Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Antara Work Life Balance Dengan Burnout Dikalangan Account Officer Bank X

(The relationship between work life balance and burnout among account officer bank x)
Nurul Suci Pratiwi
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Medan-Indonesia
Email : 14033nsp@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara work life balance dengan
burnout dikalangan account officer Bank X. Burnout merupakan suatu respon terhadap keadaan
kerja yang menekan. Burnout sendiri diawali dengan munculnya stress kerja yang
berkepanjangan. Work-Life Balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan
antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya. Partisipan pada penelitian
ini sebanyak 120 orang account officer. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis
korelasi dengan teknik total sampling. Data diperoleh dengan membagikan skala burnout dan
skala work life balance dalam bentuk skala likert. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara work life balance terhadap burnout. Hal ini berarti semakin
tinggi tingkat work life balance maka semakin rendah tingkat burnout, begitu juga sebaliknya
jika rendah tingkat work life balance maka akan tinggi tingkat burnout.

Kata kunci : work life balance, burnout, account officer

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the relationship between work life balance and
burnout among account officers bank x. Burnout is a response to a pressing working state.
Burnout itself begins with the emergence of prolonged work stress. Work-Life Balance is the
ability of a person to balance the demands of work with their personal and family needs. The
participants in this study were 120 account officer. This study uses a quantitative method of the
type of correlation with the total sampling technique. Data was obtained by distributing the
burnout scale and work life balance scale in the form of a Likert scale. The results showed that
there was a significant effect between work life balance on burnout. This means that the higher
the work life balance level, the lower the burnout level, and vice versa if the work life balance
level is low, the burnout level will be high.

Keywords: work life balance, burnout, account officer

Pernikahan merupakan ikatan yang dari dua individu yang terdiri dari laki-laki
suci atau sakral dari pasangan yang terdiri dan perempuan yang telah menginjak atau
dianggap telah memiliki umur cukup dewasa 2012 hingga 2017 terjadi peningkatan
dan telah diakui secara sah dalam hukum perceraian hingga 70 persen. Data dari
agama. Pernikahan didefinisikan sebagai Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah
status sipil seorang pria dan wanita yang Agung pada periode 2015-2017 perceraian
bersatu dalam hukum untuk bisa hidup di Indonesia trennya meningkat. Dari
bersama, untuk saling bisa memberi satu 344.237 perceraian pada tahun 2015, naik
sama lain. Menyatukan hidup mereka secara menjadi 365.633 perceraian di tahun 2017.
hukum, ekonomi, dan emosional (Fatima, Jumlah perkara perceraian merupakan
2012). komulatif dari cerai gugat dan cerai talak
yang dikabulkan oleh Pengadilan Agama
Pada dasarnya faktor yang
(Statistik Indonesia 2017, BPS).
menyebabkan terjadinya perceraian sangat
unik dan kompleks dan masing-masing Ketika berbagai permasalahan terjadi
keluarga berbeda satu dengan lainnya. pada pernikahan, tidak banyak yang mampu
Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan menemukan jalan keluar dan
perceraian dalam rumah tangga dapat mempertahankan rumah tangganya, bahkan
penulis kemukakan adalah pertama faktor banyak pasangan yang memilih untuk
ekonomi, kedua adalah faktor usia, ketiga mengakhiri pernikahan mereka dengan cara
adalah kurang pengetahuan agama. bercerai. Kualitas dari sebuah pernikahan
Selanjutnya adalah pendidikan, biasanya akan menghasilkan berhasil atau tidaknya
orang yang kurang mendapat pendidikan, suatu hubungan pernikahan tersebut
bila mendapat suatu kesulitan dalam hidup ia (Shriner, 2009). Namun, beberapa pasangan
menjadi tidak tentram dan bisa akhirnya yang telah mengalami kegagalan tidak
anggota-anggota keluarga yang lain menjadi menutup kemungkinan untuk menikah
sasaran (dipukuli), dan selanjunya kembali, hal inilah yang disebut dengan
kemungkinan besar keluarga itu berada remarriage (Indryawati, 2015).
dipinggir jurang kehancuran yang dalam Remarriage mungkin terjadi karena
(Matonang, 2014). kematian salah satu dari pasangan tersebut
atau perceraian (dalam Hurlock, 1999).
Angka perceraian di Indonesia terus
Ketika seseorang yang telah berpisah dari
mengalami peningkatan yang signifikan
pasangan sebelumnya dan memutuskan
setiap tahunnya. Berdasarkan data Direktorat
untuk menikah kembali, maka hal ini erat
Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
kaitannya dengan komitmen pernikahan
Agung (Ditjen Badilag MA), selama periode
yang akan dibangunnya kembali pada Pada dasarnya, ada banyak pendapat
pernikahan yang berikutnya. Ehrenberg, tentang komitmen. Para teoretikus umumnya
Robertson dan Pringle (2012) dalam sepakat bahwa komitmen berkaitan dengan
penelitiannya mengatakan bahwa, pada pencarian garis yang konsisten serta
pernikahan kedua beresiko lebih tinggi tindakan dalam jangka panjang (Adams dan
mudah mengalami perceraian dari pada Jones, 1999).
pernikahan pertama. Umumnya memerlukan Rusbult (1998) mendefinisikan
waktu setidaknya hingga lima tahun untuk komitmen perkawinan sebagai niat partner
mengembangkan keterikatan dan untuk melanjutkan sebuah hubungan, dan
kenyamanan serta menumbuhkan komitmen menambahkan gagasan bahwa komitmen
dalam hubungan keluarga seperti pada juga bersifat sebagai keterikatan psikologis
keluarga utuh sebelumnya (Ihinger-Tallman pada hubungan. Komitmen yang tinggi
& Pasley, 2008). ditandai dengan tingkat kepuasan terhadap
Komitmen yang dibentuk sangat pasangan maupun perkawinan itu sendiri
mempengaruhi suatu hubungan, terlebih lagi tinggi. Artinya perkawinan memenuhi
pada hubungan remarriage. Seperti apa kebutuhan paling penting individu, misalnya
komitmen yang akan dibangun untuk kebutuhan keintiman, seksualitas dan
pernikahan berikutnya dan komitmen yang persahabatan.
seperti apa yang harus dibangunnya untuk Berdasarkan penjelasan berbagai
pernikahan berikutnya menjadi penilaian definisi diatas maka penelitian ini akan
penting bagi seseorang yang akan menikah mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
lagi. Remarriage adalah pernikahan kembali Johnson, Caughlin dan Huston (1999) yang
yang dilakukan karena kematian salah satu menyatakan bahwa komitmen telah
pasangan maupun perceraian, termasuk didefinisikan secara umum sebagai
kedalamnya keluarga dengan salah satu keputusan untuk melanjutkan sebuah
pasangan yang menikah kembali maupun hubungan dan sebagai suatu kesepakatan
kedua pasangan yang menikah kembali yang di buat oleh pasangan suami istri. Ada
(DeGenova, 2008). Remarriage mungkin tiga komponen dalam komitmen pernikahan
terjadi karena kematian salah satu dari yaitu 1) pribadi, yaitu keinginan pribadi
pasangan tersebut atau perceraian (dalam untuk melanjutkan hubungan. Misalnya,
Hurlock, 1999). mendapatkan kepuasan pribadi dari interaksi
dengan pasangannya. 2) moral, yaitu
Komitmen Pernikahan
kewajiban moral yang harus dijalani.
Misalnya, mematuhi peraturan dari agama akan menunjukkan bahwa subjek memiliki
yang dianutnya, keluarga, atau kelompok komitmen yang rendah pada pernikahannya.
sosial seseorang dan 3) struktural adalah Skala komitmen pernikahan memiliki
keinginan bertahan dalam suatu hubungan lima alternatif pilihan, yaitu sangat setuju
karena adanya faktor penahan dalam (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS),
hubungan tersebut yang menghambatnya dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skala
untuk meninggalkan hubungan. Misalnya, ditentukan berdasarkan pernyataan
ketergantungan ekonomi terhadap anak pada mendukung (favorable) atau tidak
pasangan yang disalah gunakan (Johnson, mendukung (unfavorable). Rentang skor
Caughlin, dan Huston, 1999). yang digunakan bergerak dari 5 sampai 1
untuk pernyataan favorable dan 1 sampai 5
METODE PENELITIAN
untuk pernyataan unfavorable.
Partisipan
HASIL
Populasi yang digunakan peneliti
Uji Validitas Dan Reliabilitas
dalam penelitian ini adalah individu yang
Berdasarkan hasil uji validitas dan
menjalani remarriage. Jumlah subjek dalam
reliabilitas, pada skala komitmen pernikahan
penelitian ini yaitu 100 subjek.
diperoleh dari 48 aitem sebanyak 41 aitem
Alat Ukur
memiliki koefisien korelasi aitem total
Komitmen pernikahan diukur dengan
sebesar ≥ 0.30. Hasil perhitungan reliabilitas
skala komitmen pernikahan yang disusun
alat ukur menghasilkan nilai koefisien alpha
berdasarkan komponen-komponen
sebesar 0.924.
komkitmen pernikahan menurut Jhonson,
Uji Normalitas
Caughlin, dan Huston (1999), yaitu
Berdasarkan hasil uji normalitas
komitmen pribadi, komitmen moral dan
terhadap variabel komitmen pernikahan
komitmen struktural. Tinggi rendahnya
menunjukkan nilai p = 0.905. Sehingga
komitmen pernikahan dilihat melalui tinggi
dapat disimpulkan bahwa data variabel
rendahnya skor yang diperoleh pada
komitmen pernikahan terdistribusi secara
komitmen pernikahan. Semakin tinggi skor
normal.
skala yang diperoleh akan menunjukkan
bahwa subjek memiliki komitmen yang DISKUSI
tinggi pada pernikahannya dan sebaliknya Hasil yang diperoleh dari penelitian
semakin rendah skor skala yang diperoleh ini, menunjukkan bahwa komitmen
pernikahan yang dialami oleh individu yang
menjalani remarriage pada penelitian ini harusmelanjutkan pernikahan. Hal ini
termasuk dalam kategori sedang. didorong oleh adanya faktor eksternal yang
Komitmen dalam kategori sedang memaksa individu untuk tetap
dapat diartikan bahwa individu memiliki mempertahankan hubungan atau adanya
perasaan yang biasa saja untuk membuat penghalang yang menghalangi individu
kesepakatan dalam menjalin rumah tangga untuk meninggalkan hubungan tersebut
dan juga membuat keputusan untuk seperti anak, investasi dan harta, ikatan
melanjutkan hubungan pernikahan mereka. hubungan denga pihak lain seperti keluarga
Hal ini menunjukkan bahwa individu yang dan rekan, serta prosedur terhadap
menjalani remarriage memiliki tingkat perceraian. Jumlah pengeluaran dapat
komitmen pribadi dalam komitmen dikatakan sebagai salah satu bentuk investasi
pernikahan yang sedang. Individu dengan materi yang ditanamkan individu dalam
tingkat komitmen pernikahan, khususnya pernikahan (Rusbult, 1983). Bila dikaitkan
personal dedication (komitmen pribadi), dalam konteks komitmen pernikahan,maka
yang tinggi cenderung mengalami positive individu memiliki kecenderungan untuk
illusion terhadap pasangannya, yakni tidak menganggap investasi sebagai cost,
kecenderungan untuk menilai pasangan atau melainkan sebagai sebuah pengorbanan
relasi pernikahan dengan lebih positif, dan terhadap pasangan, individu dengan
mampu menoleransi hal-hal negatif dari komitmen yang kuat,akan merasa bahagia
pasangannya (Miller & Perlman, 2009). bila dapat berkorban untuk pasangannya
Pada komitmen moral, individu akan (Stanley dan Markman, 1992).
di hadapkan pada norma-norma yang
Ada beberapa faktor yang dapat
berlaku di tempat ia berada. Dalam hal ini,
mempengaruhi komitmen seseorang tehadap
individu akan berhadapan dengan norma
pernikahannya, salah satnya adalah marital
susila, agama yang dianut, serta pandangan
happiness atau kebahagian pernikahan.
dari masyarakat di lingkungan luar. adanya
Kebahagiaan dalam pernikahan dan
keyakinan dalam beragama yang merupakan
berkomitmen untuk mempertahankannya
komponen penting dalam pernikahan dalam
adalah dua perasaan yang sangat berkorelasi.
menciptakan ikatan kuat dan nyaman dalam
(Veroff et al 1995). Kebahagiaan
menjalani agama yang dianutnya (Robello
perkawinan juga cenderung dipengaruhi oleh
dkk, 2014).
tujuan dari pernikahan yang berupa makna
Komitmen struktural dapat diartikan
perkawinan. Individu yang tidak bahagia
bahwa sejauh mana individu merasa
bisa saja tetap berada dalam pernikahannya, mengakibatkan remaja terutama remaja
bila mereka beranggapan makna perkawinan putri, diantaranya adalah akibat dengan
adalah sebuah komitmen serius yang harus kesehatan (health andreleted autocomes),
mereka jaga selamanya (Rachmayani, 2016). akibatnya dengan kehidupan (life
autocomes), akibatnya dengan anak
Selain itu juga social obligation atau
(autocomes of children), akibatnya dengan
kewajiban sosial seseorang terhadap
perkembangan (developmentoutocomes).
keluarga mereka yang membuat individu
Berdasarkan penjabaran diatas, banyaknya
untuk tetap bertahan dan berkomitmen
dampak yang akan diterima oleh individu
terhadap pernikahannya, serta resources for
yang memutuskan untuk menikah di usia
considering other relationships
mudadan akan berdampak pada pernikahan
mempertimbangkan hubungan selain
mereka (Mathur, dkk 2013).
pernikahan mereka seseorang mungkin
merasa kurang senang dengan perkawinan Usia pernikahan juga dianggap
sekarang ini dan memberikan kemungkinan penting untuk menentukan komitmen
pada hubungan yang lain. Selanjutnya pernikahan yang dimiliki oleh individu yang
collaborationand interdependence pasangan menjalani remarriage. Dalam penelitianini,
suami istri sering saling bergantung; mereka terdapat dua kategori usia pernikahan, yaitu
berkolaborasi dalam tugas di dunia intim dibawah dibawah lima tahun dan usia
mereka dengan sedemikian rupa sehingga pernikahan 5 tahun keatas. Dari penelitian
pengalaman mereka menjadi benar-benar ini terdapat nilai mena sebesar 93.15 pasa
terjalin, sehingga mereka bisa memperkuat usia pernikahan lima tahun kebawah dan
komitmen pada pernikahan mereka, dan 120.42 pada usia pernikahan lima tahun
yang terakhir adalah compatibility pasangan keatas. Hal ini didukung oleh penelitian
tetap bisa merasakan perasaan mudah saling Maharani dan Kinanthi (2018) terdapat
memahami satu sama lain jika mereka perbedaan personal dedication yang
memiliki sikap dan kepercayaan yang signifikan pada partisipan dengan usia
kompatibel (Adams dan Jones, 1999). pernikahan 0 sampai 5 tahun , dimana
partisipan dengan usia pernikahan 6 – 10
Usia menjadi salah satu faktor yang
tahun memiliki personal dedication yang
menentukan komitnya seseorang terhadap
lebih baik dibandingkan partisipan dengan
pernikahan yang dijalaninya. Ada beberapa
usia pernikahan dibawah 5 tahun.Hasil
konsekwensi negatif dari pernikahan dini
penelitian ini memiliki kesesuaian dengan
atau menikah diusia muda yang
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ho dkk Azwar, S. (2012). Penyusuan Skala
Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta:
(2012), yakni kepuasan terhadap relasi
Pustaka Pelajar.
romantis berkorelasi positif dengan
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas.
komitmen personal (istilah lain dari Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
personal dedication). Pasangan dengan usia
Badan Pusat Statistik. (2017). Jumlah angka
pernikahan 5-10 tahun memiliki tingkat perceraian di Indonesia 2015-2017.
Diakses melalui
komitmenyang lebih tinggi bila
https://bps.go.id/linkTableDinamis/vie
dibandingkan dengan usia pernikahan di w/id/893
bawah lima tahun atau melebihi 10 tahun. Brooks, Prudence. (2007). A
Hal ini dikarenakan pada usia pernikahan di QualitativeStudy of Factors that
Contributeto Satisfaction and
bawah lima tahun, individu masih berada Resiliency inLong-Term African-
dalam tahap penyesuaian dengan AmericanMarriages. (Disertasi). Our
Ladyof The Lake University, Texas.
pasangannya (Carrere dkk, 2000).
Carrere, et. Al. (2000). Predicting marital
REFERENSI stability and divorce in newlywed
couples. Journal of Family
Psychology.
Adams, Jeffey M., & Jones, Warren H.
(1999). Interpersonal ommitment and Craig, Grace. (2001). Human Development,
Relationship stability. Marital Ninth Edition. USA: Prentice Hall.
Commitment and Family Life
Transition. High Point University Danim, S. (1997). Metode penelitian untuk
High Point North Carolinaand ilmu- ilmu perilaku. Jakarta: Bumi
University of TennesseeKnoxville. Aksara.
Tennessee.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan
Adhim, M. F. (2002). Indahnya pernikahan Dewasa Muda. Jakarta : PT
dini. Gema Insani Press, Jakarta Grasindo.

Amato, P.R. & Irving, S. (2006). Historical DeGenova, M. k. (2008). Intimate


trends in Divorce in the US. In Fine, Relationships, Marriages &
M.A., & Harvey, J.H. (Eds). Families: 7th edition. US: McGraw-
Handbook of Divorce Hill.
andRelationship Dissolution. New
Jersey: Lawrence Ehrenberg, Marion. F.,Robertson, Meghan.,
Pringle, Jennifer. (2012). Attachment
Azwar, S. (2003).Reliabilitas dan Validitas. style and marital commitment in the
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. context of remarriage. Journal of
divorce & marriage.
Azwar, S. (2007). Metodologi penelitian.
Jakarta: Pustaka Belajar. Fatima, M & M, Asir. A. (2012). Happy
Marriage: A quantitative study.
Pakistan journal of social and clinical
psychology. Vol. 9, No.2,37-42.
Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi riset. Lestari, I. O. (2016). Penyesuaian dan
Yogyakarta: Andi Ofset. kepuaasan perkawinan pada
perempuan bali yang tinggal di
Handayani, Bella. (2015). Gambaran keluarga inti dan keluarga batih.
Komitmen Pernikahan pada Istri Jurnal Psikologi Udayana.
Bekerja yang Mengalami Commuter
Marriage Tipe Established. Universitas Maharani, Fira., Kinanthi, M.Roro. (2018).
Padjajaran. Peran Komitmen Pernikahan tipe
Personal Dedication terhadap
Ho, M.Y., Chen, S.X., Bond, M.H., Hui, Kepuasan Pernikahan pada Individu
C,M., Chan, C., & Friedman, M. yang Menjalani Commuter Marriage.
(2012). Linking adult attachment styles Universitas Yarsi Jakarta.
to the relationship satisfaction in
Hongkong and United States: the Mardiana. (2017). Kepuasan Pernikahan
mediating role of personal and Pada Pasangan Yang Belum
structural commitment. Journal of Memiliki Anak. Universitas
Happiness Studies. Muhammadiyah Surakarta.

Hurlock, E. (1999). Psikologi


Perkembangan. Suatu Pendekatan Martondang, Armansyah. (2014). Faktor-
Sepanjang Rentang Kehidupan. faktor yang menyebabkan perceraian
Jakarta: Penerbit Erlangga. dalam perkawinan. Universitas
Medan Area
Indryawati, Rini. (2015). Remarried pada
wanita yang berselingkuh. Mathur, Sayukta,; Greene, Margaret;
Universitas Gunadarma. Malhotra Anju. (2013). Too Young
to Wed (TheLives, Rights, and
Ihinger. Tallman., Pasley. K. (2008). Health of Young Married Girls).
Problems in remarriage. An International Center for Research on
Exploratory Study Of Impact And Women (ICRW).
Terminated Relationships. Journal of
Divorce & Remarriage. Miller, S., & Perlman, D. (2009). Intimate
Relationship. 5th ed. New York:
Johnson, M. P. (1991). Commitment to McGraw Hill.
personal relationships. In W. H.
Jones & D. Perlman (Eds.), Advances Multiyaningsih, E. (2012). Metode
in personal relationships (Vol. 3, pp. penelitian terapan bidang pendidikan.
117-143). London: Jessica Kingsley. Bandung: Alfabeta.

Johnson, M.P., Caughlin J.P., & Huston T.L. Nock, S.L. (1995). Commitment and
(1999). The Tripatite of Marital dependency in marriage. Journalof
Commitment Personal, Moral, and Marriage and The Family.
Structural Resons to Stay
Married.Journal of Marriage and Rachmayani, Faajriah. (2016). Pengaruh
TheFamily. perilaku dominan dan komitmen
perkawinan terhadap kebahagiaan
Latifatunnikmah. (2015). Komitmen perkawinan pada istri bekerja yang
Pernikahan pada Pasangan Suami memiliki penghasilan lebih tinggi dari
Istri Bekerja. Universitas suami. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka.
Rosnanda, Titis. (2011). Komunikasi semarang. Universitas Kristen Satya
adaptasi keluarga dalam remarriage. Wacana.
Universitas Diponegoro Semarang.
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian:
Rusbult, C. E. (1980). Commitment and Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
satisfaction in romantic associations: Gabungan. Jakarta: Prenadamedia
A test of the investment model. Group.
Journal of Experimental Social
Psychology. 16. 172-186.

Saraswati, Atika. (2015). Gambaran


kepuasan pernikahan individu lanjut
usia. Jurnal Universitas Padjajaran.

Shriner, Michael. (2009). Marital quality in


remarriage: A review of methods and
results. Journal of divorce &
Remarriage. Collage of Education,
Indianan State University, Terre
Haute, Indiana, USA.

Syifa, Fauziah. (2017). Marak kawin-cerai,


ini penjelasan pakar pernikahan.
diakses melalui
https://www.brilio.net/ilmiah/marak-
kawin-cerai-ini-penjelasan-pakar-
pernikahan-170718y.html

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suryabrata. (2002). Metode penelitian.
Jakarta: PT Refika Aditama.

Veroff, J., Douvan, E., & Hatchett, S.


(1995). Marital instability.
Greenwich, CT: Praeger.

Widi, Restu Kartiko. (2010). Asas


Metodologi Penelitian: Sebuah
pengenalan dan penuntun langkah
demi langkah pelaksanaan penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijayanti, Endah. (2015). Perbedaan
kematangan emosi dan komitmen
pernikahan pada pria dan wanita
pasangan nikah usia dini di desa
kopeng kecamatan getasan kabupaten

Anda mungkin juga menyukai