Anda di halaman 1dari 9

HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

Hubungan antara Keintiman dengan Komitmen Pernikahan pada Suami Istri yang
Bekerja

The Correlational Between Intimacy with Marital Commitment


on the Working Spouse

Enik Haryanti 1, Istar Yuliadi 2, Pratista Arya Satwika 3

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK

Komitmen pernikahan adalah keinginan untuk bertahan dalam ikatan pernikahan secara
personal, moral dan struktural. Perubahan peran wanita dan pria dari model keluarga tradisional
ke model keluarga modern membentuk hubungan relasi yang disebut dengan pasangan suami
istri yang bekerja, Suami istri yang bekerja mengejar karir dan pernikahan yang sukses. Komitmen
antara suami istri berhubungan erat dengan perilaku dan interaksi seseorang, hal ini disebut
dengan keintiman. Keintiman sebagai salah satu strategi yang membangun kualitas hubungan,
terutama komitmen. Suami istri yang bekerja penuh waktu menghadapi kesulitan mengenai
keseimbangan antara pekerjaan dan pernikahan, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara keintiman dengan komitmen pernikahan pada suami istri yang bekerja. Semakin
dalam tingkat keintiman, maka semakin tinggi komitmen pernikahan seseorang.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara keintiman dengan komitmen pernikahan
pada suami istri yang bekerja. Semakin dalam tingkat keintiman, maka semakin tinggi komitmen
pernikahan seseorang.
Populasi penelitian ini ialah suami istri yang bekerja. Responden diambil dengan kriteria suami
istri yang bekerja, berlatar pendidikan minimal sarjana, dan status pekerjaan sebagai pegawai
negeri atau pegawai swasta. Teknik pengambilan responden menggunakan purposive incidental
sampling. Pengumpulan data menggunakan modifikasi skala komitmen pernikahan oleh Johnson
(1999) dan skala PAIR (Personal Assesment Intimacy Relationship). Teknik analisis data yang
digunakan ialah korelasi analisis regresi linier sederhana dan koefisien determinasi (R 2).
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,617 (p = 0,000) dan koefisien determinasi
(R2) = 38,1%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan
signifikan antara keintiman dengan komitmen pernikahan. Keintiman secara efektif menyumbang
sebesar 38,1% demi bertahannya komitmen pernikahan, sisanya yaitu sebesar 67,9% dipengaruhi
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci: Komitmen pernikahan, keintiman, suami istri yang bekerja

PENDAHULUAN mengikat antara individu satu dengan yang lain


terkait dengan hubungan seksual dan
Setiap individu mempunyai harapan untuk
emosional. Kedekatan dan kepercayaan antara
memiliki seseorang yang mampu berperan
individu satu dengan yang lain mempengaruhi
sebagai teman maupun kekasih. Harapan ini
rencana, harapan dan tujuan hidup tiap-tiap
didapatkan melalui hubungan jangka panjang
individu. Tercapainya harapan dan tujuan tiap-
yang mengikat antara individu satu dengan
tiap individu tidak hanya tergantung dari
yang lain, salah satunya yaitu pernikahan.
kemampuan pribadi, tetapi juga pengaruh relasi
Pernikahan merupakan hubungan yang
dalam hubungan yang sedang dijalani.

1
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

Pernikahan dianggap sebagai salah satu hidup modern. Hal ini dijadikan pendorong
hubungan timbal balik antara suami dan istri masyarakat Indonesia terutama suami istri
secara psikologis, intelektual, sosial dan untuk terlibat dalam pekerjaan dan menjadi
material (Volsky, 1998). pasangan dual karir. Perubahan gaya hidup
Hilangnya hubungan timbal balik membuat sosial yang modern dan individualis akibat dual
relasi keintiman yang tercipta dalam ikatan karir seringkali berujung dengan perceraian.
pernikahan juga memudar, sehingga membuat Penyebabnya yaitu semakin besar tekanan yang
tidak adanya rasa tertarik dalam berhubungan diterima dalam kehidupan rumah tangga dan
dengan pasangan, ketegangan dan kesulitan tidak adanya hubungan yang membangun
untuk berinteraksi antara individu satu dengan antara pasangan dan keluarga. (Saraceno,
yang lain. Seseorang merasa asing terhadap 2007).
pasangan, hubungan yang merenggang dari Konflik yang tercipta selalu berhubungan
waktu ke waktu, dan berakhir dengan dengan kehidupan kerja ataupun keintiman
perpisahan merupakan akibat hilangnya relasi keluarga, sehingga untuk mempertahankan
keintiman dalam institusi pernikahan (Garcia & pernikahan lebih banyak didominasi alasan
Gomez, 2014). struktural dan moralitas. Alasan tersebut antara
Perubahan rencana, harapan, motivasi dan lain rasa tanggung jawab, janji pernikahan,
tujuan individu dalam pernikahan yang nama baik keluarga, ajaran agama yang
dijalaninya sehingga melahirkan individu melarang perceraian dan dampak negatif
modern yang individualis dan impersonal perceraian terhadap anak (Wulandari, 2014).
merupakan salah satu pengaruh egaliter dalam Berbagai penelitian mengenai komitmen
institusi pernikahan. Pengaruh ini berpotensi pernikahan menemukan bahwa terdapat
merenggangkan hubungan antara individu satu pasangan yang tetap mempertahankan
dengan yang lain, sehingga memicu seseorang perkawinan meskipun hubungan mereka sudah
untuk merasakan kesepian dan haus akan rasa tidak memuaskan lagi (Adams & Jones, dalam
intim terhadap pasangan (Wilcox & Nock, Wulandari, 2014). Penelitian yang dilakukan
2006). oleh Wulandari (2014) menemukan bahwa rasa
Dampak konstelasi egaliter yang lain dalam puas terhadap pasangan dan ikatan pernikahan
institusi pernikahan, yaitu meningkatnya kaum mendorong seseorang untuk menjaga komitmen
istri yang melibatkan diri dalam pencapaian pernikahan sebanyak 30%. Adapun 70%
karir. Tahun 1990, lebih dari 85% pasangan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti
suami-istri Amerika berperan sebagai pasangan berkurangnya pilihan lain diluar, komunikasi
dual karir. Pendorong seseorang untuk bekerja dan usia pernikahan. Schoebi, Karney dan
sebagian besar dipengaruhi oleh uang, status Bradburry (2012) menemukan bahwa
sosial, tuntutan kesejahteraan individu dan gaya kecenderungan perilaku berkorban terhadap

2
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

pasangan mampu mempengaruhi keutuhan dalam hubungan tersebut. Pihak-pihak yang


ikatan pernikahan. Bertahannya ikatan terlibat dalam sebuah hubungan memiliki cara
pernikahan berkaitan dengan sikap dan perilaku dan metode tertentu dalam membentuk
yang ditampilkan dan diterima oleh suami istri. keintiman, seperti penelitian oleh Wagner-
Penelitian yang dilakukan oleh Knee dkk. Raphael dkk. (dalam Patrick & Beckenbach,
(dalam Rahmatika & Handayani, 2012) 2009) menyebutkan,bahwa laki-laki memiliki
menemukan bahwa permasalahan yang dialami kemampuan untuk membentuk hubungan intim
pasangan selalu berkaitan dengan rendahnya yang melibatkan emosi dan komunikasi namun
komitmen hubungan. Sejalan dengan hal motivasi dan cara yang digunakan berbeda dari
tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Prianto wanita.
dkk. (2013) menemukan bahwa sumber utama Faktor lain yang yang penting dalam
perceraian adalah tidak adanya komitmen antar keintiman adalah kesetaraan, dalam penelitian
masing-masing pihak. Larson dkk. (1998), wanita memandang bahwa
Interaksi intim yang terjalin secara intensif kesetaraan adalah faktor yang penting dalam
antara suami dan istri ditengarai sebagai salah keintiman daripadalaki-laki, walaupun hal ini
satu faktor yang menentukan utuhnya ikatan hanya terjadi ketika suami istri berada dalam
pernikahan. Penelitian oleh Garcia & Gomez status sosial yang sama. Istri dengan status
(2014) menemukan bahwa ikatan pernikahan sosial yang lebih rendah tidak merasakan
yang sehat dan membahagiakan menuntut bahwa kesetaraan adalah hal yang penting
adanya rasa percaya terhadap pasangan, bekerja dalam keintiman. Hal tersebut menjadi salah
sama dengan baik, saling mengerti satu sama satu alasan istri ikut bekerja dan memilih jalur
lain dan tidak menolak atau mengabaikan sebagai pasangan dual karir (Abele & Volmer,
pasangan secara seksual dan emosional. Sejalan 2011)
dengan hal tersebut, Laurenceau dkk. (2005) Berbagai penelitian menemukan bahwa
menemukan, bahwa pengungkapan diri dan risiko menjadi pasangan dual karir adalah
responsivitas pasangan secara signifikan waktu bertemu yang jarang dan tuntutan
berpengaruh terhadap keintiman. Pasangan pekerjaan yang menyita waktu (dalam Adelina,
yang responsif meningkatkan keinginan 2014). Rapoport (dalam Alber & Volmer,
pasangan untuk mengungkapkan dirinya. 2011) mengemukakan, bahwa jalur sebagai
Penelitian Weingarten (dalam Price, 2014) dual karir memberikan tantangan dan
yang mengemukakan, bahwa kapasitas permasalahan dalam kehidupan rumah tangga
keintiman tergantung dari individu dan hanya Permasalahan tersebut antara lain tuntutan
terdapatpadahubungan berkomitmen. Hal ini pekerjaan yang berlebihan, norma sosial,
berarti bahwa keintiman hanya dapat dirasakan identitas sosial, hubungan sosial dan peran
dan dimengerti oleh pihak-pihak yang terlibat rumah tangga. Penelitian lain juga

3
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

menyebutkan,bahwa pasangan dual karir terhadap pasangan, sehingga pasangan tidak


berhubungan erat dengan pengorbanan alokasi ingin berpisah ataupun terpikat pihak lain.
waktu. Alokasi waktu ini mencegah terjadinya Johnson (1999) mengemukakan, bahwa
konflik peran dan upaya untuk mengatur komitmen bukan merupakan satu kesatuan yang
mobilitas karir tanpa menganggu pasangan utuh melainkan terdiri atas tiga bentuk yang
(Saraceno, 2007). berbeda. Tiap-tiap bentuk memiliki penyebab,
Hubungan yang tidak harmonis antara fenomena, dan konsekuensi kognisi, emosi dan
suami-istri, kecenderungan untuk perilaku yang berbeda satu sama lain. Tiga
menyelesaikan masalah tanpa meminta bantuan bentuk tersebut adalah komitmen personal,
terhadap pasangan, kurangnya komunikasi komitmen moral dan komitmen struktural.
verbal yang menyebabkan komunikasi Komitmen personal menjelaskan bentuk positif
maladaptif antara satu dengan yang lain hingga berupa keinginan untuk memelihara hubungan
frekuensi bertemu yang jarang membuat yang dirasakan individu terhadap pasangan atau
hubungan antara suami dan istri menjadi tidak hubungan saat ini. Kedua, komitmen moral
berkualitas. Kualitas hubungan yang rendah muncul dari nilai dan kepercayaan yang
memicu seseorang mencari objek lain untuk diyakini masing-masing individu mengenai
memuaskan kebutuhan, sehingga angka kesucian dan keseriusan hubungan. Komitmen
penyimpangan dalam pernikahan meningkat yang ketiga yaitu komitmen struktural,
(Wulandari, 2014) komitmen ini menjelaskan tekanan atau paksaan
Berdasarkan hal tersebut menimbulkan yang bertentangan dengan keinginan untuk
ketertarikan penulis untuk mengetahui meninggalkan sebuah hubungan.
hubungan antara komitmen pernikahan dengan Keintiman tidak hanya dipandang sebagai
keintiman pada suami istri yang bekerja. sebuah aktivitas seksual antara dua individu,
namun lebih ditekankan pada keterbukaan
DASAR TEORI pasangan dan tindakan yang diberikan sebagai
bentuk respon (dalam Laurenceau dkk., 2005.
Komitmen pernikahan bermula dari
Seseorang dapat memberikan respon yang jujur
kesepakatan bersama untuk melanjutkan ikatan
apabila kepercayaan terbangun antara satu
yang telah dimulai (dalam Garcia & Gomez,
dengan yang lain. Berbagai kedekatan dan
2014). Kesepakatan tersebut bermula dari
pengalaman intim antara satu dengan yang lain
perencanaan jangka panjang bagi diri sendiri
membentuk rasa toleransi dan sikap mengerti
dan hubungan, adanya keinginan untuk
terhadap emosi yang ditampilkan oleh tiap-tiap
mengikat pasangan sampai akhir pernikahan dan
individu (dalam Price, 2014). Hal ini membuat
dorongan menjaga keutuhan hubungan (dalam
proses keterbukaan antara satu dengan yang
McMahon, 2007). Hal ini dapat dilakukan
lain diiringi dengan kepekaan dan kesadaran
dengan memberikan kenyamanan psikologis

4
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

terhadap emosi yang ditampilkan tiap-tiap Johnson (1999) dan skala PAIR (Personal
individu. Assesment Intimacy Relationship). Modifikasi
Bertambahnya tingkat dan jenis tersebut antara lain menggunakan skala model
perkembangan keintiman membuat Schaffer Likert dengan 4 pilihan jawaban, yaitu sangat
dan Olson (dalam Zerach dkk., 2013) setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak
mendeskripsikan keintiman pernikahan dalam setuju, serta penambahan aitem skala
lima aspek yaitu aspek emosional, sosial, penelitian.
intelektual, seksual dan rekreasional. Hal ini Kedua skala tersebut selanjutnya dilakukan
membuat keintiman dipahami sebagai perhitungan reliabilitas dengan pendekatan
fenomena multidimensional yang dialami alpha cronbach dengan program SPSS versi
dengan berbagai cara dalam sebuah hubungan 22.0 for window. Skala komitmen pernikahan
meliputi kemampuan percaya terhadap satu memiliki reliabilitas 0,904 dengan 35 aitem
sama lain, berbagi pendapat dan perasaan, serta valid, sedangkan skala keintiman memiliki
mengikat hubungan yang melibatkan reliabilitas 0,898 dengan 29 aitem valid.
pertemanan dan seksualitas. Teknik analisis data yang digunakan ialah
korelasi analisis regresi linier sederhana dan
METODE PENELITIAN koefisien determinasi (R2). Sebelum dilakukan
uji hipotesis, dilakukan uji asumsi, yaitu uji
Penelitian ini menggunakan pendekatan
normalitas dan uji linearitas hubungan.
kuantitatif korelasional dengan variabel
independen keintiman dan variabel dependen
komitmen pernikahan. Penelitian ini bertujuan HASIL- HASIL
untuk menguji keeratan hubungan keintiman
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil,
dengan komitmen pernikahan.
bahwa keintiman memiliki hubungan dengan
Responden penelitian ini adalah suami istri
komitmen pernikahan. Koefisien korelasi 0,671
yang bekerja di Kota Surakarta dengan
dan p = 0,000. Taraf signifikansi p<0,05
karakteristik suami istri yang bekerja, berlatar
menunjukkan bahwa komitmen pernikahan
pendidikan minimal sarjana, dan status
memiliki hubungan signifikan, artinya semakin
pekerjaan sebagai pegawai negeri atau pegawai
tinggi keintiman semakin tinggi komitmen
swasta. Jumlah responden penelitian yang
pernikahan dan semakin rendah keintiman
didapat sebanyak 47 responden, dengan rincian
maka semakin rendah komitmen pernikahan.
23 pria dan 24 wanita. Teknik pengambilan
Hasil koefisien determinasi menunjukkan,
responden menggunakan purposive incidental
bahwa keintiman memberikan sumbangan
sampling.
efektif terhadap komitmen pernikahan sebesar
Pengumpulan data menggunakan
38,1%
modifikasi skala komitmen pernikahan oleh

5
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh pasangan membentuk seseorang untuk


hasil bahwa 10 orang memiliki komitmen mengikat pasangan dan memaksa pasangan
pernikahan tinggi, 32 orang memiliki komitmen tetap berada dalam hubungan secara moral
pernikahan sedang dan 5 orang memiliki Kepercayaan antara satu dengan yang lain,
komitmen pernikahan rendah. Untuk responden saling jujur terhadap kondisi dan situasi yang
yang memiliki keintiman tinggi 7 orang, dihadapi, perasaan tergantung secara
sedangkan 33 orang memiliki keintiman emosional, material, finansial dan struktural
sedang, dan 7 orang memiliki keintiman dan saling berbagi mengenai pendapat,
rendah. perasaan dan material merupakan salah satu
bentuk perilaku yang mengikat pasangan secara
PEMBAHASAN personal dan struktural (Johnson, 1999).

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini


diterima, yaitu terdapat hubungan antara PENUTUP
keintiman dengan komitmen pernikahan pada
Berdasarkan hasil penelitian dapat
suami istri yang bekerja (r = 0,671, t = 5.264, p
simpulkan, bahwa terdapat hubungan positif
= 0,000<0,05).
dan signifikan antara keintiman dengan
Bentuk-bentuk keintiman seperti
komitmen pernikahan pada suami istri yang
keterbukaan pasangan, responsivitas pasangan,
bekerja di Kota Surakarta. Semakin tinggi
mendengarkan dengan efektif dan tidak
tingkat keintiman, maka semakin tinggi pula
mengacuhkan pasangan (Laurenceau dkk.,
komitmen pernikahan suami istri yang bekerja.
2005) mempengaruhi kualitas hubungan
Sebaliknya, semakin rendah tingkat keintiman
seseorang. Pasangan yang terbuka, merespon
maka semakin rendah pula tingkat komitmen
pada setiap interaksi yang terjalin antara satu
pernikahan. Keintiman dan komitmen
dengan yang lain, mendengarkan keluhan
pernikahan pada suami istri yang bekerja di
pasangan serta memberikan pendapat mengenai
Kota Surakarta berada pada kategori sedang.
masalah yang dihadapi membuat kepercayaan
Saran untuk suami istri, yaitu diharapkan
seseorang semakin meningkat. Kepercayaan
saling terbuka untuk menerima pendapat
dalam hubungan membuat seseorang
pasangan, mendengarkan secara efektif
merasakan kenyamanan dan keamanan dalam
terhadap keluhan pasangan serta menyediakan
berhubungan dengan orang lain baik secara
waktu khusus berdua diluar waktu bersama
seksual ataupun emosional.
anggota keluarga lain.
Keamanan berhubungan kebebasan dan
Untuk peneliti lain, yaitu memperluas
sikap tanggung jawab seseorang mengambil
karakteristik penelitian bisa didapatkan hasil
keputusan yang berisiko terhadap satu dengan
yang lebih beragam. Perluasan karakteristik
yang lain. Tanggung jawab seseorang terhadap
berupa spesifikasi pekerjaan, perluasan daerah,

6
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

karakteristik lain seperti pembagian tingkat Commitment to the Relationship, Extradyadic Sex,
and AIDS Preventive Behavior. Journal of Applied
pendidikan dan perluasan karakteristik
Social Psychology, 27(14), 1241-1257
responden sehingga mampu memberikan hasil
Dalimunte, R.M. (2013). Kepuasan
penelitian yang lebih komprehensif Pernikahan pada Pasangan Suami dan Istri yang
Untuk Institusi Terkait, penyediaan Terlibat dalam Dual Career Family: Studi Kasus
pada Tiga Pasangan Suami Istri di Kota Bandung.
konselor ataupun psikolog pada setiap KUA Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Studi
(Kantor Urusan Agama) sebagai salah satu Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia
penasihat diharapkan dapat memberikan
Defrain, J. & Asay, S. M. (2007). Strong
informasi terkait dengan tahap-tahap dan
Families around the World: An Introduction to the
potensi munculnya masalah dalam pernikahan Family Strenghts Perspective. The Haworth Press
Inc.
serta alternatif pencegahan masalah pernikahan.
Fife, S. T. & Weeks, G. D. (2009). Rebuilding
Intimacy Following Infedility. Journal of
Psychoterapy, 15(3)
DAFTAR PUSTAKA
Fife, S.T. & Weeks, G. D. (2010). Barriers to
Abele, A. E., & Volmer, J. (2011). Dual- Recovering Intimacy. In J. Carlson & L. Sperry
Career Couples: Specific Challenges for Work- (Eds) Recovering Intimacy in Love Relationship:
Life Integration. Springer-Verlag Berlin A Clinician’s Giude (pp. 157-179). New York:
Heidelberg Routledge

Adelina, R.A.A & Andromeda. (2014). Gaia, A. C. (2013). The Role of Gender
Pasangan Dual Karir: Hubungan Kualitas Stereotypes in the Social Acceptability of the
Komunikasi dan Komitmen Perkawinan Di Expression of Intimacy. The Social Science
Semarang. Journal of Developmental and Clinical Journal, 50, 591-602
Psychology, 3(1)
Garcia, V. C. & Gomez, V. A. (2014).
Arikunto, S. (1995). Manajemen Penelitian. Limitation of Evolutionary Theory in Explaining
PT. Rineaka Cipta: Jakarta Marital Satisfaction and Stability of Couple
Relationships. International Journal of.Psychology
Azwar, S. (2013). Dasar-Dasar Psikometri. Research, 7(1), 81-93
Penerbit Andi: Yogyakarta
Hadi, S. (2004). Statistik: Jilid 2. Penerbit
________ (2013). Penyusunan Skala Andi: Yogyakarta
Psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Handayani, U. R. (2006). Persepsi terhadap
Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Jawa Keintiman pada Suami Istri di Usia Pernikahan
Tengah Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Dua Tahun Pertama. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Prov. Jawa Tengah dan BAPPEDA Prov. Jawa Sumatera Utara: Program Studi Psikologi Fakultas
Tengah: Semarang Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Statistik Impett, E. A., Finkel, E. J., Strachman, A. &
Indonesia 2014. Badan Pusat Statistik Pusat: Gable, S. L. (2008). Maintaining Sexual Desire in
Jakarta Intimate Relationship: The Importance of
Approach Goals. Journal of Personality and Social
Badan Pusat Statistik (BPS). (2014).
Psychology, 94(5), 808-823
Surakarta dalam Angka 2014. Badan Pusat
Statistik Kota Surakarta: Surakarta Johnson, M. P. (1999). The Triparte Nature of
Marital Commitment: Personal, Moral, and
Bakker, A.B. & Buunk, B. P. (1997).
Structural Reasons to Stay Married. Journal of

7
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

Marriage and the Family, 61(1), 160-177 Prianto, B., Wulandari, N. W., & Rahmawati,
A. (2013). Rendahnya Komitmen Pernikahan
Larson, J.H., Hammond, C.H., & Harper, J.M. Sebagai Sebab Perceraian. Jurnal Komunitas, 5(2),
(1998). Perceived Equity and Intimacy In 208-218
Marriage. Journal of Marital amd Family Therapy.
24(4), 487-506 Price, T. (2014). Unmasking Masculinity: A
Qualitative Study of Men’s Experience and
Laurenceau, J., Feldman-Barret, L. & Understanding of Intimacy. Tesis: Tidak
Pietromonaco, P. R. (1998). Intimacy as an Diterbitkan. Canada: Master of Science in Family
Interpersonal Process: The Importance of Self- Relations and Human Development University of
Disclosure, Partner Disclosure, and Preceived Guelph
Partner Responsiveness in Interpersonal
Exchanges. Journal of Personality and Social Priyatno. (2008). Mandiri Belajar SPSS.
Psychology, 74(5), 1238-1251 Yogyakarta: Mediakom
Laurenceau, J., Feldman-Barret, L. & Rovine, Olson, D. H., & Olson, A. K. (2000).
M. J. (2005). The Interpersonal Process Model of Empowering couples: Building on your strengths.
Intimacy in Marriage: A Daily-Diary and Minneapolis: Life Innovations Inc.
Multilevel Modelling Approach. Journal Family
Psychology, 19(2), 314-323. Rahmatika, N.S. & Handayani, M.M. (2012).
Hubungan antara Bentuk Strategi Coping dengen
Le, B. & Etcheverry, P. E. (2005). Thinking Komitmen Perkawinan pada Pasangan Dewasa
about Commitment: Accesibility of Commitment Madya Dual Karir. Jurnal Psikologi Pendidikan
and Prediction of Relationship dan Perkembangan, 1(3)
Persistence.Accomodation, and Willingness to
Sacrifice. Journal of Personal Relationship, 5, Roberts, J. & Pryor, J. (2005). What is
103-123 Commitment? How Married and.Cohabiting
Parents Talk about Their Relationship. Journal of
Lloyd, M. E. (2011). Fear of Intimacy in Family, 71
Romantic Relationship during Emerging
Adulthood: The Influence of Past Parenting and Rovers, M., West, R., Schmerk, T. &
Separation-Individuation. Tesis: Tidak Diterbitkan. Vanderburg, R. (2008). Towards a Better
Victoria: Faculty of Arts, Education and Human Appreciation of the “Intimacy” Gap Between Men
Development University, Victoria and Women: “Intimacy” is an Action Word for
Men. Hakomi Forum Issue 19-20-21
McMahon, B. (2007). Organizational
Commitment, Relationship Commitment and.Their Rusbult, C. E., Martz, J. M. & Agnew, C. R.
Association with Attachment Style and Locus of (1998). The Investment Model Scale: Measuring
Control. Tesis: Tidak Diterbitkan. Georgia: Degree Commitment Level, Satisfaction Level, Quality of
Master of Science in Psychology Institute Alternatif and Investment Size. Journal of
Technology of Georgia Personal Relationship, 5, 357-391

Neault, R. A. & Pickerel, D. A. (2005). Dual- Santrock, J. W. (2011). Life-Span


Career Couples: The Juggling Act. Canadian Development 13th Edition. McGraw-Hill.Publisher
Journal of Counselling, 39(3) Company, Inc

Newton, M., Boblin, S. & Ciliska, D. (2006). Saraceno, C. (2007). Introduction to the
Understanding Intimacy for Women with Special Issue: Dual-Career Couples. Zetischrift fur
Anorexia Nervosa: A Phenomenon Logical Familienforsxhung, 19.
Approach. European Eating Disorder Review, 14,
Schoebi, D., Karney, B.R, & Bradbury, T.N.
43-48
(2012) Stability and Change in the First 10 Years
Patrick, S. & Beckenbech, J. (2009). Male of Marriage: Does Commitment Confer Benefits
Perceptions of Intimacy: A Qualitative Studies. Beyond The Effects of Satisfaction? Journal of
Journal of Men’s Studies, 17(1), 47-56 Personality and Social Psychology, 102(4), 729-
742

8
HARYANTI / HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN DENGAN KOMITMEN

Sprecher, S. & Hendrick, S. S. (2004) Self- Yogyakarta: Program Doktor Psikologi Program
Disclosure in Intimate Relationship: Associations Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
with Individual and Relationship Characteristic
over Time. Journal of Social and Clinical Zerach, G., Anat, B., Solomon, Z., & Heruti,
Psychology, 23(6), 857-877 R (2013) Posttraumatic Symptomps, Marital
Intimacy, Dyadic Adjustment, and Sexual
Stanley, S.M, Rhoades, G. K. & Whitton, S. Satisfaction among Ex-Prisoners of War. Journal
W. (2010). Commitment: Functions, Formation, of Psychiatry, 50(2)
and the Securing of Romantic Attachment. Journal
of Family Theory Rev. 2(4), 243-257
Sugiyono. (2010. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Penerbit Alfabeta
PA Surakarta. (2014). Rekap Faktor Penyebab
Perceraian Tahun 2014. Diakses dari www.pa-
surakarta.go.id pada tanggal 13 Juni 2015
(2014a). Rekap Jenis Perkara
Diterima Tahun 2011. Diakses dari www.pa-
surakarta.go.id pada tanggal 13 Juni 2015
(2014b). Rekap Jenis Perkara
Diterima Tahun 2012. Diakses dari www.pa-
surakarta.go.id pada tanggal 13 Juni 2015
(2014c). Rekap Jenis Perkara
Diterima Tahun 2013. Diakses dari www.pa-
surakarta.go.id pada tanggal 13 Juni 2015
Van Lange, P. A.M., Rusbult, C. E., Drigotas,
S. M., Arriaga, X. B, Witcher, B. S. & Cox, C. L.
(1997) Willingness to Sacrifice in Close
Relationship. Journal of Personality and Social
Psychology. 72(6), 1373-1395
Volsky, J. A. (1998). Intimacy, Marital
Satisfaction and Sexuality in mature Couple Tesis:
Tidak Diterbitkan. Canada: Departement of
Psychology University of Concordia,
Wilcox, W.B., & Nock, S. L., (2006). What’s
Love Got to do With It? Equality, Equity,
Commitment and Women’s Marital Quality.
Social Forces, 84(3)
Wulandari, A. D. (2014). Komitmen pada
Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam
Perkawinan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
LPPM UMP 2014, ISBN 978-602-14930-2-1
Yohannes, W. B. (2004). Kepuasan
Perkawinan: Ditinjau Dari Komitmen.Perkawinan,
Penyesuaian Diadik, Kesediaan Berkurban,
Kesetaran Pertukaran, dan Persepi Terhadap
Perilaku Pasangan. Disertasi: Tidak Diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai