Anda di halaman 1dari 19

HAMBATAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI PADA DEWASA AWAL

“GANGGUAN DEPRESI”

PAPER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hambatan Perkembangan

Disusun Oleh :

Bagas Bramantyo (18112141025)

Alnico Imam Nugroho (18112141029)

Gusti Ayu Putri Prana S (18112141039)

Dosen Pengampu :
Dr. Rita Eka Izzaty, S.Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

A. TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI DEWASA AWAL .......... 1


1. Stabilitas dan Perubahan yang berlangsung dari Masa Kanak-kanak
Hingga Masa Dewasa ............................................................................... 1
2. Ketertarikan, Cinta, dan Relasi yang akrab .............................................. 2
3. Gaya Hidup Orang Dewasa ...................................................................... 4
4. Pernikahan dan Keluarga ......................................................................... 5
5. Gender, Relasi, dan Perkembangan Diri .................................................. 6
B. DEPRESI, PENYEBAB, DAN CIRI-CIRINYA ........................................... 6
a. Depresi ..................................................................................................... 6
b. Penyebab Depresi ..................................................................................... 7
c. Ciri-ciri Orang dengan Gangguan Depresi .............................................. 8
d. Jenis-jenis Depresi ................................................................................... 10
C. INTERVENSI PADA GANGGUAN DEPRESI ........................................... 11
a. Teknik Teknik dalam CBT yang dapat diterapkan dalam Intervensi
Depresi ..................................................................................................... 13
b. Tahapan dalam Intervensi Depresi ........................................................... 14
D. KESIMPULAN .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17


A. TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI DEWASA AWAL
1. Stabilitas dan Perubahan yang berlangsung dari Masa Kanak-kanak
Hingga Masa Dewasa

Hasil penelitian menyatakan bahwa 20 tahun pertama dalam kehidupan


bisa memprediksi kehidupan sosioemosi pada usia dewasa (McAdams &
Olsen,2010). Selain itu, terdapat cukup alasan untuk meyakini bahwa
pengalaman di masa dewasa awal penting untuk menentukan bagaimana
jadinya individu itu di kemudian hari.

Secara garis besar Stabilitas dan Perubahan yang berlangsung dari Masa
Kanak-kanak Hingga Masa Dewasa membahas dua hal yaitu:
A. Tempramen
Riset telah mengkaitkan beberapa tipe dan dimensi ini yang
terdapat di masa kanak-kanak dengan karakteristik kepribadian orang
dewasa, sebagai contoh :
 Temperamen yang mudah dan temperamen yang sulit.
Anak anak yang memiliki temperamen yang mudah di usia 3
hingga 5 tahun, cenderung lebih mudah menyesuaikan diri ketika
menjadi orang dewasa muda (Chess & Thomas,1987)
Sebaliknya,banyak anak yang memiliki temperamen yang sulit ketika
berusia 3 sampai 5 tahun, juga memiliki penyesuaian yang buruk
ketika ia menjadi orang dewasa muda (Chess & Thomas,1987).
 Kekangan (inhibition).
Individu yang memiliki temperamennya terkekang di masa kanak-
kanak, ketika dewasa cenderung kurang bersikap asertif atau
memperoleh dukungan sosial, dan cenderung terlambat memasuki jalur
kerja yang stabil dibandingkan orang dewasa lainnya (Wachs, 2000).
 Kemampuan mengendalikan emosi.
Ketika anak-anak berusia 3 tahun dan memperlihatkan control
emosi yang baik dan tabah ketika menghadapi stres, mereka cenderung
mampu mengatasi emosinya secara efektif ketika dewasa

1
(Block,1993). Sebaliknya, jika anak berusia 3 tahun memiliki kontrol
emosi yang rendah dan tidak tabah, mereka cenderung memperlihatkan
masalah di bidang ini ketika dewasa muda.
B. Kelekatan
Kelekatan muncul di masa bayi dan turut memainkan peran
penting dalam perkembangan sosioemosi seseorang (Sroule, Coffino,
& Carlson,2010). Cindy Hazen dan Philip Shaver (1987)
mengungkapkan bahwa orang dewasa yang menunjukkan kelekatan
yang aman dalam relasi romantisnya cenderung memiliki kelekatan
yang aman dengan orangtua di masa kanak-kanak.
Dalam kelekatan ada tiga gaya yaitu :
 Gaya kelekatan aman yaitu orang dewasa dengan kelekatan yang
aman memiliki pandangan yang positif terhadap relasi, mudah
dekat dengan orang lain da tidak khawatir serta stress berlebihan
tentang relasi romantis mereka.
 Gaya kelekatan yang menghindar yaitu individu yang menghindar
merasa ragu-ragu terlibat dalam relasi romantic dan sering
mengambil jarak dari pasangan mereka dalam relasi.
 Gaya kelekatan yang cemas yaitu individu ini menuntut kedekatan,
kurang bisa memercayai orang lain dan lebih emosional,
pencemburu, serta posesif.

2. Ketertarikan, Cinta, dan Relasi yang akrab.


A. Ketertarikan
Dalam ketertarikan terdiri dari dua aspek yaitu :
 Keterbiasaan dan Kesamaan, Psikolog Sosial mengatakan
bahwa keterbiasaan adalah kondisi yang diperlukan agar relasi
yang akrab dapat berkembang.
 Ketertarikan Fisik, sifat-sifat yang cenderung dianggap paling
penting oleh wanita adalah penuh perhatian, kejujuran, dapat
diandalkan, baik hati, dan berpenghasilan baik, sementara pria

2
cenderung menyukai sifat-sifat seperti berpenampilan menarik,
terampil memasak, dan berhemat (Buss & Barnes,1986;
Eastwick & Finkel,2008). Penelitian yang kompleks mengenai
peran keterkaitan fisik menemukan adanya perubahan standar
mengenai apa yang dianggap menarik. Kriteria untuk
kecantikan dapat berbeda-beda, tidak hanya antarbudaya.
B. Bentuk-bentuk cinta
Cinta melibatkan wilayah perilaku manusia yang luas dan
kompleks. Menjangkau berbagai relasi yang mencakup persahabatan,
cinta romantis, cinta afektif, dan bahkan menurut sejumlah ahli, juga
melibatkan altruism consummate love (Berscheid, 2010).
 Keintiman, keterbukaan diri(self-disclosure) dan berbagi
pikiran-pikiran personal merupaka tanda keintiman. Erikson
mendeskripsikan keintiman sebagai proses menmukan diri
sendiri sekaligus peleburan diri sendiri di dalam diri orang
lain. Keintiman juga membutuhkan komitmen terhadap
orang lain. Menurut erikson, jika seseorang gagal
mengembangkan relasi yang intim di masa dewasa awal,
maka ia akan mengalami isolasi.
 Persahabatan, persahabatan memainkan peran yang penting
dalam perkembangan sepanjang hidup (Bawlins,2009).
Masa dewasa memberikan kesempatan untuk menjalin
persahabatan baru ketika individu pindah ke tempat baru
dan mungkin membangun hubungan persahabatan baru di
lingkungan tempat tinggal atau di tempat kerja mereka
(Bliezner,2009)
 Cinta Romantis, beberapa persahabatan dapat berkembang
menjadi cinta romantic, yang disebut juga cinta bergairah
atau eros. Cinta romantic mengandung berbagai emosi yang
saling bercampur-baur secara kompleks, contohnya

3
ketakutan, kemarahan, hasrat seksual, kegembiraan, dan
cemburu (Regan,2008)
 Cinta afektif, hasrat seorang individu untuk dekat dengan
seseorang dan mempunya afeksi yang peduli dan mendalam
terhadap orang tersebut.
 Cinta yang sempurna, dalam teori Stenberg bentuk cinta
yang paling kuat dan utuh adalah cinta yang sempurna,
yang melibatkan ketiga dimensi yaitu gairah, keintiman,
dan komitmen.
C. Kegagalan dalam cinta
Berakhirnya relasi akrab dapat menjadi sebuah peristiaw yang
traumatis , namun pada beberapa individu pengalam ini dapat
menimbulkan kebahagiaan dan perkembangan pribadi. Bagi sebagian
besar individu berakhirnya percintaan itu menyakitkan dan melibatkan
emosi yang intens.

3. Gaya Hidup Orang Dewasa


Kini orang dewasa dapat memilih berbagai gaya hidup dan bentuk
keluarga yang mereka inginkan. Mereka dapat hidup sendiri,
kohabitasi,menikah, bercerai, menikah lagi atau hidup dengan orang lain
yang memiliki jenis kelamin yang sama.
a. Orang dewasa yang hidup sendiri
Salah satu keuntungan dair hidup sendirian adalah adanya otonomi,
adapun tantangan oleh orang dewasa yang hidup sendirian biasanya
berkaitan dengan keintiman, kesepian, dan menentukan identitas
positif di tengah masyarakat yang berorientasi pada perkawinan.
b. Kohabitasi orang dewasa
Kohabitasi seringkali dikatikan dengan hasil pernikahan yang negatif,
meskipun kaitan ini bergantung pada waktu dilakukannya kohabitasi ,
hasil pernikahan yang negatif sering terjadi ketika kohabitasi terjadi
sebelum bertunangan.

4
c. Orang dewasa yang menikah
Keuntungan pernikahan adalah tercapainya fisik dan mental yang lebih
baik dan kehidupann yang lebih panjang.
d. Orang dewasa yang bercerai
Perceraian bersifat kompleks dan emosional. Baik pria maupun wanita
yang bercerai bisa mengalami kecemasan, dan kesulitas memulai relasi
baru.
e. Orang dewasa yang menikah lagi
Menikah lagi memberikan keuntungan juga masalah kepada orang
dewasa. Keluarga yang terbentuk karena pernikahan lagi lebih tidak
stabil dibandingkan pernikahan pertama dan orang dewasa yang
menikah lagi memiliki kesehatan mental yang lebih rendah
dibandingkan orang dewasa di pernikahan pertama.
f. Orang dewasa gay dan lesbian
Salah satu temuan yang paling menyolok mengenai pasangan gay dan
lesbian adalah bagaimana kesesuaian mereka dengan pasangan
heteroseksual.

4. Pernikahan dan Keluarga


Setiap gaya hidup yang dipilih orang dewasa memiliki tantangan
tantangan tertentu. Apapun gaya hidup itu seperti :
a. Melestarikan pernikahan
Dalam pernikahan yang langgeng, pasangan membangun peta
cinta, merawat rasa kemesraan dan kekaguman, peduli satu sama lain,
menerima pengaruh dari pasangan, menyelesaikan konflik yang bisa
diselesaikan, mengatasi hambatan, dan menciptakan makna bersama.
b. Menjadi orang tua
Banyak wanita yang menunda melahirkan hingga mereka mapan
dalam karir, ada beberapa keuntungan memiliki anak pada masa
dewasa dan ada pula keuntungan memiliki anak di kemudian hari.
c. Mengatasi perceraian

5
Hetherington mengidentifikasi ada enam jalur yang dapat ditempuh
seesorang setelah bercerai yaitu enhancers, hood enoughts, seekers,
libertines, competent loners, and the delcated.

5. Gender, Relasi, dan Perkembangan Diri


Stereotip menyangkut perbedaan sikap pria dan wanita terhadap
komunikasi dan menyangkut perbedaan cara mereka saling berkomunikasi
satu sama lain, antara lain:
a. Gender dan komunikasi
Tannen membedakan antara rapport talk, yang dipilih wanita dan
report talk yang lebih banyak dipilih banyak pria, hasil meta analisis
menemukan perbedaan kecil dalam hal komunikasi antargender,
namun penelitian terbaru mengatakan ada beberapa perbedaan gender
pada aspek tertentu dalam komunikasi, misalnya saja cara pria dan
wanita menggunakan kata kata.
b. Perkembangan wanita
Beberapa ahli gender menyatakan bahwa wanita lebih berorientasi
pada relasi dibandingan pria dan bahwa interaksi diantara mereka
difokuskan pada pengembangan orang lain. Banyak ahli
menyimpulkan bahwa wanita perlu mempertahankan kompetensi dan
minat mereka dalam relasi, namun mereka juga perlu memotivasi diri.
c. Perkembangan pria
Peran tradisional pria mengandung cukup banyak tekanan hidup
yang dapat merugikan kesehatannya. Peran tersebut juga dapat
menghambat minat dalam relasi, relasi yang setara dengan wanita,
serta koneksi emosi yang positif dengan pria lain.

B. DEPRESI, PENYEBAB, DAN CIRI-CIRINYA PADA DEWASA AWAL


a. Depresi
Merupakan suatu keadaan di mana seorang individu menjadi tidak
produktif dalam jangka waktu yang lama, bahkan dapat bertahan

6
dalam keadaan itu selama bertahun-tahun. Dalam pengertian lainnya,
depresi adalah gangguan mood dan emosi yang menyebabkan
seseorang selalu merasa sedih, tertekan, tidak memiliki harapan,
merasa tidak percaya diri, dan kemungkinan untuk menarik diri dari
lingkungan sekitarnya. Lebuh buruk lagi, kondisi depresi merupakan
faktor risiko dari bunuh diri yang mana terus meningkat dalam 15
tahun ini (Matthews, et al., 2016). Sebanyak 80% orang dengan
depresi mayor mengungkapkan bahwa gangguan ini muncul
bersumber dari stres (Nevid, Rathus, & Greene, 2018). Presentase
penderita depresi yang berkecenderungan untuk melakukan bunuh diri
adalah sebanyak 40% dan untuk 15% lainnya adalah mereka yang
mampu melewati masa-masa depresi itu (Dirgayunita, 2016). Peristiwa
hidup yang berat akan memunculkan kesedihan. Namun, pada tiap
orang, kesedihan itu datang dengan kadar yang berbeda-beda.
Beberapa melalui masa dalam kesedihan yang sangat dalam, sehingga
depresi dapat secara bersamaan masuk ke dalam kehidupan manusia
itu.
b. Penyebab Depresi
Pada masa dewasa awal, hubungan pertemanan maupun hubungan
romantis yang tidak sehat dan menimbulkan pemikiran-pemikiran
negatif pada diri individu. Untuk itu, perlu adanya hubungan sosial
yang sehat di mana hubungan sosial ini dapat mendukung individu
dalam menjalani hidupnya. Hal ini agar individu memiliki tempat
untuk dapat menyampaikan kondisi diri pada lingkungan sosialnya
agar mengurangi kecemasan dalam kondisi stres. Stres ditangani
dengan cara yang berbeda oleh masing-masing orang. Stres yang
memicu adanya depresi adalah stres yang berlarut-larut, sehingga tidak
mampu untuk membangkitkan dorongan internal untuk bangkit
menghadapi stres tersebut. Pada beberapa penyebab seseorang tidak
mampu melalui stres dengan baik dapat diakibatkan oleh faktor

7
pengalaman hidup orang tersebut yang buruk menjadikan diri mereka
rentan mengalami gangguan depresi akibat stres yang berkepanjangan.
Meskipun demikian, orang yang mengalami stres tidak selalu
beralih menuju kepada gangguan depresi. Beberapa faktor yang
membuat seorang individu dapat mengatasi stres dengan baik adalah
karena individu itu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara baik atau ada faktor genetik yang mempengaruhinya.
Penyesuaian diri yang dilakukan dapat melalui coping stres pada
lingkungan sekitar individu, sehingga stres dapat diatasi dengan baik.
Faktor genetik dalam hal ini akan menjadi faktor mendukung yang
kuat pada penyesuaian diri seseorang dalam menghadapi stres
berdasarkan variasi gen tertentu yang dapat dengan baik menghadapi
stres.
Selain muncul dari stres yang berkepanjangan, depresi dapat dipicu
oleh faktor lain, contohnya adalah kesepian. Kesepian menjadi faktor
yang berisiko dalam hal ini yang dapat dialami oleh semua tahapan
usia. Masa transisi dari remaja menuju dewasa awal merupakan masa
di mana rentan untuk merasa kesepian apabila kebutuhan kelekatan
melalui hubungan pertemanan dan hubungan romantis tidak terpenuhi
dengan baik atau bahkan tidak hadir sama sekali dalam tahapan usia
itu. Selain dari kesepian, peristiwa dalam kehidupan yang
memunculkan tekanan yang mengakibatkan stres dalam diri seseorang
dapat memicu adanya gangguan depresi.
c. Ciri-ciri Orang dengan Gangguan Depresi
Orang dengan gangguan depresi pasti menunjukkan pola perilaku
yang berbeda dengan orang-orang di sekitar lingkungannya. Hal itu
karena kondisi internal dalam diri orang itu telah berubah mengalami
penurunan dalam segi psikologis. Gejala gangguan depresi dapat
dilihat dari fisik, sosial, dan psikologis mereka. Gejala fisik yang
ditunjukkan oleh orang dengan gangguan ini adalah seperti hilangnya
minat untuk beraktivitas menjalani hidupnya. Orang yang mengalami

8
depresi bahkan akan kehilangan minat untuk sesuatu yang diminatinya
meskipun tersedia waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
tersebut. Ini terjadi karena badan mereka yang juga semakin lemah
untuk beraktivitas. Maka dari itu, mereka cenderung melakukan segala
aktivitas dengan sangat lambat, tidak seperti keseharian biasanya.
Selanjutnya adalah sulit untuk dapat berkonsentrasi. Orang dengan
gangguan ini akan lebih sering memiliki pikiran yang kosong di mana
tidak adanya minat dan hal ini menyebabkan orang tersebut terganggu
dalam memfokuskan dirinya pada suatu hal. Terdapat suatu penyakit
yang biasa dialami oleh orang yang depresi, seperti sakit kepala yang
tidak kunjung hilang. Pola makan yang tidak teratur, sampai
kehilangan nafsu makannya membuat penderita gangguan ini menjadi
semakin terlihat kurus. Kemudian gangguan yang dialami oleh
penderita depresi adalah gangguan tidur yang sangat mungkin dialami
oleh penderita depresi seperti insomnia.
Kondisi yang dialami oleh penderita depresi dilihat dari segi
psikologis adalah hilangnya kepercayaan diri, putus asa, merasa tidak
berharga, kecemasan yang berlebihan, merasa tidak berdaya,
emosional, dan selalu merasa sedih. Mereka cenderung untuk merasa
tak mampu melakukan apapun karena keadaan mereka yang lemah,
sehingga merasa tak berguna dalam melakukan segala hal. Perasaan
tidak berguna itu menimbulkan keputusasaan dalam hidup mereka.
Mereka tak mampu berpikir dengan jernih, sehingga pikiran mereka
yang sedang tertekan membuat mereka menjadi lebih sensitif dalam
menanggapi lingkungan sekitar mereka.
Dalam kehidupan sosialnya, penderita depresi cenderung untuk
lebih banyak menyendiri di dalam rumahnya. Ini terjadi karena
motivasi untuk melakukan aktivitas yang bersinggungan dengan
lingkungan sosialnya menurun. Keadaan ini merupakan keadaan yang
mengkhawatirkan karena jika keadaan menyendiri atau mengisolasi
diri di dalam rumah ini terus menerus berlanjut, akan menimbulkan

9
keadaan yang lebih buruk lainnya. Kemungkinan buruk yang dapat
ditimbulkan dari kebiasaan menyendiri yang dilakukan oleh penderita
depresi adalah hilangnya motivasi untuk hidup yang mengarahkan
mereka pada keinginan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Hubungan sosial yang baik akan memberikan pengobatan pada
penderita gangguan depresi. Dalam teori yang dikemukakan oleh Erik
Erickson pada tahapan dewasa awal, bahwa seseorang membutuhkan
keintiman dalam sebuah hubungan akan berhasil pada tahapan usia itu.
Keintiman hubungan pada masa ini berkontribusi besar dalam hal
pengobatan diri dari depresi melalui lingkungan sosialnya. Keintiman
dalam sebuah hubungan artinya adanya rasa saling memiliki dan
perasaan yang ditanggung bersama oleh setiap orang dalam hubungan
itu. Dengan begitu, stres sejak awal sudah dapat teratasi dengan baik
melalui hubungan yang baik dalam tahapan usia ini. Selain dari
hubungan sosial ini, pengobatan depresi dapat dilakukan melalui
teknologi yang berkembang di saat ini. Meskipun belum dapat dengan
akurat mengobati gangguan depresi itu.
Sekarang ini masih belum ditemukan alat diagnosis klinis untuk
gangguan depresi. Biasanya para dokter menentukan beberapa faktor
risiko depresi yang ditampilkan di sebuah layar. Memang pada
instrumennya, tidak mengarahkan pada diagnosisnya, tetapi dapat
secara tepat mengidentifikasi pasien yang berada pada suatu keadaan
yang berisiko dengan gangguan depresi.
d. Jenis-jenis Depresi
Menurut Gangguan depresi sendiri dibagi menjadi dua tipe
(Dirgayunita, 2016):
1. Major Depressive Disorder (MDD)
Pada tipe ini seseorang akan kehilangan minat melakukan
aktivitasnya sehari-hari dan mengalami kesedihan yang dalam.
Biasanya ditandai dengan terlalu banyak/sedikit tidur, jika terlalu
banyak tidur bisa sampai lebih dari 10 jam per harinya. Berat

10
badan menurun atau justru naik, tergantung tiap individu.
Seseorang dalam kondisi ini biasanya tidak dapat berpikir jernih,
sehingga memunculkan pemikiran untuk bunuh diri karena merasa
hilang arah dan tidak berharga. Hilangnya motivasi dan energi
untuk beraktivitas juga menjadi gejala pada depresi ini. Minimal
dapat disebut dengan MDD apabila keadaan ini menetap selama 2
minggu. Depresi MDD ini biasanya diawali dengan kejadian-
kejadian pahit di masa hidupnya, seperti kehilangan orang yang
dicintai.
2. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)
Ciri-ciri yang ditunjukkan pada gejala ini hampir sama dengan
Major Depressive Disorder (MDD), tetapi dengan waktu yang
lebih lama daripada MDD. Bahkan dalam 2 bulan pertama individu
belum bisa terdiagnosis pada gangguan ini. Dari minimal 2 tahun,
individu mengalami masa depresif dari separuh 2 tahun tersebut.
C. INTERVENSI PADA GANGGUAN DEPRESI
Depresi sangat erat kaitan nya dengan emosi. Emosi merupakan
suatu kompleksitas perasaan yang meliputi psikis, somatic dan perilaku
yang berhubungan dengan afek dan mood seseorang. Emosi merupakan
perasaan yang dihayati dalam kesadaran, sedangkan afek lebih ditujukan
untuk dorongan yang lebih bersifat mendalam, baik yang disadari maupun
tidak disadari. Sementara mood merupakan subjektivitas emosi yang dapat
disampaikan oleh individu dan terobsesi oleh orang. Misalnya perilaku
Marah. (Ismail & Siste, 2013). Individu yang sedang dalam keadaan mood
depresi cenderung terlihat kehilangan energi, minat, selalu dihantui
perasaan bersalah, hilangnya konsentrasi sampai perubahan perilaku
secara signifikan. Gangguan depresi dapat dipicu oleh faktor biologis,
psikososial/faktor lingkungan, seperti peristiwa yang menimbulkan
pengaruh emosi negatif mendalam serta peristiwa yang sifatnya traumatis.
Sebenarnya ada bebarapa cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi gejala depresi namun salah satunya yang lazim dan sering

11
digunakan yaitu teknik terapi kognitif-perilaku. Terapi kognitif-perilaku
atau dikenal dengan nama CBT (Cognitive Behavioural Therapy)
merupakan suatu teknik yang diarahkan kepada modifikasi fungsi pikir,
merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat, dan memutuskan sesuatu. Manusia
memilik kemampuan untuk menyerap pemikiran yang rasional dan
irasional, dimana pemikiran yang irasional akan menyebabkan munculnya
gangguan emosi dan tingkah laku serta semakin bertambahnya perasaan
depresi. Dalam terapi ini Subjek diharapkan dapat mengubah perilaku
negatifnya ke positif dengan mengubah status pikiran dan perasaan yang
dialami oleh dirinya.
Dalam terapi kognitif-perilaku, kognitif subjek dimodifikasi
dengan dua cara: secara langsung melalui intervensi kognisi dan secara
tidak langsung melalui intervensi perilaku yang tampak. Proses mengubah
perilaku kita dengan maksud mengubah apa yang kita pikirkan adalah
strategi yang efektif untuk menghemat waktu dalam proses mengubah
sikap Salah satu intervensi yang cukup sederhana dan dapat diberikan
untuk mengurangi tingkat depresi adalah terapi menulis. Terapi menulis
merupakan bagian dari teknik kognitif-perilaku. Pennebaker (1997)
menyatakan bahwa menulis tentang pengalaman traumatis berhubungan
dengan peningkatan efek psikologis yang positif.
Dan dalam jangka panjang menurunkan masalah-masalah
kesehatan. menulis peristiwa yang penuh tekanan (stressful events) telah
menjadi kajian yang menarik banyak peneliti. Beberapa penelitian
laboratorium telah mempelajari kegunaan menulis atau berbicara
mengenai pengalaman emosional. Menghadapi atau berkonfrontasi dengan
isu-isu pribadi secara mendalam telah mendapat penemuan akan
menghasilkan kesehatan fisik, kesejahteraan subjektif dan tingkah laku
adaptif tertentu, serta dapat mengurangi luapan emosi negatif dalam diri.
Secara umum tujuan dari terapi menulis diantaranya: (1)
Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain dalam

12
bentuk tulisan dan literatur lain; (2) Meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri
dan harga diri; (3) Memperkuat kemampuan komunikasi dan
interpersonal; (4) Mengekspresikan emosi yang berlebihan (katarsis) dan
menurunkan ketegangan, dan (5) Meningkatkan kemampuan individu
dalam menghadapi masalah dan beradaptasi (Davis, 1990; Fikri, 2012).
Graf (2004; Qonitatin, dkk, 2011) menemukan hasil bahwa subjek
pada kelompok written emotional disclosure memperlihatkan penurunan
yang signifikan pada simtom-simtom kecemasan dan depresi; sebaik
peningkatan fungsi kehidupan dan kepuasan yang lebih baik dengan
tritmen ketika dibandingkan dengan kelompok control.
a. Teknik Teknik dalam CBT yang dapat diterapkan dalam Intervensi
Depresi:
1. Teknik self-instructional training
Yang digunakan untuk melatih individu agar secara efektif dalam
beradaptasi dan menyelesaikan masalah dalam situasi sulit untuk dapat
menghadapinya.
2. Teknik Activity schedule
Adalah rencana/catatan tertulis terkait aktivitas harian yang harus
dilakukan oleh subjek. Teknik ini sangat berguna pada subjek yang
memiliki kecemasan dan depresi. Subjek dan terapis secara bersama-sama
merancang aktivitas harian subjek dalam rentang waktu tertentu (misalnya
selama dua pekan). Rencana aktivitas tersebut menyediakan ruang bagi
subjek untuk melakukan sesuatu yang produktif.
3. Teknik Penangkapan Pemikiran (thought catching)
Yang mempunyai dasar bahwa hubungan antara pikiran, perasaan,
dan perilaku dapat ditunjukkan dengan merekam dan memunculkan
pikiran, perekaman dan pemunculan pikiran sudah dengan sendirinya ikut
membantu memecahkan ikatan antara pikiran dengan perasaan dengan
membuat pikiran menjadi nampak kurang realistik.
4. Teknik Testing Realita

13
Tujuan dari teknik ini adalah mencari bukti – bukti yang
mendukung atau menggugurkan asumsi dari pikiran maladaptif subjek.
Testing realitas dilakukan dengan cara mengidentifikasi pikiran atau
pernyataan yang dibuat oleh subjek, bersifat negatif, atau berhubungan
dengan perasaan yang mengganggu. Teknik testing realita menuntut
subjek untuk bercerita mengenai keyakinannya secara perlahan dengan
mencari bukti – bukti yang mendukung atau menggugurkan pernyataan
subjek yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
5. Teknik Generating Alternative Interpretations
Yaitu teknik intervensi kognitif yang merestruktur cara berpikir
dengan kalimat negatif menjadi kalimat yang lebih positif/adaptif. Terapis
pada awalnya membuat GAI pada kasus kecemasan atau depresi dan
kemudian subjek mengulang sendiri teknik tersebut.
6. Teknik Activity schedule
Adalah rencana/catatan tertulis terkait aktivitas harian yang harus
dilakukan oleh subjek. Teknik ini sangat berguna pada subjek yang
memiliki kecemasan dan depresi. Subjek dan terapis secara bersama-sama
merancang aktivitas harian subjek dalam rentang waktu tertentu (misalnya
selama dua pekan). Rencana aktivitas tersebut menyediakan ruang bagi
subjek untuk melakukan sesuatu yang produktif.
7. Teknik Mastery and pleasure rating.
Pada subjek depresi, yang dibutuhkan tidak hanya sekadar
aktivitas, namun juga perasaan kompeten dan mampu terhadap apa yang
mereka lakukan. The Mastery and Pleasure Technique menyediakan ruang
bagi subjek untuk merasakan bahwa dirinya mampu dan bisa menikmati
aktivitas tersebut dalam bentuk rating. Subjek memberikan rating 0-5 pada
aktivitas yang mereka lakukan. Rating 0 untuk menggambarkan
ketidakmampuan/tidak menikmati aktivitas dan ratig 5 menggambarkan
sangat mampu/ sangat menikmati aktivitas
b. Tahapan dalam Intervensi Depresi
1. Sesi Pertama Thought catching

14
Pertama tama Subjek diarahkan untuk mengenali pikiran-pikiran
negatif yang selama ini muncul dan sering menggangu hati & pikiran.
Di akhir sesi, subjek diminta untuk menuliskan pengalaman dan perasaan
yang dirasakan setelah sesi tersebut.
2. Sesi Kedua Testing Realita
Subjek diberikan selembar kertas untuk menuliskan apakah benar-
benar ada bukti atas pikiran negatif yang dia rasakan. Di akhir sesi, subjek
kembali diminta untuk menuliskan pengalaman dan perasaan yang
dirasakan setelah sesi tersebut berakhir.
3. Sesi Ketiga pemberian afirmasi
Sesi terakhir yaitu Pemberian Afirmasi dan konteks penanganan
masalah terhadap materi tulisan subjek mengenai Emotional Writing
Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif . serta
mengobservasi perilaku subjek antara situasi pra dan pasca intervensi.

15
D. KESIMPULAN

Masa Dewasa Awal merupakan masa di mana terjadinya beberapa


perubahan, seperti perubahan temperamen, perubahan gaya hidup, dan
perubahan gaya kelekatan. Pada tahap usia ini, seseorang akan mulai
mengadopsi gaya kelekatan tertentu pada suatu hubungan romantis dengan
orang lain. Di antara usia dewasa awal ini sudah ada yang mulai menjalin
ikatan pernikahan agar tersalurkan kebutuhan akan keintiman dalam suatu
hubungan. Dengan begitu seorang invididu dapat mengembangkan diri mereka
pada masa dewasa awal ini. Namun, apabila kebutuhan-kebutuhan itu tidak
terpenuhi dengan baik, individu justru akan mengalami yang disebut dengan
isolasi dan kesepian. Parahnya, jika hal ini tidak tertangani dengan baik, pada
masa ini seseorang dapat mengalami sebuah gangguan yang disebut dengan
depresi. Gangguan ini mengakibatkan seseorang merasa tak berdaya,
kepercayaan diri turun, tidak dapat berkonsentrasi, tidak minat pada segala
aktivitas, dan biasanya orang yang depresi akan cenderung untuk mengurung
diri di dalam rumah dan menghindari interaksi sosial. Ini akan menghambat
perkembangan masa dewasa awal mereka jika tidak ditangani. Beberapa
penanganan yang mungkin diberikan pada penderita depresi adalah seperti
CBT (Cognitive Behavioural Therapy) atau terapi fungsi pikir yang
mengarahkan seseorang untuk berpikir rasional. Terapi tersebut dapat
dilakukan dengan metode terapi tulis di mana klien akan diminta untuk menulis
pengalaman traumatis dalam hidupnya. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan
efek psikologis yang postitif sehingga mengarahkan pikiran klien agar dapat
berpikir positif yang juga mempengaruhi pengurangan dari depresi yang
dideritanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Matthews, T., Danese, A., Wertz, J., Odgers, C. L., Ambler, A., Moffitt, T. E., et
al. (2016). Social isolation, loneliness and depression in young adulthood:.
Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol, 339-348.

McCarron, R. M., Rado, J., & Vanderlip, E. R. (2016, 11 21). American College
of Physicians. Annals of Internal Medicine Depression.

Nevid, S. J., Rathus, S. A., & Greene, B. (2018). Psikologi Abnormal di Dunia
yang Terus Berubah. Jakarta: Penerbit Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai