambaran pengantin ideal di
televisi dan filmfilm. Saat mencari pasangan, kita harus menyadari bahwa
tidak ada orang yang sempurna setiap orang pasti mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Indahnya pernikahan justru saat kita menemukan
pasangan yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra
membangun hidup meskipun dia mempunyai banyak kelemahan atau
kekurangan.
KEPUSTAKAAN
.
Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moeljono. 2001. Kesehatan Mental. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sari & Sartika, S. 2016. “Studi Mengenai Kesiapan Menikah Pada Muslim
Dewasa Muda”. Prosiding SNaPP2016 Kesehatan.
Sari, F., & Sunarti, E. 2013. “Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda Dan
Penaruhnya Terhadap Usia Menikah”. Jurnal ilmu keluarga dan
konseling. Vol 6. No 3.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Yeo, Anthony. 2003. Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.