Anda di halaman 1dari 21

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja dalam

Upaya Menurunkan Angka Infeksi Menular Seksual di Indonesia

Pembimbing:

Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp.OG(K)

Penyusun:

Bernadina Yunika Dwi (030.10.055)


Retno Manggalih (030.11.244)
Dimas Arya Pradana (030.11.078)
Ishary Eka Saputri M (030.12.133)
Bernio Yustindra (030.12.048)
Bina Lauringga Andora (030.12.051)
Danu Octavio Damatra (030.12.064)
Dewa Ayu Narha Suari (030.12.072)
Dicky Ardian (030.12.078)
Dylan Darient (030.12.088)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 28 Agustus – 4 November 2017

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja dalam Upaya Menurunkan Angka Infeksi Menular Seksual di Indonesia.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik IKM Fakultas
Kedokteran Trisakti.
Penulisan laporan kasus ini tentu tidak luput dari bantuan dan dukungan dari pihak-pihak di
sekitar penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Raditya Wratsangka,
Sp.OG(K) selaku pembimbing kami dalam kuliah obsgyn sosial dan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap agar
makalah ini dapat menambah informasi dan memberikan referensi bagi pembaca. Akhir kata,
semoga makalah ini berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik,
pembaca, FK Usakti, maupun semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 2
2.1 Remaja dan Kesehatan Reproduksi ..................................................................................... 2
2.2 Remaja dan Permasalahannya.............................................................................................. 7
2.3 Pelayanan Kesahatan ........................................................................................................... 12
2.4 Konseling ............................................................................................................................. 13
2.5 Pentingnya Pemahaman Remaja tentang Kesehatan Reproduksi ........................................ 15
2.6 Pengetahuan Dasar yang Perlu Diberikan kepada Remaja .................................................. 16

BAB III. PENUTUP ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini tidak dipungkiri bahwa cenderung terjadi tren pergaulan remaja yang
mengarah ke pergaulan bebas yang ditandai perilaku seks pranikah yang kadang-kadang dengan
pasangan yang berganti-ganti. Gaya hidup yang demikian sangat berisiko terjadinya penularan
penyakit menular seksual. Apalagi perilaku seks bebas yang dilakukan tanpa menggunakan
pengaman seperi alat kontrasepsi berupa kondom, makin meningkatkan tejadinya kejadian
terinfeksi Infeksi Menular Seksual.
Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual dengan pasangan yang sudah tertular yang menyebabkan infeksi pada alat reproduksi
laki-laki maupun wanita, baik hubungan seks melalui senggama (vaginal), lewat mulut
(oral/karaoke) ataupun lewat dubur (anal). Dalam Bahasa Inggris sering disebut Sexual
Transmitted Desease (STD).IMS sudah sangat umum, yang paling banyak dikenali adalah GO
(Gonorrhea), Sifilis dan AIDS. Menurut WHO diperkirakan di seluruh dunia terdapat 333 juta
kasus IMS baru setiap tahunnya dan sekitar 1 juta kasus terjadi setiap harinya. Infeksi Menular
seksual akan lebih berisiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
baik melalui vagina, anal maupun oral.
Data mengenai situasi kesehatan reproduksi remaja sebagian bersumber dari survei
demografis dan kesehatan terutama Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), yang
mewawancarai remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah.
Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pada usia 15-17 tahun.
Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun
berpacaran pada saat usia mereka belum 15 tahun. Pada usia berikut dihkawatirkan belum
memiliki ketrampilan hidup 9life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki
perilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks pranikah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Remaja dan Kesehatan Reproduksi


Menurut WHO remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat
pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual, dan berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang
saling terkait satu dengan yang lainnya. Secara biologic ditandai dengan percepatan
pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan
pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditanndai dengan intensifnya persiapa
dalam menyongsong perannya kelak sebagai sorang dewasa muda.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 – 18 tahun dan belum
menikah. Sementara itu, menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 – 21 tahun dan
belum menikah.
Remaja dalam ilmu psikologis juga dipekenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas
atau remaja. Remaja merupaan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18 – 21 tahun (monks, et al.
2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam
sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).

 Ciri – ciri masa remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu masa remaja
sebagai periode peralihan, masa remaaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai
periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai
usia yang menimbulkan ketakutan dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

2
Gunarsa (2001) menyebutkan bagwa masa remaja sebagai masa peralihan dari
masa kanak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja
secara global berlangsung antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian usia 12 – 15
tahun adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18 – 21
tahun adalah masa remaja akhir (monks, knoers & haditomo,. 2002).

 Tahap perkembangan remaja


Munurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu
(monks, knoers & haditomo,. 2002):
a. Masa remaja awal (12 – 15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak ,e,perhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15 – 18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
 Perubahan fisik remaja
Perubahan fisik remaja adalah perubahan pada fisik remaja yang terjadi dan
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Jenis-jenis perubahan dalam
pertumbuhan fisik remaja:
a. Pertumbuhan yang cepat pada tinggi badan dan berat badan.

3
Pertumbuhan anak mendadak menjadi cepat sekitar dua tahun sebelum anak
mencapai taraf pematangan kelamin. Setahun sebelum pematangan kelamin,
anak akan bertambah tinggi 10 – 15 cm dan bertambah berat 5 – 10 kg setelah
terjadi pematangan kelamin. Pertumbuhan tubuh akan terus terjadi namun
dalam tempo waktu yang sedikit lebih lamba. Selama empat tahun
pertumbuhan tinggi badan akan bertambah 25% dan berat badannya hampir
mencapai dua kali lipat. Anak laki-laki tumbuh terus lebih cepat dari pada
anak perempuan.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perubahan hormon pada remaja dapat berperan dalam mengaktifkan
perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan karakteristik seks
sekunder antara lain: (1) tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin. (2)
menstruasi pertama pada anak perempuan dan pertumbuhan alat kelamin pada
anak laki-laki. (3) perubahan suara pada anak laki-laki. (4) tumbuhnya rambut
di ketiak. (5) tumbuhnya kumis pada anak laki-laki. (6) tumbuhnya payudara
pada anak perempuan. (7) meningkatnya produksi minyak, meningkatnya
aktivitas kelenjar minyak dan awal tumbuhnya jerawat.

 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta


peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun pada
perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor
perubahan.
Perubahan fisik selama periode pubertas. Remaja perempuan lebih
memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja
pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang menarik bagi remaja perempuan. Pada masa
remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan
hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka

4
timbul pula dorongandorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.
Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan
lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-
kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual.

Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada remaja
laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari
pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan
sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks
sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai
ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka
dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah
peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki,
mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta.

Pada masa remaja awal, anak memasuki masa puber yang ditandai dengan
perkembangan ciri seksual sekunder yang memiliki pengaruh langsung pada dorongan
seksual intrinsic, walaupun terdapat perbedaan antara kedua jenis kelamin. Pada remaja
laki-laki, perkembangan yang itama adalah kapasitas ejakulasi yang langsung terkait
dengan pengalaman seksual yang menyenangkan. Maka privasi yang disertai kapasitas
tersebut teletak pada perilaku mastrubasi. Pada remaja perempuan, ekspresi pubertas
yang paling utama adalah menstruasi.

Pada masa remaja akhir, masa ini bagi kedua jenis kelamin merupakan masa
untuk menjalin hubungan heterososial seperti orang dewasa pada umumya, yaitu ketika
remaja laki-laki dan perempuan melakukan suatu hubungan guna mangantisipasi
kehidupan berkeluarga kelak pada masa yang akan dating. Sebagian besar laki-laki oada
masa ini sudah melakukan petting berat yang menyertakan kontak genetic tanpa koitus,
sedangakan perempuan keterlibatan dalam kegiatan petting masih terbatas jumlahnya.

5
 Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial kultural.

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang


benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

b. Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja

1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi
9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja sangat perlu
untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ reproduksi yang banyak
berkembang dalam fase ini.

6
10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ
kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa remaja dan
pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami perubahan.
11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan sehingga
kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun buang air besar.
Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang sesuai (menjauhi arah
kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran tidak kembali bersarang.
12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama bagi yang
tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat membuat daerah tersebut
lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid
dan perubahan hormon juga dapat merubah ekosistem organ kewanitaan.
13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan sangat
berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa remaja
pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak
yang sering dikenal dengan sunatan, nah remaja pria yang memiliki organ intim seperti
ini harus tetap rajin membersihan organ intimnya dengan membersihkan daerah di dalam
lipatan kulit tersebut, karena apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan,
potensi untuk tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan keadaan
sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan organ intim
mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain dengan cukup keras, organ
intim tersebut dapat mengalami cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal
dikemudian hari bahkan sampai disfungsi ereksi.

2.2 Remaja Dan Permasalahannya

Masa remaja merupakan masa seseorang mencari jati dirinya dan sejalan dengan itu pula
mereka akan di hadapi dengan berbagai macam masalah. Terkadang tidak semua masalah dapat
diselesaikannya dengan baik sehingga hal-hal tersebut mengarahkannya ke arah yang salah dan
menimbulkan kelakuan-kelakuan yang menyimpang atau disebut “kenakalan remaja”. Kenakalan
remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa

7
kanak-kanak maupun pada masa remaja si pelaku. Masalah-masalah itu bisa timbul dari
keluarganya sendiri maupun dari lingkungan sosialnya. Seringkali didapati adanya trauma masa
lalunya,perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya,maupun trauma dengan
kondisi lingkungannya,seperti kemiskinan dan lain lain yang meimbulkan HDR (Harga Diri
Rendah) dan rasa tertekan.

Akhir-akhir ini kasus kenakalan remaja semakin meluas,bahkan hal ini sudah
berlangsung sejak dulu. Para pakar baik pakar hukum,psikolog,maupun pakar agama dan pakar
pakar lainnya sudah mengupas masalah masalah yang tak kunjung habisnya ini. Kenakalan
remaja diibaratkan seperti lingkaran hitam yang tak pernah putus, yang terus ada dari hari ke
hari,bulan ke bulan,tahun ke tahun, bahkan masa ke masa yang permasalahnya semakin rumit.
Hal ini tentu saja sejalan dengan perkembangan arus globalisasi dan teknologi yang semakin
berkembang , arus informasi yang semakin mudah di akses dan gaya hidup yang modernisasi.
Disamping hal hal ini bermanfaat bagi dunia edukasi, tapi hal hal ini juga menimbulkan dampak
negative yang cukup meluas bagi remaja pada khususnyaapabila penggunaannya tanpa
pengawasan yang baik dari orang tua.

Berdasarkan data terbaru dari BPS RI dan Bappenas pada tahun 2013, kelompok umur
penduduk Indonesia rentang usia 10 sd 19 tahun berjumlah 44.241.000 jiwa, hal ini tentunya bisa
menjadi aset bangsa yang berharga apabila remaja dapat menunjukkan potensi dirinya dan bisa
menjadi malapetaka apabila remaja-remaja penerus bangsa ini terjerumus ke dalam lingkaran
yang menyimpang.Secara umum permasalah-permasalahan remaja yang terjadi dewasa kini
antara lain :1

1. Sex pra nikah dan kehamilan yang tidak diinginkan

2. Aborsi

3. Kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan

4. Pernikahan Usia Remaja

5. HIV / AIDS

6. Miras dan Narkoba

8
 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.1

Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir
ini karena beberapa alasan:

 Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul
ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja.
Demikian pula halnya dengan kejadian IMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja
perempuan, pada kelompok usia 15-29.3
 Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah
kelahiran pada remaja meningkat karena pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta
pelayanan yang dibutuhkan.
 Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur
yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi
remaja.
 Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada
tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi
remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
 Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di
bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

Menanggapi hal itu, maka Konferensi Internasinal Kependudukan dan Pembangunan di


Kairo tahun 1994 menyarankan bahwa respon masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan
reproduksi remaja haruslah berdasarkan informasi yang membantu mereka menjadi dewasa yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.

9
 Aborsi, kehamilan dan kontrasepsi pada remaja

Aborsi diartikan sebagai tindakan menghentikan kehamilan dengan sengaja sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan (sebelum kehamilan 20 minggu atau berat janin masih
kurang dari 500 gram) tanpa indikasi medis yang jelas.Pada remaja dikota besar yang
mempunyai tipe Early sexual experience, late marriage, maka hal inilah yang menunjang
terjadinya masalah aborsi biasanya terjadi di kota besar. Disinyalir bahwa saat ini di Indonesia
terjadi 2,6 juta aborsi setiap tahunnya. Sebanyak 700.000 diantaranya pelakunya adalah remaja.
Data mengenai aborsi di Indonesia seringkali tidak begitu pasti karena dalam pelaksanaan kasus
aborsi baik si pelaku yang diaborsi maupun yang melakukan indakan aborsi tidak pernah
melaporkan kejadian tersebut, bahkan seringkali dilakukan secara sembunyi sembunyi. Pada
pertemuan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun
1994, telah dikemukakan mengenai hak hak wanita dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan
Reproduksi yang baik, diantaranya bahwa mereka mempunyai hak mendapatkan pelayanan
Aborsi yang aman (safe abortion), hal ini dimaksudkan untuk menurunkan angka kematian
maternal yang hal inilah yang mungkin merupakan salah satu hambatan dalam upaya
menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman.

Pencegahan aborsi adalah usaha yang harus diutamakan terlebih dahulu dalam upaya
penurunan angka kematian maternal. Sebuah organisasi di Amerika Serikat/Kanada Ontario
Consultant on Religious Tolerance sebuah organisasi yang mempunyai misi menurunkan angka
aborsi di Amerika Serikat mengemukakan mengenai mengapa terdapat perbedaan angka
kehamilan tidak diinginkan dan angka aborsi, dimana kejadian di Eropa ternyata jauh lebih
rendah dibandingkan di Amerika Serikat. Pada penelitian itu dikemukakan mengapa angka
kehamilan yang tidak diinginkan dan angka aborsi di Eropa lebih rendah dari pada Amerika
Serikat karena baik dari masyarakat maupun pemerintahnya mempunyai beberapa keadaan yang
secara umum digambarkan sebagai berikut bahwa di Eropa kaum muda memandang kehamilan
yang tidak diinginkan dan aborsi adalah malapetaka, sehingga mempunyai prioritas yang tinggi
dalam mencegah keadaan itu, remaja yang lebih bertanggung jawab atas reproduksinya, dan juga
dari pihak pemerintah yang mendorong penelitian di bidang ini, mendorong advokasi dari
organisasi religious, menyediakan alat kontrasepsi untuk remaja seperti kondom yang dapat
dibeli dengan harga murah bahkan gratis, menyelenggarakan pendidikan reproduksi di sekolah

10
dan memberikan informasi melalui media yang seluas luasnya. Keadaan yang secara umum
dapat terjadi pada proses seksual yang tidak aman adalah: kehamilan yang tidak diinginkan yang
akan menjurus ke aborsi atau kehamilan remaja yang beresiko, terinfeksi penyakit menular
seksual,termasuk didalamnya HIV/AIDS. Upaya pencegahan yang dianjurkan adalah tidak
melakukan hubungan seksual. Jika sudah berhubungan dianjurkan untuk memakai alat
kontrasepsi terutama kondom (pencegahan Infeksi Menular Seksual) atau alat kontrasepsi lain
untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan dianjurkan untuk mempunyai pasangan
yang sehat.1

 Infeksi Menular Seksual pada remaja

Di Indonesia hingga saat ini sistem pencatatan dan pelaporan kunjungan berobat di sarana
pelayanan kesehatan dasar tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan besaran masalah
IMS/ISR. Data yang berasal dari laporan bulanan puskesmas dan rumah sakit pemerintah hanya
mencantumkan dua macam IMS yaitu: gonore dan sifilis. Laporan tersebut juga tidak melakukan
analisis berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual
Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, pada tahun
2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang terbanyak
yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita. Sedangkan gonore ditemukan pada 17 pasien
wanita dan trikomonas pada 11 pasien wanita.

Pencegahan dan penanganan IMS/HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja


merupakan bagian dari paket kesehatan reproduksi esensial (PKRE), yang disetujui dalam
Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi Mei 1996, selain kesehatan ibu & anak (KIA) serta
KB.14 Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
mencoba mewujudkan keterpaduan PKRE tersebut, dengan menyusun langkah-langkah praktis
PKRE di tingkat pelayanan kesehatan dasar menjadi beberapa komponen. Komponen tersebut
adalah: kontrasepsi, pelayanan kehamilan, persalinan & nifas, perawatan pasca keguguran, kasus
perkosaan, serta pemeriksaan IMS/ISR dan HIV di kalangan remaja. Pelayanan kesehatan
reproduksi di tingkat pelayanan kesehatan dasar tersebut diharapkan dapat menurunkan risiko
keguguran, kehamilan tak dikehendaki, persalinan pada usia muda, dan menurunkan angka
IMS/ISR serta HIV pada remaja. Namun, hingga saat ini belum ada implementasi nyata,

11
walaupun beberapa uji coba untuk memadukan pelayanan IMS dengan pelayanan KIA atau KB
telah dilakukan oleh Depkes dan lembaga lain.1

2.3. Pelayanan Kesehatan

Menurut PP No. 61 Tahun 2014, pelayanan kesehatan reproduksi remaja (PKRR) adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada remaja dalam rangka
menjaga kesehatan reproduksi. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk, 1.
Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi dan; 2. Mempersiapkan remaja untuk
menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab.

Perilaku seksual berisiko antara lain seks pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan
tidak diinginkan, perilaku seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku
berisiko tertular infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Perilaku berisiko lain yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi antara lain penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif (NAPZA) serta perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi
khususnya anemia. Upaya mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang
sehat dan bertanggung jawab meliputi persiapan fisik, psikis, dan sosial untuk menikah dan
hamil dan hamil pada usia yang matang.

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.2

PKRR harus disesuaikan dengan masalah dan tahapan tumbuh kembang remaja serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender, mempertimbangkan moral, nilai agama,
perkembangan mental, dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. PKRR dilaksanakan
melalui pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), konseling, dan/atau pelayanan
klinis medis. Materi KIE yang diberikan meliputi :

a. Pendidikan ketrampilan hidup sehat,


12
b. ketahanan mental melalui ketrampilan sosial,

c. sistem, fungsi, dan proses reproduksi,

d. perilaku seksual yang sehat dan aman,

e. perilaku seksual berisiko dan akibatnya,

f. keluarga berencana,

g. perilaku berisiko lain atau kondisi kesehatan lain yang berpengaruh terhadap keseshatan
reproduksi.

Pemberian materi KIE dilaksanakan melalui proses pendidikan formal dan nonformal
serta kegiatan pemberdayaan remaja sebagai pendidik sebaya atau konselor sebaya. Konseling
dilaksanakan dengan memperhatikan privasi dan kerahasiaan, dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, konselor, dan konselor sebaya yang memiliki kompetensi sesuai dengan
kewenangannya. Pelayanan klinis medis yang dilakukan termasuk deteksi dini penyakit/skrining,
pengobatan, dan rehabilitasi.2

2.4 Konseling

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah
yang dilakukan antara dua pihak, pihak pertama adalah konselor membantu pihak lainnya yaitu
klien dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi remaja yang dihadapinya. (BKKBN,
2009)

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja bertujuan untuk membantu kliennya dengan


menggali kondisi dan permasalahan klien serta memberikan informasi Kesehatan Reproduksi
Remaja yang tepat dan benar, agar klien mampu dan mengenali serta memahami kondisi dan
permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja yang sedang dihadapinya, sehingga klien mampu
mengambil keputusan dalam memecahkan permasalahannya. ( Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia, 2009 : 6)

Dasar Konselor KRR

13
Konselor KRR atau petugas yang akan melakukan konseling KRR (Petugas konseling)
diharapkan memiliki latar belakang sebagai berikut :3

1. Memiliki pengalaman dalam kegiatan-kegiatan KRR


2. Memiliki minat yang sungguh-sungguh untuk membantu klien
3. Terbuka terhadap pendapat orang lain, fleksibel/luwes dalam komunikasi
4. Menghargai dan menghormati klien
5. Peka terhadap perasaan orang lain
6. Jujur dan dipercaya dan mampu memegang rasa

Langkah-langkah Konseling
Persiapan
Sebelum pertemuan konseling dilaksanakan, konselor melakukan persiapan-persiapan sebagai
berikut :3

 Menyiapkan diri baik secara mental psikologis agar konselor tidak terpengaruh oleh
emosi tau masalah pribadi yang dapat mengganggu konsentrasi/proses konseling
 Mengatur dan menata tempat konseling sesuai dengan persyaratan yaitu, nyaman, tidak
bising, aman, terjamin privacinya dan tenang.
 Menyiapkan alat bantu agar mempermudah dalam memberikan penjelasan tentang KRR,
alat bantu dapat berupa Leaflet, lembar balik, alat peraga, gambar , dll.

2.5 Pentingnya pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi

Remaja perlu mengetahui mengenai kesehatan reproduksinya. Hal ini ditujukan agar para remaja
memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang
berhubungan. Dengan informasi yang benar dan tepat, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.3

Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo tahun 1994 (The Cairo Consensus)


tentang kesehatan reproduksi yang telah ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia,
diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus
tersebut disebutkan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan

14
seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para
remaja.3,4

Selain itu kelompok populasi remaja sangatlah besar, saat ini lebih dari separuh populasi
dunia berusia dibawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10 – 25 tahun. Diperkirakan 20 – 25%
dari semua infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di dunia terjadi pada remaja.
Demikian pula dengan angka kejadian infeksi menular seksual (IMS) yang tertinggi terdapat
pada populasi remaja, khususnya remaja perempuan pada kelompok usia 15 – 29,3 tahun.3

Ada dua faktor mengapa pendidikan seks sangat pentin bagi remaja:

 Faktor pertama adalah ketika anak – anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham
dengan pendidikan seks, sebab orangtua mereka masih menganggap bahwa
membicarakan mengenai hal seks adalah tabu. Sehingga dari ketidak pahaman tersebut
para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan reproduksinya.
 Faktor kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi,
mereka kemudian mencari informasi yang dapat menjawab pertanyaan mereka. Hal ini
dapat mereka dapatkan dari berbagai media, dalam mengakses beragam media tersebut
banyak remaja belum mampu memilih apa yang layak dikonsumsi pada usianya dan apa
yang tidak. Sehingga apa yang diperagakan dalam media tersebut dianggap sebagai hal
biasa, dan dilakukan dengan tidak bertanggung jawab.

2.6 Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja5


 Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
 mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana ymerencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap ykondisi kesehatan
reproduksi
 Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada kesehatan yreproduksi
 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

15
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
 Hak-hak reproduksi

16
BAB III

PENUTUP

Dewasa ini tidak dipungkiri bahwa cenderung terjadi tren pergaulan remaja yang
mengarah ke pergaulan bebas yang ditandai perilaku seks pranikah yang kadang-kadang dengan
pasangan yang berganti-ganti. Gaya hidup yang demikian sangat berisiko terjadinya penularan
penyakit menular seksual. Apalagi perilaku seks bebas yang dilakukan tanpa menggunakan
pengaman seperi alat kontrasepsi berupa kondom, makin meningkatkan tejadinya kejadian
terinfeksi Infeksi Menular Seksual.
Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pada usia 15-17 tahun.
Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun
berpacaran pada saat usia mereka belum 15 tahun. Pada usia berikut dihkawatirkan belum
memiliki ketrampilan hidup 9life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki
perilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks pranikah.
Remaja perlu mengetahui mengenai kesehatan reproduksinya. Hal ini ditujukan agar para remaja
memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang
berhubungan. Dengan informasi yang benar dan tepat, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo tahun 1994 (The Cairo Consensus)


tentang kesehatan reproduksi yang telah ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia,
diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus
tersebut disebutkan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan
seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para
remaja.

17
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Ridha R. Remaja dan


Permaslahannya. 2015. Available from:
http://nad.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=1444 Accessed on September
27th, 2017
2. Adjie, Seno. Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Aspek Sosial. Sep 2013. Available at:
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-reproduksi-remaja-dalam-
aspek-sosial . Accessed on September 27th, 2017
3. Miswanto. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada Remaja.
Jurnal Studi Pemuda. Vol 3. No 2. Sep 2014
4. Peraturan Pemerintah RI No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi pasal 11 dan
12
5. Allen J. Regional Training Seminar on guidance and counseling.Modul 7, Adolescent 2.
Reproductive Health.ed.UNESCO.France.June.2002

18

Anda mungkin juga menyukai