Anda di halaman 1dari 18

Laporan kasus

G5P3A1H3 GRAVID 4-5 MINGGU + KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


+ ANEMIA BERAT

Oleh:
Ervrensi Cinta Laura (2111901011)
Ririn Mayriska (2111901040)
Sasa Billa Pratiwi (2111901043)

Pembimbing:
dr. Ferianto, Sp.An-KIC, M.Sc
dr. Matdhika Sakti, M.Ked (An)., Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
BAGIAN ILMU ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA DUMAI
2022
BAB I
ILUSTRASI KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama Pasien : Ny. F
Umur : 29 Tahun
Tanggal lahir : 08 April 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Jend. Sudirman
2.2. Riwayat Perawatan Pasien
A. Instalasi Gawat Darurat (12 September 2022 06.00 WIB)
KU: Composmentis
GCS: E4V5M6
RR: 20x/menit
Suhu: 370C
TD: 110/60 mmHg
Nadi: 68x/menit
SpO2: 98%
S:
Pasien datang sendiri ke RSUD Kota Dumai dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah. Nyeri perut dirasakan terus menerus dan semakin
memberat 1 hari SMRS. Pasien mengatakan nyeri perut dirasakan
sesaat setelah haid dan haid pasien hanya 2 hari. Riwayat pusing
berputar (+), mual muntah (+), keluar darah dari jalan lahir (-)
O:
KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: Composmentis
Mata: CA (+/+), SI (-/-)
Thorax: Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: nyeri tekan seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: akral hangat

2
A: G5P3A1H3 Gravid 4-5 Minggu + Kehamilan Ektopik Terganggu +
Anemia Berat
P:
- Inj. Ranitidin 1 vial (IGD)
- Inj. Betahistin 6mg (IGD)
- Inj. Paracetamol 500mg (IGD)
Konsul dr. Dwinda, Sp. OG
- IVFD NaCl 0,9% 2 L, 1 kolf widahes
- Pasang double IV line
- O2 5 liter/menit
- Pasang kateter urin
- Rencana laparotomy
Konsul dr. Matdhika Sakti, Sp. An
- Transfusi Whole Blood 4-5 bag di IGD
B. Masuk ke ruangan operasi: 12 September 2022
Keadaan prainduksi
TD: 90/70 mmHg
HR: 116 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36℃
SpO2: 100%
Alergi: Tidak ada
Kesadaran: Komposmentis
Status fisik prainduksi: ASA 2
Skor mallampati: 1
Teknik anestesi: General Anestesi
Jalan napas: ETT Oral no 6,5
Pemberian obat-obatan:
Obat-obatan JAM JUMLAH RUTE
1 Atropin 13.45 0,25 mg
2 Midazolam 13.45 2,5 mg IV
3 Fentanyl 13.47 50 mcg IV

3
4 Ketamine 13.45 100 mg IV
5 Atracurium 13.45 40 mg IV
6 Atropin 14.45 0,25 mg IV
7 Neostigmin 14.45 0,5 mg IV
8 Ketorolac 14.55 30 mg IV

Ventilasi: CMV
Gas Flow:
O2 4 lpm
N2O 4 lpm
Sevoflurane 1%
Posisi: Supine

4
Jam 13.45 14.00 14.15 14.30 14.45 15.00
RR Nad Suhu
i
80 180 42○

70

160 41○

60

200
50 140

180

40 160
120
140

30 120

100
20 100
80

10 60

80
40

60 0

40

90 10 12 11 10
0 0 0 0
TEKANAN
DARAH
70
70 80 80 60

5
2.3. Catatan Perkembangan Pasien Selama di ICU

Tanggal/Waktu Subject Object Assessment Planning


12/09/2022 - KU : Tampak sakit - Post - cek lab post op
15.15 sedang laparotomy a/I - ivfd RL 1500
GCS : E4M6Vett KET + anemia cc/hari
Kesan : berat - cefotaxime 2x1
komposmentis - kalnex 1x1
TD : 100/59
mmHG
HR : 100x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Os on ventilator
mode sim V
12/09/2022 - KU : Tampak sakit - Post - Lapor dr. Dika
17.15 sedang laparotomy a/I Sp.An 
GCS : E4M6Vett KET + anemia - gelafusal 30 tpm
Kesan : berat habis stop ganti
komposmentis RL
TD : 130/70 - fentanyl 2 amp
mmHG 5cc/jam
HR : 67x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Os on ventilator
mode sim V
12/09/2022 Pasien KU : Tampak sakit - Post Lapor dr.
19.30 mengatakan nyeri sedang laparotomy a/I Dwinda,
bekas operasi GCS : E4M6V5 KET + anemia Sp.OG
Kesan : berat - Hasil lab:
komposmentis tidak perlu
TD : 90/60 mmHG tambah darah
HR : 70x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Os on ventilator
mode CPAP
12/09/2022 Pasien KU : Tampak sakit - Post Dr. Dika, Sp.An
21.30 mengatakan nyeri sedang laparotomy a/I visite 
bekas operasi GCS : E4M6V5 KET + anemia - Extubasi
memberat Kesan : berat
komposmentis - O2 NRM 10L
TD : 100/70
mmHG

6
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Os on ventilator
mode NRM
13/09/2022 Pasien KU : Tampak sakit - Post dr. obgyn (amir)
07.15 mengatakan nyeri sedang laparotomy a/I visite 
bekas operasi GCS : E4M6V5 KET + anemia - Observasi KU
sudah berkurang Kesan : berat - Pindah ruang
komposmentis biasa
TD : 100/60 - Ivfd RL 20
mmHG tpm
HR : 80x/menit - Inj.
RR : 20x/menit Cefotaxime
SpO2 : 100% 2x1
Os on ventilator - Inj. Kalnex
mode nasal canul 3x500
- Inj. Ketorolac
3x30
- Diit ML 3x1

13/09/2022 - KU : Tampak sakit - Post Lapor dr. Feri,


10.00 sedang laparotomy a/I
Sp.An 
GCS : E4M6V5 KET + anemia
Kesan : berat - Os acc pindah
komposmentis
ruangan
TD : 110/70
mmHG
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Os on ventilator
mode nasal canul

2.4. Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Pemeriksaan Nilai
Tanggal 12 September 2022 08.26
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 10,5 gr/Dl
Jumlah Leukosit 21.000 mm3
Jml. Trombosit/Platelet 372.000 mm3
Eosinofil 4%
Basofil 0%
Netrofil Batang 0%
Netrofil Segmen 86%
Limfosit 7%

7
Monosit 2%
Jumlah eritrosit 3.660.000 mm3
MCV 89 FL
MCH 28 PG
MCHC 32 %
Hematokrit 32 %
Pemeriksaan Gula Darah
KGD AD Random 183 mg/dL
Faal Ginjal
Ureum 27 mg/dL
Kreatinin 1,4 mg/dL
Elektrolit / Gas Darah
Natrium 139 mmol/L
Kalium 4,1 mmol/L
Chlorida 104 mmol/L
Tanggal 12 September 2022 09.53
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 10,0 gr/Dl
Jumlah Leukosit 22.000 mm3
Jml. Trombosit/Platelet 390.000 mm3
Eosinofil 3%
Basofil 0%
Netrofil Batang 0%
Netrofil Segmen 89%
Limfosit 7%
Monosit 1%
Jumlah eritrosit 3.470.000 mm3
MCV 90 FL
MCH 28 PG
MCHC 31 %
Hematokrit 31 %
Tanggal 12 September 2022 11.41
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 2,4 gr/Dl
Jumlah Leukosit 5.700 mm3
Jml. Trombosit/Platelet 97.000 mm3
Eosinofil 2%
Basofil 0%
Netrofil Batang 0%
Netrofil Segmen 89%
Limfosit 8%
Monosit 1%
Jumlah eritrosit 83.000 mm3
MCV 80 FL
MCH 28 PG
MCHC 35 %

8
Hematokrit 36 %
Faal Hati
AST 12 mg/dL
ALT 8 mg/dL
Tanggal 12 September 2022 18.26
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 9.9 gr/Dl
Jumlah Leukosit 12.000 mm3
Jml. Trombosit/Platelet 90.000 mm3
Eosinofil 1%
Basofil 0%
Netrofil Batang 0%
Netrofil Segmen 85%
Limfosit 11%
Monosit 3%
Jumlah eritrosit 3.190.000 mm3
MCV 86 FL
MCH 31 PG
MCHC 36 %
Hematokrit 27 %
Pemeriksaan Gula Darah
KGD AD Random 172 mg/dL
Faal Hati
Albumin 2,9 mg/dL
Faal Ginjal
Ureum 28 mg/dL
Kreatinin 0,9 mg/dL
Elektrolit / Gas Darah
Natrium 140 mmol/L
Kalium 4,0 mmol/L
Chlorida 104 mmol/L
Analisa Gas Darah
PH 7,38 mmHg
PCO2 29,3 mmHg
PO2 557 mmol/L
CHCO3 16,9 mmol/L
SO2 100%

9
BAB II
PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun di bawa ke IGD RSUD Kota


Dumai pada tanggal 12 September 2022 pukul 06:00 WIB datang dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah. Nyeri perut dirasakan terus menerus. Riwayat pusing
berputar (+), keluar darah dari jalan lahir (-), mual muntah (+). TD: 110/60 mmHg,
nadi: 68x/menit, akral hangat, basah, respirasi: 20x/menit, suhu:37˚C.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian ibu yang paling umum pada
kehamilan trimester pertama, dimana kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang
telah dibuahi tidak berimplantasi pada dinding endometrium. Kehamilan ektopik dapat
menyebabkan infertilitas bahkan kematian akibat perdarahan massif pada ibu, 9 % dari
seluruh kematian ibu didunia disebabkan oleh kehamilan ektopik.1
Faktor risiko yang terkait dengan kehamilan ektopik termasuk usia ibu lanjut,
merokok, riwayat kehamilan ektopik, kerusakan tuba atau operasi tuba, infeksi
panggul sebelumnya, paparan DES, penggunaan IUD. Usia yang lebih tua memang
menanggung risiko kehamilan ektopik; tuba fallopi yang sudah tua kemungkinan
memiliki fungsi yang relative menurun dan menjadi predisposisi keterlambatan
transportasi oosit. Wanita dengan kehamilan ektopik sebelumnya memiliki risiko
hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan populasi umum.2
Wanita yang sudah pernah mengalami kehamilan ektopik akan mempengaruhi
kesuburannya dan itu meningkatkan risiko kehamilan ektopik lagi. Ketika kehamilan
ektopik tumbuh dalam tuba fallopi, itu dapat merusak jaringan tuba sekitarnya. Ini
memungkinkan telur akan terjebak disana dikehamilan selanjutnya.3
Etiologi pasti dari kehamilan ektopik tidak diketahui. Namun, diperkirakan
bahwa implantasi tuba terjadi sebagai hasil dari kombinasi terhentinya embrio di tuba
fallopi dan perubahan lingkungan mikrotuba yang memungkinkan terjadinya
implantasi dini. Peradangan didalam tuba, akibat infeksi atau merokok, dapat
mempengaruhi transportasi embrio-tuba dengan menggangu kontraktilitas otot polos
dan aktifitas denyut silia dan dapat juga memberikan sinyal pro-implantasi.4
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium
untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan

10
mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba
bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah,
maka pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini.5
 Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari. 5
 Abortus ke dalam lumen tuba (Abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding
tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila
pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan
kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis. Frekuensi
abortus dalam tuba bergantung pada implantasi telur yang dibuahi. 5
 Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstisialis terjadi pada
kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah
penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut,
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam
lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominal. Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah
karena rekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum
itu. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga
perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan
terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat berlangsung terus

11
sehingga penderita akan cepat jatuh dalam keadaan anemia atau syok oleh karena
hemoragia. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke kavum Douglasi
yang makin lama makin banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga abdomen. Bila
penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan
masih kecil, dapat diresorbsi seluruhnya; bila besar, kelak dapat diubah menjadi
litopedion. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga
perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi
kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke
jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul,
dan usus. 5
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba
tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu
timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini
adalah pertanda khas teriadinya kehamilan ektopik yang terganggu. 5
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok.
Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa
nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk ke dalam rongga
perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. 5
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin dan
jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam selama
3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. 5
Terapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan pemberian
Methotrexate. Methotrexate adalah antagonis asam folat. Ini mengikat erat ke
dihidrofolat reduktase, menghalangi reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat, yang

12
merupakan bentuk aktif asam folat. Akibatnya, sintesis purin dan pirimidin de novo
dihentikan, yang menyebabkan terhentinya sintesis DNA, RNA dan protein. Jadi,
metotreksat sangat efektif melawan jaringan yang berkembang biak dengan cepat
seperti trofoblas dan tingkat resolusi kehamilan tuba ektopik secara keseluruhan
mendekati 90 persen dengan penggunaannya. 6
Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan
bedah. Laparoskopi adalah standar emas perawatan bedah untuk kehamilan
ekstrauterin. Laparoskopi adalah terapi bedah yang dianjurkan untuk kehamilan
ektopik, kecuali jika wanita yang bersangkutan secara hemodinamis tidak stabil.
Laparotomi dilakukan hanya jika laparoskopi tidak memungkinkan karena alasan
teknis, logistic, atau medis. Keuntungan laparaskopi dibandingkan laparatomi adalah
waktu operasi yang lebih singkat, kehilangan darah lebih sedikit, perlengketan pasca
operasi lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat, memerlukan lebih sedikit analgetik,
mempersingkat rawat inap, dan rehabilitasi yang lebih rendah. Laparotomi biasanya
dilakukan untuk pasien yang hemodinamiknya tidak stabil atau untuk pasien dengan
kehamilan ektopik kornu, dan pasien yang sulit dilakukan pendekatan laparoskopi
seperti, karena adanya perlengkatan padar multiple, obesitas, atau hemoperitoneum
masif. 4
Pada pasien ini terdapat gejala nyeri perut bawah, hasil laboratorium
menunjukkan hasil yaitu hemoglobin dan sel darah merah yang rendah dan plano test
positif, sehingga sesuai teori dapat ditegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Pada tanggal 12 September 2022 pukul 13:35 pasien ditransfer ke ruangan
operasi dengan tanda vital TD: 110/60, HR: 68x/menit, RR: 20x/menit, suhu 37,0oC
dan SpO2: 100%. Selanjutnya pasien dilakukan prosedur laparotomy dengan
endotracheal tube (ETT) sebagai tindakan anasthesi yang diaplikasikan. Sebelum
dilakukan pemasangan ETT, pasien diberikan induksi sedasi dengan menggunakan
midazolam 2,5 mg IV, fentanyl 50mcg bolus IV. Selanjutnya ketamine 100 mg IV
anasthesi inhalasi sevoflurane 1% + O2 4 liter/menit + N2O 4 liter/menit. Pada pukul
13.45 WIB pasien terpasang intubasi dengan ventilator model controlled volume, RR
20x/menit dan SpO2 99%.
Obat-obatan yang digunakan

13
1. Narkotik Analgetik
Narkotik merupakan alkaloid opium. Istilah opioid menunjukkan sebagai
derivat sintesis dan semisintesis. Opioid dapat menstimulasi reseptor opioid mu dan
kappa, yang menyebabkan timbulnya efek analgesia. Opioid reseptor mu yang sering
digunakan untuk persalinan adalah morfin, petidin dan fentanil. Kontraindikasi
pemberian opioid alergi dan pasien yang adiksi. Efek samping narkotik adalah
menurunkan motilitas gaster dan tonus sphincter gastrooesophageal, mual muntah obat
yang digunakan pada kasus ini adalah Fentanyl sebanyak 50mcg bolus IV. Fentanyl
adalah salah satu obat anestesi opioid agonis yang diberikan melalui intravena.
Fentanyl memiliki onset kerja cepat, 1 - 3 menit bagi efek sedatif, 5 - 10 menit bagi
efek analgesik dengan lama kerja 30-60 menit7. Dosis fentanyl yang digunakan
sebagai intraoperatif anasthesi adalah 2-50 mcg/kgBB8. Fentanyl bersifat lipofilik,
yaitu larut lebih mudah dengan lemak dibanding air, sehingga mudah melewati sawar
darah otak dan memasuki sistem saraf pusat9. Obat yang sering dipilih untuk tindakan
induksi anestesi adalah opioid10. Pemberian opioid berfungsi untuk mencegah
peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung saat tindakan berlangsung
dan sebagai analgesia preventif11.

2. Obat Anastesi Intravena


Ketamine
Ketamine merupakan obat yang sangat lipofilik dan didistribusikan
dengan cepat ke dalam organ-organ yang kaya vaskular, termasuk otak, hati, dan
ginjal. Ketamin adalah satu-satunya anestesik intravena yang selain bersifat analgesik
kuat juga mampu merangsang kardiovaskuler, meningkatkan frekuensi jantung,
tekanan darah arteri, dan curah jantung. Pada pasien ini diberikan ketamine sebanyak
100 mg IV8.
3. Obat Pelemas otot
Pada pasien ini digunakan obat yaitu atracurium suatu obat pelemas otot
golongan non-depolarisasi, sehingga obat golongan ini tidak menimbulkan stimulasi
awal pada otot sebelum otot normal kembali, dosis yang di berikan pada pasien ini
sebanyak 40 mg IV(8)

14
4. Obat Anestesi Inhalasi
a. N2O
Nitrous oxide merupakan gas yang tidak bewarna, tidak mudah terbakar namun
dapat membantu proses pembakaran. Pada pasien ini di berikan N2O sebanyak 4lpm.
b. Sevofluran
Induksi cepat dan intubasi merupakan standar tindakan anestesi untuk
pemberian anestesi. Sehingga pemakaian induksi inhalasi yang cepat, tanpa iritasi
saluran nafas merupakan alternatif yang baik. Sevofluran merupakan suatu anastetika
inhalasi dengan koefisien partisi yang rendah sehingga uptake dan eleminasi cepat
sehingga mudah mengatur dalam anestesi8.
Pemasangan pipa endotrakeal (ETT) merupakan salah satu tindakan
pengamanan jalan nafas terbaik dan paling sesuai sebagai jalur ventilasi mekanik.
Selain digunakan untuk menjaga jalan nafas dan memberikan ventilasi mekanik,
tindakan ini juga dapat menghantarkan agen anestesi inhalasi pada anestesi umum.
Intubasi endotrakea merupakan standar emas untuk menjaga jalan napas dan
memberikan ventilasi. Intubasi adalah memasukkan pipa kedalam rongga tubuh
melalui mulut atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu endotrakeal dan
nasotrakeal, intubasi endotrakeal adalah memasukkan sehingga ujung kira-kira berada
dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea7,9. Pada pipa endotrakeal
(endotracheal tube/ETT) terdapat balon yang dikembangkan pada bagian distal
pipa/ETT untuk menutupi permukaan dalam trakea sehingga mencegah aspirasi cairan
lambung dan sekret orofaring ke paru-paru, serta memudahkan pemberian volume
tidal yang adekuat7,9.
Ventilasi mekanis bekerja dengan menerapkan tekanan napas positif dan
bergantung pada kepatuhan dan ketahanan sistem saluran napas, yang dipengaruhi
oleh seberapa besar tekanan yang harus dihasilkan oleh ventilator untuk memberikan
volume tidal (VT) tertentu. VT adalah volume udara yang masuk ke paru-paru selama
inspirasi. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanis secara umum digunakan ketika
pasien tetap hipoksia walaupun oksigenasi tambahan non-invasif sudah maksimal
diberikan. Selain itu juga ketika pasien memiliki bukti kegagalan dalam pernapasan
yang akan datang, seperti lesu, kelelahan, diaphoresis, kecemasan yang buruk ataupun

15
ketika pasien secara hemodinamik tidak stabil (hipotensi, takikardi berat). Ventilasi
mekanis berguna untuk memaksimalkan pengiriman oksigen dan ventilasi pada
miokard. Selain itu, tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) umumnya
direkomendasikan dalam meningkatkan potensi alveolar dan untuk meningkatkan
pengiriman O2 dan pertukaran CO26.
Terdapat banyak jenis mode ventilasi pada ventilasi mekanis yaitu assist
control (AC), volume control (VC) Intermittent mandatory ventilation (IMV),
Synchronized intermittent mandatory ventilation (SIMV), dan Pressure Support
Ventilator (PSV). Ventilator kemudian dapat disetel untuk memberikan volume atau
tekanan tertentu. Setelah memilih mode, parameter lainnya dapat diatur pada ventilator
seperti laju pernapasan (RR), laju aliran inspirasi (IFR), fraksi oksigen inspirasi (FI0 2),
dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP). Laju pernapasan umumnya disesuaikan
untuk bergerak menuju normokapnia, atau untuk mengimbangi asidosis berat. Laju
aliran inspirasi adalah seberapa cepat inspirasi diberikan, umumnya dinyatakan dalam
liter/menit.   FI02 adalah fraksi udara inspirasi dan harus diatur ke tingkat terendah
untuk mencapai Sp02 92-96%, karena hiperoksemia telah terbukti meningkatkan
mortalitas pada pasien yang sakit kritis.  PEEP digunakan untuk meningkatkan
kapasitas sisa fungsional, dan untuk membuka alveoli yang dapat dilipat sehingga
mengurangi trauma atelektatis10.
Selama perioperatif, jenis cairan yang masuk yaitu cairan kristaloid isotonik
yaitu Ringer Laktat. Resusitasi cairan merupakan salah satu komponen dalam
manajemen awal syok. Pemberian resusitasi cairan yang ideal digunakan adalah cairan
yang menghasilkan cairan intravaskular yang bertahan lama dan dapat diprediksi,
memiliki komposisi yang sedekat mungkin dengan cairan ekstravaskular,
dimetabolisme dan diekskresikan sepenuhnya tanpa akumulasi pada jaringan, tidak
memiliki efek samping metabolik dan sistemik, dan cost-effective dalam hal
menangani outcome pada pasien. Akan tetapi, sampai saat ini tidak ada cairan dengan
karakteristik seperti ini.11
Pada pukul 14.50 WIB pasien dilakukan weaning ventilator. Weaning
ventilator adalah tindakan dalam pemutusan ventilator dan pelepasan jalan nafas
buatan sehingga pasien dapat melatih pernapasan secara mandiri. Pada pukul 15.00

16
WIB pasca operatif pasien ditransfer ke ruangan ICU karena pasien memerlukan
ventilasi, harus diobservasi ketat karena kondisinya sewaktu-waktu dapat berubah.
Pasien dirawat di ICU selama 1 hari dengan keadaan umum pasien semakin hari
tampak sakit sedang, kemudian pada tanggal 13 september 2022 pukul 10.00 keadaan
pasien semakin membaik sehingga pasien dipindahkan ke ruangan biasa.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Alkatout I, Honemeyer U, Noe K. G, Scholz C. E, Maass N, Elessawy M, Mettler L.
2017. Diagnostic and Treatment Modalities for All Localizations of Ectopic Pregnancy.
Jerman: International Journal of Women’s health and Reproduction Sciences Vol. 5, No.
2, April 2017, 82-89.
3. Nugraha A. R, Sa’adi Ashon, Tirthaningsih N. W. 2020. Profil Study of Ectopic
Pregnancy at Departement of Obstetrics and Gynecology. Surabaya, Indonesia:
Universitas Airlangga.
4. Widiasari K. R, Lestari N. M. S. D. 2021. Kehamilan Ektopik. Ganesha Medicina
Journal, Vol. 1 No. 1.
5. Mummert T, Gnugnoli D. M. 2022. Ectopic Pregnancy. StatPearls. Treasure Island.
6. Taran F. A, Hoopmann M, Kagan K. O, Wallwiener D. D. 2015. The Diagnosid and
Treatment of Ectopic Pregnancy. Germany: Departemen of Gynecology and Obstetrics,
Universitas Hospital Tubungen.
7. Sabiston C.D, 2011, Buku Ajar Bedah Sabiston alih bahasa : Andrianto P & Timan I.S.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
8. Wahjoeningsih, S. Suwondo. 2013. Anastesi ostetri. Saga Olah Citra . Bandung
http://repo.unsrat.ac.id/806/1/Pages_from_4-_ANESTESI_ 15-40.pdf
9. Williams N, Bulstrode C, O’Connell. P, 2013, Bailey & Love’s Short Practice of Neligan
P. Plastic Surgery. 26 th edition, CRC Press:Taylor & Francis Group
10. Srinivas R. Rami, Mitchell S. Cappell, 2017, A Systematic Review of the Clinical
Presentation, Diagnosis, and Treatment of Small Bowel Obstruction, Curr Gastroenterol
Rep (2017) 19: 28, DOI 10.1007/s11894-017-0566-9
11. Rank A. Sinicrope , Ileus and Bowel Obstruction, NCBI, Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK13786/

18

Anda mungkin juga menyukai