Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNIK LABORATORIUM KONSELING


“Konsep Petak Johari dan Pemahaman Diri”

Dosen Pengampu
Dr. Nurfarhanah, M.Pd., Kons.
Dr. Afdal, M.Pd., Kons.
Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons.
Gusni Dian Suri, M.Pd.

Oleh
Kelompok 2
Amanda Aulia Putri 21006002
Diah Yusra 21006009
Messy Wulan Dari 21006017
Muhammad Idris 21006019

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Petak Johari
dan Pemahaman Diri” ini tepat pada waktunya, yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Assesment BK Test. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Teknik
Laboratorium Konseling. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Konsep Petak Johari dan Pemahaman Diri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Afdal, S.Pd., M.Pd., Ibu Dr.
Nurfarhanah, M.Pd. Kons, Ibu Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons, dan Ibu Gusni Dian Suri,
M.Pd. Selaku dosen pengampu yang membimbing penulis dalam pengerjaan tugas ini. Tidak
lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman maupun dosen yang bersifat membangun
demi tercapainya makalah yang sempurna.

Padang, 13 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Konsep Pemahaman Diri.............................................................................................3

B. Konsep Petak Johari (Johari Window)........................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................................9

B. Saran............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dalam kehidupan sosialnya pasti selalu berinteraksi dengan orang
lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang
lain. Proses interaksi sosial terjadi melalui kontak sosialdan komunikasi. Tanpa keduanya
proses interaksi sosial tidak akan pernah terjadi, karena keduanya merupakan syarat
mutlak untuk melakukan interaksi. Kontak sosial dapat terjadi walaupun tanpa adanya
komunikasi. Dalam berkomunikasi seharusnya komunikator mengetahui siapa dirinya
dan siapa lawan yang diajak untuk berkomunikasi. Maka oleh sebab itu diperlukan untuk
mempelajari toeri johari window, yang mana dalam teori ini dapat melihat siapa dirinya
dari segala kekurangan dan kelebihan.
Johari window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan
orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. Dari sifat ruang tertutup sampai
sifat yang terbuka diketahui oleh orang lain. Hal ini sangat dibutuhkan dalam
berkomunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu pada
makalah ini kami akan membahan mengenai konsep petak johari dan pemahaman diri.

B. Rumusan Masalah
Terkait dengan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman diri?
2. Apa yang dimaksud dengan petak johari (jouhari window)?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang konsep pemahaman diri
2. Menjelaskan konsep petak johari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pemahaman Diri

B. Petak Johari (Jouhari Window)


1. Konsep Petak Johari (Jouhari Window)
Munro (Erman Amti,1983) dikatakan “Petak Johari” didasarkan atas
singkatan nama perumusnya, yaitu Joe Luft dan Hari Ingham. Joseph Luft dan
Harrington Ingham mengembangkan konsep Jouhari Window sebagai perwujudan
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai
sebuah jendela. Jendela Johari (Jouhari Window) adalah model yang menjelaskan
tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini penting dalam
komunikasi antarpribadi. Johari Window menyajikan sebuah model yang dapat
digunakan untuk belajar lebih mengenal diri seseorang. Model Jouhari Window
adalah alat yang sederhana dan sangat bermanfaat untuk menggambarkan kesadaran
diri (self awareness), serta peningkatannya. Jouhari Window ini juga bisa dipakai
untuk membina, saling pengertian antar individu di dalam satu grup maupun antar
grup. Pelaksanaan teknik Johari Window menekankan bahwa setiap individu dapat
mengetahui atau tidak mengetahui diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian
diperlukan pengungkapan diri antar individu agar saling mengenal diri sendiri dan
orang lain. Johnson menjelaskan pembukaan diri memiliki dua sisi yaitu bersikap
terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain, terbuka kepada yang
lain mempunyai makna bahwa seseorang individu membagikan aneka gagasan dan
perasaan diri sendiri kepada individu lain dan membiarkan individu lain tahu tentang
dirinya (Anjanisari, 2016).
Teknik Johari Window merupakan teknik yang tujuannya adalah membuat
seorang menjadi membuka diri, yaitu terbuka bagi orang lain sehingga tercipta
hubungan yang baik antar individu. Teknik ini digunakan oleh peneliti dalam layanan
bimbingan konseling bagi siswa yang memiliki keterbukaan diri rendah dalam
komunikasi antar teman sebaya (Hanifa, dkk., 2012). Membuka diri ini biasanya tidak
berlangsung dengan formal, tetapi bagaimana seseorang menerima kehadiran orang
lain dan orang lain bisa membuka dirinya untuk bisa ditrrima orang lain tersebut.
Liliweri mengemukakan membuka diri adalah awal dari kontak antar pribadi, relasi
pertama yang menghubungkan seseorang dengan orang lain. Membuka diri adalah
sebagai pintu masuk bagi seseorang untuk mengela orang lain dan mengenal dirinya
sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Luft dan Harry yang menayatakan bahwa
dengan membuka diri sebenarnya manusia sedang menyadari diri komunikator dan
komunikan. Karena menurut mereka dengan membuka diri manusia sedang membuka
jendela-jendela ketidaktahuan dan ketahuan dalam diri masing-masing. Kemudian
Febriyanti (2018) menyebutkan bahwa sebagaimana orang berinteraksi dalam
hubungan, mereka akan terlibat pada tingkat tertentu pada pengungkapan terhadap
satu sama lain dan mereka akan memberikan sejumlah umpan balik, hubungan antar
pribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan keterbukaan diri (self-disclosure) yang
tepat yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, dan perasaan-
perasaan yang tidak diketahui bagi orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan
respon-respon fisik kepada orang dan/atau pesan-pesan mereka di dalam suatu
hubungan. Pelaksanaan teknik Johari Window menekankan bahwa setiap individu
dapat mengetahui diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian diperlukan
pengungkapan diri antar individu agar saling mengenal diri sendiri dan orang lain.
Dimana model tersebut adalah membagi diri manusia ke dalam empat daerah
kedirian, yaitu:
a. Daerah terbuka (open area) yaitu informasi tentang diri kita yang diketahui oleh
orang lain seperti perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui diri sendiri dan
dketahui orang lain. Bagi orang yang telah mengenal potensi dan kemampuan
dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya sangatlah mudah untuk melakukan.
Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain (Liliweri,
1997).
b. Daerah tersembunyi (hidden area)
Pada area ini berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita, tetapi informasi
tersebut tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai
atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dan sebagainya. Dengan tidak
berbagi mengenai hidden area, biasanya menjadi penghambat dalam
berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi dan mengurangi
tingkat kepercayaan orang. Ada dua konsep yang berkaitan dengan area ini, yaitu:
1) Over disclose, yaitu sikap yang terlalu banyak mengungkapkan sesuat
sehingga hal-hal yang seharusnya disembunyikan juga diungkapkannya.
2) Under disclose, yaitu sikap yang terlalu menyembunyikan sesuatu yang
seharusnya dikemukakan. Misalnya dalam proses konseling, dimana klien
tidak mau mengemukakan masalahnya sehingga dapat menyulitkan proses
konselingnya.
c. Daerah buta (blind area), yaitu daerah kesadaran yang memuat hal-hal yang
diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh dirinya sendiri (Soleh Amini
Yahman. 2010). Pada wilayah buta orang tidak mengetahui kekurangan dan
kelebihannya, tetapi sebaliknya justru orang lain yang mengetahui kekurangan
dan kelebihannya, bahkan dia kerap kali berusaha menyangkal kalau hal itu
terjadi pada dirinya. Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan
sesuatu, tetapi kita tidak. Misalnya, bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana
cara menghadapi dosen A, dan sebagainya, sehingga dengan mendapatkan
masukan dari orang lain, blind area akang berkurang. Semakin kita memahami
kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan baik
bekerja dalam tim.
d. Daerah tidak sadar (unknown area) yaitu berisi perihal yang sama-sama tidak
diketahui, tidak diketahui oleh diri sendiri dan tidak diketahu oleh orang lain.
Misalnya ketika pertama kali senang kepada orang lain selain anggota keluarga.
Kita tidak pernah mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil
sehubungan kita tumbuh dewasa mulai mengembangkan diri atau belajar dari
pengalaman.

Membuka diri ini biasanya tidak berlangsung dengan formal, tetapi bagaimana
seseorang menerima kehadiran orang lain dan orang lain bisa membuka dirinya untuk
bisa diretrima orang lain tersebut. Liliweri (1997) mengemukakan bahwa membuka
diri adalah awal dari kontak antar pribadi, relasi pertama yang menghubungkan
seseorang dengan orang lain. Membuka diri adalah sebagai pintu masuk bagi
seseorang untuk mengela orang lain dan mengenal dirinya sendiri. Hal ini sejalan
dengan pendapat Luft dan Harry yang menayatakan bahwa dengan membuka diri
sebenarnya manusia sedang menyadari diri komunikator dan komunikan. Karena
menurut mereka dengan membuka diri manusia sedang membuka jendela-jendela
ketidak tahuan dan ketahuan dalam diri masing-masing.

2. Membuka Diri dalam Petak Johari (Jouhari Window)


Mengapa kita harus perlu membuka diri, karena manusia adalah makhluk sosial dan
makhluk yang memiliki keterbatasan ia butuh serta perlu bantuan dari orang lain, ia
perlu empati orang lain dan seterusnya. Sejalan dengan pendapat Boentoro (2018)
bahwasanya keterbukaan diri sebagai perilaku komunikasi, berperan dalam
pengembangan hubungan seseorang. Ketidakseimbangan tingkat keterbukaan diri
antarpribadi yang berhubungan dapat menyebabkan situasi dan keintiman hubungan
yang buruk. Ada beberapa hal mengapa perlunya kita untuk membuka diri adalah:
a. Untuk memenuhi kebutuhan hidup karena kita memiliki keterbatasan. Untuk
mengatasi keterbatasan itu kita harus membangun hubungan yang baik dengan
orang lain.Sejalan dengan pendapat Johnson yang dikutip oleh Boentoro (2018)
bahwa individu yang mampu memahami keterbukaan diri (self disclosure) akan
dapat mengungkapkan diri secara tepat. Mereka terbukti mampu menyesuaikan
diri (adaptive), lebih percaya diri sendiri, lebih kompeten, dapat diandalkan,
lebih mampu bersikap positif, percaya terhadap orang lain, lebih objektif, dan
terbuka dalam suatu hubungan. Dengan memahami kesediaan seseorang untuk
membuka diri, pengembangan hubungan dapat berlangsung dengan baik.
b. Manusia memiliki potensi tersembunyi yang tidak di ketahui oleh dirinya sendiri
tetapi di ketahui oleh orang lain. Keterbukaan diri atau pengungkapan diri
memiliki peranan yang penting dalam interaksi sosial, untuk dapat berani
menyampaikan pendapatnya, perasaan dan segala yang ada dipikirannya (Irani &
Laksana, 2018).
c. Manusia memiliki permasalahan dalam hidup untuk itu manusia perlu bantuan
dari orang lain.
d. Manusia membutuhkan kehidupan yang harmonis. Kehidupan yang harmonis
dapat diwujudkan melalui saling kenal, saling menghargai dan memaknai.
e. Manusia memerlukan kebenaran. Kebenaran bisa di peroleh melalui keterbukaan
sehingga menjadi salah satu validasi dan mengahsilkan kesepahaman bersama.
f. Manusia memiliki tindakan, tindakan itu harus dikontrol dan dijaga.
Pengontrolan itu bisa terpelihara apabila seseorang berhubungan baik dengan
orang lain.
g. Manusia memiliki rasa ketidakpercayaan terhadap dirinya sehingga
membutuhkan bantuan dari orang lain dalam menumbuhkan kepercayaan.
Membuka diri merupakan tindakan rasional seseorang dimana dari tindakan itu
muncul tindakan yang saling menguntungkan. Bagi yang membuka diri bisa
mendapatkan respon yang diinginkan. Sedangkan pada pihak lain bisa pula
membuka dirinya sesuai kepentingannya (Silfia Hanani, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses konseling,
konselor perlu menggunakan teknik Jouhari Window ini untuk membina, saling
pengertian antar individu di dalam satu grup maupun antar grup. Pelaksanaan teknik
Johari Window menekankan bahwa setiap individu dapat mengetahui atau tidak
mengetahui diri sendiri maupun orang lain.
Membuka diri sangat perlu di terapkan di diri klien karena manusia adalah
makhluk sosial dan makhluk yang memiliki keterbatasan ia butuh serta perlu bantuan dari
orang lain, ia perlu empati orang lain dan seterusnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran dari parapembaca agar
bisa memperbaiki kesalahan tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Anjanisari, P. T., & Asri, D. N. (2016). Peningkatan Pemahaman Diri Melalui Model Permainan
Johari Window Siswa Kelas X Ak 3 Smk Sore Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(2).
Boentoro, R. D., & Murwani, E. (2018). Perbedaan tingkat keterbukaan diri berdasarkan konteks

budaya dan jenis hubungan. Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(01), 41-50.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Erman Amti. 1983. Penyuluhan (Counseling). Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hellen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Suryani, O. I., & Gunawan, I. M. (2018). Hubungan pemahaman diri dengan sikap percaya diri
Pada siswa kelas VIII SMPN 7 Woja. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan
Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 4(2), 188-
19.

Anda mungkin juga menyukai