Email: rizkyn.farhan@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran pemaafan remaja korban
perceraian di Jabodetabek. Subjek penelitian adalah remaja yang orang tuanya telah bercerai yang
berjumlah 100 responden. Pengukuran menggunakan skala Heartland Forgiveness Scale dari
Thompson (2005) yang terdiri dari 14 item. Hasil menunjukan terdapat perbedaan tingkat pemaafan
yang signifikan pada keluarga yang tinggal bersama, yaitu mean tertinggi ada pada remaja yang tinggal
bersama terutama dengan ayah (68.556), terdapat perbedaan tingkat pemaafan yang signifikan pada
perilaku pemaafan, yaitu mean tertinggi ada pada remaja yang sudah memaafkan orang tuanya (62.563),
terdapat perbedaan tingkat pemaafan yang signifikan pada alasan pemaafan, yaitu mean tertinggi ada
pada remaja yang memaafkan orang tuanya dengan alasan pilihan mereka untuk bercerai adalah pilihan
yang tepat (67.556). Implikasi dari penelitian ini adalah gambaran tingkat pemaafan remaja korban
perceraian berada pada kategori sedang dengan presentase (76%). Dimana responden sudah mulai
menerima keadaan dan sudah memaafkan orang tua mereka namun masih dalam kategori sedang.
Abstract : This study aims to describe the description of forgiveness to teenage divorce victims in
Jabodetabek. The subjects of this study were teenagers whose parents had divorced, totaling 100
respondents. The data collection method uses the Heartland Forgiveness Scale from Thompson (2005)
which consists of 14 items. In this study there are significant differences in the level of forgiveness in
families who live together, namely the highest min is in adolescents who live together with fathers
(68,556), there are significant differences in the level of forgiveness in forgiving behavior, the highest
min is in adolescents who have forgiven people the parents (62,563), there is a significant difference in
the level of forgiveness on the reasons for forgiveness, namely the highest min is in adolescents who
forgive their parents for reasons of their divorced is the right choice for them (67,556). The implication
of this study is the description of the forgiveness of teenage divorce victims in the medium category with
a percentage (76%). Where respondents have begun to accept the situation and have forgiven their
parents but are still in the medium category.
Berdasarkan data Peradilan Agama emosional anak terlihat pada kegiatan sehari-
(2017) perceraian dari tahun 2014 hingga 2016 hari anak di sekolah, mulai dari datang ke
mengalami kenaikan. Kasus perceraian yang sekolah hingga anak pulang sekolah. Kegiatan
diajukan di tahun 2014 pada Direktorat Jendral anak yang dimaksud adalah belajar dengan
Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung teman sebaya, berkomunikasi dengan teman
mencapai 344.237 kasus, di tahun 2015 sebaya. Anak tidak hanya menunjukkan
mencapai 347.256 kasus dan ditahun 2016 perkembangan sosial dan emosional yang
mencapai 365.633 kasus (Soniawati, Santi, & negatif tetapi juga menunjukkan perkembangan
Ger, 2018). Perceraian adalah berpisahnya sosial dan emosional yang positif.
suami istri yang disebabkan oleh adanya Perkembangan sosial dan emosional yang
ketidakstabilan perkawinan yang tidak bisa negatif menyebabkan anak dari korban
diselesaikan melalui negosiasi kedua belah perceraian menjadi sulit untuk berkomunikasi
pihak, sehingga tidak kembali utuh atau pada teman sebayanya, timbul perasaan tidak
berpisah dalam suatu ikatan perkawinan dan aman pada dirinya, mudah marah, kehilangan
secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku jati dirinya, seringkali merasa kesepian, dan
anak yang mengalami perceraian orang tua perasaannya dengan hal-hal yang negatif.
akan mengalami perubahan besar dalam Perkembangan sosial dan emosional yang
hidupnya. Perubahan tersebut membawa positif dapat dilihat dari anak mampu
dampak negatif apabila tidak ditangani dengan berkomunikasi dengan teman sebayanya
menurut Nasri (2018). Oleh karena itu, sendiri , memaafkan kesalahan orang lain dan
dibutuhkan peran orang tua dan guru untuk memaafkan keadaan yang terjadi.
Salah satu cara efektif untuk mengatasi sendiri (individu memaafkan dirinya sendiri
stress dan berbagai gangguan perilaku yang ketika terjadi suatu masalah), memaafkan orang
menyertainya adalah dengan mengarahkan lain yang telah menyakiti dirinya, kemudian
terhadap pihak yang menyebabkan efek negatif memaafkan atas apa yang terjadi di lingkungan
karena peneliti ingin memberikan gambaran Pada penelitian ini sampel yang dipilih
pemaafan remaja pada orang tuanya yang adalah remaja berusia 12-20 tahun di
bercerai dan mendeskripsikan pemaafan itu Jabodetabek yang orang tuanya sudah bercerai
berserta data-data kontrol yang didapat pada dengan total jumlah responden 102 responden
penelitian ini.
Desain Penelitian
bersama ayahnya senilai 68,556. Sedangkan hubungan serta kedekatan hubungan. Maka
pada rata-rata forgiveness dengan responden artinya jika terdapat perbedaan tingkat
yang tinggal bersama ibunya senilai 57,492. forgiveness dengan tinggal bersama, hal itu
Responden yang tinggal sendirian senilai terjadi karena responden memiliki kualitas
63,625. Selain itu, rata-rata forgiveness pada hubungan yang tidak baik jika tinggal bersama
responden yang tinggal bersama orang yang tidak bagus hubungannya dengan
Kasih
Perilaku Sudah 65,000
Mean T Sig Sayang
Pemaafan
Motivasi 49,500
Belum
52,448
Memaafkan Pilihan
67,556 0,000
4,500 0,000 yang Tepat
Sudah
62,563
Memaafkan Norma 64,000
Menerima
61,182
Keadaan
Alasan Pemaafan terhadap Forgiveness
Forgiveness
Tabel 5 Alasan Belum Memaafkan dengan keluarganya, siapa yang membiayainya, alasan
DISKUSI
Berdasarkan hasil perhitungan data
yang didapat dari uji variabel bisa disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian yang
bahwa gambaran tingkat pemaafan remaja dijabarkan bahwa 100 responden memiliki
korban perceraian berada pada kategori sedang tingkat perilaku pemaafan yang masuk dalam
dengan presentase 76%. Dimana responden kategori sedang 76%. Tingkat pemaafan yang
sudah mulai menerima keadaan dan sudah masuk dalam kategori tinggi 19% . Pada
memaafkan namun masih dalam kategori penelitian ini mendapatkan hasil gambaran
forgiveness korban perceraian belum terjadi memaafkan” dengan mean tertinggi senilai
secara sempurna, masih ada yang belum bisa 62,563. Menurut hasil tabulasi alasan remaja
memaafkan sapenuhnya perceraian orang memaafkan orang tua mereka dengan perilaku
tuanya, tidak perduli jenis kelamin dan usianya pemaafan, dapat diartikan bahwa remaja dapat
saat ini, usia terjadinya perceraian orang memaafkan orang tua mereka karena kasih
intensitas berkumpul dan komunikasi dengan bahwa keputusan orang tuanya untuk bercerai
adalah pilihan yang tepat, dan menerima Thompson, Snyder, Hoffman, Michael, dan
keadaan dirinya bahwa dirinya sudah menjadi Heather (dalam Silfiasari, 2017) bahwa
anak dari orang tua yang bercerai. pemaafan memiliki 3 dimensi yaitu memaafkan
mempengaruhi, karena ketika seseorang Lalu pada hasil data kontrol tabulasi
memutuskan untuk tinggal bersama antara alasan pemaafan. Ditemukan bahwa ada
salah satu orang tuanya bearti dia semakin responden yang mengungkapkan bahwa dia
memilih kualitas hubungan dengan salah satu memaafkan orang tuanya karena kasih sayang
orang tuanya. Hal ini berpengaruh dengan dan setuju bahwa keputusan yang orang tuanya
bagaimana dia memaafkan salah satu dari orang ambil untuk bercerai adalah pilihan yang tepat.
tuanya atau bahkan memaafkan dari kedua Maka dapat diartikan responden tersebut masuk
yang orang tuanya lakukan yaitu bercerai. orang tua tuanya sehingga tidak ada perbedaan
Maka dapat diartikan responden masuk antara tingkat pemaafan dengan usia.
Selain itu, pada penelitian ini didapat berdasarkan temuan penelitian ini
ditemukan tidak ada perbedaan data kontrol adalah remaja sudah tidak menyimpan dendam
terhadap forgiveness. Data kontrol tersebut pada kedua orang tuanya hal itu ditemukan
antara lain adalah pihak yang membiayai pada alasan pemaafan remaja yaitu “kasih
dengan forgiveness, dimana tidak terdapat sayang”. Remaja memaafkan orang tuanya
perbedaan antara pihak yang membiayai didasari karena mereka sayang kepada kedua
dengan forgiveness. Hal ini didukung oleh teori orang tua mereka. Perilaku pemaafan yang
(Santrock, 2008) yang mengatakan bahwa pada didapat selanjutnya adalah remaja memiliki
saat remaja, individu lebih merasa mandiri dan keinginan untuk memiliki pasangan di waktu
berfokus pada pencarian identitas diri mereka. mereka dewasa. Hal itu didapat karena pada
Sehingga tidak ada perbedaan anatara pihak alasan memaafkan orang tuanya responden
yang membiayai dengan perilaku forgiveness. didasari oleh motivasi bahwa dia tidak mau
berpikir secara abstrak, logis, dan realistis. Pada hasil data kontrol “Pihak yang
Dapat diartikan bahwa usia seluruh responden membiayai” remaja. Terdapat asumsi “tidak
dalam penelitian ini adalah remaja dari usia 12- enakan” yang dimaksud apakah karena orang
20 tahun, mereka sudah dapat membuat tua remaja membiayainya hal itu dapat
mempengaruhi atau meningkatkan pemaafan Kumar, R. (2011). Research Methodology.
signifikan dari beberapa data kontrol seperti Saikia, R. (2017). Broken family: Its causes and
keluarga, usia ketika orang tua bercerai, dan children. International Journal of
data kontrol lainnya. Serta jumlah responden Applied Research, 3(2), 445-448.
Budiwanto, S. (2017). Metode Statistika Untuk Silfiasari, S. (2017). Empati dan pemaafan
Surakarta).