Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 7

BIMBINGAN DAN KONSELINGN KELUARGA

“Persiapan-Persiapan Untuk Kehidupan Berkeluarga”

Dosen pengampu:
Indah Sukmawati, M.Pd., Kons

Oleh
AMANDA AULIA PUTRI
21006002

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Persiapan-Persiapan Untuk Kehidupan Berkeluarga

A. Maksud dan tujuan persiapan untuk berkeluarga.

Persiapan untuk berkeluarga memiliki maksud dan tujuan yang


penting dalam membangun keluarga yang sehat, bahagia, dan berkualitas.
Beberapa maksud dan tujuan persiapan untuk berkeluarga antara lain:

1. Membangun ketahanan dan kualitas anggota keluarga: Persiapan ini


meliputi persiapan fisik-biologis, mental-psikologi, sosial-ekonomi,
pendidikan, ketrampilan, dan keyakinan atau agama. Dengan persiapan
yang baik, anggota keluarga akan mampu menghadapi tantangan dan
hambatan dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.

2. Meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak: Salah satu tujuan utama


pembangunan keluarga adalah membangun ketahanan dan kualitas balita,
anak, remaja, dan lansia. Dengan persiapan yang tepat, orang tua dapat
memenuhi tumbuh kembang anak dengan baik, seperti mendampingi
mereka dalam belajar, mengajarkan nilai-nilai yang baik, dan memberikan
perhatian yang cukup.

3. Mengurangi campur tangan keluarga dalam rumah tangga: Persiapan yang


baik juga dapat membantu mengurangi campur tangan keluarga dalam
rumah tangga. Dengan memiliki kemandirian dan kemampuan yang
cukup, pasangan suami istri dapat mengambil keputusan sendiri dalam
menghadapi masalah dan mengelola rumah tangga.

4. Membangun keluarga yang berkualitas dan bahagia: Persiapan yang


matang akan membantu pasangan suami istri dalam membangun keluarga
yang berkualitas dan bahagia. Dengan memiliki rencana dan persiapan
yang baik, pasangan suami istri dapat menghadapi berbagai tantangan dan
memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya.
5. Membangun keluarga yang berdasarkan keyakinan dan agama: Persiapan
keyakinan dan atau agama juga penting dalam membangun keluarga yang
sehat dan bahagia. Keyakinan akan menjadi pemicu bagi pasangan suami
istri untuk mau bekerja keras, sementara agama akan menjadi pembatas
sekaligus penyelaras hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Dalam melakukan persiapan untuk berkeluarga, ada beberapa aspek


yang perlu diperhatikan, antara lain persiapan fisik-biologis, persiapan
mental-psikologi, sosial-ekonomi, persiapan pendidikan dan ketrampilan,
serta persiapan keyakinan atau agama. Selain itu, juga perlu adanya rencana
dan persiapan yang matang dalam menghadapi berbagai tantangan dan
memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Dengan melakukan persiapan yang
baik, diharapkan pasangan suami istri dapat membangun keluarga yang sehat,
bahagia, dan berkualitas.

B. Jenis- jenis persiapan untuk berkeluarga; persiapan fisik, persiapan


mental, persiapan ekonomi

Persiapan dalam berkeluarga, apabila kita cermati dengan teliti, paling


tidak harus mencakup 5 aspek. Yakni persiapan fisik-biologis, persiapan
mental psikologi, sosial ekonomi, persiapan pendidikan dan ketrampilan, serta
persiapan keyakinan atau agama.

1. Persiapan fisik-biologi

Persiapan fisik-biologis sangat diperlukan untuk membangun keluarga


yang sejahtera. Sebab untuk mencapai keluarga yang sejahtramcalon
sauami dan isteri harus dalam kondisi yang sehat dan siap untuk
menjalankan tugas-tugas yang membengkak ketiak sudah berkeluarga,
termasuk dalam menjalankan fungsi reproduksi (melanjutkan keturunan)
keluarga.
Persiapan fisik yakni untuk saling menjaga kesehatan agar pasangan
nantinya dapat memperoleh keturunan yang sehat. Dalam hal ini setiap
individu hendaknya menyadari bahwa dalam kehidupan pernikahan
kelak salah satu yang diharapkan adalah hadirnya anak. Maka fisik yang
dimaksud tidak hanya dilihat dari sisi fisik luar saja, sehingga dalam hal
ini individu yang hendak menikah perlu membicarakan hal tersebut,
agar tidak terjadi bias gender antara laki-laki dan perempuan serta
kecukupan gizi bagi calon pasangan dan anak nantinya hendaknya
diperhatikan dan dijaga sehingga dengan demikian akan lahir bayi yang
sehat dari seorang ibu yang sehat (Wulansari, 2017).

2. Persiapan mental psikologi

Persiapan ini sangat diperlukan untuk membangun keluarga dengan


ketahanan yang tinggi. Ini dapat dimengerti karena dengan kondisi
kebutuhan modern seperti sekarang ini, dibutuhkan persiapan mental
yang kuatuntuk mampu mengadapinya. Persiapan mental psikologi akan
banyak mengurangi kemungkinan menjadi retak / pecah, ketika keluarga
baru menghadapi cobaan atau hambatan dalam keluarga. Baik yang
mengkait dengan aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya,
maupun latar belakang keluarga.

Kesiapan mental yang perlu dimiliki oleh individu yang akan


memutuskan untuk memasuki kehidupan pernikahan dan berkeluarga
menurut Handayani (2012) yaitu:

a. Terbentuknya sikap kepemimpinan dalam diri seseorang Tanggung


jawab adalah salah satu indicator terbentuknya sikap kepemimpinan
dalam diri seseorang.Setiap individu haruslah pribadi yang
bertanggung jawab. Mereka harus siap memimpin anggota
keluarganya, sekaligus juga siap untuk dipimpin.
b. Komitmen untuk menanggung beban Salah satu beban tersebut
adalah beban menafkahi keluarga bagi lakilaki.Kesediaan untuk
menafkahi anggota keluarga menuntut sikap kerja keras dan
pantang menyerah.Dalam konteks ini, indikatornya bukan besar-
kecil penghasilan, tetapi kesediaan untuk menanggung beban.

c. Stabilitas emosi saat menghadapi masalah keluarga Salah satu yang


perlu disiapkan adalah kematangan emosi saat terjadi konflik di
dalam keluarga. Individu yang masih kekanak-kanakan saat
menghadapi masalah, meskipun dari sisi usia telah dianggap cukup,
tetap dianggap belum siap memasuki pernikahan.

d. Kesiapan menghadapi pasangan Salah satu tanda kematangan emosi


individu yang siap menuju pernikahan adalah kesiapannya untuk
menghadapi perbedaan dengan pasangan, missal perbedaan
karakter, selera, dan pandangan. Termasuk dalam kesiapan ini
adalah kesiapan dan kesediaan untuk menerima kekurangan pada
diri pasangan, serta dorongan untuk menumbuhkan pasangan agar
dapat menjadi individu yang lebih baik.

3. Persiapan sosial ekonomi

Persiapan dalam bidang sosial ekonomi, harus mendapat perhatian


yang serius apabila kelak kita menginginkan keluarga yang kita bangun
dapat lancar dalam menjalankan tugas-tugas dan fungsi keluarga.
Terlebih pada aspek ekonomi, perhatian kita harus terfokus bagaimana
kita nantinya dapat menggali sumber-sumber ekonomi keluarga yang
bakal kita bangun. Ini bukan rencana atau persiapan main-main. Lebih-
lebih di era seperi sekarang ini, orang semakin sulit mencari pekerjaan
apabila tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dan
dapat diandalkan. Sementara harus kita akui, kebutuhan sehari-hari
semasa bujangan pun telah demikian banyak. Bagaimana jadinya kalau
kita sudah berkeluarga, namun kita belum memiliki penghasilan yang
tetap ?

4. Persiapan Pendidikan dan Ketrampilan

Belajar dan mencari ilmu pengetahuan dan ketrampilan adalah


kewajiban kaum muda. Masa muda harus digunakan untuk menuntut
ilmu setinggi mungkin. Lebih-lebih ilmu itu sendiri akan dapat
mengangkat derajat seseorang ke tingkat yang lebih tinggi. Tidak sedikit
orang yang awalnya kondisinya miskin, namun karna memilik ilmu
yang banyak maka ia dapat hidup berkecukupan dan dihormati banyak
orang. Persiapan pendidikan dan ketrampila dalam hal ini, mempunyai
maksud untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang akan
menjadi sumber penghasilan kita. Belajar ilmu dan ketrampilan tidak
boleh setengah-setengah, melainkan harus ditekuni dengan sungguh-
sungguh. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, kita harus
mendisiplin diri untuk selalu belajar setiap saat, dinamapun dan
kapanpun serta dalam situasi bagaimanapun. Kita perlu menjadikan
belajar sebagai tuntutan dan kebutuhan hidup, sehingga belajar dapat
kita lakukan tanpa ada perasaan tertekan atau terpaksa.

5. Persiapan keyakinan dan atau agama

Sebenarnya, persiapan in sejak masih kecil perlu dilakukan di bawah


bimbingan orang tua. Setelah memasuki usia dewasa persiapan ini perlu
diintensifkan. Keyakinan akan menjadi pemicu bagi kita untuk mau
bekerja kera, sementara agama akan menjadi pembatas sekaligus
penyelaras hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dengan berbekal
keyakinan, kita akan teguh dalam berusaha dan tidak cepat putus asa
bila mengalami kegaglan. Keyakinan akan memberi kekuatan pada kita
hingga usaha yang kita lakukan dapat mencapai keberhasilan. Dengan
keyakinan yang kuat yang ada pada diri kita bahwa kita akan dapat
membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera, maka akan memberi
peluang yang besar pada keluarga yang kita bangun untuk benar-benar
dapat menjadi bahagia dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani,R. dkk. (2022). Dasar Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Wulansari, P. (2017). Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin Sebagai Upaya
Pencegahan Perceraian (Studi Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan Di Kantor Urusan Agama Kedondong Pesawaran)
(Doctoral dissertation, IAIN Raden Intan Lampung)

Anda mungkin juga menyukai