Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam waktu yang begitu lama, salah seorang menghabiskan sebagian besar
hidup mereka dalam keluarga, keluarga adalah lingkungan yang paling penting bagi
mereka. Sebelum kita berinteraksi dengan orang lain, keluarga kita adalah tempat
pertama kita bersosialisasi dengan benar. Dalam bidang pendidikan, keluarga
seseorang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan karakter dan
kepribadian seseorang. Sebuah keluarga terdiri dari anak-anak dan orang tua mereka
(ayah dan ibu). Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama yang
menyelenggarakan pendidikan. karena peserta didik memulai pendidikan dan
bimbingannya di lembaga pendidikan pertama, juga dikenal sebagai lembaga
pendidikan keluarga, dihadiri oleh orang tua atau anggota lain dari keluarga yang
sama.
Ketika seseorang akan memulai sebuah keluarga, mereka memikirkan keluarga
Sakinah - kelompok masyarakat yang bahagia, tenteram, dan harmonis. Perkawinan
diwajibkan bagi mereka yang ingin berkeluarga, sebagaimana diatur dalam PP No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Bab I Pasal 1 UU Perkawinan disebutkan
sebagai berikut : Seorang pria dan seorang wanita membentuk ikatan lahir batin
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan kepercayaan satu sama lain dan hanya Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Tak perlu dikatakan bahwa orang yang menikah juga memiliki hubungan yang
baik dengan keluarganya. Namun, tidak semua hubungan berjalan seperti yang
diharapkan. Ada beberapa permasalahan yang mungkin mengakibatkan konflik dalam
keluarga tersebut. Lebih parahnya lagi, konflik tersebut menyebabkan sebuah konflik
yang berkelanjutan hingga berujung perceraian. Dalam kasus ini, yang paling
merasakan dampkanya adalah seorang anak. Anak ini akan merasakan stress bahkan
cenderung bersikap buruk. Belum lagi dia akan mendapat label dari teman-temannya
sebagai anak broken home.
Anak-anak yang orang tuanya telah putus atau yang keluarganya tidak lengkap
karena orang tuanya tidak dapat menjadi orang tua yang sesungguhnya berasal dari
keluarga yang berantakan. Selain itu, sudah umum bagi orang tua untuk tidak
menyadari pentingnya kebutuhan mental dan fisik anak-anak mereka. Anak-anak
membutuhkan sentuhan, koreksi, dan arahan dari orang tua mereka, selain pengasuh
dan kakek nenek. Dengan demikian menunjukkan pentingnya keadaan dan situasi
keluarga. Faktanya, sebagian besar perselisihan keluarga disebabkan oleh individu
yang tidak bahagia, mengalami kesulitan dalam keluarga, atau tidak Bahagia. Wajar
jika ada berbagai alasan mengapa orang tidak bahagia, seperti kehilangan kesetiaan
pasangan.
Dorongan seseorang untuk belajar adalah motivasi mereka untuk belajar.
Inspirasi untuk memperoleh dapat muncul dari dalam atau dari dorongan alami.
Tindakan guru adalah contoh dari motivasi lingkungan. Tingkat keberhasilan belajar
setiap siswa sangat bervariasi baik dari faktor internal maupun eksternal. Sedangkan
faktor eksternal meliputi perhatian orang tua, faktor internal meliputi kondisi fisik
siswa, psikologi siswa, dan motivasi belajar, kinerja atau tindakan guru, dan fasilitas
belajar. Preset pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kedua elemen ini.
Melihat konteks permasalahan di atas, maka penulis terdorong untuk
menjadikan masalah ini sebagai topik kajian. Adapun judul penelitian yaitu “Dampak
Keluarga Broken Home Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SD”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana Dampak Keluarga Broken home Bagi
Motivasi Belajar Siswa di SDN 09 Telaga Biru?
C. Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan penelitian ini, tujuan yang dicapai adalah untuk
mengetahui bagaimana dampak keluarga broken home terhadap motivasi belajar
siswa di SDN 09 Telaga Biru?
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan proyek penelitian sederhana ini dapat bermanfaat bagi pemuda
dan masyarakat secara keseluruhan. Keuntungan menyusun eksplorasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua
Dapat membantu para orang tua agar lebih memperhatikan pembelajaran
anaknya dan perkembangan prestasi anaknya dalam bidang keagamaan, akademik
dan non akademik.
2. Bagi Pendidik
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pendidik, khususnya wali
kelas, untuk membina hubungan kerjasama antara pendidik dan orang tua serta
meningkatkan hasil belajar bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Dapat menyediakan fasilitas untuk kegiatan kerja sama guru dan orang tua
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan peneliti dan pengetahuan pribadi dalam mengajar,
baik teori mupun praktek.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Broken Home
Hurlock mengklaim bahwa ketika suami dan istri tidak dapat menyelesaikan
konflik dengan cara yang disetujui oleh keduanya, hal ini menyebabkan rumah tangga
berantakan. Penting untuk diingat bahwa tidak semua pernikahan berakhir dengan
perceraian atau kebahagiaan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pernikahan
didasarkan pada faktor agama, moral, keuangan, dan lainnya. Pelepasan atau
pencabutan perkawinan harus dimungkinkan secara sah atau diam-diam, dan kadang-
kadang, pasangan atau istri dari salah satu kaki tangannya meninggalkan keluarga.
Karena sering terjadi keributan dan perbedaan pendapat yang berujung pada
pertengkaran dan akhirnya berujung pada perceraian, Keluarga disfungsional juga
dapat diartikan sebagai keluarga yang tidak berfungsi seperti keluarga yang bahagia,
tenteram, dan sejahtera. Anak-anak, khususnya, sangat menderita karena kondisi ini.
Mungkin bagi anak-anak untuk mengalami kesedihan, kesuraman, dan rasa malu yang
berkepanjangan. Selama transisi menuju dewasa, anak-anak juga kehilangan kendali
dan panutan. Sudah umum bagi keluarga untuk berpisah. Bisa karena perceraian atau
kematian. Perceraian adalah pilihan terburuk bagi suami istri yang tidak mampu
mempertahankan kebahagiaan di rumah.
Sebutan aneh untuk sebuah keluarga yang tidak memiliki wali yang baik karena
kematian, perpisahan, atau keadaan lainnya. Dalam konteks ini, kata "patah"
menyiratkan kerusakan: penilaian yang menyakitkan terhadap kondisi Istilah ini
biasanya mengacu pada anak-anak yang diasuh oleh salah satu orang tua.
Beberapa definisi di atas dapat digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
keluarga yang tidak utuh atau pecah karena hal-hal seperti perceraian, kematian orang
tua, hidup terpisah dari pasangan, poligami di satu sisi pasangan, atau kurangnya
kecocokan dan komunikasi antar pasangan.

2. Faktor Penyebab Broken home dalam Keluarga


Menurut Hetherington dan Stanley-Hagan, penyesuaian remaja menghadapi
orang tua yang bercerai juga dipengaruhi oleh kepribadian dan temperamen. Remaja
yang matang secara sosial, bertanggung jawab, dan santai lebih mampu menghadapi
perceraian orang tua mereka. Mereka juga tidak memiliki banyak masalah perilaku.
Anak-anak dan remaja dengan kesulitan temperamen sering mengalami kesulitan
menghadapi perpisahan orang tua mereka.
Delia mengatakan bahwa keluarga broken home disebabkan oleh dua hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal :
a. Faktor internal
1. Orang tua terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Situasi di mana salah satu atau kedua orang tua, apakah mereka ayah atau
ibu, selalu bekerja kehancuran rumah tangga jika tidak diimbangi dengan surat
menyurat antar kerabat. Sebagian besar waktu, orang berpikir bahwa kesibukan
adalah alasan utama orang tidak berbicara satu sama lain.
2. Orang tua tidak dewasa dalam berpikir
Tetap utamakan citra diri orang lain dan selalu percaya bahwa sudut
pandangnya benar. Dengan demikian, pasangan akan sering bertengkar dalam
keluarga. Egosentrisme dan egoisme. Keegoisan adalah sifat manusia yang
dikenal sebagai egoisme.
3. Masalah keuangan dalam keluarga
Pentingnya keuangan rumah tangga tidak bisa dipungkiri. Sistem
keuangan yang disfungsional dapat menyebabkan keluarga terpecah belah.
Misalnya, istri berpenghasilan lebih dari suami, suami bekerja keras untuk
menghidupi keluarga sementara istri menghambur-hamburkan uang, atau istri
tidak mampu menggunakan tip untuk mengatur keuangan keluarga.
b. Faktor Eksternal
1. Kehadiran pihak ketiga dalam sebuah pernikahan
Daya tarik yang ada di antara pasangan biasanya adalah orang luar.
Perselingkuhan pasangan Anda dapat menyebabkan Anda kehilangan
kepercayaan jika Anda tidak dapat menghindari masalah ini.
2. Ada campur tangan orang lain dalam pernikahan
Misalnya, jika orang tua berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari
anak-anak mereka, konflik apa pun yang muncul alih-alih menyelesaikannya
malah diperparah karena pihak-pihak tersebut menjadi mandek.
3. Sikap Anak terhadap Orang Tua Broken home
Adapun dampak yang dirasakan pada anak terhadap orang tua yang broken
home diuraikan sebagai berikut:
a. Depresi
Anak awalnya mengalami perasaan sedih dan kesepian akibat perpisahan orang
tua. Anak-anak mungkin mengalami perasaan bersalah akibat kepergian seorang
anggota keluarganya. perceraian orang tua dari anak tersebut kemungkinan akan
membuatnya depresi jika kondisi ini tidak segera ditangani.
b. Cenderung berperilaku kasar
Anak itu mulai percaya bahwa orang tuanya menipu dia, yang mengarah pada
perilaku ini. Dia juga berperilaku seperti itu untuk mendapatkan perhatian orang
tuanya. Dia berharap tindakannya akan membawa keluarganya kembali bersama.
c. Sulit fokus
Prestasi seorang anak menderita akibat perceraian, terutama prestasi
akademiknya. Dia tidak bisa fokus pada hal lain karena dia terus memikirkan
perceraian orang tuanya. Prestasi anak akan terus merosot atau bahkan hilang jika
hal ini dibiarkan.Kehilangan rasa hormat
Ini biasanya terjadi pada remaja atau anak-anak yang sedang tumbuh.
Perceraian tersebut menyebabkan mereka kehilangan rasa hormat kepada orang tua
mereka. Karena dianggap telah menghancurkan hidupnya, mereka bahkan berani
menyalahkan orang tuanya. Demikian pula, Karena isu perpisahan orang tua, anak-
anak juga sering menjadi bahan lelucon di sekolah. Anak-anak kemudian
melampiaskan kemarahan mereka pada orang tua mereka.
4. Pengertian Motivasi
Mirip dengan kata emosi, Kata Latin untuk "bergerak" adalah "motivasi".
Motivasi adalah fokus kelas psikologi; Tujuannya adalah untuk menyelidiki faktor-
faktor yang mempengaruhi tindakan kita. Psikolog menggunakan istilah "motivasi"
untuk menggambarkan suatu proses pada manusia atau hewan yang mengarahkan
organisme untuk bergerak menuju suatu tujuan atau keluar dari situasi yang buruk.
Suatu kemampuan atau faktor yang dimiliki manusia untuk membangkitkan,
mengarahkan, dan mengatur perilakunya disebut motivasi. alasan atau dorongan yang
menginspirasi seseorang untuk mengambil tindakan tertentu atau melakukan sesuatu
disebut sebagai motif. Karena motivasi juga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau
keadaan yang berasal dari dalam diri seseorang, maka dapat memotivasi seseorang
untuk terlibat dalam suatu kegiatan.
Motivasi dikatakan sebagai salah satu hal yang dapat mempengaruhi kualitas
hasil kegiatan belajar bagi hasil karya siswa. Inspirasi mendesak siswa untuk percaya
harus melakukan latihan belajar. Motivasi, menurut psikolog Slavin, adalah suatu
bagian dari pribadi yang selalu aktif, mendorong, mengarahkan, dan menjaga
perilakunya. Cara lain untuk mendefinisikan motivasi adalah cara kebutuhan dan
keinginan seseorang mempengaruhi intensitas dan arah perilaku mereka.
5. Pengertian Belajar
Emda menegaskan bahwa individu secara aktif mencari informasi untuk
memperoleh pengetahuan, dan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif stabil.
Santoso mengatakan bahwa belajar adalah proses yang dilalui setiap orang
untuk mengubah perilaku, pengetahuan, dan keterampilan mereka, termasuk domain
kognitif, efektif, dan psikomotor yang sedang berlangsung.
Nidawati mengatakan bahwa belajar adalah proses internal yang rumit. Seluruh
mental, termasuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, terlibat dalam proses
internal. Sumber belajar khusus merupakan fokus proses pembelajaran yang
mewujudkan ketiga ranah tersebut menjadi kenyataan.
Jelas dari definisi di atas bahwa belajar adalah proses bukan hasil. Akibatnya,
pembelajaran bersifat aktif dan integratif, melibatkan berbagai tindakan untuk
mencapai tujuan. Proses belajar berbeda dengan proses pematangan. Proses
pematangan meliputi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan struktur dan fungsi fisik. Oleh karena itu, perubahan perilaku siswa
tidak selalu merupakan hasil belajar.
6. Pengertian Motivasi Belajar
Setiap usaha internal yang membangkitkan Motivasi belajar dianggap berasal
dari keterlibatan dalam kegiatan belajar, memastikan kesinambungan, dan
mengarahkan kegiatan tersebut ke arah hasil yang diinginkan. Faktor psikologis yang
mempengaruhi semangat belajar individu adalah motivasi belajar non-intelektual.
Dorongan proses belajar adalah motivasi belajar, dan manfaat dari belajar
adalah tujuan belajar. Mungkin sulit bagi sebagian siswa untuk memahami apa yang
menyebabkan prestasi belajar mereka rusak. Mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, seperti motivasi siswa yang merupakan prasyarat belajar,
diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. dan memiliki pengaruh yang
signifikan dalam membangkitkan semangat atau gairah belajar.
Menurut Sardiman, aspek motivasi belajar meliputi :
a. Menginspirasi siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan di kelas
b. Memelihara kelangsungan belajar Kesediaan siswa untuk terlibat dalam kegiatan
belajar sepanjang setiap pelajaran sekolah.
c. Mengontrol kegiatan belajar Kesediaan siswa untuk mengontrol kegiatan belajar
dalam setiap pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
7. Jenis – Jenis Motivasi Belajar
a. Motivasi diperiksa dari segi asal-usulnya.
b. Berbagai jenis motivasi, seperti yang diklasifikasikan oleh Woodworth dan
Marquis.
1. Motif atau kebutuhan yang datang secara alami, seperti: kebutuhan untuk tidur,
olahraga, makan, minum, dan berhubungan seks. Dorongan fisiologis dari
varietas Frandsen tercermin dalam hal ini.
2. Kebutuhan dalam keadaan darurat Motivasi jenis ini meliputi: keinginan untuk
menyelamatkan diri, keinginan untuk menyerang balik, mencoba, dan berburu
Sangat jelas bahwa rangsangan eksternal adalah sumber dari jenis motivasi ini.
3. Bertujuan untuk menjadi objektif. Kebutuhan untuk menyelidiki,
memanipulasi, dan memperhatikan adalah inti dari situasi ini. Motivasi ini
didorong oleh kebutuhan untuk menghadapi dunia luar secara efektif.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Beberapa ahli membagi inspirasi semacam ini menjadi dua klasifikasi:
motivasi dari perspektif spiritual dan fisik. yang dimotivasi oleh naluri fisik,
refleks, dan nafsu. Meskipun demikian, kemamuan termasuk motivasi spiritual.
Masalah kehendak setiap manusia terbentuk selama empat momen.
8. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
De Cecco mengatakan bahwa motivasi berarti hal-hal yang membuat
orang berperilaku lebih baik. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari orang itu
sendiri atau dari luar. Motivasi dan perilaku siswa pada awal proses pembelajaran
(entering behavior) sangat erat kaitannya dalam pendidikan sekolah.
Respon belajar siswa akan diperkuat jika pendidik (guru) memotivasi
mereka. Siswa belum banyak belajar tentang motivasi yang dapat menimbulkan
dan mengarahkan tanggapan. Penting untuk diingat bahwa respons dan motif
berbeda. Motif mendahului stimulus, sedangkan respon terjadi setelah stimulus.
Agar guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan motivasi belajar
intrinsik dari motif belajar ekstrinsik, maka hendaknya dengan hati-hati
mengambil tindakan untuk membangkitkan atau memperkuat motivasi belajar
ketika memasuki perilaku.
B. Kajian Penelitian yang relevan
Penelitian terdahulu menjadi acuan dalam penelitian sekarang. Dan dari hasil
penelitian tersebut dapat membantu memberikan gambaran untuk peneliti.
1. Nadia Agustianingsih, Indri Astuti, Yuline Yuline, alumni dari Program Studi
bimbingan dan konseling FKIP Untan Pontianak, dengan judul “Dampak
keluarga Broken home dalam motivasi belajar di SD”. Studi menemukan
pengaruh orang tua broken home terhadap motivasi belajar siswa belajar di SD
mempengaruhi hasil belajar siswa dan juga perilaku siswa. Dampak terbagi
menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Ada salah satu siswa mengalami motivasi
belajar sangat baik dan ada juga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah.
Adapun Hasil belajar siswa serta siswa yang dipengaruhi di kelas juga akan
mempengaruhi rusaknya motivasi belajar siswa.
2. Rahmi Fauziah, alumni dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, dengan
Judul “Penerapan bimbingan konseling islami untuk meningkatkan kepercayaan
diri dan motivasi belajar siswa broken home di SD”. Studi menemukan bahwa
Hal ini terlihat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami siswa berasal
dari keluarga berantakan dan memiliki berbagai permasalahan yang
mempengaruhi kepercayaan diri dan motivasi belajar di kelas. Kepercayaan diri
sangat penting karena diperlukan bagi manusia untuk eksis dan juga untuk
berprestasi. Siswa di sekolah dasar mengalami sebagian rasa kurang percaya diri
akibat broken home, membuat mereka merasa minder saat berinteraksi dengan
teman dan menyebabkan mereka terus-menerus mengucilkan diri dari teman-
temannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Alsa (2006:49) tentang
bagaimana hal-hal yang berbeda dapat mempengaruhi kepercayaan diri, seperti:
faktor dari dalam dan dari luar.
a. Faktor dari dalam antara lain:
1. Persepsi diri penghargaan terhadap diri sendiri
2. Keadaan fisik Pengalaman yang berharga
b. Faktor luar meliputi:
1. Pekerjaan Pendidikan
2. Lingkungan
C. Kerangka Berfikir
Ayah, ibu, dan anak-anak dari suatu perkawinan merupakan kelompok sosial
terkecil. Perkawinan akan menghasilkan kelurga, dalam keluraga ini terdapat 2 kategori
yaitu harmonis dan tidak harmonis. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang hidup
damai dan harmonis, namun bukan berarti tidak ada masalah, terdapat masalah namun
dapat diselesaikan dengan baik, sedangkan kelurga yang tidak harmonis keluarga yang
terdapat masalah namun tidak mau menyelesaikan masalah tersebut dan larut
didalamnya.
Keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan perceraian. Perceraian sendiri
yang menjadi korban utama bukanlah orangtua tetapi anak. Anak yang masih kecil
mungkin tidak akan mengerti dan merasakan broken home, namun anak yang sudah besar
dan sekolah yang akan terkena dampak dari keluarga yang broken home. Berhasil atau
tidaknya anak di sekolah, anak yang masih bersekolah dan mengalami broken home
sangat mempengaruhi minat belajarnya.

Berikut bagan kerangka berfikir dari penelitian ini:

KELUARGA

HARMONIS TIDAK
HARMONIS

MOTIVASI
BROKEN HOME
BELAJAR

a. Kurang atau putus 1. Menimbulkan


komunikasi kegiatan belajar
b. Sikap Egosentrisme 2. Menjamin
c. Masalah Ekonomi kelangsungan
d. Masalah Pendidikan belajar

Gambar Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN 09 Telaga Biru, Jln Tinelo Desa
Tuladenggi, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Alasan pemilihan lokasi ini
karena lokasi penelitian relatif dekat dengan peneliti, yang tentunya menghemat biaya
transportasi. Penelitian dilakukan selama dua minggu di bulan November.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan judul yang sudah ada, “Dampak Keluarga Broken Home Terhadap
Motivasi Belajar Siswa di SDN 09 Telaga Biru” penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengkaji kehidupan dan perilaku sehari-hari
seseorang. Penelitian kualitatif ini tidak menggunakan data statistik; melainkan hasil data
disajikan dalam bentuk cerita atau deskripsi tertulis.
Menggunakan pendekatan studi dokumen dalam penelitian ini. Dokumen tertulis,
gambar, karya, dan dokumen elektronik merupakan komponen dari metode pengumpulan
data yang dikenal dengan studi dokumen.
C. Sumber Data
a. Data Primer
"Data primer" mengacu pada data yang dikumpulkan langsung dari sumber
primer melalui penggunaan instrumen pengukuran tertentu, wawancara dengan
informan, observasi, atau metode pengumpulan data lainnya. Dengan kriteria
responden yaitu, siswa yang mengalami masalah broken home, dan juga dibantu
dengan responden yang tau akan masalah siswa yang mengalami broken home seperti
guru Bimbingan Wali Kelas.
b. Data Sekunder
Data tidak langsung, biasanya dalam bentuk dokumentasi resmi dan data arsip,
disebut sebagai data sekunder. seperti foto informan, rekaman suara hasil wawancara
dengan informan, dan bentuk dokumentasi lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Strategi persepsi adalah persepsi dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mendapatkan klarifikasi atas beberapa hal yang mendesak.
b. Wawancara
Wawancara, juga dikenal sebagai wawancara yaitu metode pengumpulan data
di mana responden ditanyai langsung oleh pewawancara, juga dikenal sebagai
pengumpul data, dan tanggapan mereka direkam atau direkam dengan alat perekam.
Peneliti menggunakan wawancara sistematis, di mana pewawancara menyiapkan
panduan tertulis tentang pertanyaan apa diberikan kepada responden sebelum
wawancara dimulai.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dapat berupa teks tertulis, representasi visual, atau karya
individu. Catatan gambar adalah pelengkap pemanfaatan strategi persepsi dan
wawancara dalam ulasan ini.
E. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data mengharuskan meringkas, memilih apa yang paling penting,
berfokus pada apa yang paling penting, dan mencari pola dan tema. Oleh karena itu,
data yang lebih sedikit akan menghasilkan gambaran yang lebih tepat dan
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data tambahan dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian Data
Bagan, diagram alur, Ini dicapai melalui penggunaan deskripsi singkat,
hubungan antar kategori, dan format serupa lainnya. Dimungkinkan untuk Dengan
menyajikan data, Anda dapat lebih memahami apa yang sedang terjadi dan
merencanakan pekerjaan di masa mendatang berdasarkan apa yang Anda ketahui.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan awal akan direvisi jika tidak ada bukti kuat yang mendukung
tahap pengumpulan data selanjutnya. Jika didukung oleh bukti yang kuat dan
konsisten, kesimpulan yang disampaikan dapat diandalkan saat analis kembali ke
bidang pengumpulan informasi.

Anda mungkin juga menyukai