Anda di halaman 1dari 16

CHAPTER REPORT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Perkembangan
Dewasa Yang Diampu Oleh Vina dartina, M.Pd., M.I.Kom., CT.

Oleh Kelompok 2 :

Ha. Riska Purnama 19559017

Leffi Naf Virgiantini 19559007

Sri Rahayu Nengsih 20559021

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MA’SOEM

1441 H/ 2020 M
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN DEWASA

Identitas Buku :

JUDUL BUKU : Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku 2

BAB : Bagian 6 Bab 14 (Perkembangan Psikososial di Masa Peralihan


dan di Dewasa Muda)

PENULIS : Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman

PENERBIT : Salemba Humanika

KOTA TERBIT : Jakarta Selatan

TAHUN TERBIT : 2017

Perkembangan Sosio Emosi di Masa Dewasa Awal

 Stabilitas dan Perubahan yang Berlangsung dari Masa Kanak-kanak hingga Masa
Dewasa
 Ketertarikan,Cinta dan Relasi yang Akrab
 Gaya hidup Orang Dewasa
 Pernikahan dan Keluarga
 Gender, dan Perkembangan Diri

PENDAHULUAN

Dewasa awal merupakan transisi dari remaja menuju dewasa yang berawal dari usia
18-25 tahun. Dewasa awal ditandai dengan beranjak dewasa dan berakhir pada usia 35-40
tahun. Bagi banyak orang, pada masa ini terjadi transisi dari SMA ke perguruan tinggi yang
melibatkan pergerakan ke arah struktur yang lebih besar dan impersonal, interaksi dengan
teman-teman dari latar belakang geografis dan etnis yang lebih beragam, dan peningkatan
fokus terhadap pencapaian. Pada masa ini juga terjadi puncak performa fisik yang mulai
dialami seseorng (Suntrock, 2012).

Menurut Hurlock (2012) tugas perkembangan dewasa awal adalah mulai bekerja,
memilih dan memperoleh pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina
keluarga, mangasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai
warga negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

Peralihan Masa Dewasa: Pola dan Tugas

Peralihan masa dewasa merupakan waktu untuk mendapatkan pengalaman sebelum


menerima peran dan tanggung jawab sepenuhnya sebagai individu dewasa. Laki-laki muda
atau perempuan muda mungkin mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal serta bersenang-
senang di kehidupan sendirinya. Pasangan muda yang menikah mungkin pindah ke rumah
orang tuanya sementara mereka menyelesaikan pendidikan atau mampu kembali mandiri
setelah kehilangan pekerjaan. Tugas-tugas perkembangan tradisional seperti mendapatkan
pekerjaan yang stabil dan mengembangkan hubungan romantis jangka panjang mungkin
ditunda hingga usia 30 atau bahkan lebih (Roisman, Masten, Coatsworth, & Tellegen, 2004)

A. Pengaruh-Pengaruh pada Jalan Menjadi Dewasa


Jalan individu menuju masa dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gender,
kemampuan akademis, sikap awal terhadap pendidikan, ras, etnisitas, harapan di akhir
masa remaja, dan kelas sosial.
Beberapa individu di masa peralihan dewasa memiliki sumber daya–finansial dan
pengembangan–dibandingkan yang lain. Banyak tergantung pada perkembangan ego;
kombinasi antara kemampuan memahami diri sendiri dan dunia seseorang, untuk
mengintegrasikan dan mensintesis apa yang dilihat dan diketahui, dan untuk membuat
rencana-rencana kehidupan seseorang. Orang muda yang egonya masih berkembang
cenderung “terperangkap” dalam tahap kurang matang di usia 25 tahun yang lebih
mungkin memiliki orang tua, pada saat usia 14 tahun, orang tua menghalangi otonomi
mereka, dan tidak menghargai mereka, dan percakapan yang selalu lebih bermusuhan
(Billings, Hauser, & Allen, 2008). Sebagai hasil dari hal ini dan pengaruh lain, beberapa
individu peralihan ke dewasa lebih tinggi mengembangkan egonya dibandingkan yang
lain dan selanjutnya lebih siap untuk belajar berdiri sendiri (Tanner, 2006). 

B. Perkembangan Identitas pada Peralihan Masa Dewasa


Peralihan ke masa dewasa menawarkan penundaan, atau “time out” dari tekanan
perkembangan dan membiarkan orang muda pada kebebasan untuk mencoba berbagai
peran dan gaya hidup.
a. Pemusatan Kembali merupakan suatu proses yang mendasari peralihan ke
identitas individu dewasa. Hal ini merupakan tugas utama peralihan masa dewasa.
Pemusatan kembali merupakan proses tiga tahap, yakni:
 Pada tahap 1 (permulaan peralihan masa dewasa)
Individu masih tertanam pada keluarga asal, tetapi pengharapannya bagi
keyakinan akan kemampuan diri dan pengarahan diri mulai meningkat.
 Pada tahap 2 (selama peralihan masa dewasa)
Individu cukup terhubung dengan (dan mungkin ketergantungan finansial),
tetapi tidak lagi tertanam oleh keluarga asal. Sewaktu-waktu, keterlibatan
eksplorasi dalam berbagai ragam perkuliahan, pekerjaan dan pasangan
intim menandai tahap ini. Hingga pada akhirnya, individu berpindah pada
komitmen serius dan memperoleh sumber daya untuk mendukung mereka.
 Pada tahap 3 (biasanya di usia 30)
Individu mulai memasuki masa dewasa muda. Tahap ini ditandai dengan
kemandirian dari keluarga asal (sementara cukup terikat pada hal tersebut)
dan berkomitmen pada karier, pasangan, dan kemungkinan anak-anak. 
b. Penundaan Kontemporer
Banyak pada peralihan individu dewasa yang memiliki sedikit bimbingan dan
tekanan yang kurang untuk tumbuh menjadi dewasa (Heinz, 2002). Mereka harus
menyusun kehidupan mereka di luar kesempatan dan hambatan yang mereka
temukan di sekitar mereka. Pada umumnya, terdapat peralihan tujuan terkait
proses dalam pemusatan kembali. Banyak orang muda beralih menjauh dari
tujuan-tujuan yang terkait dengan pendidikan, perjalanan, dan teman-teman serta
menuju tujuan akan kesehatan, keluarga, dan yang terkait pekerjaan (Salmela-Aro,
Aunola & Nurmi, 2007).
c. Eksplorasi Identitas Ras/Etnis
Identitas etnis dapat didefinisikan sebagai identitas seseorang sebagai anggota
kelompok etnis tertentu (Phinney, 2003) dan hal ini merupakan bagian dari
pengembangan identitas sosial individu (Tajfel, 1981). Banyak orang muda
minoritas, sering kali khawatir akan kondisi ekonominya, harus mengambil
tanggung jawab individu dewasa lebih awal dibandingkan sebayanya. Pada saat
yang sama, mereka cenderung menilai kedekatan serta hubungan keluarga yang
saling tergantung dan mungkin merasa bertanggung jawab untuk mendampingi
kondisi ekonomi keluarga. Mereka mungkin di bawah tekanan untuk menikah dan
memiliki anak secepatnya, atau segera memasuki dunia kerja daripada
menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Jadi,
bagi mereka, beberapa proses peralihan masa dewasa mungkin dipersingkat. Di
sisi yang lain, mereka harus mengerjakan isu-isu identitas khusus berdasarkan
etnisitas mereka, dan proses ini dapat makin meluas di usia lebih dari 20 tahun
(Phinney, 2006).
Jika mereka tinggal dalam lingkungan yang berbeda dengan budaya asal
mereka, mereka mungkin mulai bertanya akan nilai-nilai tradisional kelompok
etnis mereka. Untuk mencapai kenyamanan identitas etnis, mereka harus mau
memahami diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok etnis tersebut dan
sebagai bagian dari masyarakat dengan keberagaman yang lebih luas, dan untuk
memiliki pandangan positif baik itu budaya minoritas atau mayoritas tempat
mereka tinggal.

C. Mengembangkan Hubungan Dewasa dengan Orang Tua


Begitu anak muda meninggalkan rumah, mereka harus melengkapi negosiasi otonomi
yang dimulai di masa remaja dan mendefinisikan kembali hubungan mereka dengan
orang tua sebagai hubungan antar orang dewasa. Orang tua yang tidak mampu menyadari
perubahan ini mungkin memperlambat perkembangan anak-anak mereka (Aquilino,
2006).
 Pengaruh-Pengaruh Hubungan dengan Orang Tua
Peralihan masa dewasa masih memerlukan penerimaan pola pengasuhan,
empati, dan dukungan serta kelekatan pada orang tua merupakan bahan utama
kesejahteraan. Dukungan finansial dari orang tua, terutama untuk pendidikan,
mempertinggi kesempatan peralihan masa dewasa untuk keberhasilan peran sebagai
individu dewasa (Aquilino, 2006).
Kualitas hubungan orang tua-anak dipengaruhi oleh hubungan antara ibu dan
ayah (Aquilino, 2006). Ketika dewasa muda “terperangkap di tengah-tengah” konflik
orang tua, menyampaikan pesan dari orang tua satu ke yang lain dan berusaha
meminimalisir konflik di antara mereka (Amato & Afifi, 2006)

Perkembangan Kepribadian: Empat Pandangan

Apakah kepribadian utama menunjukkan stabilitas atau perubahan? Jawabannya


tergantung pada bagaimana kita mempelajari dan mengukurnya. Empat pendekatan ke
perkembangan psikososial di masa dewasa dihadirkan oleh model tahap normatif, model
waktu peristiwa, model sifat, dan model tipologis. 

1. MODEL TAHAP NORMATIF


Model tahap normatif merupakan model yang menggambarkan perkembangan
psikososial dalam bentuk rangkaian pasti perubahan terkait usia. Perubahannya merupakan
hal yang normatif yang merupakan hal umum pada hamper semua anggota populasi; dan
mereka muncul dalam periode keberhasilan atau tahap-tahap, yang kadang kala ditandai
oleh krisis emosi yang meratakan jalan bagi perkembangan selanjutnya.
Tugas-tugas perkembangan dalam teori tahap normatif, tantangan umum yang perlu
dikuasai untuk keberhasilan adaptasi bagi masing-masing tahap kehidupan. Di antara
tugas-tugas perkembangan dewasa muda adalah meninggalkan rumah masa kecilnya untuk
melanjutkan pendidikan, bekerja, atau masuk kemiliteran; mengembangkan hubungan
baru dan intim serta hubungan romantis; dan mengembangkan rasa diri yang independen
dan mandiri (Arnett, 2000, 2004; Scharf, Mayseless, & Kivenson-Baron, 2004).
Pesan yang paling penting dari model tahap normatif adalah bahwa perkembangan
tidak hanya sekedar tentang mencapai masa dewasa. Apakah individu itu mengikuti pola-
pola tertentu yang disarankan oleh model tersebut atau tidak, penelitian model tahap
normatif mendukung ide bahwa manusia selalu berubah dan berkembang dalam sepanjang
kehidupan mereka. 

2. MODEL WAKTU  PERISTIWA


Model waktu peristiwa merupakan model teoritis perkembangan kepribadian yang
menggambarkan perkembangan psikososial individu dewasa sebagai respons akan
peristiwa yang terjadi diharapkan atau tidak diharapkan serta waktu dari peristiwa-
peristiwa penting dalam kehidupan. Model waktu peristiwa berpegangan bahwa proses
perkembangan tergantung pada kapan peristiwa tertentu terjadi dalam kehidupan individu.
Kejadian hidup normatif merupakan peristiwa yang umum terjadi di waktu tertentu
dalam kehidupan–peristiwa seperti misalnya pernikahan, masa menjadi orang tua, masa
menjadi kakek-nenek, dan pensiun. Menurut model ini, individu biasanya sangat berhati-
hati akan keduanya, baik itu waktu mereka dan jam sosial mereka–norma lingkungan
sosial mereka atau harapan untuk waktu yang sesuai bagi peristiwa kehidupan.
Jika peristiwa-peristiwa terjadi tepat waktu, proses perkembangannya berjalan dengan
mulus. Jika tidak, hasilnya berupa stres. Stres bisa datang dari peristiwa-peristiwa yang
tidak diharapkan, kejadian yang terjadi tidak tepat waktu, atau kegagalan peristiwa yang
diharapkan dan diinginkan akan terjadi sepanjang waktu. Perbedaan kepribadian
memengaruhi cara individu merespons peristiwa kehidupan dan bahkan memengaruhi
waktu mereka. Contohnya, individu yang yakin akan kemampuannya cenderung untuk
mengalami masa transisi yang lebih mudah ke masa dewasa dan mampu menyelesaikan
tugas-tugas dan menghadapi peristiwa dalam hidup mereka dibandingkan individu yang
cemas, yang bingung memutuskan hubungan atau kariernya.

3. MODEL SIFAT: LIMA FAKTOR COSTA DAN MCCRAE


Model lima faktor merupakan model teoretis perkembangan kepribadian dan telah
diuji oleh Costa dan McCrae, didasarkan pada faktor “Lima Besar” uang mendasari kelas-
kelas yang terkait dengan sifat-sifat kepribadian, seperti:
1. Neurotisme merupakan kelas dari sifat atau aspek, yang mengindikasikan
ketidakstabilan emosi; kecemasan, permusuhan, depresi, kesadaran diri, impulsive, dan
kerentanan.
2. Ekstraversi juga memiliki enam aspek; kehangatan, suka bergaul, asertif, aktivitas,
pencarian kegembiraan, dan emosi yang positif.
3. Keterbukaan terhadap pengalaman merupakan individu yang mau mencoba hal-hal
baru dan memiliki ide-ide baru.
4. Kehati-hatian adalah pencapaian keberhasilan; mereka kompeten, teratur, patuh, penuh
pertimbangan, dan disiplin diri.
5. Keramahan adalah individu yang dapat dipercaya, terus terang, altruistic, sesuai,
sederhana, dan mudah terpengaruh.

4. MODEL TIPOLOGIS
Pendekatan tipologis merupakan pendekatan teoretis yang mengidentifikasi tipe atau
gaya kepribadian secara luas. Jack Block (1971; Block & Block, 2006) adalah pionir
dalam pendekatan tipologis. Penelitian tipologis berusaha untuk melengkapi dan
memperluas penelitian sifat dengan melihat kepribadian sebagai keseluruhan fungsi. Para
peneliti telah mengidentifikasi tiga tipe kepribadian, yaitu:
1. Ego-Resilient
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik; kepercayaan diri, mandiri,
artikulasi, perhatian, suka menolong, kooperatif, dan fokus pada tugas-tugas
2. Kontrol Berlebihan
Individu yang pemalu, pendiam, cemas, dan tergantung; mereka cenderung
menyimpan pemikiran di dalam diri mereka sendiri dan menarik diri dari konflik
dan paling mungkin mengalami stres.
3. Kontrol yang Rendah
Individu yang aktif, penuh energi, impulsif, keras kepala, dan mudah teralihkan.

Penemuan kecenderungan lewat kontinuitas sikap dan perilaku bukan berarti bahwa
kepribadian tidak pernah berubah atau individu tertentu dihukum atas ketidakmampuan
menyesuaikan diri sepanjang kehidupan. Anak-anak yang kurang kontrol mungkin dapat
melalui masa dewasa awalnya dengan baik jika mereka menemukan relung tempat energi
dan spontanitas dipertimbangkan sebagai hal yang positif. Anak-anak dengan kontrol yang
berlebihan mungkin akan keluar cangkangnya jika mereka menemukan bahwa
ketergantungan dan ketenangan mereka itu bernilai. Dan, meskipun tipe kepribadian
muncul di masa anak-anak mungkin memprediksikan bentuk pola perilaku jangka
panjang, peristiwa-peristiwa tertentu mungkin mengubah proses kehidupan mereka (Caspi,
1998).

KETERTARIKAN, CINTA DAN RELASI YANG AKRAB PADA DEWASA AWAL

Hubungan intim membutuhkan pengorbanan dan kompromi. Dewasa muda


mengembangkan rasa diri yang kuat selama masa remaja berada dalam posisi yang jauh lebih
baik untuk meleburkan identitas mereka dengan individu lain. Resolusi pada tahap dewasa
muda menghasilkan kebaikan akan cinta, persembahan bersama antara pasangan yang
memilih untuk berbagi kehidupan mereka.

Kebanyakan orang menyukai cerita cinta mereka sendiri. Menurut teori segitiga cinta
Robert J.Sternberg (1995, 1998, 2006), cara cinta berkembang adalah sebuah cerita.

Berpikir tentang cinta sebagai sebuah cerita dapat membantu kita melihat bagaimana
individu memilih dan mencampur elemen-elemen dalam sebuah alur. Menurut Sternberg
(1986, 1998, 2006) tiga elemen atau komponen dari cinta adalah intimasi, gairah dan
komitmen. Intimasi elemen emosi melibatkan didalamnya keterbukaan diri, yang mengarah
pada hubungan, kehangatan, dan kepercayaan. Gairah ekemen motivasi yang didasarkan
pada dorongan diri dalam yang menerjemahkan rangsangan fisiologis ke dalam hasrat
seksual. Komitmen merupakan elemen kognitif yang didalamnya ada keputusan untuk
mencintai dan tinggal dengan orang yang dicintai. Tingkat masing-masing elemen itu hadir
menentukan jenis cinta yang dirasakan individu.

Bagian dasar dari intimasi adalah komunikasi. Pasangan yang berkomunikasi secara
konstruktif cenderung lebih puas dengan hubungan mereka dibandingkan yang tidak
(Christensen, Eldridge, Catta-Preta, Lim & Santaga, 2006).

Selain itu pencapaian rasa identitas berpengaruh terhadap kualitas satu hubungan
romantis. Dalam studi dari 710 individu peralihan dewasa, status pencapaian identitas
diasosiakan dengan perasaan yang kuat akan persahabatan, penghargaan, afeksi, dan
dukungan emosi dalam hubungan romantis (Barry, Madsen, nelson, Carrol & Badger, 2009).
Hal ini mendukung pernyataan dari erikson (1973) bahwa pembentukan rasa aman terhadap
identitas diperlukan bagi terjalinnya kualitas hubungan intimasi yang berkualitas tinggi.

GAYA HIDUP ORANG DEWASA (Pernikahan, keluarga)

 Orang dewasa memilih berbagai gaya hidup sendiri dan bentuk keluarga yang mereka
inginkn. Selama periode 30 tahun lebih orang dewasa yang hidup sendiri meningkat
secara dramatis. Keuntungan orang dewasa hidup sendiri adalah memiliki waktu
untuk membuat keoutusan mengenal perjalanan hidupnya, mengembangkan sumber
pribadi untuk mencapai tujuannya, memiliki kebebasan untuk memilih dan
bisamengenger otomom keinginannya, mencoba hal-hal baru-baru dan mnejelajahnya
menghadapi kesepian, memiliki privasi dan menentukan posisi sesuai dalam
masyarakat yang berorientasi pada pernikahaan (Koropeckly-Cox,2009)
 Kohabitas Orang dewasa
Kohabitasi adalah gaya hidup yang umum yang semakin meningkat yakni pasangan
yang tidak menikah terikat dalam hubungan seksual hidup bersama. Peningkatan pada
dekade terakhir mencerminkan eksplorasi alamiah pada peralihan masa dewasa dan
trend terhadap penundaan pernikahan.

Tipe-tipe Kohabitas adalah


1. Perbandingan Internasional
Survei yang dilakukan di 14 negara Eropa, Kanada, Selandia Baru, dan Amerika
Serikat meneukan luasnyakohabitas sekitar14 persen di Prancis turun 2 persen dan di
Itali (Figur 14-4). Di beberapa negara tersebut pasangan kohbitas memilki hak-hak
legal di Kanda kohabitor mendapatkan manfaat legaldan tanggung jawab yanghampir
sama dengan pasangan yang menikah (Cherlin,2004; Le Bourdaris& Lapiere-
Adamyck,2004).
2. Kohabitas di Amerika Serikat
Tahun 2010 diperikirakan sekitar 7,5 juta pasangan yang tidak menikah yang hidup
Bersama meningkat sebanyak 13 persen pada tahun 2009, peningkatan ini terjadi oleh
kaum etnis/ras dan disemua tingkat Pendidikan, tetapi individu yang memiliki
berpendidikan lebih banyak melakukan itu dibandigkan dengan yang tidak.

Beberapa penlitian mengingatkan bahwa pasnagan kohabitas yang menikah


cenderunhgmemiliki pernikahan yang tidak membahagiakan dibandingkan dengan orang
yang hidup Bersama setelah mnejalani proses menikah dan pasangan kobitas kohabitas
dengan pasangan yang menikah memiliki hubungan yang lebihstabil dan Bahagia
dibandingkan dengan yang tidak menikah. Pasangan yang kohabitas rata-rata orang
muda,kulit hitam, dan kurang religious. Kohabitas juga akan menimbulkanpercerian yang
lebih umum dibandingkan hubungan kohabitas sebelum menikah dan berfubgsisebga seleksi
pasangan sebelummenikah.

 Orang Dewasa yang Menikah


Tahun 1930 perniakhan yang stabil secara luas dianggap sebagai akhir dari
perkembangan orang dewasa. Menurut (Skolnick, 2007) dalam kurun waktu 60 tahun
terakhir pemenuhan kebutuan individu, baik di dalam maupun diluar pernikahan telah
muncul sebagai tujuan yang menyaingi stabilitas pernikahan.
Kecenderungan akhir-akhir ini banyak orang dewasa yang memutuskan untuk
tetap hidup sendirian, rata-rata usia pernikahan di Amerika Serikat hanya sekitar 9
tahun. Artinya mengapa kemudian banyak orang dewasa yang memutukan untuk tetap
hidup sendirian ternyata dipenguhi oleh apa yang menjadi pengalaman mereka disaat
menjalani pernikahan. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat rata-rata usia pernikahan
pertama hanya diatas 27,5 tahun untuk pria sedangkan untuk wanita 25,6 tahun.
Disamping itu banyak orang dewasa yang memutuskan untuk menjalani hidup
Bersama tanpa dalam sebuah ikatan yang sah baik secara agama maupun negara,
biasanya hal demikian disebut kohabitasi.
Durasi pernikahan di Amerika Serikat hanya 9 tahun, seperti yang ditunjukkan
bahwa terjadi penuruan presentase individu yang menikah di Amerika Serikat bahwa
pernikahannya yang sangat “Bahagia”.
Di kebanyakkan masyarakat Lembaga pernikahan dianggap cara terbaik untuk
memastikan perlindungan dan membersarkan anak-anak secara sederhana
perniakahan adalah hal ideal yang menawarkan kebahagian, inti masi, komitmen,
pershabatan, apeksi, pemenuhan kebutuhan seksual, dan kesempatan bagi
pertembuhan emosi. Berbeda dengan gaya hidup di timur pernikahan merupakan
makna filsofis dari satu kesatuan antara laki-laki dan perempuan yang mendasari
terbangunnya spritualisme atau pemenuhan spiritual serta memperthanakan spesies
atau keyurunananya. Jadi, diferensiasi atau perbedaan anatara gaya hidup pernikahan
di barat dan timur terletakpada norma-norma social yang berlaku di masing-masing
negara sehingga membuat pernikahan dipahami secara Universel oleh barat dan
dipahami secara exsklusive-filsofis oleh timur. Disisi lain perbedaan yang lebih
luasnya adalah dipengaruhi oleh keadaan demografi dan perubahan ekonomi dalam
populasi.
 Orang dewasa yang bercerai
Di Amerika Serikat layaknyah sebuah varius, percerain merupakan epidemi. Jumlah
orang yang ceria di Amerika meningkat 1,8persen dalam populasi orang dewasa pada
tahun 1960 (Hutler, 2009). Meskipun jumlah percerain ini terjadi karena factor social
ekonomi tetapi percerain yang banyak di alamidi Amerika Serikat oleh usia muda,
tingkat pendidkan yang rendah, tingkat penghasilan yang rendah, tidak memiliki
afiliasi religious, dan factor eksternal lainnya. Sedangkan populasi di Indonesia
mencapai 408.202 kasus, fakta demikian meningkat sekitar 9 persen dibandingkan
tahun 2018. Penyebab uama perceraian di Indonesia dipengaruhi oleh factor social
ekonomi dan agama.
 Orang Dewasa yang Menikah Kembali
Pada dasarnya beberapa orang dewasa yang memutuskan untuk menikah Kembali
rata-rata 50 persen dari populasinya dalam hal ini pria lebih cepat menikah Kembali
ketimbang wanita. Pria yang secara ekonomi memiliki penghasilan yang lebih tinggi
kemungkinan besar lebih cepat menikah dibandingkan dengan pria yang lebih rendah.
Dalam konteks percerian Ketika orang dewasa yang menikah Kembali, cenderung
mudah dalam menjalani hubungan pernikahan. Hal demikian didasari oleh
pengelaman sebelumnya sehingga memudahkan bagi pria maupun wanita untuk
manage dan mengelola hubungan pernikahannya. Bukti keuntungan menikah Kembali
bagi orang dewasa ternyata masih tercampur. Artinya, tidak menutup kemungkan
orang dewasa yang menikah Kembali mengalami percerain Kembali.
 Hubungan Gay dan Lesbian
Di 40 tahun terkahir orang dewasayang mengalami kelainan seks sualbaik gay dan
lesbian mengalami peningkatan secara drastis dan lebih terbuka. Besaran
peningkatanya menurut survei berada pada kisaran, 40 hingga 60 persen dengan
jumlah presentase sebanyak laki-laki atau gey 45 persen dan perempuanatau lembihan
80persen. Lebih jauh lagi individu yang dekatdengan gey atau lesbian cenderung lebih
suportif. Dalam banyak cara hubungan gey dan lesbian mencerminkan hubungan
heteroseksual. Menurut (Kudek, 2006) perbedaan anatara pasangan gay dan lesbian
serta heteroseksual pertama gay dan lesbian lebih mungkin menengosiasikan tugas-
tugas rumah tangga untuk mencapai keseimbangan yang berguna untuk mereka dan
mengakomodasi hal-hal yang menarik, keterampilan dan jadwal bagi kedua pasangan
dibandingkan denganpasangan heteroseksual. Kedua, mereka cenderung dalam
melaksanakan atmosfer yang lebih positif dibandingkanpasnagan heteroseksual.
Ketiga, hubungan pasangan gay dan lesbian cenderung kurang stabil dibandingkan
dengan hubungan heteresekual terutama karenakurangnya dukungan institusinasional
dan pasangan gay dan lesbian kurang dukungan dari temen dan keluaraga, mereka
memposisikannya dengan kelompok social, dan organisasi komunitas lesbian dan gay.
 Pernikahan dan Keluarga
Setiap gaya hidup yang dipilih oleh orang dewasa memiliki tantangan-tantangan
tertentu. Tantangan yang cukup strategis dalam membangun pernikahan dan keluarga
serta bagaimana mengurai setiap permasalahan yang dihadapi. Diantara beberapa
tantangan tersebut, salah satunya adalah Melestarikan Pernikahan. Menurut beberapa
survey, sekitar pada awal tahun 1970-an, banyak pasangan yang menikah dan ingin
membangun keluarga karena factor trend atau pengaruh kultur pada saat itu.
 Melestarikan Pernikahan
Menurut Gottman (1994, 2004) pentingnya untuk menyadari bahwa cinta bukanlah
sesuatu yang bersifat magis, sehingga dalam membangun keluarga dan mahligai
pernikahan dibutuhkan pikiran yang rasional dan logis dalam memutuskan segala
perkara mengenai keluarga atau pernikahan itu sendiri.
Gottman membuat sekitar 7 (tujuh) prinsip untuk menentukan apakah pernikahan itu
akan lestari atau tidak. Diantaranya adalah :
1. membuat peta cinta.Peta cinta ini digunakan untuk mengekspresikan yang tidak
hanya pemahamannya terhadap satu sama lain namun juga kasih saying dan
kekaguman mereka.
2. memelihara kasih saying dan kekaguman.Dalam pernikahan yang berhasil
pasangan akan saling memberikan pujian lebih dari 90 persen orang yang
membuat sejarah pernikaannya yang positif maka pernikahan mereka juga
cenderung mrmriliki pernikahan yang positif.
3. mengarahkan diri pada pasangan. Dalam pernikahan yang baik pasangan akan
mahir untuk mengarahkan diri satu sama lain secara teratur, mereka melihat satu
sama lain sebagai teman. Dalam pernikahan ini terjadi perdebatan tetapi tidak
sampai mendominan relasi yang ada. Dalam pernikahan pasnagaan saling
menghormati satu sama lain dan menghagai sudut pandang meskipun terjadi
perbedaan pendapat.
4. membiarkan pasangan memengaruhi Anda. Dalam pernikahan yang buruk sering
terjadi individu yang tidak bersedia membagikan kekuasaanyya pada
pasangannya.Meskipun terjadi pada suami maupun istri. Menurut (Amato: 2007)
bahwa kesetaraan dalam mengambil keputusan adalah salah satu factor utma
untuk memprediksi kualitaspernikan yang positif.
5. memecahkan setiap konflik yang terjadi. Ada dua tipe masalah dalam pernikahan,
tipe pertama masalah yang terus menerus selalu ada mencakup perbedaan
pandangan tentang apakah ingin mempunyai seorang anak ataupun tidak dan
seberapa melakukan hubungan seks, tipe kedua masalah yang dapat dipecahkan
mencakup tidak saling membantu mengurangi stress sehari-hari dan tidakadanya
pembicaraan yang hangat.
6. mengatasi jalan buntu. Menurut Gotman cara yang dapat ditempuh untuk
mengatasi jalan buntu adalah tidak dengan memecahkanmasalah tetapi beralhi
padadialog dan bersikap sabar.
7. menciptakan pesan untuk berbagi rasa. Jika pasangan semakin dapat berbicara
secara lebih terus terang danmeghormati satu sama lain, maka semakin dapat
menciptakan kesempatan untuk berbagi rasa dalam pernikahan.
 Masa Sebagai Orang Tua
Bagi orang dewasa masa sebagai orang tau adalah sesuatu yang direncanakan
dengan baik. Mitos dan realitas pengasuhan menerut (DcGenova & Rice. 2008)
mencakup :
a. Kelahiran seorang anak akan menyelamatkan perkawinan yang hendak runtuh
b. Sebagai orang tua anakakan berfikir, merasa,dan bertindak seperti orang tua di
masa kanak-kanak.
c. Memiliki anak merupakan “kesempatan kedua” orang tua untuk mencapai hal-
hal yang diraih
d. Kebutuhan mengasuh adalah sebuah insting dan tidak memerlukan peltihan.

Masa Orang tua sebagai pengalaman perkembangan dimana masa ini sering disebut
menjadi orang tua menjadi beban pada pernikahan.Kehamilan dan pemulihan setelah
melahirkan dapat mempengaruhi hubungan pasangan,kadang meningkatkan intimasi dan
kadang menciptakan penghalang. Ditambah banyak pasangan menemukanhubungan
merekamenjadilebih “tradisional” karena mengikuti lahirnya sang anak. Bayi pertama
menandai masa peralihan kehidupan orang tua, besamaan dengan perasaan gembira,

Menjadi Orang Tua Mempengaruhi Kepuasaan Pernikahan. Sebuah studi mengemukan


bahwa kepuasaan pernikahan umumnya mneurun selama bertahun-tahun membersarkan
anak. Halini terjadi karena terisolasi dan kehilangan pandangan dengan kenyataan bahwa
memiliki permasalahan dan pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki menjadi sebuah
isu.

Bagaimana Keluarga Menghadapi Pendapatan Ganda. Pasangan yang bekerja


menghadapi kebutuhan ekstra untuk mendapatkan pendapatan ganda, sehingga sering
konflik anatara ditempat kerja dan keluarga.

Mengatasi Perceraian. Pada orang dewasa perceraian dipercayai dan menjalanirelasi


romantic dengan orang lain, meskipun setelah bercerai kehidupan seseorang dapat mengalami
banyak perubahan. Menurut (Hetherington & Kelly 20002, hal.98.108) adalah mereka yang
mengalami peningkatan, mereka yang baik-baik saja, pencari, mereka yang bebas, mereka
yang penyen diri kompeten dan mereka yang kalah.
GENDER, RELASI, DAN PERKEMBANGAN DIRI

Perkembangan Wanita
Berdasarkan analisis Tanen menunjukkan preferensi wanita untuk terlihat dalam rapport talk
dapat disimpulkan bahwa relasi dan menerima hubungan dengan orang lain merupakan hal
yang snagat bernilai bagi wanita.
Perkembangan Pria
Peran pria memiliki sifat kontradiktil dan tidak konsisten. Pria tidak hanya stress jika
mengalami permasalahhnya yang menyimpang dari perannya, mereka akan dirugikan jika
tidak melakukan sesuai dengan perannya. Menurut (Levent, 2002) mengemukkan bahwa pria
mempunyai beberapa ketegangan perannya adalah :
 Kesehatan jangka lama hidup pria adalah 5 tahun lebih singkat dibandingkan wanita.
Jumlah pria yang mengalami stress, ketergantungan alcohol,kecelakaan mobil, dan
bunuh diri lebih banyak dari wanita. Pria juga lebih sering menjadi korban
pembunuhan.
 Relasi pria dan wanita. Pria sering kali dikatakan mempunyai sikap dominan sangat
kuat, agresil dan seharusnya mengontrol wanita. Menurut Sebagian besar definisi
taradisional memandang bahwa wanita dari segi tubuhnya, buka dari akal dan
perasaannya serta sering kalitidak menempatkan wanita sejajar dengan pria, baik
ditempat kerja maupun diberbagai aspek kehidupan lainnya.
 Relasi pria-pria. Sedikit sekali pria yang melakukan interaksi dengan ayahnya
khusunya dengan ayah yang mampu bertindak sebagai model yang positi. Sifat
mengasuh dan peka terhadap orang lain dianggap sebagai peran aspek dari wanita
bukan peran pria. Sehingga aspek mengenai peran pria telah mengakibatkan pria
kurang dalam mengembangkan hubungan emosi yang positif dengan pria lain.

Menganalisis percakapan anatara pria dan wanita adalah hal yang sulit dilakukan untuk
berkomunikasi anatara istri dan suami sehingga dampak perceraian sering dikemukan oleh
seorang istri adalah kurangnya komunkasi meskipun tidak banyak menyebutkan hal
demikian. Menurut (Gamble Er Gamble.2008). Masalah komunikasi antar pria dan wanita
Sebagian disebabkan oleh cara berkomunikasi yang mereka pilih. Menurut Tanen berikut
beberapa percakapan untuk membangun hubungan adalah Rapport talk merupakan cara
menjalani hubungan dengan bernegoisasi disusun untuk memberikan informasi dimana
berbicara didepan khalayak banyak. Setelah itu Tanen menurutnya wanita lebih menyukai
rappot talk sedangkan pria lebih memilih didalam rapport talk. Pria juga memiliki peran
utama karena kemampuannya dalam berbicara, seperti menyampaikan cerita. Meskipun
demikian hasil studi menunjukkan bahwa secara keseluruhan perbedaan gender dalam
komunikasi memiliki angka yang kecil baik pada anak-anak maupun dewasa

Kesimpulan
Masa dewasa pertengan adalah masa individu mengalami tahapan rentang waktu yang
ketujuh, generativitas, versus stagnasi. Pada tahap ini penting pada usia dewasa pertengahan
untuk memberikan kontrabusi nyata pada generasi selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai