Anda di halaman 1dari 16

Perkuliahan Psikologi

Positif
Dr. Alfaiz, S.Psi., M.Pd.,CPT

Link Meeting Virtual (Google Meeting) Pertemuan 11


https://meet.google.com/uba-stgw-mvg
Materi ke 9 / Minggu Ke 11: Tingkat Emosi
Positif (Love, Intimacy, and Well-Being)

Poin Pembahasan
1. The Psychology of Love
2. Finding romance, Intimacy and Love
3. Relationship satisfaction
4. Relationship stability
1. The Psychology of Love

Psychology of Love

Varieties Theory of
Physiological View
Love

1. Biochemistry of
1. A Two factor Theory of Love
Love
2. The Love Style
2. Marriage and
3. Strnberg’s Love Triangle
Well-Being
4. Love as prototype or Ideal
3. Marriage Physical
5. The Love Hierarchy
Health
Physiological View of Love
1. Biochemistry of Love
Dalam pandangan fisiologis, bahwa kondisi psikologis
tidak lepas dari respon hormone biologis manusia.
Seperti hal nya adanya hormone oxytocin yang dikenal
bisa mempengaruhi fungsi psikologis manusia seperti
memunculkan keterikatan dan keinginan untuk
menemukan ikatan sosial, kepercayaan, kedekatan dan
keintiman secara prososial da emosional.
Oxytocin mulai matang sejak bayi memiliki
pengalaman ketika breastfeeding yaitu saat diberikan
ASI oleh Ibu, sehingg meningkatkan kepercayaan,
penerimaan dan mengurangi dorongan stress dan
kecemasan sehingga mengikatkan diri ke kehidupan
sosial.
Seiring dengan aktifnya hypothalamus yang
mengontrol semua hormone bisa memproduksi bisa
menahan hormone tadi, yang bersifat biologis yang
berefek pada psikologis.
Lanjutan
2. Marriage and Well-Being
Berdasarkan tugas perkembangan manusia Erickson
menjelaskan bahwa fase perkembangan pada usia 25 – 35
merupakan fase dimana individu mencari hubungan
intimacy dan kebahagiaan relationship yanb tentunya yang
halal.
Hasil riset (Diener, 2000) orang yang menikah secara
konsisten sangat Bahagia dan lebih puas dengan
kehidupannya disbanding orang yang single/Jomblo
3. Marriage Physical Health
Menikah memiliki pengaruh juga terhadap fungsi fisiologis
manusia, berdasarkan riset Randall (2009) orang yang
menikah memiliki adaptasi fisiologis terhadap kondisi stress
diakibatkan fungsi hormone.
Bahkan hubungan pernikahan yang positif memperlihatkan
pasangan memiliki rendahnya kondisi tekanan darah yang
mana berada di kondisi normal dibandingkan pasangan yang
memiliki hubungan negative dalam pernikahan.
Dari hasil riset survey NORC Amerika, terlihat persentase
kebahagiaan pasangan yang menikah lebih tinggi kualitas
well-being nya dibandingkan individu yang tidak pernah
menikah sedangkan dia sudah berada pada fase
perkembangan yang harus dia penuhi.

Sehingga pribadi mereka tidak mencapai well-being


melainkan menjadi probadi yang represif dan stagnan
dalam perkembangan pribadinya
Varieties Theory of Love
1. A Two factor Theory of Love
Teori ini dikemukakan oleh beberapa peneliti bahwa adanya 2 jenis teori factor tentang cinta, yaitu cinta karena
passion (karena Hasrat) dan cinta karena ingin kedekatan psikologis menemani hingga akhir hayat (companionate
love)
Dari 2 factor ini, ada yang baik dan buruk, Passionate love adalah hubungan yang didasari oleh keinginan joyful,
dan pemenuhan seksual dan penderitaan ketika di tolak. Tapi companionate love adalah cinta yang diasosiasikan
pada perasaan, kebutuhan ikatan persahabatan dan hubungan pribadi sehidup semati untuk berbagi rasa dan
kebutuhan karena ada komitmen.
Meskipun keduanya sama-sama menghanyutkan joyful dan membuat misery, tapi wellbeing experience hanya
diproleh dalam companionate love (Hatfield, 1988).

2. The Love Style


Eros adalah love style yang didorong oleh passionate love sehingga apapun yang disampaikan oleh orang yang
dicintai dianggao benar dan mau mengikuti apapun kata orang yang dicintai.
Storge adalah love style perasaan yang didorong dengan komitmen masa depan dan hidup bersama
Ludus adalah love style seperti “game-playing love” disini hubungan terlihat seperti bermain dengan perasaan dan
ketertarikkan, dalam gaya ini individu bisa mendapatkan hubungan cinta lebih dari 1 orang dalam saat bersamaan,.
Lanjutan
3. Sternberg’s Love Triangle
2. Finding romance, Intimacy and Love
Finding
Romance,
Menemukan kehangatan (keromantisan) hingga
Intimacy and
kedekatan emosional (intimacy) dan love itu
Love
sendiri dirumuskan dalam penelitian bahwasanya
ada beberapa factor yang menyebabkan kenapa
seseorang sebenarnya bisa menemukan
Personal
romantisme, intimacy dan love dalam social
Attraction
relationshipnya.

1. Personal Attraction Similarity


2. Similarity Attitude Attitude

3. Reciprocity or mutual exchange of positive


evaluations Reciprocity or
Mutual Excange
of Positive
evaluations
3. Relationship satisfaction
Relationship
Satisfaction

Personal Traits :
Confidence, Integrity, Gentleness,
Warmth, and Ability to love, ( Survey Communication :
to Student College) Stability Menjadi penentu utama dalam
Emotional, easy going, friendly, good kepuasan pernikahan atau
sense in humor membangun relationship.

Dari hasil riset NBC Survey (1998)


couples listed the following aspects they wanted to
improve about their relationships: spending more time
together (31%), better communication (30%), fewer
worries about money (21%), more romance (6%), and
more sex (3%). In other words, the majority of couples
wanted more time and better talks together, not more
sex
4. Relationship stability
Bagaimana relationship dari hubungan yang membentuk seseroang dan
pasangannya menjadi well-being secara psikologis, dari hasil riset Lauer & Kerr
(1990) menemukan bahwa, pasangan menganggap pasangannya sepeerti temuan2
berikut:

1. Pasangan saya adalah teman terbaik saya


2. Saya menyukai pasangan saya sebagai individu
3. Keyakikan bahwa pernikahan adalah komitmen jangka Panjang berkelanjutan
4. Kesepakatan terhadap misi dan tujuan
5. Pasangan saya bantu untuk berkembang dan lebih menarik dari sebelumnya
6. Keinginan yang sama demi kesuksesan hubungan
7. Pernikahan adalah institusi suci dan sakral
Minding Relationships (Perhatian)
Knowing and Being Known
Mengetahui seperti apa pasangan dan membuka diri dengan kaingin tahuan
pasangan
Attributions
Keunikan diri harus diketahui oleh pasangan sehingga semakin terbuka dan
memahami satu dengan yang lain.
Acceptance and Respect
Terkait dengan apa yang kita lakukan semata-mata untuk meningkatkan
pengetahuan dan penghargaan terhadap pasangan dan menerima apa adanya
Reciprocity
Derajat antara satu orang yang dirasakan dalam hubungan yang saling
menguntungkan dan menyejukan satu dengan yang lain
Positive Families
Flourishing Family
Terkait dengan seperti apa pola pengasuhan keluarga dalam membentuk keluarga yang
harmonis, dari berbagai riset baik dari pandangan Adler maupun pandangan Diana Baumrind,
mereka berbeda pandangan bagaimana keluarga yang sejahtera demokratik family lebih baik
dari authoritarian, akan tetapi riset ditemukan mahasiswa yang sukses ditemukan bahwa dia
didik di keluarga yang otoriter, hal ini diperkuat bahwa instruksi dan arahan komunikasi lebih
jelas dari pada demokratik family.
Resilient Family
Keluarga yang baik memiliki ketahanan dan kestabilan dalam konsistensi mendidik dan
mengarahkan anak – anak nya dan membangun kehangatan dalam lingkaran kecil hidup
mereka
Social and Cultural Influences
Kondisi sosial dan budaya merupakan pengaruh yang menjadi adopsi keluarga dalam
membentuk kebahagiaan well-being, dalam social exchange theory, keluarga juga
mengadopsi nilai budaya yang sesuai dengan stabilitas keluarga
Hurts Relationships
Conflict
Disebabkan karena perbedaan cara pandang, mengalami degradasi kepercayaan
yang dirasakan setiap pasangan dalam keluarga. Sehingga pasangan dianggap
sebagai pesaing bukan teman terbaik. Kecemburuan muncul bisa dikarenakan
ketidakseimbangan dalam finansial, dan kecemburuan dalam tugas rumah yang
menjadi tanggung jawab bersama.

Demand – Withdraw Pattern


(1) criticism and complaint from one partner that often takes the form of a harsh
setup and negative reciprocity, followed by (2) a sense of contempt from the
other that (3) leads to defensiveness and (4) ends with withdrawal. When step
(4) becomes so extreme that one person withdraws attention in a passive-
aggressive attempt to punish the other, this becomes what the Gottmans call
stonewalling
Referensi
1. Compton, W.C & Hoffman, E. Positive Psychology. Sage Publishing. 2020
2. Joseph, S., Positive Psychology in Practice : Human Flourushing in work, health,
education, and every day life, Wiley, Inc., 2015
3. Diener, R.B, & Dean, B., Positive Psychology Coaching, John Wiley & Sons, Inc,
2007
4. Power, M. (2016). Undersatnding Happiness, Routledge
5. Alfaiz, Hidayah, N, Hambali, IM, & Radjah, C. L. (2019a). Human Agency as a Self-
Cognition of Human Autonomous Learning: A Synthesized Practical of Agentic
Approach. Journal of Social Studies Education Research. Vol. 10. No. 4.
https://www.jsser.org/index.php/jsser/article/view/1370.
Be Smart
Be Dedication
Be The Best
Be The Positive

Dr. Alfaiz, S.Psi., M.Pd.,CPT

Thanks a Lot for This Eighth Meeting


See You All in Next Week

Anda mungkin juga menyukai