Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

XANTHELASMA

Pembimbing:
Dr. Retno Sawitri, Sp.KK
Dr. Shinta J.B.T.R, Sp.KK

Disusun Oleh:
Dicky Ardian
NIM: 030.12.078

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 12 JUNI 2017 22 JULI 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Xanthelasma.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD Bekasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada dr. Retno Sawitri, Sp.KK dan dr. Shinta, Sp.KK selaku pembimbing atas
masukan dan pengarahannya selama penulis belajar dalam kepaniteraan klinik
Ilmu Kulit dan kelamin. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian referat ini, termasuk
para dokter dan staf RSUD bekasi serta teman-teman kepaniteraan klinik Ilmu
kulit dan kelamin atas segala bentuk bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari dalam pembuatan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran
guna menyempurnakan referat ini. Penulis juga berharap semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bekasi, Juli 2017

Dicky Ardian

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
2.1 Definisi.......................................................................................................2
2.2 Epidemiologi...............................................................................................2
2.3 Etiologi.......................................................................................................2
2.4 Patogenesis.................................................................................................3
2.5 Manifestasi klinis........................................................................................4
2.6 Pemeriksaan penunjang..............................................................................5
2.7 Diagnosis....................................................................................................5
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................................7
2.9 Prognosis.....................................................................................................10

BAB III. KESIMPULAN...............................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1..........................................................................................................4
Gambar 2 .........................................................................................................5
Gambar 3 .........................................................................................................6
Gambar 4 .........................................................................................................7
Gambar 5 .........................................................................................................9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Xanthelasma adalah kumpulan kolesetrol di bawah kulit dengan batas


tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata, sehingga sering disebut
xanthelasma palpebra. Kata xanthos berasal dari kata Yunani yang berarti
kuning dan elasma yang berarti seperti lempengan metal. Meskipun tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan nyeri, munculnya xanthelasma dapat
mengganggu penampilan dan dapat dihilangkan. Bila ditemukan dalam jumlah
banyak maka disebut xanthelasmata. Kelainan ini sering ditemukan pada ras
Asia dan mereka yang tinggal di daerah Mediterania.1
Xanthelasma atau plaque kekuningan yang sering ditemukan di dekat canthus
bagian dalam kelopak mata, terutama sering ditemukan di kelopak mata atas
daripada di kelopak mata bawah. Xanthelasma palpebra adalah bentuk xanthoma
kutaneus yang paling sering ditemui. Xanthelasma biasanya lunak, semisolid atau
calcareous. Sering ditemui simetris, kadang pada 4 kelopak mata sekaligus
(kelopak mata atas, bawah kanan dan kiri). Xanthelasma mempunyai
kecenderungan untuk berkembang, bergabung dan menjadi menetap. Xanthelasma
dapat timbul di tubuh mana saja, tetapi lebih sering terlihat di area kelopak mata.
Xanthelasma ini berkembang dari disfungsi metabolism lipid.2,3
Di Indonesia sendiri Xanthelasma palpebrarum cukup banyak dijumpai
meskipun tidak sebanyak kasus kelainan kulit yang lain seperti yang disebabkan
oleh bakteri atau parasit. Ini mungkin disebabkan juga banyak masyarakat di
indonesia mengkonsumsi bahan yang banyak mengandung lemak, selain bahan
yang mengadung lemak xanthelasma ini juga dapat disebabkan oleh keturunan. 4
Prevalensi pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki, dan
perkembangannya seiring dengan pertambahan usia. Timbulnya xantelasma
merupakan salah satu dari indikasi peningkatan kadar kolesterol terutamanya di
kalangan golongan muda. Karena itu, pemeriksaan darah akan dilakukan untuk
mengetahui kadar kolesterol meningkat atau pada batas normal.1

BAB II

v
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Xantelasma berasal dari kata xanthos (yellow) dan elasma (a beaten-metal
plate). Xantelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit
dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Biasanya
muncul berbentuk plak yang berwarna kuning di kelopak mata atas dekat canthus,
dengan diameter yang bervariasi dari 2-30 mm. Biasanya soft, semi solid dan
calcareous.1
2.2 Epidemiologi

Xanthelasma Palpebrum merupakan xantomas yang relatif sering ditemui


dibandingkan jenis xanthoma lainnya (95%) . prevalensinya adalah 0,3-1,1%,
pada wanita dua kali lebih tinggi dibanding pria dan rata-rata lebih dari 50 tahun.
bersifat asimptomatik ditandai dengan bentuk simetri, soft serta kekuningan
di daerah sekitar kelopak mata.1. Xantomas dapat terjadi pada berbagai tingkat
umur. Onset timbulnya xantelasma berkisar antara 15 73 tahun dengan puncak
tertinggi pada dekade 40-an dan 50-an.2
2.3 Etiologi
Pada umumnya penyebab xantelasma sama dengan penyebab xantoma
yaitu:

1. Hiperlipoproteinemia
Primer hiperlipoproteinemia
Menurut Fredeickson & Lees, hiperlipoproteinemia diklasifikasikan
berdasarkan pola electrophoretic yaitu :
a. Tipe I : Kelebihan chylomicron
b. Tipe IIa: Kelebihan betalipoprotein (LDL)
c. Tipe IIb: Kelebihan betalipoprotein (LDL) disertai VLDL sedikit
meningkat.
d. Tipe III: Lipoprotein intermedia meningkat.
e. Tipe IV: Prebetalipoprotein (VLDL) meningkat.
f. Tipe V: Prebetalipoprotein (VLDL) dan chylomicron meningkat.
Terjadi akibat gangguan metabolisme lemak dan bersifat genetik.1
Sekunder

vi
Hiperlipoproteinemia sekunder timbul akibat penyakit seperti diabetes
mellitus, sirosis bilier, gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik, hipotiroid
(miksedema), multipelmieloma, limfoma, hemokromatosis,
pancreatitis, obat-obat yang menginduksi hiperlipoproteinemia,
misalnya estrogen, prednisone, isotretinoin dan etretinat.1

2.4 Patogenesis
Pada xantelasma terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari darah, di
mana jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang masuk melalui
dinding vaskuler. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat merubah
permeabilitas vaskuler sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit dan
kemudian di fagositosis oleh sel dermal. Normalnya LDL mempunyai nilai
kebocoran kapiler yang lambat. 2,4
Panas lokal meningkatkan nilai kebocoran. Dapat dilihat secara eksperimen
bahwa nilai kebocoran kapiler dari LDL itu dua kali lebih besar pada daerah yang
lebih sering terekspose oleh gerakan fisik atau gesekan, dibandingkan daerah pada
kulit yang immobilisasi. Kelopak mata lebih sering mengalami pergerakan yang
konstan dan gesekan, dan hal ini mungkin alasan mengapa xantelasma
berkembang pada daerah ini.2,4
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Xanthelasma secara klinis terlihat sebagai plak kekuningan berbentuk oval
yang berlokasi pada regio periorbital. Seringkali pada canthus medial kelopak
mata bagian atas, meskipun dapat juga terlihat pada kelopak mata bagian bawah,
dan juga biasanya bersifat bilateral. Inspeksi dan palpasi memperlihatkan tekstur
yang lunak, semisolid atau kalsifikasi.1

vii
Gambar 1. Xanthelasma palpebrarum
Xanthelesma of four eyelids in patient with hyperlipidemia5
Pasien xanthelasma biasanya datang karena pertimbangan kosmetik, atau
dideteksi pada pemeriksaan rutin mata. Lesi ini tidak menyebabkan peradangan
maupun nyeri, meskipun lesi ini cenderung untuk membesar namun tidak terdapat
kecenderungan malignansi. Pada kasus yang sangat jarang, xanthelasma yang
berukuran besar dapat mengganggu fungsi kelopak mata, menyebabkan ptosis
atau lagophthalmus.

Gambar 2 Lagoftalmus
Xanthelasma Palpebrarum: Treatment and management5
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena 50% pasien dengan xantelasma mempunyai gangguan lipid, maka
disarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL. 1,4 Xantelasma
biasanya dapat didiagnosa dengan jelas secara klinis dan jarang kelainan lain

viii
memberi gambaran klinis sama. Pengamatan yang lebih lanjut bahwa pasien
dengan normal cholesterol dan trigliserida sering dtemukan peningkatan LDL dan
VLDL serta penurunan HDL.1

2.7 DIAGNOSIS BANDING


a. Syringomas (hidradenomas) terletak pada kelopak mata bagian bawah lebih
kecil, datar, dan warnanya lebih putih.1
Syringomas adalah adenoma jinak pada kelenjar ekrin. Ukurannya 1-2 mm
warnanya seperti warna kulit atau agak kekuningan, papul jelas dan biasanya
terjadi pada wanita pada masa awal puberitas. Syringomas mungkin suatu
penyakit keturunan. Sering multiple daripada soliter pada periorbital bawah,
simetris, dan dapat pula terdapat pada kelopak mata, muka, aksila, umbilicus,
dada, dan vulva.1

Gambar 3 Syringomas (hidradenomas)


Endocrine, Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease

b. Sebaceous hyperplasia
Sebaceous hyperplasia tidak digambarkan dengan suatu neoplasma. Tetapi
pembesaran jinak dari sebaceous lobule di sekitar follicular infundibulum.
Biasanya ditunjukkan dengan kekuningan yang soliter maupun multiple,
disertai papul yang telengiektasis pada tengah atau bagian bawah dari
wajah dan kadang juga pada badan bagian atas.1

ix
Gambar 4 Sebaceous hyperplasia
Endocrine, Metabolic, Nutritional, and Genetic Disease
c. Necrobiotic xanthogranuloma
Necrobiotic xanthogranuloma adalah sebuah kelainan langka yang
ditandai dengan kulit dan subkutan xanthomatous histopatologi lesi
dengan khas, dan biasanya terkait paraproteinemia. 1
Karakteristik klinik adalah adanya nodul periorbital dan lesi
ulserasi yang berwarna kuning kemerahan. Pada badan terdapat nodul
subkutan dan plak xanthoma dengan atropi dan ulserasi. Pada mata biasa
mengakibatkan kojungtivitis, keratitis, uveitis, iritis dan proptosis.
Kebutaan juga pernah dilaporkan. Gejala sistemik dapat berupa nausea,
vomiting, lemah, epistaksis, nyeri belakang. Pada xanthogranuloma yang
tidak khas redapat juga tumor soliter pada kulitnya.1

x
Gambar 5 Necrobiotic xanthogranuloma

2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah untuk mengontrol kelainan yang mendasari untuk
mengurangi perkembangan xantelasma dan xantoma. Penatalaksaan xantelasma
diberikan sesuai dengan etiologi dan perkembangan penyakit yang dihadapi.
Terapi yang dini adalah dietetik. Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet
sering lebih efektif untuk menurunkan lipoprotein darah. Jika diet dibatasi dan
pengurangan berat badan tidak efektif ditambahkan dengan terapi medikamentosa.
Xantelasma dapat dibedah apabila mengganggu, tetapi mungkin bisa kambuh.
Xantelasma dapat dihilangkan dengan pengelupas trichloroacetic acid (TCA),
bedah, laser atau cryoterapi. Penghilangan xantelasma dapat menyebabkan
timbulnya skar dan perubahan pigmen, tetapi tidak jika menggunakan
trichloroacetic acid (TCA).13 Komponen herediter yang diturunkan menyebabkan
timbulnya xanthelasma ini, mengindikasikan tingginya kolesterol dalam darah
atau bisa juga tidak. Apabila tidak ada riwayat keluarga yang menderita
xantelasmata maka biasanya mengindikasikan jumlah kolesterol yang tinggi
dalam darah dan mungkin berhubungan dengan resiko timbulnya atherosclerosis.4
a. Dietetik
Pada primer hiperlipoprotein manipulasi diet sering lebih efektif untuk
menurunkan lipoprotein darah, kecuali pada hiperkolesterol genetik. Apabila
trigliserida tinggi dikurangi total kalori. Jika kadar kolesterol tinggi, total lemak
diet dikurangi sampai 35% jumlah kalori, protein meningkat sampai 20%, dan
karbohidrat harus meningkat 40-50% dari diet. Gaya hidup serta pola makan
diubah,agar penimbunan kolesterol berkurang. Sebaiknya diusahakan mencapai
BMI yang normal yaitu 20-25. Jika diet dibatasi dan pengurangan berat badan
tidak efektif ditambahkan dengan terapi medikamentosa. 1 Terapi yang paling
sering digunakan adalah golongan statin sperti lovastatin, simvastatin, fluvastatin,
pravastatin dan atorvastatin.1,4

b. Medikamentosa. Hypertriglyceridemia memberikan respon yang baik


kepada golongan fibrat dan nicotinic acid. 4

xi
1) Klofibrat: dosis 2 x 500 mg/hari. Obat ini baik diberikan pada
hipertrigliserida.
2) Kolestiramin: dosis 12-24 gram/hari. Sering memberikan efek
samping pada saluran cerna.
3) Nicotinic acid: dosis 3- 4.5 gram/hari.

c. Operatif

Bedah eksisi: dilakukan bila lesinya kecil, merupakan pengobatan
pilihan. Dengan cara ini kemungkinan kambuh jarang sekali dan hasil
pengobatannya juga baik. Setelah kontrol klinis dislipidemia, pasien
menjalani operasi. Tindakan operatif jarang diindikasikan pada kasus
ini.7

Chemical cauterisation:

Gambar 6
Treating Eyelid Lesions with Chemical Cauterization8

Dengan menggunakan trichloroacetic acid (TCA) 70 % lebih efektif


menghilangkan xantelasma. TCA dioleskan pada daerah kelopak mata yang
terdapat xantelasma setelah diberikan anestesi lokal pada bagian mata dan
petrolatum pada bagian sekitar xantelasma. Pasien akan merasakan hangat setelah
dioleskan TCA dan permukaan kulit beransur berwarna putih dan kelihatan seperti
mencair. Setelah beberapa jam, lesi berwarna gelap dan berbentuk skar kemudian
akan mengelupas untuk memberikan warna kulit yang normal. Keadaan ini tidak
memerlukan biaya yang mahal. 8

xii
Tetapi terapi dengan trichloroacetic acid ini memiliki kekurangan pada lesi yang
dalam dan juga beresiko rusaknya konjungtiva atau sclera jika terkena.8

Electrodesiccation dan cryotherapy dapat menghancurkan xantelasma yang
ada di superficial tetapi memerlukan pengobatan yang berulang.
Cryotherapy dapat menyebabkan skar dan hipopigmentasi.9,10
Laser CO2 juga merupakan terapi yang lebih bijaksana pada kasus
xanthelasma. Keuntungannya yaitu jarang terjadi rekurensi, dan resikonya
kecil mengenai mata yang dapat menggangu penglihatan.9,10
2.9 PROGNOSIS

xanthelasma, Jenis xanthomas yang paling umum Sampai baru-baru ini


dianggap sebagai lesi kosmetik yang jinak. Namun, penelitian prospektif
menunjukkan bahwa kehadirannya (Tidak seperti arcus senilis corneae saja),
secara signifikan Terkait dengan rentang hidup yang lebih pendek, rata-rata
Dengan 15 tahun. Individu dengan xanthelasma memiliki dislipidemia Usia-
tergantung pada 20-70% . Di Denmark Studi prospektif (The Copenhagen
City Heart Study) yantg terdiri dari hamper 13.000 subyek yang
ditindaklanjuti untuk lebih Dari 20 tahun, kehadiran xanthelasma dikaitkan
Dengan peningkatan signifikan dari risiko infark miokard (48%), penyakit
jantung iskemik (38%), dan Penyakit iskemik pada ekstremitas bawah
(sekitar 70%), bahkan Setelah penyesuaian untuk beberapa kovariat, seperti
usia, jenis kelamin, Diabetes mellitus, merokok, pengobatan hipolipidemia,
dan Status pascamenopause. Studi lain menunjukan hal yang signifikan
keterkaitan xanthelasma dengan prevalensi Dari penyakit hati berlemak non
alkohol, baru-baru ini diasumsikan Faktor risiko independen untuk penyakit
jantung iskemik dan Dengan ketebalan media intima yang meningkat
Tergantung kepada penyebabnya. Apabila kadar lipid normal bila
dilakukan eksisi prognosisnya baik. Apabila disertai hiperlipidemia sekunder
perlu diobati penyakit dasarnya terlebih dahulu. Bila penyakit dasarnya dapat
diobati maka prognosis xantelasma pada keadaan ini baik. Sedangkan
hiperproteinemia familier prognosisnya kurang baik kerana sering timbul
kekambuhan.4

xiii
BAB III

KESIMPULAN

Xanthelasma adalah kondisi kulit yang sering dikaitkan Dengan gangguan


metabolisme lipid dan terjadi di regio periorbita. Meskipun tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan nyeri, munculnya xanthelasma dapat mengganggu penampilan
dan dapat dihilangkan Evolusi mereka Menyerupai atherogenesis awal dan
akibatnya menjadi objek yang intens. Dari Sudut pandang klinis, xanthomas tidak
dapat dianggap sebagai Hanya lesi kosmetik; tetapi juga dapat menandakan
dislipidemia yang serius, Keduanya umum dan langka, serta peningkatan
risikonya Penyakit metabolik, kardiovaskular, dan tumor.
.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

1. James W, Berger T, Elston D. Clinical Dermatology. 10 th ed. Saunders.


2007; 532 533.
2. Baumann L. Benign growths. Color Atlas of Cosmetical Dermatology. 2nd
ed. 2008. P243-244.
3. Hon C, Leok G, Ket N, Hoon T. cosmetic dermatology . Asian Skin ; a
referebce color atlas of dermatology and venereology. 2nd ed. 2008 ; p 462-
64.
4. Zak A, Zeman M, Slaby AXanthomas: Clinical and pathophysiological
relations. Biomed Pap Med Fac Univ Palacky Olomouc Czech Repub.
2014 Jun; 158(2):181-188.
5. Dahl A, MD, New York College of Medicine (NYCOM). 2016 .[cited
2017 July 2]: 1-6. Available from URL: http://emedicine.medscape.com
6. Roy H. Xanthelasma.[online] 2008. [cited 2017 july 2]: [1-2]. Available
from URL http://emedicine.medscape.com/article/1213423
7. Pereira FJ, Velasco AA, Guimares HP, et all. Extensive Xanthelasma - a
Surgical Solution: Case Report. Arq. Bras. Bra. Oftalmol. 2008:7;1-6.
8. Nahas, Rizkallah T, et al. Treatment of Eyelid Xantelasma with 70%
Trichloroacetic Acid. 2009. [cited 2017 July 2]: [280-3]. Available from
URL: http://www.ncbi.nlm.com.
9. Raulin C, Matthias P, Werner S, et all. Xanthelasma Palpebrarum:
Treatment With the Ultrapulsed CO2 Laser. [online]. 2009. [cited 2017
July 2]: 1-6. Available from URL: http://www. Ncbi.nlm.nih.
10. Goldsmith A et all. Fitzpatricks ; Dermatology in General Medicine. 8 th
ed. 2011; p 2881.

xv

Anda mungkin juga menyukai