Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 4

KONSELING PRANIKAH

“Persiapan Pernikahan”

DOSEN PENGAMPU

Dr. Nurfarhanah, S. Pd, M. Pd., Kons.

OLEH

PINTA REJANI TELAUMBANUA

19006108

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
MIND MAPPING

Persiapan Fisik: Persiapan Psikis:


Sudah matang perkembangan Persiapan mental bagi pasangan
anggota tubuhnya, terkait dengan dalam menghadapi pernikahan
kesehatan fisik dan kesehatan agar mereka siap secara lahir
reproduksinya. maupun batin.
1. Perawan (virgin). 1. Kepribadian
2. Subur (produktif). 2. Pendidikan

PERSIAPAN
PERNIKAHAN

Masalah Lain yang Mungkin Timbul:


Persiapan Finansial:
1. Masalah perbedaan individu
Siap untuk tetap berpenghasilan,
2. Masalah perkembangan individu
memiliki rencana pekerjaan, memiliki
3. Masalah Sosio-Kultural
semangat yang tinggi untuk
memenuhi nafkah keluarga.

Pelayanan Bimbingan dan Konseling:


Layanan bimbingan pra nikah  upaya
pemberian bantuan, informasi kepada
calon pengantin yang dilakukan sebelum
melaksanakan pernikahan.
PERSIAPAN PERNIKAHAN

A. Persiapan Fisik
Kesiapan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan siap yang
tercermin pada diri seseorang. Siap secara fisik artinya seseorang sudah
matang perkembangan anggota tubuhnya. Seorang laki-laki dan perempuan
yang memutuskan menikah hendaknya memeriksakan diri terkait dengan
kesehatan fisik dan kesehatan reproduksinya. Hal ini penting dilakukan untuk
mendeteksi kesehatan reproduksi pasangan sejak dini, sehingga setelah
menikah diharapkan kedua pasangan ini mampu melaksanakan fungsinya
sebagai suami istri secara optimal dan mampu melahirkan keturunan yang
sehat. Apabila ada gangguan terhadap organ reproduksinya misalkan
ditemukan adanya penyakit dan kelainan tertentu, maka harus segera diobati
(BKKBN, 2017: 52).
Zuhaily (2010) mengemukakan persiapan pranikah dari aspek fisik
adalah:
1. Perawan (virgin) Disunahkan menikah dengan wanita yang masih gadis
(virgin/perawan), yaitu seorang wanita yang belum pernah menikah sama
sekali, karena sifat pemalu dari gadis perawan itu masih tetap dominan,
juga karena ia jauh (asing) dari perbuatan-perbuatan atau perkataan-
perkataan keji terhadap suami, dan dia akan rela jika dipandang sang
suami.
2. Subur (produktif) Termasuk karakter yang dituntut dalam pernikahan
adalah, hendaknya wanita yang akan dinikah termasuk wanita yang subur
(produktif). Anda kata wanita tersebut masih perawan, maka sifat tersebut
bisa diketahui melalui kerabat-kerabatnya, misalnya melalui saudara
perempuan dan bibinya. Adapun karakter laki-laki yang subur juga bisa
diketahui melalui kerabat-kerabatnya.
B. Persiapan Psikis
Kesiapan psikologis dapat diartikan sebagai suatu kemauan/keinginan
tertentu yang tergantung pada tingkat kematangan, pengalaman, dan emosi.
Kesiapan psikologis merupakan emosi yang matang pada seseorang dalam
mempersiapkan untuk menghadapi sesuatu, dalam konteks ini adalah
persiapan mental bagi pasangan dalam menghadapi pernikahan agar mereka
siap secara lahir maupun batin. Kesiapan psikologis merupakan keseluruhan
kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon terhadap
sesuatu yang berhubungan dengan batin dan karakter seseorang (Hidayati Aini
dan Afdal, 2020).
Aspek psikis (psikologis/mental) persiapan pranikah meliputi beberapa
hal (Depag, 2004: 73-74) yaitu:
1. Kepribadian
Pasangan yang memiliki kematangan pribadi akan memiliki kemampuan
yang baik dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur penting
dalam berumah tangga. Kenyataannya, tidak ada orang yang memiliki
kepribadian ideal yang sempurna, tapi paling tidak masing-masing
pasangan bisa saling memahami dan menghargai kelebihan dan kelemahan
masing-masing, sehingga diharapkan akan bisa saling mengisi dan
melengkapi.
2. Pendidikan
Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan hendaknya
diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan pria lebih tinggi
dari wanita, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi hal sebaliknya.
Jika hal ini terjadi, hendaknya keduanya memiliki kemampuan adaptasi
dan saling menghargai yang cukup tinggi, karena bagaimanapun, laki-
lakilah yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga, sebagai pihak yang
akan banyak mengambil keputusan penting dalam keluarga.
C. Persiapan Finansial
Bagi seseorang yang hendak menikah, terutama laki-laki, memang
harus memikirkan bagaimana cara ia menafkahi keluarganya setelah menikah.
Nafkah merupakan salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang
suami dan dihukum berdosa jika mengabaikan persoalan ini.
Ukuran seseorang dikatakan siap menikah dari sisi maisyah
(pekerjaan) manakala pada dirinya terdapat kesiapan, bukan persiapan. Kalau
persiapan bisa berupa mempunyai uang yang banyak, rumah yang layak,
menjadi pegawai atau pengusaha dan lainnya. Bukan ukurannya, yang menjadi
patokan seseorang layak nikah atau tidak adalah kesiapannya. Apakah ia siap
untuk tetap berpenghasilan, meskipun belum memiliki pekerjaan tetap, ia
memiliki rencana pekerjaan ke depan, ia memiliki semangat yang tinggi untuk
memenuhi nafkah keluarga setelah menikah nanti (Asadullah Al-Faruq, 2011:
72).
D. Masalah Lain yang Mungkin Timbul
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi masalah yang mungkin
timbul dan mengapa diperlukan bimbingan dan konseling perkawinan (Bimo
Walgito, 2004: 8), yaitu:
1. Masalah Perbedaan Individu
Masing-masing individu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan
yang lain, baik dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik.
Masing-masing individu mempunyai perasaan, tetapi perasaan satu dengan
yang lainnya akan berbeda.
2. Masalah Perkembangan Individu
Individu merupakan makhluk yang berkembang dari masa ke masa. Dalam
mengarungi perkembangan ini, kadang-kadang individu mengalami hal-
hal yang tidak dapat dimengerti oleh individu yang bersangkutan
khususnya dalam hubungan antara pria dan wanita. Akibat dari keadaan
ini dapat menimbulkan berbagi macam kesulitan yang menimpa diri
individu yang bersangkutan.
3. Masalah Latar Belakang Sosio-Kultural
Perkembangan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan
masyarakat, seperti perubahan dalam aspek sosial, politik, ekonomi,
industri, sikap, nilai dan sebagainya. Keadaan ini akan mempengaruhi pula
kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Keadaan yang demikian menuntut individu untuk dapat lebih
mampu untuk menghadapi berbagai macam keadaan yang ditimbulkan
oleh keadaan jaman ini. Misalnya dengan masuknya budaya dari luar,
membutuhkan kemampuan individu untuk dapat menyaringnya.
E. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Kenyataan akan adanya problem yang berkaitan dengan pernikahan
dan kehidupan keluarga, yang kerap kali tidak bisa diatasi sendiri oleh yang
terlibat dengan masalah tersebut, menunjukkan bahwa diperlukan adanya
bantuan konseling dari orang lain untuk turut serta mengatasinya. Selain itu,
Kenyataan bahwa kehidupan pernikahan dan keluarga itu selalu saja ada
problemnya, menunjukkan pula perlunya ada bimbingan islami mengenai
pernikahan dan pembinaan kehidupan berkeluarga (Aunur Rahim Faqih, 2001:
86).
Pelayanan bimbingan pra nikah merupakan upaya pemberian bantuan
untuk membantu calon pasangan suami istri oleh konselor atau pembimbing,
sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam keluarga dengan melalui cara dengan saling menghargai,
toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh pengertian. Sehingga tercapai
motivasi keluarga, perkembangan, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga
(Sofyan Willis, 2009: 156).
Layanan bimbingan pra nikah ini merupakan upaya pemberian
bantuan, informasi kepada calon pengantin yang dilakukan sebelum
melaksanakan pernikahan agar dapat memahami makna pernikahan dan
kehidupan rumah tangga dan untuk melatih mental calon pengantin.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Hidayati dan Afdal. 2020. Analisis Kesiapan Psikologis Pasangan dalam
Menghadapi Pernikahan. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia, Vol. 4 (2).
Al-Faruq, Asadullah. 2011. Aku Terima Nikahnya. Solo: As-Salam,.
Depag. 2004. Korps Penasihatan Perkawinan Dan Keluarga Sakinah. Jakarta:
Departemen Negara RI.
Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:
UII Press.
Tim BKKBN. 2017. Modul: Orientasi Diseminasi Program KKBPK Bagi
Petugas
Pernikahan dalam Memberikan Nasihat Kepada Calon Pengantin.
Surabaya: BKKBN.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:
Alfabeta.
Zuhaily, M. 2010. Fiqih Munakahat Kajian: Kajian Fiqih Pernikahan dalam
Perspektif Mazhab Syafi’i. Penerjemah: Mohammad Kholison. Surabaya:
CV. IMTIYAZ.

Anda mungkin juga menyukai