Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

MAKALAH BRONKOSKOPI DAN KOLONOSKOPI


Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah

KD II

Oleh

Kelompok 7

 Gusta Randiva 201211663


 Maireza Saputri 201211670
 Yahdiani Khaira 201211698
 Silvi Rahmawati Putri 201211691
 Neli Riayani Putri 201211677
 Mesi Nofianti 201211756
 Riswati Ade Putri 201211684
 Jean Karina Nanda 191211534

Dosen Pengampu:

Ns. Dedi Adha, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MERCUBAKTIJAYA PADANG 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas “Bronkoskopi Dan Kolonoskopi” pada mata kuliah
Komplementer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Skenario Pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Dedi Adha, S.Kep,
M.Kep. Selaku dosen pembimbing dan Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca,


khususnya bagi perawat Indonesia. Kritik dan saran serta masukan dari teman-
teman sangat kami nantikan guna memperbaiki kesalahan kami, karena kaya
hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan khilaf.

Padang, 21 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bronkoskopi ............................................................... 3
B. Pengertian Kolonoskopi (Endoskopi) ............................................ 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang


pulmonologi. Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkay percabangan bronkus. Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahan lagi dalam bidang pulomonologi.
Bronkoskopi merupakan salah satu upaya penting dalam bidang paru
karena alat ini dapat digunakan diagnostik dan terapeutik. Bronkoskopi
merupakan tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus dengan
menggunakan alat Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL).
Dengan berkembangnya teknologi peralatan dan keterampilan, belakangan
ini banyak dilakukan tindakan dengan BSOL sebagai sarana diagnostik, terapi dan
pemantauan berbagai penyakit paru lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bronkoskopi dan Kolonoskopi?
2. Apa saja jenis-jenis dari Bronkoskopi dan Kolonoskopi?
3. Apa tujuan dari Bronkoskopi dan Kolonoskopi?
4. Apa saja indikasi dari Bronkoskopi dan Kolonoskopi?
5. Apa saja kontraindikasi dari Bronkoskopi dan Kolonoskopi?
6.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari bronkoskopi dan Kolonoskopi
2. Untuk mengetahui jenis – jenis dari bronkoskopi dan Kolonoskopi
3. Untuk mengetahui tujuan dari bronkoskopi dan Kolonoskopi
4. Untuk mengetahui indikasi dari bronkoskopi dan Kolonoskopi
5. Untuk mengetahui kontraindikasi dari bronkoskopi dan Kolonoskopi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BRONKOSKOPI
1. Defenisi Bronkoskopi
Definisi Kata bronk Definisi Kata bronkoskopi berasal d oskopi berasal
dari bahasa Yunani y bahasa Yunani yaitu broncho yang berarti batang batang
tenggorokan tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton.
Jadi, bronkoskopi adalah pemeriksaan vis bronkoskopi adalah pemeriksaan
visual jalan ual jalan nafas atau nafas atau saluran pernafasan saluran pernafasan
paru yang paru yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan
prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di
bidangnya dengan memeriksa bronkus bronkus atau percabangan percabangan
paru-paru paru-paru untuk tujuan diagnostik diagnostik dan terapeutik terapeutik
(pengobatan). Bronkoskopi adalah prosedur kesehatan yang dilakukan dengan
memasukkan alat bernama bernama bronkoskop bronkoskop melalui melalui
tenggorokan, tenggorokan, laring, laring, atrakea atrakea kedalam kedalam
bronkus bronkus untuk melihat bagian toraks (dada).

2. Jenis – jenis Bronkoskopi


a) Rigid Bronkoskopi (pipa Kaku)
Merupakan selang logam berongga dengan cahaya pada ujungnya.
Bronkoskopi untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm dan
diameter berkisar berkisar 9 – 13,5 mm dengan tebal dinding bronkoskop
berkisar 2- 3 mm. Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan pada penderita dibawah
anestes dibawah anestesi umum. i umum. Bronkoskopi rigid diindikasikan pada
penderita dengan obstruksi saluran an obstruksi saluran nafas besar dimana
dengan FOB tidak dapat dilakukan. dilakukan. Keuntungan Keuntungan dari
bronkoskopi bronkoskopi rigid adalah lebih mudah untuk menilai dan
mendiagnosis pita suara, kelainan saluran pernafasan atas atau trakea, sedangkan
indikasi umum lainnya diantara lain :

2
1. Mengontrol dan penanganan batuk darah masif
2. Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
3. Penanganan stesosis jalan nafas
4. Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
5. Laser bronkoskopi

b) Fiber Optik Bronkoskopi (Serat Optik)


Merupakan bronkoskop yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan ke
dalam bronkial segmental. FOB sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis pada kelainan kelainan yang dijumpai dijumpai di paru-paru paru-paru
dan berkembang berkembang sebagai sebagai suatu prosedur diagnostik invasif
paru. FOB berupa tabung tipis panjang dengan diameter 5-6 mm, merupakan
saluran untuk tempat penyisipan peralatan tambahan yang digunakan untuk
mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan. Biasanya 55 cm dari total panjang
tabung FOB mengandung serat optik yang memancarkan cahaya. Ujung distal
FOB memiliki sumber cahaya yang dapat memperbesar 120O dari
100O lapangan pandang yang d pandang yang diproyeksikan ke layar video atau
kam iproyeksikan ke layar video atau kamera. Tabungnya sangat fleksibel
sehingga memungkinkan operator untuk melihat sudut 160O -180O keatas dan
100O -130O kebawah. Hal ini memungkinkan FOB untuk melihat ke segmen
yang lebih kecil dan segmen subcabang ke atas dan kebawah dari bronkus utama,
dan juga ke depan belakang. Bronkoskop serat optik (FOB) ditoleransi lebih baik
oleh pasien dibanding bronkoskopi bronkoskopi rigid (pipa kaku), karena
memungkinkan memungkinkan biopsi tumor yang semulanya dapat dicapai, aman
digunakan untuk pasien yang sakit parah dan dapat dilakukan ditempat tidur atau
melalui selang endotrakeal / trakeostomi pada pasien pasien dengan ventilator.
ventilator. FOB memungkinkan in memungkinkan intubasi langsung dari
langsung dari lobus atas kanan, yang tidak mungkin dilakukan bronkoskopi rigid.

3
3. Tujuan Bronkoskopi
a) Untuk melihat keadaan saluran nafas mulai dari trakea sampai beberapa
tingkat percabangan bronkus
b) Untuk menilai percabangan bronkus
c) Untuk mengambil bahan (spesimen) pemeriksaan untuk diagnosis

4. Indikasi Bronkoskopi
a) Batuk / batuk darah Batuk / batuk darah yang belum diketahui
penyebabny yang belum diketahui penyebabnya
b) Wheezing
c) Adanya obstruksi / benda asing dalam saluran nafas
d) Lymphadenopathy / masa intrabronkial pada intra toraks
e) Karsinoma bronkus
f) Abses paru

5. Kotraindikasi Brnkoskopi
a) Kontraindikasi absolut
 Pasien kurang operatif
 Keterampilan operator kurang
 Fasilitas kurang memadai
 Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
 Aritmia yang tidak terkontrol
b) Kontraindikasi relatif
 Asma berat
 Koagulopati yang serius
 Bulla emfisema berat
 Obstruksi trakea

4
6. Kelebihan dan kekurangan
a) Rigid Bronkoskopi (Pipa Kaku)
Kelebihan :
1. Menjadi pilihan utama untuk pengeluaran benda asing karena
bronkoskop kaku lebih baik dalam mempertahankan saluran
napas agar tetap terbuka
2. Lebih mudah untuk menilai dan mendiagnosis pita suara,
kelainan saluran pernafasan atas atau trakea

Kekurangan :
1. Tidak dapat menjangkau ke cabang bronkus karena Tidak dapat
menjangkau ke cabang bronkus karena kaku
2. Hanya dilakukan pada penderita dibawah anestesi umum

b. Fiber Optik Bronkoskopi (Serat Optik)


Kelebihan :
1. Menjadi pilihan utama dalam memeriksa perdarahan, peradangan,
dan pencarian pencarian benda asing karena bronkoskop
bronkoskop ini lebih fleksibel fleksibel dan memiliki memiliki
kelenturan yang baik dalam memvisualisasikan bronkus (cabang
paru) hingga cabang terkecil
2. Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator
untuk melihat sudut 160O -180O keatas dan 100O -
130O kebawah
3. Aman digunakan untuk pasien yang sakit parah dan dapat
dilakukan ditempat tidur atau melalui selang endotrakeal /
trakeostomi pada pasien dengan ventilator.
4. Rasa nyeri minimal dan dapat dilakukan dengan analgesia topical
saja
Kekurangan :
1. Tidak dapat dilakukan pada pasien yang mengalami obstruksi
saluran nafas besar.

5
B. Pengertian kolonoscopy(endoscope)
Endoskopi merupakan pemeriksaan rongga tubuh menggunakan endoskop
yang digunakan untuk diagnosis atau penyembuhan. Teknik ini menggunakan
serat optik dan teknologi video sehingga memampukan keseluruhan struktur
tubuh dapat diinspeksi secara keseluruhan.

1. Sejarah Endoscope

Endoskopi merupakan pemeriksaan rongga tubuh menggunakan endoskop


yang digunakan untuk diagnosis atau penyembuhan. Teknik ini menggunakan
serat optik dan teknologi video sehingga memampukan keseluruhan struktur
tubuh dapat diinspeksi secara keseluruhan. Banyak penyembuhan yang dulunya
melalui operasi tetapi saat ini sudah lebih mudah serta lebih aman menggunakan
endoskopi.

Endoskopi pertama dikembangkan pada tahun 1806 oleh Philipp Bozzini


di Mainz dengan pengantar dari “Lichtleiter” (light konduktor) “untuk
pemeriksaan dari kanal dan rongga tubuh manusia”. Namun, Wina Medical
Society setuju dengan rasa ingin tahu tersebut. Penggunaan lampu listrik
merupakan langkah besar dalam peningkatan endoskopi. Lampu eksternal pertama
ini mampu memberikan cukup pencahayaan untuk memungkinkan cystoscopy,
histeroskopi dan sigmoidoskopi serta pemeriksaan hidung (dan kemudian dada)
rongga seperti yang sedang dilakukan secara rutin pada pasien manusia dengan Sir
Francis Cruise (menggunakan sendiri endoskopi tersedia secara komersial nya)
pada 1865 di Rumah Sakit Mater Misericordiae di Dublin, Irlandia.

Endoskop dimasukkan lewat celah tubuh yang terbuka seperti mulut,


vagina. Endoskopi digunakan untuk diagnosis organ yang berongga. Organ dapat
diambil gambarnya dan biopsi (pembuangan contoh jaringan yang kecil untuk
analisis mikroskop). Endoskopi dapat diulang secara aman pada jarak waktu yang
sering untuk memantau kondisi dan respon dari pengobatan.

6
Sejarah dari gastrointestinal endoskopi dibagi atas 3 periode, yaitu, periode
endoskop kaku atau straight rigid tubes antara tahun 1795 – 1932, periode
setengah lentur atau semi- flexible tube endoscopy antara tahun 1932 – 1958, dan
periode fiberoptic endoscopy, yang diawali pada tahun 1958. Dan sejak tahun ini
pula perkembangan baik endoskopi maupun gastroenterologi terasa sekali sangat
pesatnya.

Pada periode endoskop kaku yang diawali oleh sarjana Bozzini pada 1795.
Pada waktu ini untuk memeriksa rektum dan uterus. Sarjana tersebut membuat
suatu alat dari logam dengan diberi penyinaran lilin. Pada 1868 Kussmaul pertama
kali membuat gastroskop dari logam. Karena alat tersebut masih kaku dan yang
dilengkapi dengan lampu dan kaca yang memantulkan cahaya, maka disebut
straight rigid gastroskop . Kemudian gastroskop tersebut
diperbaiki/disempurnakan oleh Mikulicz pada 1881, dengan membuat lekukan di
ujungnya sebesar 30 derajat, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa isi
lambung lebih sempurna dan disebut rigid elbowed gastroscope.

Perkembangan tidak hanya mengenai bentuk endoskop saja,tapi juga


penyinarannya. Bila tadinya hanya memakai penyinaran dengan lilin maka sejak
1906 dipakai penyinaran listrik. Dan ini dipelopori oleh Rosenheim yang pertama
kali mempergunakan lampu listrik untuk iluminasi di gastroskop. Alat endoskop
lainnya, misalnya esofagoskop dipelopori oleh Bevan pada 1868, yang digunakan
pertama kali untuk mengambil benda-benda asing dan untuk melihat kelainan di
esofagus. Alat endoskop yang digunakan untuk memeriksa rektum dan sigmoid
pertama kali dikembangkan oleh Tuttle pada 1902, Dan peritoneoskopi pertama
kali dikembangkan oleh OTT pada 1901, dan disebutnya celioskopi. Ia
mempergunakan spekulum vagina ke dalam rongga perut melalui insisi. Cara
memeriksa isi rongga perut ini diikuti oleh Kelling pada tahun yang sama dengan
menggunakan cystoskop.

Periode semiflexible tube endoscope antara 1932 – 1958. Oleh karena alat-
alat endoskop sebelum 1932 masih kaku dan masih banyak kesukaran dan
bahayanya, maka Rudolf Schindler Wolf membuat semiflexible gastroscope yang
pertama kali pada 1932. Oleh karena itu Rudolf Schindler diakui oleh kalangan

7
gastroenterolog di dunia sebagai seorang pionir dalam flexible endoskopi, Alat
tersebut mempunyai lensa ganda dengan jarak sangat pendek. Kemudian alat
tersebut mengalami berbagai macam modifikasi, di antaranya Henning pada 1939
membuat modifikasi lensanya, dan bagian yang kaku dibuat lebih kecil, sehingga
memudahkan pemeriksaan.

Pada tahun 1941 Eder Palmer membuat gastroskop dengan diameter 9


mm, diameter ini lebih kecil dari pada yang dibuat oleh Schindler Pada 1948 oleh
Benedict dibuat gastroskop yang dilengkapi dengan alat biopsi. Yang melakukan
pemotretan pertama kali ialah Henning dengan memakai Schindler gastroskop,
film yang dipakai hitam putih Kemudian 1948 dilakukan pemotretan dengan film
berwarna oleh Henning, Keilhack, Segal, dan Watskin. Pada 1950 oleh Uji dibuat
gastrokamera dengan mempergunakan mikrofilm yang dapat dimasukkan ke
dalam gastroskop.

Pada periode fiberoptic endoskop, yang dimulai sejak 1958. Periode ini
dipelopori oleh HIRSCHOWITZ dengan mendemonstrasikan untuk pertama
kalinya gastroduodenal fiberskop buatan ACMI. Berkas-berkas cahaya yang
terdapat di dalam alat-alat tersebut dipantulkan oleh fiberglass dengan diameter
0,0006 inch atau +/- 14 u. Di dalam satu bundel dengan diameter ± 0,25 inch
terdapat 150.000 fiberglass. Dengan ditemukannya astroduodenal fiberskop
HIRSCHOWITZ ini, mulai terlihat kemajuan di bidang endoskopi, karena
pemakaiannya tebih mudah dan lebih aman. Kemudian Olympus Co. dari Jepang
membuat gastrokamera yang dikombinir dalam fiberskop, yang disebut
GFT(1962), dan kemudian mengalami perbaikan dan disebut GFTA(1965).

Sejak 1970 di Jepang telah dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi di TV


(Television endos-kopy), maksudnya untuk memudahkan pendidikan. Sedang
untuk pemeriksaan di kolon, yang tadinya dipakai rektosigmoidoskop bentuk
kaku, dengan ditemukannya fiberoptic endoskop, sejak 1963 telah dibuat oleh
ACMI fiber-sigmoidoskop yang panjangnya 50-60 cm. Kemudian oleh Olympus
Co. dibuat fiber-kolonoskop yang panjangnya 105 cm dapat untuk memeriksa
sampai kolon transversum, dan fiber-kolonoskop yang panjangnya185cm dapat

8
untuk memeriksa sampai daerah coecum. Alat ini diperkenalkan pertama kali pada
1968.

Demikian juga peritoneoskop mengalami banyak perubahan setelah


ditemukannya fiberoptic endoskop. Bahkan pada Waktu 5th Asian Pacific
Congress of Gastroenterology di Singapura pada akhir Mei 1976 telah dilaporkan
dan di- pamerkan laparoskop kecil buatan Olympus, yang dapat digunakan untuk
memeriksa penderita di bangsal.

2. Jenis-jenis Endoskopi

 ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography), untuk


memeriksa sistem duktal pankreas.

 Kolonoskopi, mengecek organ usus besar dan dubur.

 Artroskopi, pemeriksaan keluhan nyeri sendi.

 Bronkoskopi, mengecek pada sistem pernafasan.

 Kolposkopi, guna memeriksa bagian serviks, vagina dan vulva.

3. Manfaat Endoscopy

Endoskopi dilakukan untuk mengamati kondisi organ di dalam tubuh,


seperti saluran pencernaan, pernapasan, saluran kemih, dan
rahim. Endoskopi dapat dilakukan untuk tujuan diagnostik (pemeriksaan) ataupun
untuk menyembuhkan penyakit.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, endoskopi bisa dimanfaatkan


untuk pemeriksaan dan terapi. Dibandingkan dengan tindakan operasi, prosedur
tindakan dengan endoskopi jauh lebih aman dan nyaman untuk pasien.

Selain itu, prosedur endoskopi juga memiliki persiapan yang lebih mudah
serta proses penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan operasi.
Walaupun lebih aman ketimbang operasi, endoskopi tetap berpotensi
memunculkan efek samping, seperti nyeri, perdarahan, dan kemungkinan
terjadinya infeksi. Selain itu, endoskopi juga punya keterbatasan, yaitu hanya
dapat melihat saluran cerna atas dan bawah. Karenanya, pada kasus-kasus

9
kelainan pada saluran cerna tengah (usus halus), maka tetap diperlukan tindakan
operasi.

4. Bagian-bagian Endoskopi Diagnostik

Ada berbagai jenis endoskopi berdasarkan organ tubuh yang diamati,


yaitu:

 Artroskopi, untuk memeriksa kelainan dan masalah pada sendi, seperti


radang sendi.
 Bronkoskopi, untuk mengamati kondisi saluran pernapasan yang
menuju paru-paru.
 ERCP, untuk mendiagnosis gangguan pada pankreas, saluran empedu,
dan kandung empedu.
 Gastroskopi, untuk memantau saluran kerongkongan, lambung, dan
usus 12 jari (duodenum).
 Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar. Umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis kanker usus besar.
 Kolposkopi, untuk mengamati kondisi serviks atau leher rahim.
Umumnya untuk mendiagnosis kemungkinan displasia serviks dan
kanker serviks.
 Laparoskopi, untuk mengamati kondisi organ dalam rongga perut atau
panggul. Salah satunya adalah untuk mendeteksi penyebab infertilitas,
tumor di rongga panggul, serta peritonitis.
 Laringoskopi, untuk melihat gangguan pada pita suara dan tenggorokan,
misalnya polip atau kanker tenggorokan.
 Mediastinoskopi, untuk mengamati kondisi dan bagian dalam rongga
dada beserta organ di dalamnya. Endoskopi jenis ini dapat digunakan
untuk mendiagnosis penyakit limfoma dan sarkoidosis, kanker paru-
paru, dan kanker kelenjar getah bening yang telah menyebar ke rongga
dada.
 Proktoskopi, untuk mengamati dan mengevaluasi perdarahan pada
rektum (bagian akhir usus sebelum anus).

10
 Sistoskopi, untuk mengamati kondisi saluran kemih dan kandung
kemih. Endoskopi jenis ini digunakan untuk mendiagnosis
kemungkinan kanker kandung kemih.
 Thorakoskopi, untuk mengamati kondisi rongga antara dinding dada
dan paru. Biasanya digunakan untuk biopsi paru-paru.

5. Prosedur Endoskopi

Prosedur endoskopi dilakukan menggunakan alat bernama endoskop, yang


dimasukkan langsung ke dalam tubuh. Endoskop sendiri adalah alat berbentuk
tabung atau selang panjang, tipis, dan lentur, yang dilengkapi dengan kamera dan
senter pada bagian ujungnya.

Kamera dan senter ini berguna untuk melihat keadaan organ di dalam
tubuh, dan gambarnya akan ditampilkan pada monitor. Selain kamera, endoskop
juga bisa dilengkapi dengan peralatan bedah pada ujungnya, untuk melakukan
prosedur medis tertentu.

Sebelum endoskopi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara


menyeluruh, serta berbagai tes penunjang, seperti pemeriksaan darah dan
Rontgen. Dokter juga akan memberikan penjelasan mengenai cara prosedur
dilakukan serta persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien, misalnya apakah
pasien perlu berpuasa sebelumnya atau menginap di rumah sakit.

Endoskopi dapat dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, namun


sebagian endoskopi perlu anastesi, baik itu bius lokal atau bius total.

Lama prosedur endoskopi hanya sekitar 15-60 menit. Dokter akan


memasukkan alat endoskop ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus, saluran
kemih, vagina, atau melalui sayatan kecil pada kulit.

6. Keunggulan dan kelemahan endoscopy

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, endoskopi bisa dimanfaatkan


untuk pemeriksaan dan terapi. Dibandingkan dengan tindakan operasi, prosedur
tindakan dengan endoskopi jauh lebih aman dan nyaman untuk pasien.

11
Selain itu, prosedur endoskopi juga memiliki persiapan yang lebih mudah
serta proses penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan operasi.
Walaupun lebih aman ketimbang operasi, endoskopi tetap berpotensi
memunculkan efek samping, seperti nyeri, perdarahan, dan kemungkinan
terjadinya infeksi.

Selain itu, endoskopi juga punya keterbatasan, yaitu hanya dapat melihat
saluran cerna atas dan bawah. Karenanya, pada kasus-kasus kelainan pada saluran
cerna tengah (usus halus), maka tetap diperlukan tindakan operasi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronkoskopi Bronkoskopi berasal dari berasal dari bahasa Yun bahasa


Yunani yaitu ani yaitu broncho yang berarti batang tenggorokan dan scopos yang
berarti melihat atau menonton.
jadi, bronkoskopi adalah pemeriksaan pemeriksaan visual jalan nafas atau
saluran saluran pernafasan pernafasan paru yang disebut disebut bronkus.
bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang
dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diag percabangan
paru-paru untuk tujuan diagnostik dan nostik dan terapeutik (pengobatan).
terapeutik (pengobatan). Terdapat 2 jenis bronkoskopi yaitu rigid bronkoskopi dan
fiber optik bronkoskopi dimana bronkoskopi dimana kedua bronkoskopi t
bronkoskopi tersebut ersebut memiliki memiliki kelebihan kelebihan dan
kelemahan kelemahan masing-masing.

Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat


ini berbentuk pipa kecil panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh,
misalnya ke lambung, ke dalam sendi, atau ke rongga tubuh lainnya. Di dalam
pipa tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya agar
bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya
berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Penggunaan
alat ini digunakan saat melakukan tindakan Endoskopi. Tindakan Endoskopi
sendiri dilakukan saat kondisi pasien :

1. Keluhan saluran cerna yang berulang(kronis atau berat). dilakukan


tindakan gastroskopi

13
2. Pendarahan saluran cerna atas(muntah darah dan buang air besar berwarna
hitam) dilakukan tindakan gastroskopi
3. Pendarahan saluran cerna bawah.dilakukan kolonoskopi
4. Adanya perubahan kebiasaan pada waktu buang air besar. Dilakukan
tindakan kolonoskopi.
5. Pengobatan varices (pelebaran) pembuluh darah pada
tenggorokan.dilakukan tindakan gastroskopi

B. Saran

Dari kedua jenis bronkoskopi tersebut lebih baik menggunakan fiber


optik bronkoskopi karena memiliki kelebihan yang lebih banyak dibandingkan
dengan rigid bronkoskopi. bronkoskopi. Tetapi kekurangan kekurangan dari
fiber optik bronkoskopi bronkoskopi sendiri sendiri adalah tidak dapat dilakukan
pada pasien yang mengalami obstruksi saluran nafas besar.
Setelah kita mengetahui kegunaan dan pentingnya alat ini, setidaknya
pemerintah dapat menyediakan/menambah alat endoskop ini dalam rangka
endoskopi atau terapeutik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bartiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap : Membaca Tes Kesehatan.


Jakarta :Penebar Plus

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa Andy


Hartono dkk. Ed Estu tiar. Jakarta : EGC

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan


Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses, Ed Monica

Ester. Jakarta : EGC

Priyanto, Agus dan Sri, Lestari. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta


:Salemba Medika https://www.scribd.com/doc/194852272/alat-kesehatan ;
diakaes pada tanggal 22 April 2021

http://jurnal.fkep.unand.ac.id/vol11no1_2015_5.pdf ; diakaes pada tanggal


22 Desember 2021

http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=159&Itemid=67 ; diakses pada 22 April 2021

15

Anda mungkin juga menyukai