XANTHELASMA
Pembimbing:
Dr. Retno Sawitri, Sp.KK
Dr. Shinta J.B.T.R, Sp.KK
Disusun Oleh:
Dicky Ardian
NIM: 030.12.078
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Xanthelasma.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD Bekasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada dr. Retno Sawitri, Sp.KK dan dr. Shinta, Sp.KK selaku pembimbing atas
masukan dan pengarahannya selama penulis belajar dalam kepaniteraan klinik
Ilmu Kulit dan kelamin. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian referat ini, termasuk
para dokter dan staf RSUD bekasi serta teman-teman kepaniteraan klinik Ilmu
kulit dan kelamin atas segala bentuk bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari dalam pembuatan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran
guna menyempurnakan referat ini. Penulis juga berharap semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Dicky Ardian
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
2.1 Definisi.......................................................................................................2
2.2 Epidemiologi...............................................................................................2
2.3 Etiologi.......................................................................................................2
2.4 Patogenesis.................................................................................................3
2.5 Manifestasi klinis........................................................................................4
2.6 Pemeriksaan penunjang..............................................................................5
2.7 Diagnosis....................................................................................................5
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................................7
2.9 Prognosis.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1..........................................................................................................4
Gambar 2 .........................................................................................................5
Gambar 3 .........................................................................................................6
Gambar 4 .........................................................................................................7
Gambar 5 .........................................................................................................9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
v
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Xantelasma berasal dari kata xanthos (yellow) dan elasma (a beaten-metal
plate). Xantelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit
dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Biasanya
muncul berbentuk plak yang berwarna kuning di kelopak mata atas dekat canthus,
dengan diameter yang bervariasi dari 2-30 mm. Biasanya soft, semi solid dan
calcareous.1
2.2 Epidemiologi
1. Hiperlipoproteinemia
Primer hiperlipoproteinemia
Menurut Fredeickson & Lees, hiperlipoproteinemia diklasifikasikan
berdasarkan pola electrophoretic yaitu :
a. Tipe I : Kelebihan chylomicron
b. Tipe IIa: Kelebihan betalipoprotein (LDL)
c. Tipe IIb: Kelebihan betalipoprotein (LDL) disertai VLDL sedikit
meningkat.
d. Tipe III: Lipoprotein intermedia meningkat.
e. Tipe IV: Prebetalipoprotein (VLDL) meningkat.
f. Tipe V: Prebetalipoprotein (VLDL) dan chylomicron meningkat.
Terjadi akibat gangguan metabolisme lemak dan bersifat genetik.1
Sekunder
vi
Hiperlipoproteinemia sekunder timbul akibat penyakit seperti diabetes
mellitus, sirosis bilier, gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik, hipotiroid
(miksedema), multipelmieloma, limfoma, hemokromatosis,
pancreatitis, obat-obat yang menginduksi hiperlipoproteinemia,
misalnya estrogen, prednisone, isotretinoin dan etretinat.1
2.4 Patogenesis
Pada xantelasma terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari darah, di
mana jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang masuk melalui
dinding vaskuler. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat merubah
permeabilitas vaskuler sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit dan
kemudian di fagositosis oleh sel dermal. Normalnya LDL mempunyai nilai
kebocoran kapiler yang lambat. 2,4
Panas lokal meningkatkan nilai kebocoran. Dapat dilihat secara eksperimen
bahwa nilai kebocoran kapiler dari LDL itu dua kali lebih besar pada daerah yang
lebih sering terekspose oleh gerakan fisik atau gesekan, dibandingkan daerah pada
kulit yang immobilisasi. Kelopak mata lebih sering mengalami pergerakan yang
konstan dan gesekan, dan hal ini mungkin alasan mengapa xantelasma
berkembang pada daerah ini.2,4
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Xanthelasma secara klinis terlihat sebagai plak kekuningan berbentuk oval
yang berlokasi pada regio periorbital. Seringkali pada canthus medial kelopak
mata bagian atas, meskipun dapat juga terlihat pada kelopak mata bagian bawah,
dan juga biasanya bersifat bilateral. Inspeksi dan palpasi memperlihatkan tekstur
yang lunak, semisolid atau kalsifikasi.1
vii
Gambar 1. Xanthelasma palpebrarum
Xanthelesma of four eyelids in patient with hyperlipidemia5
Pasien xanthelasma biasanya datang karena pertimbangan kosmetik, atau
dideteksi pada pemeriksaan rutin mata. Lesi ini tidak menyebabkan peradangan
maupun nyeri, meskipun lesi ini cenderung untuk membesar namun tidak terdapat
kecenderungan malignansi. Pada kasus yang sangat jarang, xanthelasma yang
berukuran besar dapat mengganggu fungsi kelopak mata, menyebabkan ptosis
atau lagophthalmus.
Gambar 2 Lagoftalmus
Xanthelasma Palpebrarum: Treatment and management5
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena 50% pasien dengan xantelasma mempunyai gangguan lipid, maka
disarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL. 1,4 Xantelasma
biasanya dapat didiagnosa dengan jelas secara klinis dan jarang kelainan lain
viii
memberi gambaran klinis sama. Pengamatan yang lebih lanjut bahwa pasien
dengan normal cholesterol dan trigliserida sering dtemukan peningkatan LDL dan
VLDL serta penurunan HDL.1
b. Sebaceous hyperplasia
Sebaceous hyperplasia tidak digambarkan dengan suatu neoplasma. Tetapi
pembesaran jinak dari sebaceous lobule di sekitar follicular infundibulum.
Biasanya ditunjukkan dengan kekuningan yang soliter maupun multiple,
disertai papul yang telengiektasis pada tengah atau bagian bawah dari
wajah dan kadang juga pada badan bagian atas.1
ix
Gambar 4 Sebaceous hyperplasia
Endocrine, Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease
c. Necrobiotic xanthogranuloma
Necrobiotic xanthogranuloma adalah sebuah kelainan langka yang
ditandai dengan kulit dan subkutan xanthomatous histopatologi lesi
dengan khas, dan biasanya terkait paraproteinemia. 1
Karakteristik klinik adalah adanya nodul periorbital dan lesi
ulserasi yang berwarna kuning kemerahan. Pada badan terdapat nodul
subkutan dan plak xanthoma dengan atropi dan ulserasi. Pada mata biasa
mengakibatkan kojungtivitis, keratitis, uveitis, iritis dan proptosis.
Kebutaan juga pernah dilaporkan. Gejala sistemik dapat berupa nausea,
vomiting, lemah, epistaksis, nyeri belakang. Pada xanthogranuloma yang
tidak khas redapat juga tumor soliter pada kulitnya.1
x
Gambar 5 Necrobiotic xanthogranuloma
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah untuk mengontrol kelainan yang mendasari untuk
mengurangi perkembangan xantelasma dan xantoma. Penatalaksaan xantelasma
diberikan sesuai dengan etiologi dan perkembangan penyakit yang dihadapi.
Terapi yang dini adalah dietetik. Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet
sering lebih efektif untuk menurunkan lipoprotein darah. Jika diet dibatasi dan
pengurangan berat badan tidak efektif ditambahkan dengan terapi medikamentosa.
Xantelasma dapat dibedah apabila mengganggu, tetapi mungkin bisa kambuh.
Xantelasma dapat dihilangkan dengan pengelupas trichloroacetic acid (TCA),
bedah, laser atau cryoterapi. Penghilangan xantelasma dapat menyebabkan
timbulnya skar dan perubahan pigmen, tetapi tidak jika menggunakan
trichloroacetic acid (TCA).13 Komponen herediter yang diturunkan menyebabkan
timbulnya xanthelasma ini, mengindikasikan tingginya kolesterol dalam darah
atau bisa juga tidak. Apabila tidak ada riwayat keluarga yang menderita
xantelasmata maka biasanya mengindikasikan jumlah kolesterol yang tinggi
dalam darah dan mungkin berhubungan dengan resiko timbulnya atherosclerosis.4
a. Dietetik
Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet sering lebih efektif untuk
menurunkan lipoprotein darah, kecuali pada hiperkolesterol genetik. Apabila
trigliserida tinggi dikurangi total kalori. Jika kadar kolesterol tinggi, total lemak
diet dikurangi sampai 35% jumlah kalori, protein meningkat sampai 20%, dan
karbohidrat harus meningkat 40-50% dari diet. Gaya hidup serta pola makan
diubah,agar penimbunan kolesterol berkurang. Sebaiknya diusahakan mencapai
BMI yang normal yaitu 20-25. Jika diet dibatasi dan pengurangan berat badan
tidak efektif ditambahkan dengan terapi medikamentosa. 1 Terapi yang paling
sering digunakan adalah golongan statin sperti lovastatin, simvastatin, fluvastatin,
pravastatin dan atorvastatin.1,4
xi
1) Klofibrat: dosis 2 x 500 mg/hari. Obat ini baik diberikan pada
hipertrigliserida.
2) Kolestiramin: dosis 12-24 gram/hari. Sering memberikan efek
samping pada saluran cerna.
3) Nicotinic acid: dosis 3- 4.5 gram/hari.
c. Operatif
Bedah eksisi: dilakukan bila lesinya kecil, merupakan pengobatan
pilihan. Dengan cara ini kemungkinan kambuh jarang sekali dan hasil
pengobatannya juga baik. Setelah kontrol klinis dislipidemia, pasien
menjalani operasi. Tindakan operatif jarang diindikasikan pada kasus
ini.7
Chemical cauterisation:
Gambar 6
Treating Eyelid Lesions with Chemical Cauterization8
xii
Tetapi terapi dengan trichloroacetic acid ini memiliki kekurangan pada lesi yang
dalam dan juga beresiko rusaknya konjungtiva atau sclera jika terkena.8
Electrodesiccation dan cryotherapy dapat menghancurkan xantelasma yang
ada di superficial tetapi memerlukan pengobatan yang berulang.
Cryotherapy dapat menyebabkan skar dan hipopigmentasi.9,10
Laser CO2 juga merupakan terapi yang lebih bijaksana pada kasus
xanthelasma. Keuntungannya yaitu jarang terjadi rekurensi, dan resikonya
kecil mengenai mata yang dapat menggangu penglihatan.9,10
2.9 PROGNOSIS
xiii
BAB III
KESIMPULAN
xiv
DAFTAR PUSTAKA
xv