Anda di halaman 1dari 14

PENYEBAB CERAI GUGAT TENAGA KERJA WANITA DALAM

HUBUNGAN LONG DISTANCE MARRIAGE (STUDI KASUS DI KECAMATAN


BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG)

Miftahul Huda
mieftach80@gmail.com
UIN Sayyid ali Rahmatullah Tulungagung

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terjadinya perceraian gugat yang di
alami Tenaga Kerja Wanita (TKW) akibat dari Long Distance Marriage (LDM) di
wilayaha kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif pendekatan studi kasus dan tehnik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam dan observasi. Dalam penelitian ini dilakukan pada 2 partisipan
utama dengan kriteria seorang istri yang bekerja sebagai TKW di luar negeri dan
melakukan cerai gugat terhadap pasangannya. Hasil penelitian, hubungan long distance
marriage akan menimbulkan banyak permasalahan apabila kita tidak bisa mensikapinya
dengan arif dan bijaksana, salah satu permasalahan yang sangat mendasar ialah
timbulnya perselingkuhan yang dilakukan suami. Permasalahan tersebut sulit di maafkan
oleh istri sehingga mengakibatkan sang istri melakukan cerai gugat kepada suaminya.
Kata Kunci: Tenaga Kerja Wanita, Long distance Marriage, Cerai Gugat

A. PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan hubungan yang bermuara pada rasa cinta antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menimbulkan rasa damai dan nyaman

bagi keduanya. Institusi perkawinan diatur dengan rapi dalam agama Islam. Semua

pasangan suami istri pasti menginginkan keharmonisan untuk memperoleh kepuasan

dan kebahagiaan dalam hubungan. Kebahagiaan pernikahan seseorang merupakan

penilaian sendiri terhadap situasi perkawinan yang dipersepsikan menurut tolok ukur

masing-masing pasangan. Kebahagiaan akan diperoleh jika individu memiliki rasa

saling pengertian terhadap pasangannya. Rasa saling pengertian ini dapat dicapai jika

hubungan antara suami istri terjalin dengan baik, dimana masing-masing individu

[Type text]
mampu mengenali kebutuhan pasangan dan dapat memahami satu sama lain. Selain

itu, dalam sebuah hubungan pernikahan juga dibutuhkan adanya rasa saling percaya

satu sama lain. Adapun yang dimaksud dengan percaya di sini adalah adanya

keyakinan atas perasaan serta jaminan dari pasangan untuk saling menepati janji guna

mencari kesejahteraan dalam menjalani sebuah hubungan. Dalam sebuah hubungan,

salah satu pihak akan berusaha untuk mempelajari pihak lain selama pihak lain

tersebut dapat dipercaya. Rasa percaya dan saling pengertian inilah kunci dalam

memelihara keharmonisan dan kebahagiaan hubungan pernikahan

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan pria dan

wanita, karena melibatkan suatu komitmen yang bersifat emosional, sah secara hukum

antara dua orang untuk berbagi kedekatan secara fisik dan emosi, berbagi tugas-tugas

rumah tangga serta sumber-sumber ekonomi (Olson, DeFrain & Skogrand, 2008).

Menurut Purwadarminta (dalam Walgito, 2002) pernikahan memiliki arti yang sama

dengan perjodohan antara laki-laki dan perempuan menjadi suami istri atau bisa juga

disebut dengan nikah atau perkawinan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia

(2017), suami merupakan pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita

dan istri merupakan wanita yang telah menikah atau yang bersuami. Adapun hak dan

kewajiban suami istri di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Pada pasal 34 ayat 1 mengatakan

bahwa : “Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.” Kemudian menurut pasal 34

ayat 2 mengatakan bahwa: “Istri wajib mengatur urusan rumah-tangga dengan sebaik-

baiknya”.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan tersebut telah menjeaskan bahwa tugas pokok suami adalah melindungi

[Type text]
istri serta mencukupi kebutuhan dalam rumah tangga. Dan tugas istri adalah mengatur

urusan rumah tangga. Meskipun demikian dalam kenyataan hidup di masyarakat

penyusun sering jumpai sebaliknya, tidak jarang istri sebagai tulang punggung

keluarga dan suami sebagai pengatur urusan rumah tangga. Pertukaran peran antara

suami istri ini bisa disebabkan karena factor kemiskinan tetapi bisa juga disebabkan

karena factor lainnya. Ketika secara ekonomi suami tidak mampu memperoleh

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, strategi yang dijalankan

selanjutnya yaitu memasukan istri sebagai pencari nafkah. Akan tetapi, seorang istri

akan sangat sulit mendapatkan pekerjaan dengan upah yang besar apalagi tidak

memiliki pendidikan yang cukup serta keterampilan yang memadai, sehingga

menyebabkan peluang kerja istri di dalam negeri menjadi terbatas. Pada akhirnya istri

memilih bekerja di luar negeri.

Dengan bekerjanya seorang istri di luar negeri dan suami berada di rumah

maka akan menyebabkan terjadinya Long distance marriage. Long distance marriage

menggambarkan tentang situasi pasangan yang berpisah secara fisik, salah satu

pasangan harus pergi ke tempat lain demi suatukepentingan, sedangkan pasangan

yang lain harus tetap tinggal di rumah. Situasi seperti ini membuat komunikasi dan

intensitas pertemuan pada pasangan menjadi relatif singkat, padahal dalam sebuah

pernikahan, sentuhan, belaian serta kehadiran pasangan sangatlah penting, sehingga

pasangan hanya dapat berkomunikasi melalui media komunikasi seperti telepon,

chatting, dan pesan singkat.Selain itu keadaan berpisah tempat tinggal ini

menyebabkan individu mengalami berbagai kondisi psikologis yang dirasakan seperti

stres, merasa kesepian, cemas, emosi yang kurang stabil, dan ragu terhadap pasangan

Pasangan suami istri sudah selayaknya tinggal bersama, namun ada pula

pasangan suami istri yang harus tinggal terpisah dengan berbagai alasan yang berbeda,

[Type text]
salah satu alasan yang membuat mereka yang harus terpisah yakni karena alasan

pekerjaan dan kebutuhan ekonomi. Seperti yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) yang bekerja di negara lain demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Sehingga penelitian tentang hubungan jarak jauh pada pasangan TKI sangat penting

untuk dilakukan dengan beberapa alasan. Pertama, hubungan jarak jauh yang dialami

suami istri rentan terhadap konflik. Konflik yang timbul terjadi karena orang dalam

hubungan jarak jauh menghadapi tantangan waktu dan jarak geografis. Sehingga

mereka harus bernegosiasi diantara kebersamaan dan pemisahan. Konflik yang terjadi

pada hubungan jarak jauh yang dialami pasangan TKI pada akhirnya mengakibatkan

terjadinya perceraian.

Namun yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah ketika seorang istri

bekerja dan suami di rumah untuk menjaga keluarga (anak) dapat dikatakan sebagai

kelalaian suami yang tidak dapat menafkahi keluarga?. Jika melihat kondisi suami –

istri yang berjauhan tidak menutup kemungkinan bakal sering terjadi miskomunikasi

antara satu dengan yang lainnya yang besar kemungkinan meningkatkan tingginya

kasus perceraian di kalangan TKW/TKI. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Abdul Jamil and Fakhruddinyang mengasumsikantentang anggapan

masyarakat selama ini bahwa seorang istri yang mempunyai profesi tenaga kerja

wanita (TKW) ternyata memiliki kecenderungan untuk bercerai semakin tinggi.1 Oleh

karena itu, perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terhadap Penyebab perceraian

di kalangan TKW terutama untuk dapat dipahami apa saja faktor pemicu terjadinya

gugatan cerai yang berujung pada perceraian di kalangan TKW .

1
Abdul Jamil and Fakhruddin, “Isu Dan Realitas Di Balik Tingginya Angka Cerai-Gugat Di
Indramayu,” Harmoni : Jurnal Multikultural & Multireligius 14 (Mei-Agustus 2015): 138–59.
144https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/view/93/77

[Type text]
B. Metode Penelitian

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik observasi dan teknik

wawancara yang bertujuan untuk memperoleh data yang lebih mendalam. Peneliti

melakukan teknik wawancara kepada narasumber dengan mengumpulkan data

penelitian melalui kontak atau hubungan langsung antara peneliti dengan sumber data.

Peneliti melakukan wawancara kepada dua orang tenaga kerja wanita yang beralamat

di kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Hukum Perceraian dalam Perundang Undangan Kontemporer

Perundang-Undangan di Indonesia Perceraian di Indenesia diatur dalam UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan (UUP), dan Intruksi Presiden RI No. 1 tahun 1991

tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang dikokohkan oleh Keputusan Mentari

Agama No. 154 tahun 1991 tentang pelaksanaan Intruksi presiden RI No. 1 tahun

1991.21 Dalam KHI disebutkan bahwa perkawinan dapat putus karena: (1) Kematian,

(2) Perceraian, dan (3) atas putusan Pengadilan. Putusnya perkawinan yang

disebabkan oleh perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan

perceraian. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama

(PA) setelah PA tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak. Perceraian terhitung sejak perceraian dinyatakan di depan sidang pengadilan

Perceraian dapat terjadi karena alasan alasan :

(1) salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan,
(2). salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya,
(3) salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung,

[Type text]
(4) salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain,
(5) salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri,
(6) antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
(7) Suami menlanggar taklik talak, dan
(8) peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga.
Proses perceraian yang berdasarkan dari keinginan istri untuk bercerai di sebut dengan

cerai gugat. Istilah cerai gugat dalam undang-undang, pertama kali digunakan dalam

Pasal 73-76 Undang-Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama (UU No. 7

tahun 1989). Istilah cerai gugat sebelumnya dikenal dengan istilah fasakh, meskipun

alasannya untuk fasakh tersebut tidak persissama dengan alasan cerai gugat

sebagaimana diatur dalam UU No. 7 tahun 1989 dan dalam KHI.Fasakh menurut

istilah bahasa berarti mencabut atau membatalkan suatu perkawinan ataspermintaan

pihak istri (Sudarsono, 1993). Dengan demikian, pihak isteri dapat

menggunakanpeluang sebagai alasan untuk mengajukan cerai gugat terhadap

suaminya untuk memperolehstatus perceraian dari segi hokum.

b. Faktor penyebab gugatan perceraian TKW dalam hubungan Long Distance Marriage

Dalam hubungan pernikahan yang Long Distance, pasangan suami istri

dihadapkan pada permasalahan-permasalahan mengenai tanggung jawab terhadap

keutuhan keluarga. Dengan keadaan suami dan istri yang berjarak ini tentu dapat

menimbulkan kekosongan peran-peran yang seharusnya dilakukan oleh suami dan

istri layaknya pasangan yang tinggal seatap. Keluarga dapat diibaratkan sebagai

organisasi di mana setiap anggota keluarga yang ada diibaratkan sebagai organ-

organnya yang saling melengkapi.2 Keluarga yang terorganisasi merupakan kesatuan

sistem yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik, yakni di mana tiap-tiap

2
Murniati, Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Prespektif Agama, Budaya, dan Keluarga Edisi
Kedua (Magelang: Indonesia Tera, 2004), 197.

[Type text]
anggota keluarga yang ada mampu menjalankan peranan sosialnya dengan baik.

Seperti diketahui dalam pelaksanaannya, keluarga tentu mempunyai beberapa fungsi

penting yang mungkin tidak dapat digantikan oleh siapapun, di mana dengan adanya

fungsi-fungsi tersebut dapat memungkinkan setiap anggotanya untuk menjaga

kelangsungan hidup dan juga mempertahankan hidup, baik secara biologis maupun

psikologis.3

Dalam realita yang terjadi pada pasangan suami istri yang long distance,

fungsi-fungsi keluarga mengalami perubahan dikarenakan pasangan suami istri tidak

tinggal bersama di bawah satu atap. Pernikahan semacam ini dapat menjadi penyebab

tidak terpenuhinya kebutuhan karena intensitas kebersamaan menjadi berkurang.

Selain itu, tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh masing-masing pasangan suami

istri yang long distance terkadang tidak dapat dipenuhi seperti pada pasangan suami

istri yang tinggal seatap karena faktor jarak menjadikan kendala dalam pemenuhan

kebutuhan. Akibat ketidakmampuan untuk melakukan tuntutan tersebut tidak jarang

menimbulkan pertentangan dan perselisihan antara pasangan suami dan istri yang

menjalani rumah tangga seperti ini. Dalam menjalani hubungan pernikahan long

distance, banyak hal yang tentunya menjadi pertimbangan yang memberatkan, salah

satunya kebutuhan untuk berkomunikasi yang mungkin terabaikan dan kebutuhan

psikologis serta biologis yang tidak dapat dipenuhi.Dengan tidak terpenuhinya

kebutuhan kebutuhan tersebut akan mengakibatkan individu mencari pemenuhan

kebutuhan tersebut di luar pernikahan. Antara lain melalui perselingkuhan dengan

orang lain. Pada akhirnya akan bisa menyebabkan berakhirnya hubungan pernikahan

dengan perpisahan/perceraian.

Untuk Memperjelas hal tersebut, penulis telah melakukan melakukan

penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan SR dan NUmengenai tantangan


3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Press, 2003), 333

[Type text]
apa saja yang dihadapinya selama menjalani long distance marriage serta alasan dia

menggugat cerai suaminya. Di sini penulis memfokuskan kepada narasumber dari

kalangan TKW yang mengalami Long distance marriage dan berakhir pada gugatan

perceraian.

Berikut merupakan petikan wawancara penulis dengan SR.

“Tantangannya apa yaa … yang jelas komunikasi sih, aku gak bisa selalu
komunikasi lewat telponsama suami karena dia sibuk dengan urusannya,
kalo kangen juga gak bisa selalu ketemu, terus aku juga gatau dia itu pernah
bohong apa nggak ke aku, sama mempercayai suami itu susah, karna aku
gatau secara detail dia disana ngapain aja …”
(wawancara dengan SR pada tanggal 20 Nopember 2020)

Berdasarkan wawancara di atas, SR mengemukakan beberapa tantangan selama

menjalani long distance marriage. Tantangan-tantangan tersebut berdasarkan yang ia

katakan antaralain yaitu komunikasi yang jarang dilakukan antara SR dengan suami

melalui telepon dikarenakan kesibukan suami dengan urusannya sendiri, kemudian

SR tidak selalu dapat bertemu suami jika merasa rindu dengan suami, SR juga tidak

mengetahui apakah selama ini suaminya pernah membohongi SR atau tidak, dan SR

juga susah mempercayai suaminya, Karen SR tidak mengetahui secara detail apa saja

yang dilakukan suaminya di rumah selama menjalani long distance marriage.

Berbagai permasalahan dan tantangan seperti yang diungkapkan oleh SR juga

dapat memicu berbagai permasalahan yang terjadi dalam long distance marriage jika

pasangan yang menjalaninya tidak dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Permasalahan tersebut antara lain perasaan kesepian dan kecurigaan kepada suami

kurangnya komunikasi, memiliki kehidupan yang berbeda, rentan perselingkuhan,

hilangnya rasa keintiman yang mengakibatkan kurangnya rasa percaya yang pada

[Type text]
akhirnya akan menimbulkan kejenuhan dalam hubungan pernikahan serta

menimbulkan keinginan untuk berpisah dengan suaminya.

Selanjutnya SR juga menceritakan alasannya menggugat cerai suaminya…

Sebenarnya saya sudah terima saya yang bekerja di luar negeridan suami
yang mengurus rumah dan anak anak di rumah, meskipun tiap kali saya kirim
uang selalu dihabiskan suami saya tidak masalah tapi yang membuat hati
saya sakit, saya sering dilapori tetangga & saudara yang mengatakan bahwa
suami saya di rumah malah selingkuh, yang lebih menyakitkan lagi
selingkuhnya dengan cewek yang masih family dengan saya. Mungkin kalau
selingkuh dengan cewek lain yang bukan family saya masih bisa maafkan tapi
ini dengan family dekat saya……
(wawancara dengan SR pada tanggal 20 Nopember 2020)

Selanjutnya dalam petikan wawancara tersebut SR mengatakan bahwa dia

sebenarnya tidak mempersoalkan tentang pergantian peran antara dia dengan

suaminya, yang mana sebelum ini dia bekerja sebagai ibu rumah tangga pada

akhirnya sekarang dia berganti peran menjadi tulang punggung keluarga. Dan SR juga

tidak mempermasalahkan uang yang selama ini dia kirimkan ke rumah untuk keluarga

meskipun sebagian uangnya malah dihabiskan suami untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri. Yang menjadikan SR sangat marah dan sakit hati karena sudah di khianati

suaminya dengan berselingkuh dengan seorang cewek yang notabenenya masih ada

hubungan family dengan SR. sebenarnya SR bisa saja memaafkan perselingkuhan

suaminya jika saja cewek tersebut bukan kerabat dekatnya, berhubung cewek tersebut

masih kerabat dekatnya sendiri akhirnya dia memilih untuk mengalah dan mengakhiri

hubungan dengan cara menggugat cerai suaminya.

Wawancara penulis dengan NU yang juga menjalani long distance marriage

memberikan data lebih lanjut mengenai hal ini.

“Seringkali aku telpon ndak diangkat... Jelas curiga banget Pak, apalagi
temen ceweknya banyak dan seringnya pergi ke warung kopi yang pelayannya
cewek cewek, curiga kalo kalo dia selingkuh … Percaya nggak percaya sih, …

[Type text]
Aku takut aja kalo dia Terpengaruh hal hal yang tidak baik dari temen
temennya…”
(wawancara dengan NU pada tanggal 15 Desember 2020)

Dari petikan wawancara tersebut, terlihat bahwa NU merasa curiga terhadap

suaminya.Ketika NU menghubungi suami dan suami tidak mengangkat teleponnya.

NU merasa takut jika suami terpengaruh hal yang tidak baik dari teman-temannya.NU

juga merasa kawatir jika seandainya suaminya akan berselingkuh dengan pelayan

warung kopi yang selama ini menjadi langganan suaminya. Ketakutan dan

kekhawatiran NU terhadap suaminya bukan tidak beralasan, kecurigaan itu akhirnya

terbukti benar benar terjadi.

Selanjutnya NU menjelaskan alasannya menggugat cerai suaminya :

"saya sudah susah payah bekerja di sini………… tiap bulan uang saya
kirim ke rumah.. yang di rumah malah bersenang senang dengan wanita
lain… sakit banget rasanya, apalagi klu lihat photo-photo suami lagi
berduan & bermesraan dengan wanitanya itu, saya ndak kuat pak, lebih
baik berpisah saja…….

Dari keterangan NU tersebut, NU menjelaskan bahwasannya dia bekerja di

Luar Negeri membanting tulang untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Akan

tetapi suaminya malah mempergunakan uang istrinya untuk bersenang-senang dengan

wanita lain. Kebiasaan suami yang sering ke warung kopi/kafe telah mengakibatkan

suami NU mengkhianati istrinya dengan berselingkuh dengan wanita penjaga kafe.

Perselingkuhan suami NU bukan Cuma perkiraan atau prasangka NU saja, akan tetapi

NU juga mendapatkan bukti photo-photo suaminya yang sedang bermesraan dengan

selingkuhannya.

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap dua orang tenaga

kerja wanita yang beralamat di wilayah kecamatan besuki dan sedang bekerja di

[Type text]
negara Taiwan. Yang mana keduanya melakukan cerai gugat terhadap suami mereka

dikarenakan hubungan long distance marriage yang menyebabkan suaminya

melakukan perselingkuhan.

c. Analisis terhadap permasalahan cerai gugat Tenaga Kerja Wanita dalam

hubungan Long Distance Marriage

Berdasarkan penelitian terhadap dua orang TKW yang bekerja di Taiwan

tersebut di atas maka Peneliti menemukan bahwa permasalahan-permasalahan yang

dialami oleh pelaku hubungan long distance marriage sangat kompleks dan beragam,

diantaranya adalah seperti yang dialami oleh saudari SR. SR dalam melakukan long

distance marriage mengalami permasalahan dalam hal komunikasi dengan suaminya

karena kesibukan masing-masing, selain itu SR juga tidak bisa ketemu langsung

suaminya setiap waktu, dia hanya bisa ketemu suaminya tiga tahun sekali sewaktu

kontrak kerjanya habis. Permasalahan lain yang di hadapi SR adalah berkurangnya

rasa kepercayaan SR terhadap suami, yang mana pada akhirnya kepercayaan itu

benar-benar hilang setelah SR mengetahui suaminya berselingkuh dengan seorang

perempuan yang masih familinya sendiri. Setelah tidak kuat dengan perlakuan suami

terhadap dirinya akhirnya SR menggungat cerai suami di Pengadilan Agama.

Sebagaimana permasalahan-permasalahan yang di alami SR, NU juga

mengalami permasalahan dalam kehidupan long distance marriage yang tidak

menyenangkan. Diantara permasalahan yang dialami NU adalah hilangnya rasa

kepercayaan NU terhadap suami, NU sejak awal bekerja menjadi TKW sudah kawatir

jika suaminya akan berselingkuh. Meskipun demikian NU tetap saja bekerja di luar

negeri demi mencukupi perekonomian keluarga. Setelah beberapa lama NU bekerja

menjadi TKW ternyata suaminya terbukti benar berselingkuh dengan wanita lain.

[Type text]
Pada akhirnya Setelah NU menemukan bukti perselingkuhan, kemudian ia menggugat

cerai suaminya di Pengadilan Agama.

Dari paparan permasalahan SR dan NU tersebut di atas, maka dapat peneliti

ambil kesimpulan secara sederhana bahwa permasalahan umum yang muncul pada

kehidupan long distance marriage pada TKW tersebut adalah merupakan akumulasi

dari berbagai masalah dalam rumah tangganya, antara lain:

1. Tidak Adanya Keharmonisan dalam Keluarga.

Salah satu faktor utama yang dapat mempetahankan suatu keluarga menjadi utuh

dan abadi adalah adanya keharmonisan dalam keluarga. Dengan adanya

keharmonisan maka akan terciptalah ketenteraman, sehingga menimbulkan kasih

sayang dan bahagia, dengan harmonis akan terciptanya keamanan dan kedamaian.

2. Faktor Ekonomi yang Tidak Mendukung Keuangan Keluarga

Unsur-unsur yang masuk ke dalam faktor ekonomi antara lain adalah tidak

mampunya suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, sedangkan

pendapatan istri lebih besar dibandingkan dengan pendapatan suami. Dengan

adanya perbedaan dari segi penghasilan dikaitkan dengan kesetaraan gender cukup

signifikan sebagai penyebab terjadinya cerai gugat.

3. Tidak Adanya Tanggung Jawab antara Pasangan Suami Istri

Alasan diajukan cerai gugat oleh istri terhadap suaminya, biasanya tidak murni

diakibatkan oleh salah satu alasan tertentu, melainkan adanya kombinasi dengan

penyebab lain. Dalam masalah ekonomi misalnya, apabila suami mau bekerja

secara giat, tetapi belum mendapat rezeki mungkin masih bisa dimaklumi. Apabila

suami tidak mau gigih untuk bekerja malah santai-santai saja, perilaku suami

menjengkelkan, suami menghabiskan waktu di warung atau cafe-cafe, sehingga

istri merasa tidak diperhatikan.

[Type text]
4. Kurangnya rasa kepercayaan terhadap pasangan mengakibatkan perasaan selalu

curiga terhadap pasangannya.

5. Perselingkuhan atau pengkhianatan terhadap pasangan.

Berdasarkan paparan di atas, factor utama istri menggugat cerai adalah

Perselingkuhan suaminya. Ini adalah alasan paling mendasar dan alasan yang

tidak bisa di terima oleh istri sehingga sang istri memilih mengakhiri hubungan

rumah tangga dari pada mempertahankan keluarganya.

[Type text]
Daftar Pustaka

Nasution Khoiruddin, Islam Tentang Relasi Suami Isteri (Hukum


Perkawinan),(Yogyakarta, ACAdeMIA, 2004)

Murniati, Getar Gender : Perempuan Indonesia dalam Prespektif Agama,


Budaya, dan Keluarga Edisi Kedua (Magelang: Indonesia Tera, 2004)

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: Rajawali Press, 2003)

Abdul Jamil and Fakhruddin, “Isu Dan Realitas Di Balik Tingginya Angka
Cerai-Gugat Di Indramayu,” Harmoni : Jurnal Multikultural & Multireligius 14 (Mei-
Agustus 2015)
https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/view/93/77

EDUGAMA: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 5 No. 2


Desember 2019 Realitas Gugat Cerai TKW (Asia Timur) di Kabupaten Ponorogo:
Sebuah Tinjauan Hukum Islam

Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri dalam Mempertahankan


Hubungan Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage) (Studi Kasus di Desa
Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo) Skripsi Dhea Alfian Masruroh
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO 2020

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai