Disusun Oleh:
Nada Nadifa (2211901026)
Ririn Aida Bu (2211901033)
Pembimbing
dr. Ferianto, Sp.An-TI, KIC, M.Scm dr.
Matdhika Sakti, M.Ked (An), Sp.An-TI
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................ 10
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 10
PENUTUP ......................................................................................................................... 21
iii
iv
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Pemberian obat-obatan:
Obat-obatan Jam Jumlah Rute
• Ventilasi: O2 3 lpm
• Posisi: Supine
10.15 10.30 10.45 11.00 11.15
1.3 Catatan Perkembangan Pasien
Hari, tanggal Subject Object Assesement Planning
MRI
Ts.Yth : dr.Dining pratidina, Sp.M
Klinis : Ophtalmoplegia
Telah dilakukan pemeriksaan MRI kepala potongan axial dengan seg T1 FSE, T2 FSE,
T2 FLAIR , T2*GRE, 3D Fiesta & DWI potongan coronal T2 FSE dan sagittal T2 FSE
serta MRA tanpa kontras GD DTPA.
Pada T1W1 tampak massa isointens,bentuk bulat,batas tegas,permukaan sedikit
irreguller dengan ukuran 3,3x3,2x2,6 cm pada para seller dextra dan pada T2W1 massa
menunjukkan signal hiperintens,massa melekat pada meningen base lobus temporal
dextra
Tampak massa menekan chiasma opticum
Peri fokal edema tidak menonjol
Sinus sphenoidalis normal
Susunan ventrikel simetris, tidak melebar
Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna tidak melebar.
Cerebellum dan batang otak tidak tampak kelainan, sella tursica normal, tidak
melebar, kelenjar hipofisis tidak membesar.
Tidak terdapat stenosis, AVM dan aneurisma pembuluh darah otak
Jaringan tulang, dan mastoid air cell dextra dan sinistra normal intensity
Tidak didapatkan adanya timbunan secret maupun penebalan mukosa
Kesan :
SOL extra axial pada para sellar dextra yang menekan chiasma opticum
ec : Suspect Meningioma sinus cavernous
cerebellum dan batang otak normal
tidak terdapat stenosis , AVM dan aneurisma pembuluh darah otak
Pasien Ny. F datang ke IGD RSUD Kota Dumai dengan keluhan nyeri menjalar keari-ari
5 jam sebelum masuk rumah sakit, Pasien merupakan pasien rujukan dari praktek dr. Irvan
dengan diagnose G3P2A0 38-39 minggu, PEB + sup. Meningioma sinus cavernosus. Pasien
juga mengeluhkan kurang lebih 2 bulan terakhir diusia kehamilan 7 bulan otot mata melemah
dan penglihatan ganda. .
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
Faktor Risiko
Sampai sekarang belum ada teori yang pasti tentang bagaimana penyebab terjadinya
preeklamsi. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia,
yaitu :12,13,14
Riwayat preeklamsia
Primigravida
Kegemukan/obesitas
Kehamilan ganda
Riwayat penyakit tertentu
Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori
“ iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan se mua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini. Adapun etiologi yang diperoleh dari teori-teori tersebut adalah : 12-16
Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada
kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah
sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan
penurunan volume plasma.
Peran Faktor Imunologis.
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada
preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti
dengan terjadinya pembentukan proteinuria. 12-16
Peran Faktor Genetik .
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu
yang menderita preeklampsia.
Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus 12-16
Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan
vasodilatasi dari pembuluh darah.
Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal
memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara
signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar
fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin
akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan.
Manifestasi Klinis
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala- gejala ini
sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan
proteinuria bertambah meningkat. 12-16
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik
30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg.
Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai
kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipnu, edema
paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu : 12-16
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter atau
midstream.
Edema pada lengan, muka, perut, atau edema geralisata. Edema lokal tidak
dimasukkan dalam kriteria preeklamsia.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg atau lebih. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium kuadran kanan atas abdomen (teregang kapsula Glisson).
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Terdapat edema paru dan sianosis
Trombositopeni berat <100.000 sel/mm atau penurunan trombosit dengan
cepat.
Gangguan fungsi hati : peningkatan kadar SGOT dan SGPT.
Pertumbuhan janin terhambat.
Sindrom HELLP
Meningioma adalah tumor pada meningen, yang merupakan selaput pelinduung yang
melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di
bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak di semua
lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma
maligna jarang terjadi.
Penyebab meningioma menurut para ahli tidak dapat memastikan apa penyebab tumor
meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa
kromosom yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang
mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal-usul meningioma. Di antara 40%
dan80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus
genneurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12,ditemukan
tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2
sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Di samping itu, deplesigen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.18
Klasifikasi meningioma
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,
termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.20
b. Grade II : Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan juga mempunyai angka
kekambuhanyang lebih tinggi. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe
ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III : Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignan atau meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang dari 1
% dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaanyang
pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensitumor,
dapat dilakukan kemoterapi.20
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor 17:
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalahselaput
yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dankanan. Falx
cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagitalmeningioma terdapat di sekitar
falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas
otak.
e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada
dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur
antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalissetingkat thorax dan
dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapatmenyebabkan gejala seperti
nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau disekitar
mata cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan diseluruh
bagian otak.
Diagnosa
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh darah). Secara umum,
meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.19
Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagihari.
Perubahan mental
Kejang
Mual muntah
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasmeotot-otot
wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguangaya berjalan,
Secsio Caesarea
Istilah sectio caesarea (SC) berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau
menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan yang
bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu.
Indikasi Secsio Caesarea
Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk eliminasi nikotin
yang mempengaruhi system kardiosirkulasi, dihentikan beberapa minggu untuk mengaktifkan
kerja silia jalan pernapasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan
minum alcohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit hepar.6
Masalah apapun yang berkaitan dengan pembiusan pasien sebelumnya harus diketahui
dari rekam medis terdahulu pasien tersebut (karena pasien seringkali tidak
memperhatikannya) dan dengan mengajukan pertanyaan lagsung pada pasien. Aspek-aspek
berikut ini akan mempengaruhi manajemen perioperatif:
• Beberapa masalah yang berkaitan dengan airway management, khususnya jika pada
proses pembiusan terdahulu terdapat kesulitan dalam proses laringoskopi dan intubasi.
• Respon terhadap control nyeri dan beberapa efek opioid yang tak menguntungkan
• Nausea dan vomitus post operasi serta respon terhadap terapinya Masa pemulihan
yang terlalu lama.
• Kimia Darah. Peningkatan asam urat menggambarkan eklampsia. Kadar asam urat
biasanya >6mg/dl. Penurunan glukosa atau kalsium dapat menerangkan serangan
kejang. 7
• Gas darah arteri membantu dalam diagnosis alkalosis atau asidosis. Nilainya secara
seri penting dalam menilai respon pasien terhadap terapi. 7
Pemilihan teknik anestesi pada pasien preeclampsia dan eklamsia tergantung dari
berbagai faktor, termasuk cara persalinan (per vaginam, bedah Caesar) dan status medis dari
pasien (adanya koagulopati, gangguan pernafasan, dll). Jika persalinan dilakukan secara
bedah Caesar maka pemilihan teknik anestesia di sini termasuk epidural, spinal, combine
spinal-epidural dan anestesia umum. Anestesia umum pada bedah Caesar pada preeklampsia
berat dan eklamsia dikatakan berhubungan dengan peningkatan yang bermakna pada tekanan
arteri sistemik dan pulmoner pada saat induksi, jika dibandingkan dengan epidural anestesia.
Pada anestesia umum juga potensial terjadinya aspirasi isi lambung, kesulitan intubasi
endotrakeal yang disebabkan karena adanya resiko edema faring laring. Apapun teknik
anestesia yang dipilih, harus diingat bahwa meskipun persalinan adalah terapi untuk
preeklampsia, pada periode post partum perubahan kardiovaskular, cardiac output dan status
cairan, harus tetap dimonitor.1
Jika seksio cesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa: Tidak terdapat koagulopati
(koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal). Anestesia yang aman / terpilih
adalah anestesia umum untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal,
bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Penilaian jalan napas dan persiapan menghadapi intubasi sulit harus dilakukan secara
seksama karena kemungkinan jalan napas sulit lebih tinggi akibat adanya edema general serta
adanya penyulit morbid obese. Tekanan darah sistemik dapat berubah drastic pada
preeklamsia berat baik akibat penyakitnya maupun respon terhadap pemberian cairan dan
obat antihipertensi. Sebagai tambahan preeklamsia berhubungan dengan penurunan volume
intravaskuler dan penilaian status volume intravaskuler dapat menjadi kesulitan. Pemantauan
hemodinamik secara invasive tidak mutlak diperlukan pada pasien preeclampsia namun
terindikasi sesuai dengan indikasi pada disfungsi multiorgan penyakit lain. Pemilihan teknik
neurakssial analgesia /anestesi lebih direkomendasikan kerena menghindari kemungkinan
intubasi sulit pada kasus emergensi, benefit dari perfusi uteroplasenta, kualitas
analgesia/anestesi yang baik, mengurangi obat-obatan yang masuk ke sirkulasi uteroplasenta,
menurunkan stress operasi, dan ppsikologis ibu yang dapat melihat bayinya saat dilahirkan.
Pasien yang berisiko tinggi untuk terjadi herniasi setelah pungsi dura mater adalah
pasien dengan lesi otak yang menekan jaringan otak normal dan menyebabkan pergeseran
garis tengah atau pergeseran ke bawah. Pada pasien dengan hidrosefalus, yang harus
diperhatikan adalah ada tidaknya obstruksi aliran cairan serebrospinalis di daerah foramen
magnum atau diatasnya. Pasien dengan gambaran obstruksi aliran cairan serebrospinalis dan
gejala klinis peningkatan TIK walaupun minimal memilkim resiko ringans-sedang untuk
terjadi herniasi akibat pungsi dura. Konsultasi neurologi harus dilakukan sebelum mengambil
keputusan dilakukan anestesi neuraxial pada pasien seperti ini.
Pada pasien ini tidak kami temukan gejala neurologis baru (sakit kepala yang
memburuk, kejang, atau penurunan tingkat kesadaran) atau lesi yang diketahui cenderung
tumbuh atau berubah selama kehamilan, tidak ada bukti pencitraan terjadi efek massa yang
signifikan dengan atau tanpa pergeseran garis tengah, tidak ada bukti hidrosefalus dan tidak
ada temuan klinis atau pencitraan menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial. Oleh
karena itu pada pasien ini dapat diilakukan section caesarea dengan anestesi spinal.
4. Lakukan punksi lumbal dengan jarum spinal berukuran paling kecil pada celah
interspinosum pada L3L4 atau L4-L5 sampai terlihat keluarnya cairan LCS.
7. Atur posisi pasien dengan sedemikian rupa agar posisi kepala dan kaki menjadi
lebih tinggi dari badan
8. Pantau dan nilai ketinggian dari blockade dengan menggunakan skor bromage,
serta pantau tekanan darah dan denyut nadi.
10. Setelah neonatus dan plasenta lahir, 20–80unit oksitosin ditambahkan ke cairan
intravena, dan ditambahkan 20unit untuk cairan berikutnya.
11. Jika rahim tidak berkontraksi dengan mudah, opioid harus diberikan, dan agen
terhalogenasi harus dihentikan. Methylergonovine (Methergine), 0,2 mg
intramuskular atau dalam 100 mL salin normal sebagai infus intravena lambat
juga dapat diberikan tetapi dapat meningkatkan tekanan darah arteri. 9
MRI
Ts.Yth : dr.Dining pratidina, Sp.M
Klinis : Ophtalmoplegia
Telah dilakukan pemeriksaan MRI kepala potongan axial dengan seg T1 FSE, T2 FSE, T2
FLAIR , T2*GRE, 3D Fiesta & DWI potongan coronal T2 FSE dan sagittal T2 FSE serta
MRA tanpa kontras GD DTPA.
Pada T1W1 tampak massa isointens,bentuk bulat,batas tegas,permukaan sedikit irreguller
dengan ukuran 3,3x3,2x2,6 cm pada para seller dextra dan pada T2W1 massa menunjukkan
signal hiperintens,massa melekat pada meningen base lobus temporal dextra
Tampak massa menekan chiasma opticum
Peri fokal edema tidak menonjol
Sinus sphenoidalis normal
Susunan ventrikel simetris, tidak melebar
Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna tidak melebar.
Cerebellum dan batang otak tidak tampak kelainan, sella tursica normal, tidak melebar,
kelenjar hipofisis tidak membesar.
Tidak terdapat stenosis, AVM dan aneurisma pembuluh darah otak
Jaringan tulang, dan mastoid air cell dextra dan sinistra normal intensity
Tidak didapatkan adanya timbunan secret maupun penebalan mukosa
Kesan :
SOL extra axial pada para sellar dextra yang menekan chiasma opticum
ec : Suspect Meningioma sinus cavernous
cerebellum dan batang otak normal
tidak terdapat stenosis , AVM dan aneurisma pembuluh darah otak
BAB III
PENUTUP
Pasien ny. F usia 32 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai
dengan keluhan nyeri menjalar keari-ari 5 jam sebelum masuk rumah sakit, Pasien
merupakan pasien rujukan dari praktek dr. Irvan dengan diagnose G3P2A0 38-39 minggu,
+PEB + sup. Meningioma sinus cavernosus. Pasien juga mengeluhkan kurang lebih 2 bulan
terakhir diusia kehamilan 7 bulan otot mata melemah dan penglihatan ganda. Sebelumnya
pasien tidak pernah mengeluhkan hal yarng sama. Pasien memiliki riwayat FAM yang
sudah dioperasi kurang lebih 10 tahun.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang tersebut, ditegakkanlah
diagnosis kerja G3P2A0 38-39 minggu, PEB + sup. Meningioma sinus cavernosus .
Kemudian diberikan tindakan dan terapi yang sudah sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
16. .Prawirohardjo S. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-1. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2010.80-7
19. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology.USA:
Icon Custom Communication: 2002. P. 24