PENDAHULUAN
1
ketika mereka akan atau telah bercerai. KEbanyakan masalah yang
dihadapi oleh anak akibat perceraian orang tuanya adalah masalah
mental dan perilaku terhadap orang lain. Dengan kata lain,
perceraian bisa berpengaruh terhadap mental anak.
Disisi lain, selain perceraian terdapat keharmonisan keluarga
yang juga sama – sama mempengaruhi mental dan prilaku terhadap
orang disekitarnya. Tidak sedikit anak dengan orang tua yang
lengkap, keharmonisan keluarganya tidak berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
pada akhirnya menimbulkan masalah yang dapat dirumuskan di
dalam beberapa pertanyaan-pertanyaan. Maka dari itu, penulis
merumuskan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perceraian orang tua dan
keharmonisan keluarga terhadap mental siswa?
2. Apa dampak perceraian orang tua dan keharmonisan
keluarga terhadap perasaan siswa?
3. Bagaimana perilaku siswa yang orang tuanya bercerai dan
keharmonisan keluarganya tidak berjalan dengan baik
terhadap lingkungan sekitarnya?
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Metode Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pernikahan
2.1.1 Pengertian Pernikahan
2.1.2 Tujuan Pernikahan
2.2 Perceraian
2.2.1 Pengertian Perceraian
2.2.2 Dampak Perceraian Terhadap Anak
2.3 Keharmonisan Keluarga
2.3.1 Pengertian Keharmonisan Keluarga
2.3.2 Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Anak
2.4 Mental Anak
2.4.1 Pengertian Mental Anak
2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Mental Anak
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Kajian Hasil Penelitian
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pernikahan
2.2 Perceraian
5
2.2.1 Pengertian Perceraian
6
2.3 Keharmonisan Keluarga
7
2.3.2 Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap
Anak
8
Mental pada anak ialah hal – hal yang berada dalam diri
anak yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat
mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian anak
tersebut.
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
b) Faktor Sosial
9
perkembangan mental anak tersebut. Dari hubungan itulah mental
anak dapat terpengaruhi oleh orang – orang terdekatnya.
c) Faktor Budaya
10
BAB III
PEMBAHASAN
f
P= ×100
n
Keterangan: P = Presentase
F = Frekuensi
N = Total Responden
Setelah dipresentasekan, kemudian data tersebut ditafsirkan.
Penafsiran data diambi dari rentang 0%-100%, lalu data tersebut
dianalisis dengan kriteria sebagai berikut:
100% = Seluruhnya
50% = Setengahnya
11
0% = Tidak seorangpun
Tabel 3.2.1
1. Apakah orang tua anda bercerai?
Tabel 3.2.2
2. Apakah orang tua anda dalam keadaan sering
berkomunikasi?
12
Berdasarkan tabel 3.2.2 dapat dilihat bahwa 35 responden
orang tuanya dalam keadaan sering berkomunikasi dengan
persentase 70%, 11 responden orang tuanya jarang berkomunikasi
dengan persentase 22%, dan 4 responden orang tuanya dalam
keadaan tidak berkomunikasi dengan persentase 8%.
Tabel 3.2.3
3. Apakah orang tua anda pernah bertengkar di hadapan
anda?
Pernah 37 74
Tidak 13 26
Total 50 100
13
Tabel 3.2.4
4. Apa yang anda rasakan ketika orang tua anda
bertengkar?
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sedih atau Takut 38 76
Biasa Saja 12 24
Total 50 100
Tabel 3.2.5
5. Apa yang anda rasakan ketika orang tua anda bercerai
atau tidak harmonis?
14
Berdasarkan tabel 3.2.5 dapat dilihat bahwa 39 responden
stres karena memikirkan orang tuanya yang bercerai atau tidak
harmonis dengan persentase 78% dan 11 responden merasa biasa
saja ketika orang tuanya bercerai atau tidak harmonis dengan
persentase 22%.
Tabel 3.2.6
6. Apa yang menjadi pelampiasan anda ketika merasa
tertekan karena masalah keluarga?
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Beribadah/Berdo’a 22 44
Bermain 9 18
Diam 9 18
Bercerita Kepada 2 4
Orang Terdekat
Lain-Lain 8 16
Total 50 100
15
Dari data tersebut, dapat disimpukan bahwa mayoritas
responden memilih beribadah/berdo’a untuk melampiaskan
ketertekanannya dibanding bermain, bercerita kepada orang
terdekat, diam, dan lainnya.
Tabel 3.2.7
7. Bagaimana anda berinteraksi dengan orang-orang
sekitar?
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Berbaur 23 46
Kadang Berbaur 18 36
Menyendiri 9 18
Total 50 100
Tabel 3.2.8
8. Apakah anda nyaman saat berada di rumah dalam
kondisi keluarga anda sedang tidak harmonis?
16
Total 50 100
Tabel 3.2.9
9. Bagaimana perasaan anda ketika melihat keluarga orang
lain yang harmonis?
17
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden merasa biasa saja dan senang dengan perbandingan 1:1
(Biasa Saja:Senang) dibanding responden yang merasa sedih.
Tabel 3.2.10
11. Pernahkah anda bepikiran untuk menjadi anak nakal
dan mengikuti pergaulan bebas karena merasa tertekan?
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Tidak Pernah 37 74
Pernah 11 22
Sering 2 4
Total 50 100
18
pergaulan bebas karena merasa tertekan dengan persentase 74%,
11 responden pernah berpikiran seperti itu dengan persentase 22%,
dan 2 responden sering berpikiran seperti itu dengan persentase 4%.
Dari data tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa lebih
dari setengah responden tidak pernah berpikiran untuk menjadi anak
nakal dan mengikuti pergaulan bebas karena merasa tertekan,
sebagian kecil pernah, dan sebagian kecil sering berpikiran seperti
itu.
12. (Disesuaikan dengan jawaban nomor 11) Apa yang
menjadi alasan anda berpikiran seperti itu?
Setelah penulis membaca semua jawaban responden,
penulis dapat menyimpulkan bahwa responden yang tidak pernah
berpikiran untuk menjadi anak nakal dan mengikuti pergaulan bebas
karena merasa tertekan memiliki alasan bahwa mereka ingin lebih
baik dari orang tuanya dan memilki mimpi yang harus dicapai.
Selanjutnya, responden yang pernah berpikiran seperti itu memiliki
alasan bahwa mereka beranggapan jika berperilaku seperti itu,
mereka dapat menarik perhatian kedua orang tuanya dengan
harapan keluarganya dapat harmonis kembali. Terakhir, responden
yang sering berpikiran seperti itu memiliki alasan bahwa mereka
merasa tertekan dan stres karena memikirkannya sehingga mereka
berusaha untuk mencari kebebasan.
Tabel 3.2.11
13. Menurut anda, apakah perceraian orang tua dapat
berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran di
sekolah?
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Berpengaruh 45 90
Tidak 5 10
Total 50 100
19
Dari tabel 3.2.11 penulis dapat dilhat bahwa 45 responden
beranggapan perceraian orang tua dan keharmonisan keluarga
berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran di sekolah dengan
presentase 90% dan 5 responden beranggapan perceraian orang tua
dan keharmonisan keluarga tidak berpengaruh buruk terhadap
proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan data tersebut, penulis dapat menyimpulkan
sebagian besar responden beranggapan perceraian orang tua dan
keharmonisan keluarga berpengaruh buruk terhadap proses
pembelajaran di sekolah dan sebagian kecil beranggapa hal itu tidak
berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.
20
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
21
untuk menjadi anak yang nakal dengan mengikuti pergaulan bebas
dan 44% responden melampiaskan masalah keluarganya kepada
beribadah/berdo’a. Hal ini meyakinkan penulis bahwa memang
perceraian atau tidak harmonisnya hubungan keluarga merupakan
hal yang tidak diinginkan oleh siapapun karena hal itu dapat
membuat keluarganya tercerai-berai. Akan tetapi, hal ini dapat
diantisipasi oleh kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai bukti, 46%
responden tetap berbaur dalam berinteraksi dengan orang
sekitarnya.
4.2 Saran
22
pihak, agar anak tidak merasa stres dan tidak merasa
menjadi korban dalam perceraian atau
ketidakharmonisan yang terjadi.
B. Disarankan kepada anak:
1. Anak diharapkan selalu sabar dalam menghadapi
segala masalah.
2. Anak diharapkan selalu berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan sesuatu.
3. Anak harus terbuka kepada orang tua agar orang tua
dapat memahami apa yang dirasakan oleh anak.
4. Anak diharapkan untuk tidak merasa bersalah atas
apapun yang terjadi dalam hubungan orang tua agar
tidak memberi dampak buruk terhadap keadaan
mentalmya.
23