Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS:

PTERIGIUM + KATARAK
SENILIS IMATUR
Celine (406162058)

Pembimbing:
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, SpM-KVR

Kepaniteraan Klnik Ilmu Penyakit Mata


RSUD Ciawi
Periode 31 Desember 2018 – 2 Februari 2019
Identitas Pasien

■ Nama : Tn. G
■ Umur : 76 tahun
■ Agama : Islam
■ Pekerjaan : Pedagang
■ Alamat : Kp. Kubang
■ Tanggal pemeriksaan : 7 Januari 2019
■ Pemeriksa : Celine
Anamnesis

Alloanamnesus dan autoanamnesis dengan anak pasien pada tanggal 7 Januari 2019
■ Keluhan Utama:
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan pandangan seperti tertutup
awan pada mata kanan sejak sekitar 1 tahun yang lalu.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang:


•Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor dengan keluhan pandangan seperti
tertutup awan pada mata kanan sejak sekitar 1 tahun yang lalu
•Menurut anak pasien, pada mata kanan ayahnya tampak lapisan putih pada sudut
mata dekat hidung
•Awalnya tidak sebesar itu, namun semakin lama semakin besar hingga tampak jelas di
bagian hitam mata pasien.
•Selain itu, pasien juga merasakan kedua penglihatannya menurun dan tampak buram.
•Hal ini dirasakan sudah lama hampir 5 tahun yang lalu, terjadi secara perlahan, yang
semakin lama semakin memberat.
•Selain itu, jika melihat cahaya matahari atau lampu yang terang pasien sering merasa
silau.
•Tidak ada hal yang memperingan dan memperberat keluhan tersebut.
•Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu:


•Riwayat mata merah (-), mata kering (+), darah tinggi (+), kencing manis (+), trauma pada
mata dan alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
•Pada anggota keluarga tidak memiliki keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi, kencing
manis, dan darah tinggi pada keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan
•Pasien belum pernah berobat dan tidak mengonsumsi obat apapun

Riwayat Pekerjaan
•Pasien bekerja sebagai pedagang dan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam ruangan.
Pemeriksaan Fisik

•Keadaan umum : Tampak sakit ringan


•Kesadaran : Compos mentis
•Tanda Vital : TD 140/70 mmHg, HR 80x/menit, Suhu 36,5

Status •Kepala/Leher
C, RR 20x/menit
: Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening

Generalis •Mulut
•Thorax, Jantung
•Paru
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Tidak dilakukan pemeriksaan
•Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
•Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Oftalmologi
Status Oftalmologi
Foto Kasus: OD
Foto Kasus: OS
Resume

■ Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 76 tahun dengan keluhan pandangan


seperti tertutup awan pada mata kanan sejak sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien juga
merasakan kedua penglihatannya menurun dan tampak buram selama 5 tahun
terjadi semakin lama semakin memberat. Selain itu, jika melihat cahaya matahari
atau lampu yang terang pasien sering merasa silau.
■ Pasien memiliki riwayat mata kering (+), penyakit hipertensi (+) dan kencing manis
(+).
OD OS
Visus 3/60 Ph 20/60 20/40 Ph 20/30
TIO Normal per Palpasi Normal per Palpasi
Cts Tenang Tenang
Cti Tenang Tenang
Cb Pterigium (+) Tenang
Tampak selaput putih yang
mengarah dari sudut mata nasal
melewati limbus hingga ke
tengah kornea (area pupil)

C Jernih, sebagian nasal tertutup Jernih


pretigium

CoA Cukup Cukup


P Bulat Bulat
I Coklat Coklat
L Agak keruh Agak keruh
F - -
• Pterigium Grade IV OD + Katarak Senilis Imatur
DIAGNOSIS KERJA ODS

• Carboxymethylcellulose ED 5 mg/ml 3 dd 1-2 gtt


OD p.r.n
PENATALAKSANAAN • Pro Ekstirpasi Pterigium
• Pro Fakoemulsifikasi + IOL implant ODS
PROGNOSIS

OD OS

Ad Vitam Bonam Bonam

Ad Fungsionam Dubia ad malam Dubia ad malam

Ad Sanationam Dubia ad malam Dubia ad malam


TINJAUAN PUSTAKA
PTERIGIUM
PTERIGIUM
■ bahasa Yunani, yaitu “pterygos” yang artinya wing atau sayap
■ pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasive
■ biasanya terletak di apertura palpebra bagian nasal atau temporal konjunctiva yang
meluas ke kornea berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke
kornea dengan puncak segitiga di kornea
Epidemiologi

■ Prevalensi dari pterygium di seluruh dunia menurut Liu et al pada tahun 2013
adalah berkisar 10,2% dengan prevalensi tertinggi di wilayah dataran rendah
■ Di Indonesia sendiri, pada tahun 2002 ditemukan prevalensi pterygium sebesar
10%.
Etiologi dan Patofisiologi
■ tidak diketahui dengan pasti
■ pandangan yang paling diterima  respons terhadap efek lingkungan yang
berkepanjangan faktor-faktor seperti paparan sinar matahari (sinar ultraviolet),
kering panas, angin kencang dan banyak debu
■ efek perusakan dari radiasi sinar ultraviolet (radiasi UV-B)  menyebabkan mutasi
pada gen tumor supresor p53  fasilitasi proliferasi abnormal epitelium di limbus
Manifestasi Klinis
Parts
•Head
•Neck
•Body
•Cap
Manifestasi Klinis

■ Intoleransi kosmetik mungkin merupakan satu-satunya masalah di tahap awal


kondisi tanpa gejala
■ Sensasi dan iritasi karena benda asing mungkin dirasakan
■ Gangguan penglihatan terjadi ketika melewati area pupil atau karena astigmatisme
kornea yang diinduksi oleh fibrosis pada tahap regresif
■ Diplopia dapat terjadi sesekali karena keterbatasan gerakan mata.
Klasifikasi Pterigium
■ Progresif  cap (Fuch’s spots / islets of Vogt)
■ Regresif  Stocker’s line
Diagnosis

■ Diagnosis ditegakkan secara klinis berdasarkan pemeriksaan slit-lamp dan


gambaran khas lesi
■ DDx  pseudopterigium, pannus, kista dermoid, neoplasma

Grade Batas

I Hanya pada limbus

II Sudah melewati limbus tapi < 2mm melewati kornea

III Melebihi grade II tapi tidak melewati pinggir pupil mata

IV Sudah melewati pupil


Pterigium Pseudopterigium
Etiologi Proses degeneratif Proses inflamasi
Usia Biasanya terjadi pada usia Dapat terjadi pada semua usia
tua
Lokasi Selalu di apertura Dapat terjadi di lokasi mana saja
palpebra
Stadium Baik progresif, regegresif Selalu stationary
ataupun stationary

Probe Test Probe tidak dapat Probe dapat melewati celah


melewati celah dibawahnya
dibawahnya
Pinguekula Pannus

Limbal dermoid
Tatalaksana

Eksisi bedah adalah satu-satunya perawatan yang memuaskan,


dapat diindikasikan untuk
• Gangguan kosmetik
• Gangguan penglihatan karena astigmatisme signifikan baik reguler atau ireguler
• Kemajuan berkelanjutan yang mengancam untuk melewati batas ke area pupil
• Diplopia karena gangguan pada pergerakan mata

Tatalaksana lainnya adalah simtomatik


TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
Katarak
■ bahasa Yunani yatu “Kattarrhakies” yang berarti air terjun
■ kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga mencegah penglihatan yang
jernih akibat cahaya yang tidak dapat menembus ke dalam lensa, bervariasi sesuai
tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total
■ penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia
Katarak – Berdasarkan Usia

Katarak Kongenital  < 1 tahun

Katarak Juvenil  3 bulan – 9 tahun

Katarak Senilis  > 50 tahun


Katarak Senilis

Kapsul Serat lensa


• Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding • Lebih irregular
anak) • Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
• Mulai presbiopia • Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama
• Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur. kelamaan merubah protein nukleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang
• Terlihat bahan granular warna coklat protein lensa nukleus mengandung
histidin dan triptofan dibanding normal.
Epitel – makin tipis
• Korteks tidak berwarna karena:
• Sel epitel (germinatif) pada equator • Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
bertambah besar dan berat. fotooksidasi.
• Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang • Sinar tidak banyak mengubah protein pada
nyata. serat muda.
Katarak Senilis
Katarak Insipiens
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Katarak Intumesen Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air +
(air masuk) massa lensa
berkurang)
Katarak Imatur
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Katarak Matur Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Katarak Hipermatur mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Katarak Morgagni
Katarak – Berdasarkan lokasi opasitas
Katarak
Katarak nuclear Katarak kortikal subcapsular
posterior
Katarak lainnya

Katarak sekunder akibat penyakit intraokuler

Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak terinduksi obat

Katarak traumatik
Patofisiologi Katarak Senilis

■ Ketidakseimbangan Oksidan-antioksidan
■ Stress Signaling
■ MAPK Pathway
■ Protein Kinase Pathway
■ Lipid Peroksidasi
■ Ion Imbalance
■ Inflamasi
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

• Pandangan kabur • Visus


• Silau • Shadow test
• Myopic shift • Slit lamp
• Halo • Oftalmoskop
• Diplopia mononkuler
• Perubahan persepsi warna
Tatalaksana
Indikasi Operasi Kontraindikasi
■ Indikasi utama operasi  fungsi ■ Koreksi refraksi yang dapat ditolerir
visual yang tidak lagi memenuhi memberikan penglihatan yang
kebutuhan pasien dan operasi memenuhi kebutuhan dan keinginan
katarak memberikan kemungkinan pasien
perbaikan penglihatan
■ Pembedahan tidak diharapkan
■ Ada anisometropi yang signifikan memperbaiki fungsi visual, dan tidak
secara klinis dengan adanya katarak ada indikasi lain untuk
menghilangkan lensa
■ Opacity lensa mengganggu diagnosis
atau pengelolaan kondisi segmen ■ Pasien tidak dapat menjalani operasi
posterior yang optimal dengan aman karena kondisi medis
atau okular yang ada
■ Lensa menyebabkan radang atau
glaukoma sekunder (phacolytic, lens ■ Pengambil keputusan pengganti
particle, phacoanaphylactic) pasien atau pasien tidak dapat
memberikan informed consent untuk
■ Lensa menginduksi atau berisiko operasi nonemergen
membuat penutupan sudut
Operasi Katarak

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Phacoemulsification (phaco)

Small Incision Cataract Sugery (SICS)


Komplikasi Katarak

Fakolitik (secondary open angle


glaucoma)

Fakomorfik/ Pupillary block glaucoma


(secondary closed angle glaucoma)

Anda mungkin juga menyukai