PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama kali dikenal
oleh anak (dikenal dalam kehidupan manusia). Oleh sebab itu keutuhan dan
keharmonisan dalam keluarga sangat memberikan pengaruh yang besar bagi
berlangsungnya tumbuh kembang individu dari individu itu dilahirkan hingga
ia tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.
Untuk mewujudkan keadaan suatu keluarga yang utuh dan harmonis
tentu saja membutuhkan kerjasama yang baik antara anggota keluarga dalam
menjalankan fungsinya masing-masing.Hal ini di sebabkan karena, apabila
masing-masing anggota keluarga tidak mampu menjalankan fungsinya
dengan baik,akan timbul adanya perpecahan dalam struktur keluarga yang
tentu saja perpecahan itu dapat memberikan pengaruh atau dampak yang
kurang baik bagi perkembangan anak.
Salah satu bentuk perpecahan dalam keluarga adalah terjadinya
perceraian antara kedua orang tua dimana terjadinya perceraian ini bukanlah
hal yang di inginkan oleh anak. Dalam sebuah hubungan rumah tangga
tentunya tidak selamnya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita
inginkan dari kejauhan hari, namun ternyata ada beberapa faktor lain yang
secara sengaja atau tidak di sengaja penghambat keharmonisan hubungan
keluarga tersebut. Salah satu akibat yang di timbulkan dengan adanya konflik
tersebut ialah adanya perceraian, dimana perceraian bukan lagi hal yang asing
di Indonesia namun perceraian bisa dikatakan sebagai hal yang lumrah dan
sudah memasyarakat.
Perceraian tidak saja terjadi pada orang-orang kelas bawah tetapi terjadi
pada orang-orang berkelas atas yang mempunyai perekonomian lebih dari
cukup, bukan hanya rakyat biasa tetapi perceraian pun bisa terjadi pada
seorang figur salah satunya artis, musisi, bahkan terjadi pada ustad-ustad.
Perceraian bukan saja akan merugikan beberapa pihak namun
perceraian juga sudah jelas dilarang oleh agama (agama islam). Namun pada
kenyataannya walaupun dilarang tetapi tetap saja perceraian di kalangan
masyarakat terus semakin banyak bahkan dari tahun ketahun terus meningkat
terutama contoh yang lebih konkrit yaitu terjadi kalangan para artis, dimana
mereka dengan mudah kawin-cerai dengan tidak memperhitungkan akibat
sikis yang di timbulkan dari perceraian tersebut, masalah kecilnya biaya
perceraian mereka tidak jadi permasalahan. Kita sebagai pelajar mestinya
tahu bahwa ada beberapa hal yang mesti diperhatikan bahwa akibat dari
perceraian itu sangat fatal sekali salah satunya terhadap sibuah hati yang
dimana pada saat orang tuanya terjadi perceraian si anak akan merasa
terganggu dan merasa kurangnya perhatian bahkan kasih sayang dari orang
tua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi ?
2. Apa tujuan konseling reproduksi
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan Reproduksi
2. Untuk memberikan konseling kepada remaja
3. Mengetahui cakupan pelayanan kesehatan reproduksi
BAB II
PEMBAHASAN
D. Peran Perawat
A. Kesimpulan
1. Kesehtan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi,
peran dan sistem reproduksi.
2. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
3. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memilki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor
yang ada di sekitarnya.
4. Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang
menjadi tanggung jawab bersama, baik laki – laki maupun perempuan,
sehingga keduanya harus mengerti dan mengenal berbagai aspek
kesehatan reproduksi.
B. Saran
1. Memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
kepada para remaja
2. memberikan pendidikan seks pada remaja
DAFTAR PUSTAKA
http://situs.kespro.info/krr/referensi.htm
Soekidjo, Notoatmodjo.(2007).Kesehatan masyarakat,edisi ke 11.Jakarta : Rineka
Cipta.
Bobak,Lowdermik, jensen.(2004).”Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi
4.EGC.Jakarta
Potter& perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.EGC.Jakarta
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI
KONSELING
TUJUAN
Komunikasi Verbal
1. pertukaran informasi terjadi secara interaksi medengarkan lawan bicara atau
sebaliknya.
2. kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi.
3. pengamatan bahasa dan gaya bicara.
4. berlangsung dua arah atau timbal balik.
5. pemahaman dan penyerpan informasi, berlangsung relatif cepat dan baik.
Komunikasi Non-verbal
1. melalui observasi dari gerak-gerak, ekspresi, gerak tubuh dan isyarat.
2. sulit untuk menyelami maksud dan perasaan klien.
3. sering terjadi salah presepsi.
4. konselor lebih banyak mengambil inisiatif.
5. komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan
komunikasi verbal.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Suseno,Tutu A.dkk.2011. Kamus KePerawatan.Yogyakarta : Citra Pustaka
Holmes,Debbie.2012.Buku Ajar Ilmu KePerawatan.Jakarta : EGC
Aizid, Rizem.2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini. Yogyakarta :
2012
Wulandari, Diah.2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik KePerawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Priyanto, Agus.2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana
Pelayanan Kesehatan Untuk Perawat dan Perawat. Jakarta : Salemba Medika
Widyastuti, Yani.2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan
Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Saifuddin,Abdul Bari.2009.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan KePerawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher