Anda di halaman 1dari 6

JIPP

Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris


Vol. 1, No. 1, 2015. Hal. 39-44

Peran Memaafkan dan Sabar dalam Menciptakan Kepuasan


Perkawinan

Anisia Kumala & Dewi Trihandayani a


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
a
anisiakumala@gmail.com

Abstrak

Kepuasan pernikahan menjadi satu hal penting dalam hubungan pasangan. Tidak adanya kepuasan
dalam perkawinan mengakibatkan perceraian dan dapat pula mempengruhi kesehatan mental seseorang
secara umum. Penelitian ini melihat peran memaafkan dan sabar terhadap kepuasan perkawinan.
Memaafkan diartikan sebagai penggantian emosi negatif dengan emosi yang lebih positif. Sementara
sabar merupakan suatu variabel yang relatif baru dalam kajian psikologi, yang berarti respon awal yang
aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan dan perbuatan yang taat pada aturan untuk tujuan
kebaikan yang didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ilmu, dan
memiliki semangat terbuka terhadap solusi, konsisten serta tidak mudah mengeluh. Responden pada
penelitian ini terdiri dari 70 orang laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah. Adapun skala yang
digunakan pada penelitian ini adalah CSI (Couple Satisfaction Inventory), Marital Forgiveness Inventory,
dan Skala Sabar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memaafkan memiliki pengaruh terhadap
kepuasan perkawinan dengan R sebesar 0.493, R Square 0.243 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Yang
artinya pengaruh memaafkan terhadap kepuasan pernikahan adalah sebesar 24,3%. Sabar memiliki
pengaruh terhadap kepuasan perkawinan dengan R sebesar 0.391. R Square 0.153 pada level signifikansi
0.000 (< 0.05). Yang artinya pengaruh sabar terhadap kepuasan pernikahan adalah sebesar 15.3%.
Memaafkan dan sabar secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan pernikahan dengan R sebesar
0.566, R Square sebesar 0.320 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Artinya kedua variabel, memaafkan
dan sabar, saling mengontrol dan berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan sebesar 32%.

Kata Kunci: Kepuasan Perkawinan, Memaafkan, Sabar

PENDAHULUAN dalam perjalanannya pernikahan tidak selalu


Manusia dalam kehidupannya akan berjalan dengan lancar. Pertengkaran tidak
selalu dihadapkan pada sebuah tugas yang harus jarang terjadi. Pertengkaran ini dapat dipicu oleh
dijalani untuk usia tertentu. Memasuki usia adanya kekesalan yang muncul karena salah
dewasa awal salah satu tugas perkembangan satu pihak merasa pihak lain telah melakukan
manusia adalah menjalin hubungan intim kesalahan. Kesalahan tersebut dapat bermula
dengan lawan jenis, dan menikah dari hal kecil yang akhirnya menumpuk hingga
(Hurlock,1994). Bahkan dalam ajaran Islam, akhirnya menjadi besar, seperti : masalah
menikah disebut sebagai penyempurna agama. keuangan, pemilihan kerja, kebiasaan/perilaku
Pernikahan adalah suatu ikatan antara pasangan,pemenuhan kebutuhan seksual, serta
laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh perencanaan masa depan (Wardhani, 2013).
budaya untuk mencapai kebahagiaan. Namun
39
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 39-44

Kepuasan pernikahan dapat dikatakan mencegah pasangan bercerai dan sekaligus


sebagai hasil evaluasi pasangan terhadap meningkatkan kepuasan pernikahan adalah
seberapa jauh pernikahan mereka mampu kemampuan memaafkan kesalahan
memenuhi kebutuhan dan harapan. Sebuah pasangannya dan perilaku sabar menghadapi
perceraian sering kali terjadi karena salah satu segala permasalahan dalam kehidupan
pihak tidak lagi memuaskan dan diluar harapan. perkawinan.
Kepuasan pernikahan ini menurut Hurlock Memaafkan merupakan upaya untuk
(1994) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mereduksi stress, diartikan sebagai penggantian
usia pernikahan, dan penyesuaian diri serta emosi negative menjadi emosi yang lebih positif
jumlah anak. Penelitian lain mengemukakan (Worthington, 2004). Memaafkan dapat
bahwa ada beberapa faktor-faktor lain yang membawa pada kesehatan mental secara umum
mempengaruhi kepuasan pernikahan. Faktor- dengan cara meningkatkan sosial support,
faktor tersebut antara lain: adanya saling kualitas hubungan dan agama. Memaafkan,
menghargai, tipe kepribadian suami dan istri dan sendiri dapat dibedakan menjadi dua,yaitu
pola komunikasi. memaafkan sebagai sebuah keputusan dan
Hendrik & Hendrik (1992) membagi secara emosi (Mc.Cullough, 2000). Memaafkan
faktor yang mempengaruhi kepuasan sebagai sebuah keputusan membuat individu
pernikahan menjadi tiga yaitu premarital aspek, mampu membebaskan orang yang bersalah dari
post marital aspek, dan faktor lain. Kepuasan konsekunsi perbuatannya dan melindungi
pernikahan dilihat dan diukur berdasarkan perasaan pribadi orang yang menjadi “korban”.
kemampuan pasangan untuk beradaptasi Sedang memaafkan secara emosi, individu lebih
terhadap dinamika dari aspek-aspek dalam dapat menerima dan berempati dengan
kehidupan pernikahan. kesalahan yang dilakukan oleh pihak lain.
Tidak semua upaya penyesuaian diri Individu tidak memiliki pemikiran negatif
pasangan yang menikah berjalan dengan baik. terhadap perilaku pihak lain, dan memandang
Dalam perjalanannya, pernikahan diwarnai konflik yang terjadi sebagai hal yang harus
dengan konflik antar pasangan, yang kadangkala dilakukan. Dalam konteks perkawinan,
konflik besar bisa berpengaruh terhadap memaafkan ini dapat menguatkan ikatan
stabilitas hubungan mereka, dan pada akhirnya perkawinan itu sendiri yang pada akhirnya
dapat berakibat pada perceraian. Namun individu lebih dapat merasakan kepuasan dalam
demikian tidak semua pasangan yang merasa pernikahannya (Worthington,etc.all, 2012).
tidak puas terhadap pernikahannya berakhir Berbeda dengan memaafkan, sabar
pada perceraian. Banyak diantara mereka tetap adalah respon awal yang aktif dalam menahan
mempertahankan pernikahan dengan berbagai emosi, pikiran, perkataan dan perbuatan yang
alasan. Diasumsikan, faktor yang dapat taat pada aturan untuk tujuan kebaikan yang

40
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 39-44

didukung oleh optimis, pantang menyerah, pada penelitian ini adalah 70 orang yang berasal
semangat mencari informasi/ilmu, dan memiliki dari daerah Jakarta dan sekitarnya, terdiri dari
semangat terbuka terhadap solusi, konsisten 15 Pria dan 55 Wanita. Usia pernikahan mereka
serta tidak mudah mengeluh ( El Hafiz, 2012). berkisar antara 1 – 20 tahun.
Keduanya, sabar dan memaafkan dapat Desain
dikatakan termasuk sebagai prasyarat Penelitian ini dilakukan dengan
tercapainya kebahagiaan hidup (Pradiansyah, pendekatan kuantitatif. Sarwono (2010)
2015), baik dalam kehidupan pribadi maupun mengemukakan bahwa metode kuantitatif
relasi interpersonal termasuk relasi pasangan digunakan untuk meneliti status kelompok
suami istri. Individu yang sabar dan pemaaf akan manusia, pada suatu kondisi dengan sitem
mampu mengelola pemikiran negatifnya pemikiran ataupun kelas peristiwa tertentu.
terhadap pasangan dan kondisi pernikahannya Penelitian ini memberikan gambaran fenomena,
menjadi suatu hal yang positif. Pemikiran positif fakta dan kaitan antar fenomena tersebut,
ini mengarahkan individu untuk membuka diri dengan menggunakan self report yang
terhadap penemuan solusi dalam menghadapi berbentuk kuesioner untuk mengukur variabel-
masalah yang timbul dalam kehidupan variabel yang ada. Penelitian ini menggunakan
berkeluarga. Sehingga ketidakpuasan dapat tiga alat ukur yaitu
ditekan dengan adanya komunikasi yang pada 1. Couples Satisfaction Index (CSI) yang
akhirnya mendekatkan pasangan (Langer,2005). dikembangkan oleh Funk dan Rogge (2007)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin untuk mengukur kepuasan pernikahan
mengetahui sejauh mana peran sabar dan dengan nilai reliabilitas 0.98. terdiri dari 32
memaafkan dalam upaya mencapai kepuasan item
sebuah perkawinan. Penelitian ini akan 2. Marital Forgiveness Index (MFI) yang
memberikan sumbangsih pemikiran terutama dikembangakan oleh Fincham (2009) untuk
pada bidang psikologi perkawinan dan keluarga, mengukur forgiveness/pemaafan, dengan
dan secara praktis juga bermanfaat bagi nilai reliabilitas 0.78. terdiri dari 6 item
pengembangan dalam bidang konseling dan 3. Sabar yang dikembangkan oleh El Hafiz
terapi perkawinan. (2012) dengan nilai reliabilitas 0.78. terdiri
dari 12 item
METODE Teknik Analisis
Partisipan Pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti
Tehnik sampling yang digunakan pada yaitu dengan menggunakan program SPSS for
penelitian ini adalah accidental sampling, dari windows version 20.0, sedangkan teknik analisa
populasi pasangan yang menikah di daerah data yang digunakan pada penelitian ini adalah
Jakarta dan sekitarnya. Adapun jumlah sampel analisa regresi linier ganda, karena terdapat 3

41
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 39-44

variable yang digunakan dan ingin dilihat kepuasan perkawinan merupakan penegasan
pengaruhnya. dari studi-studi yang sudah dilakukan
sebelumnya. Diantaranya adalah hasil studi
ANALISIS DAN HASIL Fincham (2002) yang menemukan korelasi kuat
Dari analisa data yang dilakukan dengan antara memaafkan pasangan dengan kepuasan
SPSS versi 20.0, terlihat bahwa memaafkan perkawinan mereka. Sementara Bagwell (2006)
memiliki pengaruh terhadap kepuasan menyatakan bahwa kepuasan pernikahan
pernikahan dengan R sebesar 0.493, R Square diantaranya dipengaruhi oleh faktor individual
0.243 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Yang suami atau istri, seperti mood dan kepribadian.
artinya pengaruh memaafkan terhadap Orang yang lebih cepat merasa nyaman
kepuasan pernikahan adalah sebesar 24,3%. (pleasant) akan menjadi lebih bahagia dalam
Sabar memiliki pengaruh terhadap pernikahan dan pada akhirnya akan menjadi
kepuasan pernikahan dengan R sebesar 0.391. R puas dalam hubungannya dengan pasangannya.
Square 0.153 pada level signifikansi 0.000 (< Sedangkan studi tentang sabar dihasilkan oleh
0.05). Yang artinya pengaruh sabar terhadap El-Hafiz (2012) bahwa sabar akan memiliki
kepuasan pernikahan adalah sebesar 15.3%. pengaruh sebesar 12% terhadap kebahagiaan
Memaafkan dan sabar secara bersama- seseorang. Disisi lain, meaafkan dan sabar juga
sama mempengaruhi kepuasan pernikahan merupakan salah satu dimensi
dengan R sebesar 0.566, R Square sebesar 0.320 keagamaan/religiusitas. Dalam studi ilmiah
pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Artinya ditemukan bahwa agama cenderung secara
kedua variabel, memaafkan dan sabar, saling positif mendorong orang untuk memaafkan
mengontrol dan berpengaruh terhadap kesalahan dirinya sendiri maupun orang lain
kepuasan pernikahan sebesar 32%. (McCullough, 2000). Sabar diartikan sebagai
perilaku aktif dan didorong oleh sikap optimis
DISKUSI serta daya tahan yang tinggi. Dengan sabar,
Studi tentang peran memaafkan dan pasangan suami istri dapat bertahan

42
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 39-44

menghadapi masalah yang ada, dan secara aktif 15% terhadap kepuasan perkawinan. Sabar dan
mencari alternative solusi yang tepat. Hal inilah memaafkan merupakan dua variable yang
yang kemudian menjadikan pasangan lebih saling mengontrol, dimana jika secara
bahagia, yang pada gilirannya dalam konteks bersamaan akan berperan lebih besar dalam
perkawinan dapat mempengaruhi kepuasan menumbuhkan kepuasan perkawinan, yaitu
perkawinan. mencapai 32%. Selebihnya kepuasan
Memaafkan dan sabar keduanya perkawinan dipengaruhi oleh faktor lainnya.
merupakan bagian dari reaksi emosi positif
yang akan membawa pada kepuasan individu KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
dalam kehidupannya termasuk dalam
1. Memaafkan memiliki pengaruh terhadap
pernikahan. Keduanya membantu terbentuknya
kepuasan pernikahan dengan R sebesar
komunikasi yang baik yang menjadi syarat
0.493, R Square 0.243 pada level signifikansi
terciptanya kepuasan pernikahan. Ketika suami
0.000 (< 0.05). Yang artinya pengaruh
atau istri menghadapi kesalahan pasangannya,
memaafkan terhadap kepuasan pernikahan
mereka dapat memilih respon untuk melupakan
adalah sebesar 24,3%.
kesalahan tersebut. Memaafkan bukan berarti
2. Sabar memiliki pengaruh terhadap kepuasan
melupakan kesalahan, tetapi lebih berarti untuk
pernikahan dengan R sebesar 0.391. R
mengurangi keinginan balas dendam dan
Square 0.153 pada level signifikansi 0.000 (<
sekaligus meningkatkan keinginan untuk
0.05). Yang artinya pengaruh sabar terhadap
melakukan penguatan hubungan kembali.
kepuasan pernikahan adalah sebesar 15.3%.
Memaafkan juga berarti mencoba memahami
3. Memaafkan dan sabar secara bersama-sama
alasan dibalik perbuatan orang lain, berempati
mempengaruhi kepuasan pernikahan
dan juga membuka pikiran untuk mencari solusi
dengan R sebesar 0.566, R Square sebesar
yang tepat, seperti yang disampaikan dalam
0.320 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05).
studi Kelly, 1998 (dalam Ficham, 2002). Oleh
Artinya kedua variabel, memaafkan dan
karena itu, memaafkan bisa dikatakan sebagai
sabar, saling mengontrol dan berpengaruh
jalan untuk menemukan solusi, yang dengan
terhadap kepuasan pernikahan sebesar 32%.
solusi tersebut orang bisa merasa lebih senang
dan pada akhirnya juga membawa
Saran
kebahagiaan/kepuasan pernikahan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
Senada dengan hasil-hasil penelitian
kepuasan perkawinan pasangan, baik dari
terdahulu seperti tersebut diatas, pada studi ini
internal pasangannya maupun faktor-faktor
juga didapatkan hasil bahwa memaafkan
eksternal yang mendukung. Bagi peneliti
berperan 24% dalam menciptakan kepuasan
selanjutnya, diharapkan dapat melakukan
perkawinan, sementara sabar menyumbang
penelitian pada sampel dengan data demografik

43
JIPP ©November 2015, 1(1), h. 39-44

lebih lengkap sehingga dapat dilihat perbedaan Funk, Jannete & Rogge, Ronald, (2007). Testing
the Ruler With Item Response Theory:
peran memaafkan dan sabar terhadap kepuasan
Increasing Precision of Measurement for
perkawinan dalam konteks yang beragam, Relationship Satisfaction With the
Couples Satisfaction. Journal of Family
seperti usia pernikahan, kondisi social ekonomi
Psychology. Vol 21(4) p. 572-583
pasangan dan lainnya.
Hendrik & Hendrik. 1992. Liking, Loving and
Relating. 2nd edition. California:
BrooksCompany Pacific Grove
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan:
Bagwell, E. K. (2006). Factors influencing marital
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
satisfaction with a specific focus on
Kehidupan. Alih bahasa : Isti Widayanti
depression. Senior Honors Theses, 38.
& Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.
Burpee, L.C., & Langer, E.J., (2005). Mindfulness
Mc.Cullough, M,.2000. Forgineness As Human
and Marital Satisfaction. Journal of Adult
Strength : Theory, Measument, and
Development .Vol.12(1). 43-51.
Links To Well Being. Journal of Social
El Hafiz,S., Rozi, F., Pratiwi,L., dan Mundzir, I. and Clinical Psychology. Vol 19(1). P. 43-
(2012). Konstruk Kesabaran dan 55.
Perannya Dalam Kebahagian Seseorang.
Pradiansyah. A. 2015. 7 Laws of Happiness.
Laporan Penelitian (un publish). Jakarta:
Jakarta. Integritas Lestari Manajemen
UHAMKA
Wardhani, N. A. K. (2013). Self disclosure dan
Fincham, F.D, Paleari, F. Giorgia; Regalia, kepuasan perkawinan pada istri di usia
Camillo. (2009). Measuring Offence- awal perkawinan. CALYPTRA: Jurnal
Specific Forgiveness in Marriage: The Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
Marital Offence-Specific Forgiveness 1(1). p. nn-nn
Scale (MOFS). Journal of Psychological
Assessment, Vol 21(2), p. 194-209 Worthington, E.L. dan Scherer, M. 2004.
Forgiveness Is An Emotional Focused
Fincham, F. D., & Beach, S. R. (2002). Coping Strategy That Can Reduce Health
Forgiveness in marriage: Implications for Risks And Promote Health Resilience :
psychological aggression and Theory, Review, and Hypotheses.
constructive communication. Personal Psychology and Health. Vol 19 (3). 385-
Relationships, 9(3), 239-251. 405.

44

Anda mungkin juga menyukai