Anda di halaman 1dari 19

Keintiman versus Isolasi.

Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini, mereka
mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini
menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa
takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi.
Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat
menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda,
yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim
dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu
merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan
hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang
merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
Pada tahap ini, seseorang sudah mengetahui jati diri mereka dan akan menjadi apa mereka
nantinya. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Pada fase ini seseorang
sudah memiliki komitmen untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Dia sudah mulai
selektif untuk membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.
Namun, jika dia mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam
berinteraksi dengan orang.
Keberhasilan dalam melewati fase ini tentu saja tidak terlepas dari fase-fase sebelumnya. Jika
pada fase sebelumnya seseorang belum dapat mengatasi rasa curiga, rendah diri maupun
kebingungan identitas, maka hal tersebut akan berdampak pada kegagalan dalam membina
sebuah hubungan, dan menjadikannya sebagai seseorang yang terisolasi. Pada tahap ini, bantuan
dari pasangan ataupun teman dekat akan membantu seseorang dalam melewati tahap ini.
Remaja adalah individu yang unik dengan segala proses perkembangan yang harus dilaluinya baik secara
fisik maupun psikologis. Masa remaja merupakan masa transisi dan merupakan masa yang sulit bagi
remaja sehingga kemungkinan akan terjadi perubahan perilaku terkait dengan perkembangan yang
terjadi pada remaja tersebut. Pada masa ini, remaja mempunyai tugas
Salah satu tahapan perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia adalah
dewasa muda, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif,
maupun psikososioemiosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana.

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh
karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth
Hurlock, Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa
remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-
kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia
20-40 tahun. Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik,
transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal
adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa
beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi
sangat memegang peranan penting. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang
mulai menjalin hubungansecara intim dengan lawan jemisya. Hurlock (1986) mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu initinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperolehnya.

Fokus utama pada tahap keenam adalah cinta. Pada tahapan ini, individu mencari komitmen
dengan individu yang lain. Jika individu tidak berhasil dalam menemukan individu lain untuk
menjalin komitmen, maka individu akan menderita karena merasa terisolasi  (Papalia, Feldman,
dan Martorell, 2014).
Dalam tahap ini, orang-orang pada masa dewasa awal siap serta ingin menyatukan identitas
dengan orang-orang lain. Mereka menginginkan hubungan yang intim dan sudah siap untuk
memenuhi komitmen, walaupun banyak hal yang harus mereka korbankan.
Nilai cinta muncul selama tahap perkembangan keintiman. Begitu juga dengan pengembangan
seksualitas yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan individu yang dicintai.
Individu dewasa muda membutuhkan individu lain yang dapat mereka percaya untuk menjalin
hubungan seksual untuk mengembangkan arti sosial dalam tahap perkembangan.
Bahaya dalam tahapan ini adalah isolasi, yaitu kecenderungan menghindari hubungan karena
orang tidak mau melibatkan diri dalam keintiman. Suatu perasaan isolasi yang bersifat sementara
memang terjadi karena perlunya membuat pilihan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah
kepribadian yang berat (Hall & Lindzey, 1993).
Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian I : Teori-teori Psikodinamik (klinis).
Yogyakarta : Kanisius
Papalia, D.E., Feldman, R.D., & Martorell, G. (2014). Perkembangan Manusia. Jakarta :
Salemba Humanika
Definisi Dewasa Awal Dewasa Awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan yang baru dan harapanharapan sosial baru. Orang dewasa awal diharapkan
memainkan peran baru, seperti suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, keinginan-keingan
baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru ini. (Hurlock,
1996)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu yang berada
pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada
diri individu yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan masa dimana
individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis pada
orangtuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis.
Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya.
Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa
muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu
semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun
psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003).
Para dewasa dini dengan tingkat pendidikan tinggi, dukungan kesehatan yang baik dan
bimbingan dari pasangan serta anggota keluarga, memiliki ambisi tinggi dan tujuan yang
realistis, mampu menerima kesuksesan atau kegagalan dengan baik, mampu dan mau
berkomunikasi dengan yang lain, hormat kepada yang lain dan berpartisipasi aktif dalam
komunitas prestisius akan dengan mudah mencapai tangga kesuksesan ekonomi dan status sosial.
Buruknya kondisi kesehatan atau kondisi fisik pada ciri – ciri masa dewasa dini bisa berbahaya
bagi penyesuaian sosial dan pribadi, akan tetapi kendala ini bisa diatasi dengan dukungan yang
didapat dari keluarga dan teman. Banyak penyesuaian yang harus dibuat oleh para dewasa dini,
yang terpenting adalah penyesuaian terhadap perkawinan, menjadi orang tua dan pada lingkaran
keluarga yang meluas.

https://dosenpsikologi.com/ciri-ciri-masa-dewasa-dini Diakses tanggal 19-10-2020

Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat
perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat yang sangat penting
sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantranya[10]:
ü Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu penghambat
penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-
pengalaman belajar dan latihan masa lalu.
ü Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua
yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.
ü Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu
diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan.
Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.
ü Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa
awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal
(yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat
dicapai.

Dengan bertambahnya usia, semakin bertambah pula masalah-masalah yang menghampiri.


Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung
jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah
dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:
a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang
harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami
kekaburan identitas.
b. Kemandirian vs tidak mandiri
c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal
menurut R.J. Havighurst (1953)[9], telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan
dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
a.  Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis
(seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan
biologis.

Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam
perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

b.  Belajar hidup bersama dengan suami istri


Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling
menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang
terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih
banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang
dihadapi bersama.

c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga


Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang
yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan
dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya
minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain
itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki
dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan
membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung
lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Belajar mengasuh anak-anak.

d.  Mengelolah rumah tangga


Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan berusaha
membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja
sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan,
membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin
hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.

e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan


Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya
dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya
menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa
depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan
merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara
minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang
sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar
belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan
bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa
muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan
penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang
lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik,
mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f.  Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan
bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat
dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-
cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon,
listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong
royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas
perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma
sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama
(rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu
mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap
orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.

g.  Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya


Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi
dan keahlian.

perkembangan otak yang esensial sehingga saat dewasa seseorang tinggal mengaplikasikan dan
menggunakan pengetahuan mereka serta kemampuan analitisnya. Walaupun demikian, banyak
peneliti merujuk kepada perubahan yang berlanjut yang mengambil tempat pada lobus frontal
dari korteks serebral otak, yaitu area dimana terletak penilaian, perencanaan, cara bicara dan cara
menggerakkan otot. Pertumbuhan otak di area ini hanya mencapai perkembangan finalnya pada
awal usia 20 tahunan.
Jean Piaget (1896 – 1980) yang mencatat adanya perbedaan signifikan antara pemikiran orang
dewasa dan pemikiran remaja. Orang dewasa memiliki fleksibilitas lebih dalam pola pikirnya,
dapat memahami bahwa ada beragam pendapat dalam satu masalah, dan ada lebih dari satu cara
yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap suatu masalah. Kaum dewasa awal
mampu mengasimilasi dan mensintesis situasi yang kompleks dan kontradiksi serta berargumen,
tidak seperti remaja yang harus menemukan kebenaran absolut.
https://dosenpsikologi.com/perkembangan-kognitif-pada-dewasa-awal Diakses tanggal 19-101-
2020
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare
: 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut: 

1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada
tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri
atau untuk kepentingan pribadi. 
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang
matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu
dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara
terbimbing menuju arahnya. 
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-
perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan
sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri,
tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain. 
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan
dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. 
5. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham
bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran
orang lain demi peningkatan dirinya. 
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi
kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara
realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya
secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia
brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. 
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri
fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya
dengan situasi-situasi baru.
Di masa ini, manusia berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, serta
di puncak fungsi sensoris dan motoris, semua fungsi tubuh berkembang sempurna,
ketajaman visual, intensitas rasa, bau, sensitif terhadap rasa sakit dan temperatur. Dan
akan mengalami penurunan pada usia 45 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan yaitu genetik, perilaku (apa yang dimakan dan nutrisi, pola tidur, aktivitas
fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang).

Piaget: Individu mengalami pergeseran ke pemikiran post-formal. Pemikiran pada masa


dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistis. Tahap kognisi
orang dewasa ini sering kali disebut pemikiran post-formal yang bersifat relatif.
Pemikiran post-formal melihat bayangan abu-abu.

Pemikiran tersebut sering kali muncul sebagai respon terhadap peristiwa dan interaksi
membuka cara pandang tidak biasa terhadap sesuatu dan menantang pandanan sederhana
terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut memungkinkan orang dewasa melampaui
sistem logika tunggal dan mendamaikan atau memilih diantara beberapa ide yang saling
berlawanan. (Papalia et al., 2009)
Dalam teori Kohlberg (Papalia et al., 2009), menjelaskan bahwa penilaian moral pada
masa dewasa awal seringkali menjadi lebih kompleks. Pengalaman mengarahkan orang
dewasa untuk mengevaluasi kembali kriteria mereka tentang benar dan salah.

Sebagian orang secara spontan menyebutkan pengalaman personal sebagai alasan


jawaban mereka terhadap dilema moral.Misalnya, orang-orang yang mengidap kanker
atau saudara yang memiliki penyakit tersebut, berkecenderungan lebih besar memaafkan
pria yang mencuri obat mahal demi istrinya yang sedang sakit sekarat, dan menjelaskan
pandangan ini dari pengalaman mereka sendiri (Papalia et al., 2009)
Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa,
antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.
1. Kesehatan badan.
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan
kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar,
gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka.
Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini
mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan
fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada
kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih
mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah
perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-
laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada
tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.
2. Perkembangan sensori.
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu
kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari
panca inderanya.
3. Perkembangan otak.
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan tetapi,
perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu
mengganti sel-sel yang hilang.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan Kognitif

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan
rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan
penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar,
memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya
usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini
juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan
dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang
meresap dalam diri kita.
1. Perkembangan pemikiran postformal.

Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata
pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang
masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah
sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa
ketika orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu
pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan
pemikiran operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku
"Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa
pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa
muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.

Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa
awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan
pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan
membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah
pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami
kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya
bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat
ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

2. Perkembangan memori.

Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua
adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan
memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih
merupakan stereotip budaya.

3. Perkembangan inteligensi.

Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami
kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat
bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam
inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada
usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran.
Witherington dalam bukunya, "Educational Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab
terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa.

a. Ketiadaan kapasitas dasar.

Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak
memiliki kemampuan belajar yang memadai.

b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual.

Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan
pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan
semacam itu.

Perkembangan Psikososial

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu memasuki peran
kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa
hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-
peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini,
orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut
E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis", perkembangan psikososial selama masa
dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan keintiman.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi
pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan
tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa
awal, orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka
mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap
mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini,
sekalipun mereka mungkin harus berkorban.
2. Nilai-nilai cinta.

Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W Santrock, penulis
buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta
yang romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa
ini lebih dari sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan
dan kasih sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap
orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama --
hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain yang intim.

3. Pernikahan dan keluarga.

Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah
pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang
sebagai teman berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan
mendorong orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya
dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap
perkembangan sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin
hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap,
maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan
hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap
masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui
lembaga pernikahan.

4. Perkembangan generativitas.

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan
masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan
pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-
nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial
kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan
mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.

5. Perkembangan integritas.
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling
tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda,
orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai
keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.

Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa berakhir, manusia
akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna pada masa tua, kita sebaiknya
menggunakan masa muda kita untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.

Diringkas dari:
Judul buku:Psikologi Perkembangan
Judul bab :Perkembangan Masa Dewasa dan Tua
Penulis :Desmita
Penerbit :PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2005
Halaman :233 -- 253
Published in e-Konsel, 4 Oktober 2011, Volume 2011, No. 262

 Previous story: Masa Dewasa/Muda


 Next story: American Association Of Christ
 https://c3i.sabda.org/perkembangan_masa_dewasa

 Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17)

terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

 a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang

dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.

 b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-

tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan

tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.

 c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan

tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang

lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

 d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan

yang bersesuaian dengan kenyataan.

 e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak

selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
 f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada

orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa

hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan

orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

 g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat

menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.


http://www.genreindonesia.com/teori-perkembangan-psikososial-erik-h-erikson/ diakses tanggal
19-10-2020
Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa dini atau dewasa awal adalah
merupakan puncak dari perkembangan sosial di masa dewasa, dimana beralihnya pandangan
yang egosentris menjadi lebih empatis. Begitu juga dengan perkembangan fisik yang
mencapai puncaknya, dan setelah itu akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit sesuai
pertambahan usia. Ciri – ciri masa dewasa dini antara lain :
1. Masa Pengaturan
Fase ini adalah masa ketika seseorang mulai dapat menentukan jati diri dan
karakternya mengenai tanggung jawab. Orang yang sudah memasuki masa dewasa dini
dianggap telah melewati masa – masa kebebasannya dan telah tiba waktunya untuk
bertanggung jawab sebagai orang dewasa. Seseorang di masa dewasa dini harus telah
dapat menentukan kemantapan pilihan untuk memutuskan. Sebab itulah orang yang
berada di fase ini akan terus mencoba berbagai pola dalam kehidupan. Ketika ia sudah
menemukan pola tersebut, ia akan mengembangkan pola – pola perilaku dan menetapkan
sikap serta nilai – nilai yang dianutnya (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
2. Usia Reproduksi
Selain perkembangan psikologi pada masa dewasa dini, ciri – ciri masa dewasa
dini juga dianggap sebagai masa usia produktif yang ditandai dengan pembentukan
rumah tangga, yang bisa ditunda dengan beberapa alasan. Beberapa orang dewasa dalam
fase ini belum membentuk keluarga  hingga mereka dapat menyelesaikan dan memulai
karir mereka sendiri dalam bidang tertentu (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
3. Masa Bermasalah
Fase dewasa dini merupakan tahap yang penuh dengan masalah sehingga jika ada
orang yang kesulitan ketika memasuki tahap ini maka dia akan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tahap perkembangannya dan akan sulit mematangkan pribadi serta
karakternya. Masalah yang dihadapi berupa masalah dalam pekerjaan atau jabatan,
pemilihan teman hidup, keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian tersendiri dan
akan menjadi cara mendewasakan diri dalam menghadapi masalah dan cara
menyelesaikan masalah menurut psikologi (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
4. Ketegangan Emosional
Banyak ciri – ciri masa dewasa dini yang mengalami kegagalan emosi
sehubungan dengan berbagai persoalan yang dihadapi seperti masalah pekerjaan,
perkawinan, keuangan dan lainnya dan mempengaruhi perkembangan emosi usia dewasa.
Seringkali ketegangan emosional ini tampak dalam ketakutan atau kekhawatiran, yang
bersumber dari penyesuaian terhadap persoalan yang dihadapi pada saat tertentu atau
sejauh mana kesuksesan dan kegagalan yang dialami dalam mengatasi berbagai persoalan
yang timbul. Pada masa ini bisa terjadi gangguan psikologis pada dewasa awal (Elizabeth
B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
5. Keterasingan Sosial
Berakhirnya pendidikan formal pada masa ini mengharuskan seseorang terjun ke
dalam kehidupan orang dewasa. Pola tersebut adalah karir serta perkawinan, yang
merenggangkan keompok teman – teman sebaya. Di masa ini salah satu ciri – ciri masa
dewasa dini adalah bahwa keterlibatan dalam kegiatan kelompok yang bertempat di luar
rumah terus berkurang. Sebagai akibatnya seseorang bisa saja mengalami keterasingan
sosial atau keterpencilan social (Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
6. Masa Komitmen
Bardwick dalam Hurlock menyatakan bahwa tidak mungkin orang akan
berkomitmen untuk selamanya karena tanggung jawabnya terlalu berat untuk dipikul.
Akan tetapi masih banyak komitmen yang bersifat demikian sehingga banyak orang yang
saling membantu untuk membangun komitmen lagi. Sebagai seorang dewasa dini yang
perannya berubah dari seorang pelajar dan tergantung menjadi orang dewasa yang
mandiri, mereka akan membangun pola baru dari kehidupan, tanggung jawab baru dan
mengambil komitmen baru untuk diri mereka sendiri dan pasangannya (Elizabeth
B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
7. Masa Ketergantungan
Ciri – ciri masa dewasa dini ini adalah ketika ketergantungan di masa dewasa
terus berlanjut. Bisa berupa ketergantungan kepada orang tua, lembaga tertentu seperti
lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. Ketergantungan ini akan terjadi jika pada masa
remaja mereka tidak dilatih untuk berperan serta, mandiri dan bertanggung jawab
(Elizabeth B.Hurlock. 2009.hal.246-250).
8. Masa Perubahan Nilai
Ciri – ciri masa dewasa dini berupa perubahan nilai adalah ketika terjadi
penyesuaian dan perubahan dari nilai yang dianut ketika masa kanak – kanak dan nilai
pada masa remaja. Dengan terjadinya perubahan nilai ini, seseorang pada masa dewasa
dini akan memandang nilai – nilai tersebut secara berbeda dari pandangan orang dewasa.
Perubahan pandangan akan nilai – nilai kehidupan terjadi karena pengalaman dan
hubungan sosial yang semakin meluas seiring dengan pertambahan usia.
9. Masa Penyesuaian Diri
Fase dewasa dini adalah tahap kedewasaan yang paling banyak mengalami
perubahan termasuk dalam gaya hidup dan perkembangan kognitif pada dewasa awal.
Yang paling menonjol adalah pada peran orang tua dan perkawinan, yang dimasuki tanpa
persiapan sebelumnya. Sangat jarang orang menyiapkan diri untuk peran dan tahap baru
dalam hidupnya baik itu dari rumah ataupun persiapan dalam bidang pendidikan,
sehingga banyak yang melalui perubahan ini dengan kurang lancar  (Elizabeth
B.Hurlock. 2009.hal.251).
10. Masa Kreatif
Kreatifitas akan tergantung kepada minat dan kemampuan masing – masing
individu yang disalurkan lewat hobi atau pekerjaan. Namun tidak semua bisa
menyalurkan kreatifitasnya pada tahap ini, karena banyak terhalang oleh pekerjaan rumah
tangga, pekerjaan sehari – hari, dan kesibukan lainnya  (Elizabeth B.Hurlock.
2009.hal.252).
11. Masa Eksplorasi Identitas
Eksplorasi pada identitas diri dimulai bahkan sebagai anak – anak dengan
berusaha membuat keputusan mereka sendiri, dan menjadi semakin jelas selama masa
remaja. Walaupun demikian, perkembangan otak yang muncul selama masa remaja
memungkinkan para dewasa dini untuk mengeksplorasi kehidupan mereka lebih dalam
daripada sebelumnya. Para dewasa dini harus menemukan siapa sebenarnya mereka
dalam ideologi, pekerjaan, juga nilai spiritual dan budayanya.
12. Masa Ketidakstabilan
Kehidupan dari seorang dewasa dini ditandai oleh ketidakstabilan dan perubahan
dalam persahabatan, hubungan, pengaturan hidup, tujuan pendidikan, juga pengaturan
pekerjaan yang membuat fase ini penuh dengan transisi yang akan membuat mereka sulit
membuat rencana atau berkomitmen. Kehidupan masa dewasa dini ditandai oleh
perubahan, memerlukan fleksibilitas yang luar biasa untuk mereka yang memilih bekerja
bersama para dewasa dini. Ketidakstabilan ini juga sering mencegah para dewasa dini
dari membuat komitmen jangka panjang pada lembaga atau masyarakat. Seseorang pada
tahap ini akan dapat mengetahui cara menghilangkan sifat labil jika berhasil melaluinya
dengan baik.
13. Masa Fokus Kepada Diri Sendiri
Ciri – ciri masa dewasa dini juga ditandai oleh fokus yang kuat kepada diri
sendiri. Ini adalah waktu untuk hidup dengan sedikit kewajiban sehari – hari dan
komitmen kepada orang lain. Selama masa sekolah menengah, kebanyakan remaha
memiliki tanggung jawab kepada orang tua dan saudaranya. Kedewasaan biasanya
termasuk tanggung jawab pada pasangan atau anak, tetapi pada masa dewasa dini banyak
orang yang bebas dari tanggung jawab tersebut.
14. Berada Antara Dua Dunia
Para dewasa dini selalu akan mempertanyakan apakah mereka akan diperlakukan sebagai
orang dewasa atau sebagai anak – anak, karena alasan usia 17 tahun dianggap dewasa.
Biasanya mereka tidak yakin mengenai apa yang diharapkan dari mereka oleh orang lain
di sekelilingnya. Dalam labirin yang berisi berbagai sinyal kontradiktif, sangat sulit untuk
memiliki perasaan yang jelas akan apa yang diharapkan pada diri sendiri atau pada orang
lain sebagai orang dewasa dan masih mengira – ngira bagaimana cara menjadi pribadi
yang dewasa.
15. Masa Pilihan Tidak Terbatas
Ciri – ciri masa dewasa dini memiliki berbagai kemungkinan yang tidak
terhingga. Menghadapi perluasan kesempatan ini bisa membawa seseorang menjadi
penuh harapan atau justru putus asa. Tidak seperti membuat keputusan di bawah
pengawasan orang tua, para dewasa dini mengalami kesempatan yang relatif tidak
terbeban akan kebebasan sesungguhnya. Hubungan mereka dengan keluarga dan teman
tidak terancam oleh keputusan mereka yang seringkali disembunyikan.
Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan
dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas
perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut :
a.  Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
b.  Belajar hidup bersama dengan suami istri
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
d.  Mengelolah rumah tangga
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
g.  Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya

Anda mungkin juga menyukai