Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

PTERIGYUM

Ririn Aidabu
2211901033

Pebimbing:
dr. Saidatul Akmalia, Sp.M, M.kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT


MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANDAU
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
Bab I
Pendahuluan
• Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif
dan invasif.
• Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas kedaerah kornea.
• Diduga penyebab pterigium adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata
• Dari hasil penelitian G Gazzard dari Singapore National Eye Center, yang melakukan
penelitian di daerah Riau,didapatkan bahwa prevalensi pterigium pada usia di atas 21 tahun
adalah 10%sedangkan di atas 40 tahun adalah 16,8%.
• Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren
Bab II
01
Anatomi dan fisiologi
Anatomi konjungtiva
● Aliran darah berasal dari a. siliaris anterior dan a.
palpebralis → dengan beranastomis membentuk jaring-
jaring vaskuler.
● Pembuluh limfe → lapisan superfisial dan profundus →
pembuluh limfe palpebra→pleksus limfatikus
● Persarafan berasal dari percabangan pertama N.
trigeminus
Fisiologi konjungtiva
● Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan
melindungi mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang
berupa barrier epitel,aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah.

● Pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast,


leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi
dalam bentuk IgA.
• Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal.
• Sel-sel epitel superficial →sel-sel goblet bulat atau oval →mukus→ mendorong inti
sel goblet ke tepi → dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea.
• Secara garis besar, kelenjar pada konjungtiva dibagi menjadi dua yaitu:
1. Penghasil musina.
a. Sel goblet
b.Crypts of Henle
c.Kelenjar Manz mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis : kelenjar krause dan kelenjar wolfring
Anatomi kornea
02
Pterigyum
Pterigium merupakan pertumbuhan
fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif
Faktor Resiko

Radiasi Faktor
Faktor Lain
Ultraviolet Genetik
03
Diagnosis Pterigyum
Anamnesis

• Pterigium lebih sering pada kelompok usia 20-30 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
• Riwayat pekerjaan juga sangat perlu ditanyakan untuk mengetahui kecenderungan
pasien terpapar sinar matahari.
• Umumnya asimptomatis atau akan memberikan keluhan berupa mata sering berair dan
tampak merah dan mungkin menimbulkan astigmatisma yang memberikan keluhan
gangguan penglihatan.
• Pada kasus berat→ diplopia.
• Penderita mengeluhkan adanya sesuatu yang tumbuh di kornea
• Keluhan subjektif dapat berupa rasa panas, gatal, ada yang mengganjal .
Pemeriksaan Fisik
• Tajam penglihatan dapat normal atau menurun.
• Pterigium muncul sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke
kornea pada daerah fisura interpalpebralis.
• Pterigium dibagi menjadi tiga bagian yaitu: body, apex (head), dan cap.
• Deposit besi dapat dijumpai pada bagian epitel kornea anterior dari kepala pterigium
(stoker’s line).
• Perluasan pterigium dapat sampai medial dan lateral limbus sehingga menutupi visual
axis, menyebabkan penglihatan kabur.
• Gangguan penglihatan terjadi ketika pterigium mencapai pupil atau menyebabkan
kornea astigmatisme pada tahap regresif.
Kalsifikasi berdasarkan derajat

Derajat 1
01 Hanya terbatas pada limbus
02 Sudah melewati limbus tetapi
kornea tidak melebihi dari 2 mm
melewati kornea

Derajat 3 Derajat 4
03 Telah melebihi derajat 2
04 Pertumbuhan pterigium
tetapi tidak melebihi sudah melewati pupil
pinggir pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
Diagnosa Banding
Pembeda Pterigium Pinguecula Pseudopterigium

Definisi Jaringan fibrovaskular Benjolan pada konjungtiba Perlengketan konjungtiva bulbi dengan
konjungtiva bulbi berbentuk bulbi. kornea yang cacat.
segitiga
Warna Putih kekuningan Putih kuning keabu-abuan Putih kekuningan

Progresif Sedang Tidak Tidak

Reaksi kerusakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada


peermukaan
kornea
sebelumnya
Pembuluh darah Lebih menonjol Menonjol Normal
konjungtiva
Puncak Ada pulau-pulau Funchs Tidak ada Tidak ada (tidak ada head, body,cap)
(bercak kelabu)
Histologi Epitel ireguler dan degenerasi Degenerasi hialin jaringan Perlengketan
hialin dalam stroma. submukosa konjungtiva.
Pterigium Pinguecula Pseudopterigium
04
Penatalaksanaan
Ptergyum
Medikamentosa dan Non medikamentosa:
Tatalaksana pterigium ada 2
berdasarkan dari derajatnya: • Bila pterigium meradang dapat diberikan
• Pemberian obat-obatan bila steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
derajat 1 dan • Bila terdapat tanda radang beri air mata
buatan bila perlu dapat diberikan steroid .
2→pertimbangkan operasi • Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri
apabila ada gangguan air mata buatan dalam bentuk salep.
penglihatan • Lindungi mata yang terkena pterigium dari
• Tindakan operasi bila derajat sinar matahari, debu dan udara kering
dengan kacamata pelindung.
3 dan 4
Indikasi operasi

• Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm


dari limbus
• Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara
limbus dan tepi pupil
• Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah,
berair dan silau karena astigmatismus
• Kosmetik, terutama untuk penderita wanita
Teknik pembedahan

• Teknik Bare Sclera


• Teknik autograft konjungtiva
• Teknik cangkok membran amnion
Terapi tambahan
Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan dengan
pemberian:
1. Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari,
bersamaan dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian
tappering off sampai 6 minggu.
2. Mitomycin C 0,04% (o,4 mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan
bersamaan dengan salep mata dexamethasone.
3. Sinar beta.
4. Topikal Thiotepa (triethylene thiophosphasmide) tetes mata : 1 tetes/ 3 jam
selama 6 minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik Chloramphenicol,
dan steroid selama 1 minggu
05
Komplikasi
Pterigium→ komplikasi seperti scar (jaringan parut) pada konjungtiva dan kornea, distorsi dan
penglihatan sentral berkurang, scar pada rektus medial dapat menyebabkan diplopia.

Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu:


• Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft longgar,dan
komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreoushemorrhage atau
retinal detachment.
• Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau melting pada
sklera dan kornea
• Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren pterigium post
operasi. Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren yang tinggi kira-kira 50-80 %.
Dapat dikurangi dengan teknik conjungtiva autograft atau amnion graft.
• Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada jaringan epitel di atas
pterigium
Prognosis

Penglihatan dan kosmetik pasien


setelah dieksisi adalah baik.
Bab III
Identitas pasien

Nama : Tn.A
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Putri Sembilan Rupat Utara-Bengkalis
Agama : Islam
No.RM : 464505
Anamnesis

a. Keluhan Utama
Rasa mengganjal pada mata kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan


mata kanan terasa mengganjal, terlihat adanya lemak
c. Riwayat Penyakit Dahulu pada mata sebelah kanan, perih (+), berair (+), silau
• Riwayat hipertensi (-) saat melihat (-), mata terasa gatal (-), mata kabur (-).
• Riwayat DM (-) Lalu pasien datang ke poliklinik mata RSUD Mandau.
• Riwayat penyakit alergi (-)
• Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-)
d.Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama


• Tidak ada riwayat hipertensi
• Tidak ada riwayat diabetes mellitus

e. Riwayat pengobatan g. Riwayat trauma

Sebelumnya pasien belum pernah minum obat dan berobat Tidak ada trauma sebelumnya
kerumah sakit.

f. Riwayat Alergi

Pasien tidak pernah memiliki riwayat alergi terhadap


obat-obatan dan makanan tertentu.
Status oftalmologi
Okuli dekstra Okuli sinistra

Visus 6/12 6/6

Visus dengan koreksi - -

Palpebra Edema (-) Edema (-)


Hiperemis (-) Hiperemis(-)
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Secret (-) Sekret (-)
Adanya jaringan
fibrovaskuler
Pemeriksaan slit lamp
Okuli dekstra Okuli sinistra

Kornea Adanya jaringan Jernih


fibrovaskuler pada Permukaan licin
pinggir kornea
COA Cukup dalam Cukup dalam

Iris Warna coklat Warna coklat


bulat bulat
Pupil Diameter 2-3 mm Diameter 2-3 mm
Refleks cahaya (+/+) Refleks cahaya (+/+)
Bulat Bulat
Isokor Isokor

Lensa Bening Bening

Sklera putih putih


Okuli dekstra Okuli sinistra

Gambar
Diagnosa kerja
Pterigium okuli dekstra grade 1
Penatalaksanaan

a. Non medikamentosa
-Rujuk ke Sp.M
- Edukasi pasien untuk menghindari sinar
matahari langsung dengan
mengguunakan kacamata atau topi.
b.Medikamentosa Prognosis
-Polidemisisn 4x 1
-Sanbe tears 4x1 Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Bab IV
Pembahasan

• Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Mandau dengan keluhan utama


rasa mengganjal pada mata kanan.
• Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan mata kanan terasa
mengganjal, terlihat adanya lemak pada mata sebelah kanan, perih (+),
berair (+), silau saat melihat (-), mata terasa gatal (-), mata kabur (-).
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya gambaran jaringan
fibrovaskuular yang menutupi mata kanan.
• Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik maka pasien ini didiagnosa sebagai
suatu pterigium
• Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif.
• Penduduk Indonesia memiliki risiko tinggi terkena pterigium. Hal ini diduga
berkaitan dengan paparan sinar matahari berlebihan yang diterima oleh mata.
• Diagnosis pterigium dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis. Biasanya
penderita mengeluhkan adanya sesuatu yang tumbuh di kornea .
• Pada pemeriksaan terlihat lesi pterigium sebagai lipatan berbentuk segitiga
pada konjungtiva yang meluas ke kornea pada daerah fisura interpalpebralis,
berwarna putih kekuningan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai