Anda di halaman 1dari 10

Persiapan Pernikahan: Prakondisi, Kebutuhan dan Keputusan Untuk Menikah

Dosen pengampu: Hurnawijaya, S.HI., M.Sy,

Oleh:

Gunawan Agustino (200202022)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................

A. Latar Belakang Dan Profil Keluarga Yang Diobservasi ....................................................................


B. Aspek-Aspek Yang Diobservasi .........................................................................................................
C. Analisis ................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................................

A. Keimpulan ...........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji untuk menikah yang dilakukan oleh
satu pasangan untuk meresmikannya dalam ikatan perkawinan.Pernikahan dilakukan
menurut norma agama, norma hukum, dan juga norma sosial yang berlaku. Dalam
pelaksanaannya, pernikahan memiliki beragam variasi sesuai dengan tradisi suku, agama,
budaya, dan kelas sosial.
Pernikahan juga merupakan suatu momen spesial yang dirasakan oleh sepasang
kekasih beserta keluarga dan teman yang menyaksikan Momen ini tentunya dilakukan
secara sakral menurut adal dan agamanya masing masing Karena momen ini sakral maka
harus dipersiapkan secara matang agar proses pernikahan berjalan dengan lancar sesuai
dengan rencana.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa persiapan persiapan yang harus
dilakukan sebelum pernikahan berlangsung. Persiapan tersebut juga harus disepakati oleh
pasangan, karenamerekalah nanti yang menjalani proses pemikahan tersebut Ada beberapa
persiapan pernikahan yang harus disiapkan persiapan seperti penjelasan berikut ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prakondisi mempersiapkan pernikahan ?
2. Apa saja kebutuhan dalam melaksanakan pernikahan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Blakang Dan Profil Keluarga
Keluarga yang saya observasi adalah pasangan yang bertempat tingal di dusun Gelogor Utara
Desa Gelogor Kecamatan Kediri atas nama pasangan suami istri aitu Sunannasa’i dan Nurul,
pekerjaan suami adalah Guru honorer di madrasah dan istri sebagai pegawai dibagian dapur di salah
satu rumah sakit.
Pasangan ini menikah pada tahun 2015 tepatnya pada bulan agustus dan sampai saat ini akan
memasuki usia pernikahan mereka 8 tahun. Selama pernikahan mereka dikarunia seorang anak
perempuan yang berusia 7 tahun, yang bernama Alina. Kedua pasangan ini dikenal warga sekitar
adalah orang yang baik, sopan, ramah dan senang bersosialisasi terutama suami. Dalam segi ekonomi
pasangan ini tergolong dalam golongan ekonomi menengah. Dimana dikarenakan penghasilan dari
suami yang hanya guru honorer tidak seberapa dan pengasilan istri yang sebagai pegawai dibagian
dapur disalah satu rumah sakit juga tidak seberapa selain itu juga istri pernah menerima jasa jahit
pakain, untuk menambah pengasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari pasangan ini dikenal sederhana dan sering menolong bahkan
dari segi materi salah satu contoh yang dapat penulis hadirkan disini ialah ketika keluarga atau
tetangga meminjam uang yang jumlahnya bisa dikatakan banyak pasangan ini slalu memberikan
pinjaman.
B. Aspek-Aspek Yang Diobservasi
1. Prakondisi Mempersiapkan Pernikahan
Diantara persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang akan mengarungi bahtera
rumah tannga yakni;1
a. Usia Perkawinan

Dari hasil observasi dan wawancara yang saya lakukakan bahwa pasangan
suami istri tersebut di atas sudah memenuhi kritria usia perkawinan yang sesuai
dengan undang-undang perkawinan dan usia ideal serta kematangan psikologis

Suami Istri

1
Dr.Hj.Mufidah,Ch.,M.Ag,”Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender”, (diterbitkan oleh UIN-MALIKI
Press, jalan Gajayana,Malang),hlm 98
25 tahun 21 tahun

b. Persiapan Mental
Dari hasil obserpasi dan wawancara yang saya lakukan persiapan mental ini
merupakan hal yang sangat penting dikarenakan kesiapan mental ini yang akan
menentukan ketahanan dalam menghadapi masalah-masalah yang akan muncul
kedalam kehidupan rumah tangga.
c. Mengenali Calon Pasangan
Dari hasil observasi dan wawancara yang saya lakukakn pasanagan tersebut
sudah cukup saling mengenal dikarenakan mereka berdua sebelumnya sudah
melalui proses pacaran selama 5 tahu dan setelah menikah pasangan tersebut
sudah memamahami keperibadian dan kesibukan satu sama lain.
Suami Istri
S1 Geografi SMK
Guru honorer Pegawai rumah sakit bagian dapur
Sopan Sopan
Senang bercanda Jarang bercanda
Tidak banyak bicara Tidak banyak bercanda
Ramah Ramah
Mandiri Manja
Pekerja keras Mandiri

d. Mempelajari Hobi Pasangan


Dari hasil observasi dan wawancara keduanya memiliki hobi yang hampir
sama melihat dari awal mereka saling mengenal disalah satu kegiatan yakni
pramuka mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi sebelum melaksanakan
pernikahan.
e. Adaptasi Lingkungan
Dari hasil observasi dan wawancara adaptasi lingkungan pasangan tersebut
sudah dibangun dalam proses pacaran yang mereka lalui dimana suami ketika
dalam proses pacaran bisa dikatakan sering berkunjung kerumah istri dan istri
beberapakali di ajak ke rumah suami.
f. Menciptakan Suasana Islami
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukakn sebelum melaksankan
pernikahan suami sudah mampu menciptakan suasana islami dalam keluarganya
seperti mengajarkan adik-adiknya mengaji, setelah melaksanakan pernikahan
pasanagan tersebut sering melaksanakan solat secara berjamaah.
2. Kebutuhan Penikahan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang


dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan
individu tersebut tidak terpenuhi, maka akan menunjukkan perilaku kecewa, sebaliknya
jika kebutuhan terpenuhi, akan memperlihatkan perilaku gembira sebagai manifestasi dari
rasa puas. Bagaimanapun juga individu tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhannya.
Menurut Maslow,2 kebutuhan-kebutuhan ma- nusia itu dapat digolongkan dalam lima
tingkatan (five hierarchi of needs), kelima tingkatan tersebut antara lain:

a. Physioloical needs (kebutuhan yang bersifat biologis) Kebutuhan ini merupakan


kebutuhan primer, karena kebutuhan ini sudah ada dan terasa sejak menusia
dilahirkan, misalnya: sandang, pangan, dan tempat berlindung, seks dan
kesejahteraan individu.
b. Safety needs (kebutuhan rasa aman) Kalau dikaitkan dengan kerja, kebutuhan akan
keamanan jiwanya sewaktu seseorang sedang bekerja. Selain itu juga perasaan
aman akan harta yang ditinggalkan sewaktu mereka bekerja. Perasaan aman juga
menyangkut terhadap masa depannya.
c. Social needs (kebutuhan sosial) Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial,
sehingga mereka mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial sebagai berikut:
kebutuhan akan perasaan orang lain di mana ia bekerja dan hidup, kebutuhan akan
perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting, kebutuhan
untuk berprestasi dan kebutuhan untuk ikut serta.
d. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri) Setiap individu ingin dihargai.
Kebutuhan akan harga diri ini mutlak diperlukan sebagai modal untuk menumbuh-
kan konsep diri individu
e. Selfactualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) Bahwa setiap manusia ingin
mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas dirinya melalui pengembangan
diri. Pada tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengem- bangkan diri dan
berbuat baik.
3. Memutuskan Untuk Menikah
Sebuah perkawinan dapat bertumbuh dengan lebih sehat karena kedua belah pihak
mau melepaskan diri dari masa lalu dan belajar dari kesalahan untuk membangun
kehidupan dan keluarga yang mandiri di masa sekarang ini sangat ditekankan karena
seseorang yang akan mengambil keputusan untuk masa depan harus dapat mengambil
hikmah dari perjalanan hidupnya sebagai pelajaran berharga.
Manusia bisa saling berbagi, memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati
suka dan duka, merasakan kedamaian dalam menjalani hidup di dunia. Dalam hidup
berpasangan, manusia dituntut untuk berusaha dan berjuang membahagiakan pasangan
dan keturunannya sebagai ibadah kepada Allah.
Calon suami dan istri jika telah mampu memahami dengan baik prasyarat dan rukun
perkawinan, hal-hal yang harus diperhatikan untuk dilakukan maupun hal-hal yang
sebaiknya dihindari. Pengetahuan tentang pernikahan ini dapat dihayati dan dijadikan
pegangan dalam memantapkan niat untuk menikah dengan rasa tulus karena Allah,
maka rumah tangga akan dapat dilalui dengan baik. Kemantapan hati dan kesiapan lahir
batin untuk melangkah menuju jenjang perkawinan dapat mengantarkan calon suami
dan istri siap menerima tanggung jawab baru yang belum pernah diterima sebelumnya.
Demikian pula problematika yang akan dihadapi sebagai konsekwensi dinamika
kehidupan rumah tangga akan siap dilalui dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
sosial maupun moral.
C. Analisis
Dari hasil observasi dan wawancara yang saya dapatkan mengenai Persiapan
Pernikahan, Prakondisi, Kebutuhan, dan Memutuskan Untuk Menikah berdasarkan teori
yang ada sesuai dengan yang sudah tertera diatas yang dimana kesiapan mental menjadi
suatu yang sangat penting dalam melaksanakan perkawinan dikarenakan utuhnya sebuah
keluarga di tentukan oleh kesiapan mental suami istri dalam menjalani persoalan-persoalan
yang ada dalam rumah tangga tersebut.
Penulis hanya menyebutkan persiapan mental bukan karena penulis menapikan
persiapan-persiapan yang lain akan tetapi kesiapan mental menjadi sebuah pondasi dalam
melaksanakan pernikahan yang artinya jika keadaan mental masih belum siap besar
kemungkinan pernikahan itu tidak bertahan lama.
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan, dapat di ketahui juga pasangan
tersebut menganggap persiapan mental itu menjadi suatu hal yang mendasar dalam
melaksanakan pernikahan.
Dari segi kebutuhan yang sudah dipaparkan di atas sesuai dengan hasil hasil
observasi dan wawancara yang saya lakukakn semunya sudah bisa dipenuhi dari kebutuhan
yang bersifat biologis hingga kebutuhan aktualisasi diri.
Kemantapan hati dan kesiapan lahir batin untuk melangkah menuju jenjang
perkawinan dapat mengantarkan calon suami dan istri siap menerima tanggung jawab baru
yang belum pernah diterima sebelumnya. Demikian juga problematika yang akan dihadapi
sebagai konsekwensi dinamika kehidupan rumah tangga akan siap dilalui dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab sosial maupun moral.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan pernikahan ada beberapa hal yang harus di persiapkan yaitu:
a. Usia Perkawinan
b. Persiapan Mental
c. Mengenali Calon Pasangan
d. Mempelajari Hobi Pasangan
e. Adaptasi Lingkungan
f. Menciptakan Suasana Islami

Dari observasi dan wawancara yang dilakukan, dapat di ketahui juga pasangan
tersebut menganggap persiapan mental itu menjadi suatu hal yang mendasar dalam
melaksanakan pernikahan.

Dari segi kebutuhan yang sudah dipaparkan di atas sesuai dengan hasil hasil
observasi dan wawancara yang saya lakukakn semunya sudah bisa dipenuhi dari kebutuhan
yang bersifat biologis hingga kebutuhan aktualisasi diri
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Hj.Mufidah,Ch.,M.Ag,”psikologi keluarga Islam Berwawasan Gender”, (diterbitkan


oleh UIN-MALIKI Press, jalan Gajayana,Malang),hlm 98
Imam al Ghazali, Ihya Ulum al Din, Jilid dan III (Bairut: Dar al Kutub al Imamiyah, TT)
Dan terdapat pula pada Kitab Risalah al Laduniyah dalam Mujma'at Rasa'il al Imam al Ghazali
(Bairut: Dar al Fikr, 1996).

Anda mungkin juga menyukai