Anda di halaman 1dari 41

MEKANISME

PENYAKIT
(AUTOIMUN)
Grace Eztapic Perkasa Muhammad Adib

Hamidah Ismail Riski Dwi Sudaeny

Hesziananda Pradana Siska Eni Wijayanti

Iqbal Wahyu Santosa Vivi Anggrainy


MEKANISME PENYAKIT (AUTOIMUN)
Bu shinta berumur 28 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pada persendiannya. Bu shinta juga sering merasakan demam yang hilang sendiri.
Selain itu Bu shinta mengatakan bahwa dia memperhatikan adanya kemerahan
diwajahnya di kedua pipi sekilas seperti kupu-kupu. Gejala ini sebenarnya sudah
cukup lama dirasakan, tetapi akhir-akhir ini semakin parah dan semakin sering
muncul. Setelah melakukan anamnesis lebih dalam dan pemeriksaan fisik maka
dokter di puskesmas mencurigai Bu shinta terkena salah satu penyakit autoimun.
Untuk memastikan diagnosis dokter merujuk Bu shinta ke Sp.PD karena ada
beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan. Bu shinta menanyakan
kepada dokter apa itu penyakit autoimun dan bagaimana bisa terjadi pada dirinya ?
Step 1
1. Autoimun
Yaitu keadaan yang ditandai dengan respon imun selular atau humoral spesifik te
rhadap jaringan tubuh sendiri dan menyebabkan proses
inflamasi.
Step 2
1. Apakah ada hubungan jenis kelamin terhadap penyakit yang diderita pasien ?
2. Apa yang menyebabkan nyeri pada persendian ?
3. Mengapa pada pasien demamnya bisa hilang sendiri ?
4. Bagaimana proses kemerahan diwajah dikedua pipi Bu shinta ?
5. Apa saja yang termasuk penyakit autoimun ?
6. Bagaimana mekanisme penyakit autoimun pada kasus ?
7. Apa saja penyebab penyakit autoimun pada kasus ?
8. Apa kemungkinan diagnosis pada kasus ?
9. Apa saja pemeriksaan laboratorium pada kasus ?
10. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ?
Step 3

“BRAINSTORMING”
Step 4 Definisi Etiologi
Reaksi
hipersensitivitas
Systemic Lupus
Eritematosus
AUTOIMUN • Definisi
• Epidemiologi
• Faktor Risiko
Mekanisme • Etiopatogenesis
• Patofisiologi-manifestasi
klinis
• Kriteria Diagnosis
• Tatalaksana
Klasifikasi • Diagnosis Banding
• Komplikasi
• Prognosis
Step 5
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Definisi autoimun
2. Etiologi autoimun
3. Klasifikasi autoimun
4. Mekanisme autoimun
5. Reaksi hipersensitivitas
6. Definisi systemic lupus eritematosus
7. Epidemiologi systemic lupus eritematosus
8. Faktor risiko systemic lupus eritematosus
9. Etiopatogenesis systemic lupus eritematosus
10. Patofisiologi-manifestasi klinis systemic lupus eritematosus
11. Kriteria diagnosis systemic lupus eritematosus
12. Penatalaksanaan systemic lupus eritematosus
13. Diagnosis banding systemic lupus eritematosus
14. Komplikasi systemic lupus eritematosus
15. Prognosis systemic lupus eritematosus
DEFINISI AUTOIMUN
Suatu keadaan yang ditandai dengan respon imun s
eluler dan humoral spesifik terhadap
jaringan tubuh sendiri.

Referensi : Kamus dorland


ETIOLOGI AUTOIMUN
Genetik Lingkungan

Melibatkan gen Obat-


Hormon Infeksi Agen lain
multipel maupun gen tun obatan
ggal, misal gen
dengan autoimunitas
melibatkan varian atau al Radiasi
el MHC. Estrogen EBV, miksovirus, virus he
patitis, CMV, virus coxsa ultraviolet
ckie, dll.
Referensi : Buku ajar alergi-imunologi ana
k IDAI
KLASIFIKASI PENYAKIT AUTOIMUN
Berdasarkan organ dan jaringan yang terlibat, terbagi menjadi :

Spesifik / Tunggal Non-Spesifik / Sistemik

Tiroiditis hashimoto SLE


Myastenia gravis Rematoid artritis
Grave disease Sindrom sjorgen
Trombocytopenic purpura Skleroderma
Pempigus vulgaris
Multiple sclerosis
DM type 1

Referensi : Autoimunitas FKUI


Nama penyakit Autoantibodi Gejala
Tiroiditis hashimoto Sel-sel tiroid Pembesaran kelenjar tiroid

Myastenia gravis Reseptor Ach Lemah otot (Lumpuh)


Grave disease Reseptor TSH Pembesaran kelenjar tiroid

Trombocytopenic purpura Protein membran platelet Memar dan perdarahan

Pemphigus vulgaris Molekul sel adesi epidermal Ruam yang melepuh

DM type 1 Sel β pankreas Hiperglikemia, ketoasidosis

Systemic Lupus Erythematous DNA, RNA, histon, Ribosom Artritis, ruam malar, glomerulonef
ritis, vaskulitis
Rematoid arthritis Sinovial Artritis

Skleroderma Protein sentromer Sendi kaku

Sindrom Sjorgen Kelenjar lakrimal dan Keratokonjunctivitis sicca,


kelenjar saliva xerostomia
MEKANISME PENYAKIT AUTOIMUN

Toleransi imunologi  suatu keadaan saat seseorang tidak mampu


mengembangkan suatu respon imun melawan suatu antigen yang sp
esifik.

Referensi : Patologi klinik Robin and chott


ran
Toleransi Sentral Toleransi Perifer

Mekanisme ini menunjukkan 1. Anergi


pemusnahan limfosit T dan sel B yang Inaktivasi memanjang atau
self-reactive dalam organ limfoid sentral ireversibel dari Limfosit, karena jika Konst
imulator kedua tidak diaktifkan oleh sel,
Peptida diri dikenalkan oleh MHC ke sel T da maka sel T akan menjadi
n B. anergi
2. Kematian sel yang di Induksi oleh
aktivasi sistem Ligan Fas dan Fas.
Kegagalan Toleransi
Kegagalan toleransi Keterangan
Kegagalan kematian sel yang di induksi oleh Kelainan pada jalur ini bisa terjadi
aktivasi proliferasi dan persistensi sel T
autoreaktif. Contoh: SLE
Gangguan Anergi Sel T Jika sel normal dapat di induksi untuk menge
luarkan konstimulator kedua,
seperti post Infeksi atau inflamasi.
Contoh : Sklerosis Multiple

Pemintasan kebutuhan sel B untuk Jika epitop sel T dari suatu Antigen-
bantuan sel Sendiri dimodifikasi. Contoh : Oleh
Obat atau Mikroorganisme, Anemia
Hemolitik Autoimun

Kegagalan Supresi yang diperantarai Kurangnya Fungsi sel T regulatoris


sel T
Kegagalan toleransi Keterangan
Mimikri Molekul Kemiripan molekul suatu mikroorganisme
dengan antigen-diri. Respon imun yang
bereaksi silang. Contoh : Penyakit jantung
rematik post streptococcus.
Aktivasi Limfosit Poliklonal Poliklonal Limfosit dirangsang oleh beberapa prod
uk mikroorganisme yang Superantigen. Contoh : L
ipopolisakarida bakteri
Pelepasan Antigen Terasing Antigen-sendiri yang di asingkan selama
perkembangan, mungkin selanjutnya
dianggap asing ketika bertemu dengan
sistem Imun yaitu spermatoozoa

Pajanan Epitop-Sendiri yang


tersembunyi dan penyebaran
epitop
MEKANISME HIPERSENSITIVITAS
Type Mekanisme Contoh Lesi Patologik
Hepersensitivtas 1 Produksi Ig E  pelepasan Rx anafilaksis, Dilatasi vaskuler, edema,
(reaksi cepat/ granul sel mast alergi, asma kontraksi otot polos, produksi
anafilaksis) brochial mucus, cedera jaringan, dan inf
lamasi
Antibody-mediated Produksi Ig G dan Ig M  AIHA, sindrom Fagositosis dan lisis sel,
(type II) hypersensitivi berikatan dg AG di permukaan Goodpastur inflamasi, functional
ty sel  lisis/fagosistosis derangement

Immune complex-me Deposisi kompleks Ag-Ab  SLE, GNA, rx Inflamasi, necrotizing


diated (type III) hyper aktivasi komplemen  arthus, serum vasculitis
sensitivity rekrutmen Leukosit  sickness
pelepasan enzim
T-cell-mediated ( Aktifasi Limfosit T Dermatitis kontak, Perivascular celluler
type IV) a. Pelepasan sitokin aktivasi mak MS, DM tipe I, RA, infiltrates, edema, formasi
Hypersensitivity rofag IBD, TB granuloma, kehancuran sel
b. T-cell mediated cytotoxicity
HIPERSENSITIVITAS TIPE I (TIPE CEPAT)
HIPERSENSITIVITAS TIPE 2
SYSTEMIC IMMUNE COMPLEX DISEASE

Referensi : Patologi klinik Robin and chott


ran
Referensi : Patologi klinik Robin and chott
DEFINISI SLE ran

Sistemik Lupus Eritematosus adalah suatu penyakit autoi


mun multisistem dengan manifestasi dan sifat yang sanga
t berubah-ubah.

EPIDEMIOLOGI
Insiden SLE pertahun di AS sekitar 5,1 kasus/100.000
penduduk. Perempuan: Laki-laki = 9-14:1. Di Jakarta 1,4% kasus da
ri total kunjungan RSUP Cipto Mangkusoma dan
di Bandung terdapat 291 pasien SLE/10,5%.
FAKTOR RISIKO
1. Prevalensi penyakit SLE tinggi pada anak dengan orang tua atau
saudara kandung yang memiliki penyakit SLE.
2. Kembar monozigot memiliki resiko lebih tinggi
dibanding kembar dizigot.

Referensi : Buku ajar alergi-imunologi anak


IDAI
ETIOPATHOGENESIS SLE
Faktor genetik Faktor lingkungan
(Mutasi gen HLA DR-2, HLA DR-3, (sinar UV (UV-A, UV-B), virus (EBV, CMV, Retrovirus), obat-obata
gen komplemen (C1q, C1r, C1s, C4, dan C2) n (minocycline, hidrallazine, procainamide),
dan gen sitokin) hormon (estrogen, prolaktin), logam berat.

Interaksi antara faktor genetik dan


lingkungan (mekanisme belum
diketahui)

Kerusakan sistem imun multiple


(sel dendritik, sel B, sel T)

Auto-reactive sel T
Autoantibodi Antibodi antinuklear/ ANA
(anti-DNA untai ganda(40-
Produksi abnormal imun 60%), anti-Sm (20-30%), Terbentuknya sitokin
Complex (autoantibodi antihiston (50-70%) dan anti inflamasi yang abnormal
terikat pada self-antigen, fosfolipid (interferon , IL-6, IL-10)
aktivasi protein komplemen

Manifesfestasi SLE
Mekanisme Jejas :

1. Sebagian besar lesi visceral merupakan reaksi hipers


ensitivitas tipe III
2. Lesi pada vaskular merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe II

Referensi : Patologi klinik Robin and chott


ran
PATOPHYSIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS SLE
Produksi auto-
Atralgia Artritis antibodi

Deposit pada Self antigen-


membran sinovial binding Mialgia Miositis

Sendi Terbentuknya imun


Otot
complex

Vaskular Kulit SSP serosa Jantung Ginjal


Erupsi eritematosa/ Perikarditis, Infiltrat sel
Arteritis Glomerulo-
makulopapul pleuritis mononuklear
(arteri kecil) nephritis
diatas eminentia mal non-spesifik
aris/ butterfly
rash
Efusi serosa Respon
Antibodi, DNA, peradangan
fragmen komplemen, fi Cedera
endotel sawar o Miokarditis,
brinogen, dan
tak perikarditis
infiltrat leukosit Proliferasi sel
endotel, sel
Proliferasi mesangium , sel ep
Penebalan fibrosis
tunika intima dan k itel
erusakan saraf
Penyempitan
lumen Nekrosis
Neuropsikiatri glomerulus

Referensi : Patologi klinik Robin and chottran


Referensi :
KRITERIA DIAGNOSIS Autoimunitas FKUI
Kriteria Batasan
Ruam malar Eritema yang menetap rata dan menonjol pada daerah malar

Ruam diskoid Plak eritema yang menonjol dengan keratotik


Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar
matahari
Ulkus mulut Umumnya tidak nyeri
Artritis Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer ditandai d
engan nyeri tekan dan bengkak.

Serosis:
a.pleuritis a.Terdapat bukti efusi pleura
b.perikarditis b.Terdapat bukti efusi perikardium
Gangguan renal a.Proteinuria menetap >0,5 gram /hari
b.Silinder seluler: dapat berupa silinder eritrosit, hemoglobin,
granular, tubular, atau campuran.
Kriteria Batasan
Gangguan neurologi a.Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau ganggu
an metabolik
b.Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangg
uan metabolik

Gangguan hematologik a.Anemia hemolitik dengan retikulosis


Atau
b.Leukopenia Pada dua kali pemeriksaan
Atau
c.Limfopenia pada dua kali pemeriksaan
Atau
d.Trombositopenia tanpa disebabkan oleh obat-obatan
Kriteria Batasan

Gangguan Imunologik a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan


titer abnormal
Atau
b. anti-sm: Terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear
sm
Atau
c. Temuan positif terhadap antibodi Antifosfolipid

Antibodi antinuklear Titer abnormal dari antibodi anti nuklear berdasarkan Peme
positif(ANA) riksaan imunofluoresensi
Referensi : Autoimunitas FKUI
PENATALAKSANAAN
DERAJAT BERATNYA SLE

Ringan Sedang Berat


• Manifestasi kulit • Nefritis ringan-sedang • Nefritis berat (kelas IV, III, + V, IV + V atau III
• Artritis • Trombositopenia -V
•(20-50 x 10 3 /mm 3 •dengan gangguan fungsi ginjal
• Trombositopenia refrakter berat ( trombosit
< 20 x 10 3 /mm 3)
Terapi Terapi
Terapi
Hidroksiklorokuin/ Terapi Induksi
Induksi • Anemia hemolitik refrakter berat
Hidroksiklorokuin/ MPMPiviv(0,5-1
(0,5-1gr/hari
gr/hariselama
selama 3
3 • Keterllibatan paru-paru (hemorhagik)
Klorokuin atauMTX
MTX hari diikuti oleh :
Klorokuin atau hari diikuti oleh : • NPSLE (serebritis, mielitis)
±± AZA
AZA(2(2mg/kgBB/hr
mg/kgBB/hratau
atau • Vaskulitis abdomen
KS (Dosisrendah)
KS (Dosis rendah)OAINS
OAINS MMF
MMF(2-3(2-3gr/hr)
gr/hr)
++ Terapi Induksi
KSKS(0,5-0,6
(0,5-0,6mg/kgBB/hr
mg/kgBB/hr MP iv (0,5-1 gr/ hari selama 3 hari
selama4-6
selama 4-6minggu
minggu TR +
CYC iv (0,5-0,75 gr/m 3 /blm x 7 dosis
RP
Terapi pemeliharaan
AZA (1-2 mg/kgBB/hr) atau
MMF 1-2 gr/hr)
+ RS TR
KS (KS diturunkan sampai dosis
0,125 mg/kg/hr selang sehari)

Tambahkan Rituximab
Terapi pemeliharaan
Inhibitor calcineurin
CYC iv (0,5-0,75 gr/m 3 /3 bln
Cyclosporine)
selama satu tahun)
Igiv (imnoglobulin intravena

KS : Kortikosteroid  Prednison
MP : Metilprednisolon
NOTE : AZA : Azatioprin
OAINS : Obat anti inflamasi non-steroid TR : Tidak respon
CYC : Siklofosfamid RS : Respon sebagian
NPSLE : Neuropsikiatri SLE RP : Respon penuh
Penangan penyakit SLE sebelum, selama
kehamilan dan pasca persalinan sangat penting. Hal ya
ng perlu diperhatikan adalah :

1. Jika penderita SLE ingin hamil dianjurkan sekurang-kurangnya


setelah 6 bulan aktivitas penyakitnya terkendali.
1. Medikamentosa
 Dosis kortikosteroid diusahakan sekecil mungkin yaitu < 7,5 mg/hari (
prednison atau setara).
EFEK SAMPING OBAT
Jenis obat Efek samping
OAINS Pendarahan saluran cerna, hepatotoksik, sakit kepala,
Hipertensi.
Kortikosteroid Hipertensi, dislipidemia, osteonekrosis,
hiperglicemia, katarak, osteoporosis.
Klorokuin Retinopati, keluhan GIT, mialgia, sakit kepala.

Hidroksiklorouin Sakit kepala, anemia hemolitik

Azatioprin Mielosupresif, hepatotoksik

Siklofosfamid Mielosupresif, keganasan imunosupresi,


sistitis hemoragik, infertilitas sekunder
Referensi : Autoimunitas
DIAGNOSIS BANDING FKUI
Reumatoid artritis Sindrom sjogren

• Gambaran radiografi • Target utama  kelenjar lakrimal & kelenjar


Terdapat penyempitan rongga sendi dan saliva
erosi marginal pada sisi ulnar dan radial • Kerusakan kelenjar lakrimal 
falang proksimal pada sendi metakarpofalang berkurangnya air mata epitel kornea
II menjadi mengering + peradangan, erosi, dan ulseras
Pada cairan sinovial tampak steril dan keruh + penur i.
unan viskositas, pembentukan bekuan • Kerusakan kelenjar saliva  atrofi mukosa +
musin yang buruk, dan neutrofil pembawa disertai fissura yang meradang dan ulserasi
badan inklusi (xerostomia).
• reumatoid faktor pada 80% pasien • Kekeringan dan pembentukan krusta pada
hidung  ulserasi dan bahkan perforasi
septum nasalis.
Referensi : Autoimunitas FKUI
KOMPLIKASI
Komplikasi Keterangan

1. Kematian • Vaskulitis nekrotikans akut  penurunan O2 di otak  kematian


• Glomerulonefritis  gagal ginjal  kematian

2. Deformitas serangan pada sendi  deformitas

3. Penyakit autoimun l • Sindrom sjogren


ainnya  menyerang dan merusak kelenjar liur dan air mata.
 Gejala utama mata dan mulut yang kering
• Sindrom hughes
 dapat mempertinggi resiko terjadinya penggumpalan darah pada arteri dan
vena.
 Pada arteri  stroke dan serangan jantung
 vena  trombosis vena.
Referensi : Buku ajar alergi-imunologi anak
PROGNOSIS IDAI

Akhir-akhir ini prognosis SLE telah membaik untuk masa 10 tahu


n sebesar 90 %. Angka kematian akibat SLE semakin menurun karen
a perbaikan cara pengobatan dan diagnosis dini.

Penyakit lupus (gagal ginjal, hipertensi maligna,


kerusakan SSP, perikarditis, sitopenia autoimun

Penyebab Efek samping pengobatan (Ateromatosa akibat


kematian kortikoterapi, defisiensi imun akibat lupus)

Infeksi dan sepsis akibat kortikoterapi dan defisiensi im


un karena lupus
Pertanyaan
• Perbedaan RA dan SLE ? (aradana wahyuda)
• mengapa sle lebih banyak terkena pada
wanita daripada laki laki? (Riri)
• Mengapa Fungsi sel regulatoris berkurang pada
proses gagal toleransi (Tama)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai