Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASMA BRONCHIAL

Tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB I)

OLEH: 6
SALSABILLA PUTRI KHAIRANI (201211686)
SAZNITA (201211687)
MESI WAHYUNI (201211744)
JIHAN AFIFAH (201211667)

Dosen Pengampu:
NS.LENNI SASTRA, S.Kep, MS

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya makalah
atau paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata KMB I dengan judul tugas
“SAP ASMA BRONCHIAL” telah dapat terselesaikan.
Makalah atau paper ini disusun dengan mengambil sumber bacaan dari akses internet seperti
yang tercantum dalam daftar pustaka. Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kata
sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah S.W.T. harapan penulis semoga isi
dari paper ini bisa bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamin.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisi Situasi…………………………………………………………………………..
1.2 Permasalahan Mitra…………………………………………………………………….

BAB II
Solusi Permasalahan………………………………………………………………………..

BAB III METODE PELAKSANAAN


Lampiran: - Materi………………………………………………………………………….
- Leaflet…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASMA BRONCHIAL

Pokok Bahasan : ASMA BRONCHIAL


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Asma Pada Pasien Asma Bronkial
Waktu : 11.00 - Selesai
Sasaran : Mahasiswa Stikes Mercubaktijaya Padang Tingkat II
Tempat : Ruang N

BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Analisis Situasi


Asma bronkhial merupakan salah satu penyakit kronik yang menyerang antara 100-
150 juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkhial tidak hanya masalah
kesehatan masyarakat di negara maju, tetapi juga terjadi di negara berkembang (WHO, 2016).
Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diseluruh dunia diperkirakan akan
meningkat 20% pada 10 tahun kedepan, jika tidak terkontrol dengan baik. Asma merupakan
lima penyakit terbesar yang menyumbang kematian di dunia dengan prevalensi mencapai
17,4%. Prevalensi asma di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%
(PDPI, 2014). Penyakit pernafasan ini merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian terbanyak di Indonesia (Sihombing, 2010). Penyakit asma termasuk dalam sepuluh
besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013 sampai 2018, prevalensi penyakit asma di Indonesia tahun 2018
pada semua umur menurut provinsi sebesar 2,4%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2012, asma bronkhial merupakan penyebab kematian ke-4 di Indonesia
sebesar 5,6%.
Dampak asma dapat merugikan setiap manusia yang mengalaminya. Penyakit ini bisa
menimbulkan masalah pada jalan nafas dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Asma
bronkhial adalah salah satu penyakit non communicable (penyakit yang tidak menular) kronis
pada saluran pernafasan yang hiper reaktif dan menyempit akibat berbagai rangsangan yang
ditandai adanya serangan sesak nafas, mengi dengan tingkat keparahan serta frekuensi setiap
orang berbeda (WHO, 2016). Hal tersebut dapat menyebabkan penyempitan jalan nafas yang
menyeluruh sehingga timbul sesak nafas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan
terapi. Asma bronkhial menyebabkan resiko mengalami eksaserbasi akut dan memicu
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Penyakit asma merupakan suatu kondisi
darurat dan seringkali kurang berhasil dalam penanganannya. Kondisi tersebut akan
meningkatkan kejadian masuk rumah sakit, lebih buruknya terjadi gagal napas dan kematian
(Hodder et al, 2010).

1.3 Permasalahan Mitra


Setelah di lakukan observasi, Faktanya audiens/masyarakat yang memiliki
gejala asma atau sesak nafas yang mana dapat menganggu kenyamanan pasien.
Kebanyakan audiens biasanya hanya menerapkan terapi farmakologis yang diberikan
oleh layanan kesehatan. Tanpa mengetahui bahwa ada terapi non farmakologis yang
dapat membantu mengurangi gejala yang di alami audiens serta juga dapat
memberikan kenyamanan kepada audiens dengan meningkatkan aktivitas fungsional
dan kebugaran pasien. Oleh karena itu, perlu di berikan penyuluhan berupa terapi non
farmakologis yaitu latihan buka jalan nafas ketika mengalami asma yang dapat
meningkatkan kebugaran dan aktivitas fungsional pada pasien asma yang dapat
diterapkan dimana pun dan kapanpun oleh pasien tanpa mengeluarkan biaya yang
cukup mahal.

Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis situasi dan diskusi dengan mitra tersebut
dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang asma bronchial
2. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab terjadinya asma bronchial
3. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala asma bronchial
4. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor resiko terjadinya asma bronchial
5. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan asma bronchial
6. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan yang dianjurkan & makanan yang
harus dihindari pada pengidap penyakit asma bronchial
7. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara pengobatan medis & alami pada penyakit
asma bronchial
8. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara membuka jalan nafas yang benar

BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN

Berdasarkan permasalahan yang di dapatkan di ruangan F kelas stikes mercubaktijaya


padang maka mitra solusi yang diberikan melalui pengadaan Satuan Acara Penyuluhan yaitu
latihan pursed lips breathing dan latihan ekstreminitas untuk meningkatkan aktivitas
fungsional dan kebugaran pada pasien asma ini meliputi :

1) Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian asma .


2) Pasien dapat menyebutkan kembali penyebab asma.
3) Pasien dapat maenyebutkan kembali tanda dan gejala asma.
4) Pasien dapat menyebutkan kembali cara buka jalan nafas ketika asma
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Pelaksana Kegiatan
(1) Sasaran
Audiens/masyarakat
(2) Metode pelaksanaan
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya jawab
(3) Media Dan Alat
 Leaflet
 Infocus
 Laptop/PC
(4) Waktu penyuluhan
Hari/tanggal : Jumat / 28 Januari 2022
Jam : 11.00 – 11.20 WIB
Tampat : Ruangan F
(5) Pengorganisasian
(a)Moderator : Saznita
(b)Presenter : Mesi Wahyuni & Salsabilla Putri Khairani
(c)Fasilitator : Mesi Wahyuni & Salsabilla Putri Khairani
(d)Obsever : Jihan Afifah

(6) Setting tempat:


B. Uraina Tugas
1. Penanggung jawab : kelompok VI (Asma Bronkial)
Fungsi : mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator : Saznita
Fungsi :
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri dan kelompok
c) Menjelaskan maksud dan tujuan
d) Kontrak waktu dan bahasa
e) Mengevaluasi perasaan setelah penyuluhan
3. Penyaji : Mesi wahyuni & salsabilla putri khairani
Fungsi :
a) Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
b) Menggali pengetahuan audiens
c) Memberikan reinforcemen positif
4. Observer : Mesi Wahyuni
Fungsi :
a) Mencatat dan mengamati jalannya penyuluhan
b) Menilai anggota kelompok
c) Memberikan umpan balik terhadap kelompok
5. Fasilator : Salsabilla putri khairani
Fungsi :
a) Mempersiapkan acara penyuluhan
b) Memotivasi audien untuk ikut dalam penyuluhan
c) Menjawab pertanyaan audien
6. Dokumentator : jihan afifah
Fungsi : mendokumentasikan acara penyuluhan

5) KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap/tugas Kegiatan Kegiatan peserta Metode


penyuluhan
Pembukaan/moderator -moderator -mendengarkan Ceramah
memberi salam
- -mendengarkan
memperkenalkan
diri dan
kelompok Mendengarkan
-menjelaskan dan menyetujui
tujuan umum dan
tujuan khusus
-kontrak waktu
Mendengarkan
dan bahasa
dan menjawab
Penyiapan Menggali Peserta Tanya jawab
materi/penyaji pengetahuan menjawab
audien tentang
pengertian asma
bronkial
Ceramah
Memberi Mendengarkan
reinforcement
positif
Memperhatikan
Menjelaskan dan
pengertian asma mendengarkan
bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audien tentang
penyebab
terjadinya
serangan asma
bronkial Ceramah
Mendengarkan
Memberi
reinforcement
Memperhatikan
positif
dan
Menjelaskan mendengarkan
tentang penyebab
terjadinya
serangan asma
bronkial

Menggali Peserta Tanya jawab


pengetahuan menjawab
audiens tentang
tanda dan gejala
terjadinya
serangan asma
bronkial
Ceramah
Memberi Mendengarkan
reinforcement
positif Memperhatikan
dan
Menjelaskan
mendengarkan
tentang tanda dan
gejala asma
bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audien tentang
penatalaksanaan
terjadinya
serangan asma
bronkial
Ceramah
Memberi Mendengarkan
reinforcement
positif Memperhatikan
dan
Menjelaskan
mendengarkan
tentang faktor
resiko terjadinya
serangan asma
bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audiens tentang
makanan yang
dianjurkan &
makanan yang
harus dihindari
serangan asma Ceramah
bronkial Mendengarkan
Memberi
reinforcement
positif
Memperhatikan
Menjelaskan dan
tentang mendengarkan
terjadinya
makanan yang
dianjurkan &
makanan yang
harus dihindari
serangan asma
bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audiens tentang
cara membuka
jalan nafas saat
asma bronkial
Ceramah
Memberi
reinforcement Mendengarkan
positif

Menjelaskan Memperhatikan
tentang dan
cara membuka mendengarkan
jalan nafas saat
asma bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audiens tentang
pengobatan
medis & alami
pada asma
bronkial
Mendengarkan Ceramah
Memberi
reinforcement
positif Memperhatikan
dan
Menjelaskan
mendengarkan
tentang
pengobatan
medis & alami
pada asma
bronkial
Menggali Peserta Tanya jawab
pengetahuan menjawab
audiens tentang
pencegahan
primer,sekunder,
& tersier asma
bronkial
Mendengarkan Ceramah
Memberi
reinforcement
positif Memperhatikan
dan
Menjelaskan
mendengarkan
tentang
pencegahan
primer,sekunder,
& tersier asma
bronkial
Penutup/moderator Memberikan Bertanya Ceramah
kesempatan
peserta untuk
mengajukan
pertanyaan
Peserta
Menyampaikan memperhatikan
yang diharapkan penjelasan yang
penyuluh setelah disampaikan
dilakukan
penyuluhan Menjawab salam
penutup
Mengucapkan
salam penutup

K. KRITERIA EVALUASI
1) Evaluasi stuktur
a) 80% peserta menghadiri acara
b) Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2) Evaluasi proses
A) Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
B) Moderator mengucapkan salam
C) Moderator memperkenalkan diri dan anggota kelompok
D) Moderator menjelaskan maksud dan tujuan acara
E) Moderator menyampaikan kontrak waktu
F) Moderator menyampaikan kontrak bahasa
G) Penyaji menggali pengetahuan audiens
H) Penyaji memberikan reinforcement positif
I) Penyaji menjelaskan materi
J) Memberi reward pada audiens turut aktif dalam kegiatan
K) Fasilisator membantu audiens dalam kegiatan
L) Fasilisator memotivasi audiens untuk aktif dalam kegiatan
M) Moderator memberikan kesempatan bertanya kepada audiens
N) Moderator menutup acara dan menyimpulkan kegiatan
O) Moderator mengucapkan salam dan terima kasih
3) Evaluasi Hasil
a) 70% audiens dapat menyebutkan pengertian asma bronkial
b) 70% audiens dapat menyebutkan kembali penyebab,tanda dan gejala
asma
c) 70% audiens dapat menyebutkan cara pelaksanaan asma
d) 80% audiens dapat menyebutkan cara penganan yang tepat saat
terjadinya asma

LAMPIRAN/MATERI ASMA BRONCHIAL

A. PENGERTIAN ASMA BRONKIAL

Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari proses radang
tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012). Sedangkan menurut
Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara

B. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO


Asma terjadi pada keluarga yang menunjukan bahwa asma merupakan gangguan yang
diturunkan. Tampaknya, faktor lingkungan (misal; infeksi firus, alergen, polutan) berinteraksi
dengan faktor keturunan yang mengakibatkan penyakit asma. Faktor lain yang memicu
termasuk keadaan pemicu ( stres,tertawa, menangis), olahraga, perubahan suhu, dan bau’
yang menyengat. Asma termasuk sebagai komponen dari triad penyakit, yaitu asma, polip
nasa, dan alergi aspirin.

C. PATOFISIOLOGI

Asma melibatkan prosos peradangan kronis yang menyebabkan edema mukosa,


sekresi mukus, dan peradanagan saluran nafas. Ketika orang asma terpapar oleh alergen
ekstrinsik dan iritan ( misalnya; debu, serbuk sari, asap, tungau, obat-obatan, makanan, infeksi
saluran nafas) saluran nafasnya akan meradang yang meyebabkan kesulitan bernafas, dada
terasa sesak, dan mengi. Manifestasi klinis awal, disebut reaksi fase cepat, berkembang
dengan cepat dan bertahan sekitar 1 jam.

Ketika seorang klien terpapar sebuah alergen, imunoglobulin E akan diproduksi oleh
limfosit B antibodi IgE akan melekat pada selmast dan basofil di dinding bronkus. Seperti
yang ditunjukan pada peta konsep, sel mast akan mengosongkan dirinya melepaskan modiator
peradangan kimia, seperti histamin, bradikimin, prostaglandin, dan substansi reaksi lambat
(slow-reacting substance/SRS-A). zat-zat tersebut mrnginduksi dilatasi Kapiler yang
menyebabkan eh Dema saluran nafas dalam usaha untuk meningkatkan alergen. Mereka juga
mengin duksi konstruksi saluran nafas untuk menutupnya sehingga tidak menghirup air
dengan lebih banyak lagi.

Sekitar setengah dari seluruh pelayan asma mengalami reaksi Fasih lambat. Meskipun
manifestasi klinis yang dihasilkan sama dengan Fasih awal, reaktivasi lambat akan dimulai
empat sampai delapan jam setelah paparan dapat bertahan selama beberapa jam atau hari.

Kedua Fasih, Pelepasan mediator kimia menghasilkan respon pada saluran nafas. Pada
respon Fase lambat mediator menarik sel sel radang lainnya dan membuat siklus Obstruksi,
serta inflamasi yang terus menerus. Peradangan kronis ini menyebabkan saluran napass
menjadi hiper responsif. Saluran apa Sahi fah responsif ini menyebabkan episode berikutnya
berespon tidak hanya pada Antigen spesifik, tetapi pada rangsangan seperti kelelahan fisik
dan menghirup udara dingin. Frekuensi dan ke Parahan dari gejala bisnis yang ada dapat
meningkat.

Reseptor Alfa adrenergik Beta adrenergik dari sistem saraf simpatis dapat ditemukan
pada bronkus. Rangsangan terhadap Reseptor Alfa adrenergik menyebabkan konsep
konstruksi bronkus, sebaliknya rangsangan pada Reseptor beta adrenergik menyebabkan
dilatasi bronkus. Adenosin monofosfat siklus merupakan penyeimbang antara kedua sektor
tersebut. Beberapa teori menyatakan bahwa sel merupakan hasil dari kurangnya rangsangan
terhadap Reseptor beta adrenergik.
D. PENYEBAB ASMA BRONKIAL

Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab asma. Akan tetapi,
serangan umumnya terjadi ketika seseorang terpapar pemicunya. Beberapa hal yang mungkin
bisa menjadi penyebab alias pemicu asma, antara lain:

1. Perokok aktif dan perokok pasif.

2.Infeksi saluran pernapasan atas (seperti pilek, flu, atau pneumonia).

3. Alergi terhadap makanan, serbuk sari, jamur, tungau debu, dan bulu hewan peliharaan.

4. Paparan zat-zat di udara (seperti polusi udara, asap kimia, atau racun).

5. Faktor cuaca (seperti cuaca dingin, berangin, dan panas yang didukung dengan kualitas
udara yang buruk dan perubahan suhu secara drastis).

6. Mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti aspirin, NSAID, dan beta-blocker).

7. Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG).

Mengalami stres dan kecemasan berat.

8. Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.

Parfum dan wewangian.

9. Memiliki riwayat penyakit refluks asam lambung (GERD).

E. Tanda tanda gejala asma

Beberapa ciri-ciri dan gejala khas dari penyakit asma adalah:

• Batuk

• Mengi

• Dada sesak

• Sesak napas

Selain empat yang paling umum di atas, gejala lain yang mungkin saja muncul karena asma,
antara lain:

• Badan lemas, lesu, dan tidak bertenaga

• Suara sengau
• Menghela napas terus-terusan

• Rasa gelisah yang tidak biasa

F. factor risiko

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bahkan orang dewasa yang berusia 30 atau 40-an
sekalipun. Memang, kebanyakan kasus sudah diketahui sejak pasien masih bayi atau kanak-
kanak.

Namun, kira-kira sejumlah 25 persen dari pengidap asma bronkial baru pertama kali
mengalami serangan di usia dewasa.

Menurut WHO, penyakit ini adalah penyakit yang paling umum dialami anak-anak karena:

• Orangtua memiliki riwayat penyakit ini.

• Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia dan bronkitis.

• Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.

• Lahir dengan berat badan rendah.

• Kelahiran prematur.

G. pencegahan asma bronchial

Pencegahan datangnya serangan Asma adalah dengan sbb :

• Menghindari paparan faktor pencetus asma

• Konsultasi lebih lanjut ke dokter terkait obat-obatan pengontrol asma

• Menggunakan obat secara teratur; harus minum obat sebagaimana diresepkan dan
beristirahat secukupnya.

• Meningkatkan Kebugaran Jasmani

• Olahraga yang teratur : jalan sehat, bersepeda, renang

• Latihan otot pernapasan, dengan senam asma.

Upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder

3. Pencegahan tersier

Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma
(orangtua asma), dengan cara :

• Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak

• Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin

• Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan

• Diet hipoalergenik ibu menyusui

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi
dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau
debu rumah.

Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal
dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa
pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik
terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak
50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai
pengendali asma (controller).

Pencegahan berdasarkan Risiko Bersama PTM (Penyakit Tidak Menular) adalah dengan
perilaku CERDIK; sbb :

C: Cek kondisi kesehatan secara berkala

E: Enyahkan asap rokok

R: Rajin aktivitas fisik

D: Diet sehat dengan kalori seimbang

I: Istirahat yang cukup


K: Kendalikan stress

H. Makanan yang baik untuk penderita asma

Berikut beberapa pilihan makanan yang baik dikonsumsi untuk penderita asma:

1. Asam lemak omega-3

Lemak tidak selalu buruk untuk tubuh. Asalkan cermat memilih jenis makanannya, lemak
justru dapat membawa manfaat kesehatan. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam
Allergology International, lemak yang berasal dari tumbuhan dan asam lemak omega-3 dapat
mengurangi peradangan yang terjadi pada saluran napas penderita asma.Dengan begitu risiko
kekambuhan gejala asma dapat diminimalisir.

Hal ini pun didukung oleh penelitian lain yang dimuat dalam The Chest Journal. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa kandungan asam lemak omega-3 juga baik untuk
kesehatan paru penderita asma.Untuk makanan penderita asma, Anda bisa mendapatkan
lemak sehat dari minyak zaitun, biji chia, biji rami (flaxseed), dan walnut. Sementara lemak
sehat yang berasal dari hewan dapat ditemukan pada ikan berlemak seperti salmon, tuna, dan
sarden.

2. Apel

Sudah banyak penelitian yang berhasil membuktikan bahwa buah apel dapat mencegah
berbagai risiko penyakit. Bukti yang terbaru, apel bahkan diketahui dapat membantu
meningkatkan fungsi paru dan mengendalikan gejala asma. Studi oleh para peneliti di Inggris
mengungkapkan, penderita asma yang makan apel setiap hari berisiko lebih rendah
mengalami serangan asma ketimbang yang tidak makan apel sama sekali.

Selain enak dimakan segar-segar, Anda bisa mengolah apel menjadi jus atau smoothies.
Tambahkan dengan berbagai buah-buahan lain supaya makanan yang baik untuk penderita
asma ini lebih nikmat ketika disantap.

3. Wortel

Studi menunjukkan bahwa beta karoten dalam wortel dapat mengurangi serangan asma yang
dipicu oleh olahraga setelah diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Di samping itu, kandungan
vitamin C dalam wortel yang berlimpah juga dapat membantu meningkatkan sistem imun
tubuh. Hal ini memungkinkan tubuh terhindar dari berbagai infeksi, misalnya flu dan pilek,
yang dapat memicu serangan asma. Apalagi bila gejala yang Anda alami termasuk cukup
parah.
Namun, Anda perlu berhati-hati dalam mengonsumsi wortel. Bagi beberapa orang, wortel
mungkin justru dapat menyebabkan reaksi alergi yang memicu gejala asma. Maka dari itu,
sebelum mengonsumsi wortel, pastikan Anda tidak punya riwayat alergi wortel.

4. Bayam

Sayuran hijau seperti bayam ternyata juga masuk dalam daftar makanan yang baik
dikonsumsi untuk penderita asma. Kandungan folat (vitamin B9) dalam bayam dapat
membantu mengendalikan asma. Studi yang diterbitkan dalam Annals of American Thoracic
Society juga menemukan hal yang serupa. Para peneliti dalam studi tersebut melaporkan
bahwa anak-anak yang kurang asupan folat dan vitamin D, delapan kali lebih besar berpotensi
mengalami serangan asma.

Hasil itu dibandingkan dengan anak-anak yang asupan kedua nutrisi tersebut cukup. Selain
bayam, Anda juga bisa mendapatkan asupan folat dari sayuran hijau lainnya seperti brokoli
dan buncis.

5. Pisang

Sebuah survei yang diterbitkan dalam European Respiratory Journal menemukan bahwa
pisang dapat mengurangi mengi pada anak-anak dengan asma. Manfaat ini didapat berkat
kandungan antioksidannya.

Pisang kaya akan kandungan asam fenolik yang larut dalam air. Bahkan, kandungan asam
fenolik pisang lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, termasuk apel.

Kandungan ini dapat membantu mengurangi peradangan yang terjadi di saluran napas. Di sisi
lain, pisang juga salah satu sumber kalium terbaik yang dapat membantu meningkatkan fungsi
paru. Tak heran bila pisang direkomendasikan sebagai makanan yang baik untuk penderita
asma. Guna mendapatkan manfaat yang optimal, makanlah pisang dengan apel.

Makanan yang harus dihindari oleh penderita asma

Ada sejumlah makanan yang dapat memicu gejala asma sehingga harus dihindari penderita
asma, di antaranya:

1. Makanan mengandung sulfit

Sulfit adalah bahan kimia yang banyak ditemukan dalam makanan dan minuman. Bahan
kimia ini sering digunakan sebagai bahan pengawet. Meski begitu, sejumlah produk makanan
fermentasi tertentu juga bisa menciptakan reaksi kimia yang mengaktifkan sulfit secara alami.
Pengawet ini bisa memicu serangan asma karena reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh Anda.
Sulfit akan melepaskan gas sulfur yang akan membuat saluran pernapasan menyempit dan
iritasi. Inilah yang memicu sesak napas dan serangan asma.
Berikut adalah jenis makanan dan minuman tinggi sulfit yang sebaiknya tidak dikonsumsi
pengidap asma:

• buah-buahan kering (termasuk kismis),

• jus lemon dalam kemasan,

• jus anggur dalam kemasan,

• wine, dan

• molase (gula tetes tebu).

2. Makanan yang mengandung gas

Makanan yang mengandung gas dapat memberikan tekanan pada diafragma. Tanpa disadari,
hal tersebut dapat menyebabkan sesak dada dan memicu gejala asma lainnya. Apalagi bila
sebelumnya Anda juga punya riwayat penyakit asam lambung tinggi (GERD).

Berikut beberapa makanan dan minuman yang mengandung gas dan sebaiknya dihindari oleh
penderita asma:

• minuman berkarbonasi,

• minuman manis dalam kemasan,

• permen karet,

• gorengan,

• sayuran seperti kubis dan kol,

• kacang polong, dan

• bawang putih.

3. Makanan cepat saji

Pengawet kimia, perasa, dan pewarna sering ditemukan dalam makanan olahan dan makanan
cepat saji. Beberapa orang dengan asma mungkin sensitif atau alergi terhadap bahan-bahan
buatan ini.

4. Makanan pemicu alergen

Beberapa jenis makanan yang paling sering menyebabkan reaksi alergi mirip asma meliputi:

• Produk susu
• Seafood

• Gandum

• Telur

• Kacang

Pastikan Anda tidak memiliki alergi terhadap bahan-bahan di atas. Segala jenis makanan yang
bisa menyebabkan Anda alergi harus dihindari agar asma tidak kambuh.

I. Cara pengobatan asma beserta terapi alternatif

1. Terapi obat

Kebanyakan pengidap asma akan dianjurkan untuk menjalani pengobatan dengan obat asma,
baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Lama durasi pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan asma Anda.

Dilansir dari laman Mayo Clinic, jenis pengobatan asma terbagi menjadi tiga, yaitu
pengobatan jangka panjang, pendek, serta pengobatan alergi.

Pengobatan asma jangka panjang bertujuan untuk mengendalikan keparahan gejala asma, dan
mencegahnya kambuh secara berkelanjutan serta komplikasi asma.

Terapi jangka panjang biasanya melibatkan penggunaan obat hirup (inhaler asma atau
nebulizer).

Sementara itu, terapi pengobatan jangka pendek lebih bertujuan untuk segera meredakan
serangan asma akut saat kejadian.

Obat ini juga bisa digunakan sebagai pilihan pertolongan pertama untuk serangan asma
mendadak.

Pengobatan alergi dikhususkan untuk mengatasi alergi yang menjadi penyebab asma. Jadi,
obat ini biasanya hanya diberikan jika tubuh bereaksi dengan pemicu (alergen) tertentu.

Dalam beberapa kasus, antibiotik juga bisa digunakan untuk pengobatan asma. Akan tetapi,
penggunaan antibiotik untuk asma harus mempertimbangkan apa penyebab dari asma
tersebut.

Selalu gunakan obat-obatan apapun sesuai dengan anjuran dari dokter Anda.

2. Terapi pernapasan
Terapi pernapasan adalah cara mengatasi penyakit asma tanpa obat yang sering dianjurkan
dokter.

Berlatih teknik pernapasan setiap hari membiasakan Anda untuk bernapas lebih efektif
dengan cara yang benar.

Lambat laun, rutin melakukan terapi pernapasan dapat membantu meningkatkan fungsi paru-
paru untuk menampung dan menyerap oksigen, serta turut mencegah asma kambuh.

Di sisi lain, berlatih teknik pernapasan dalam juga membantu Anda mengatasi stres yang
menjadi pemicu asma dengan lebih baik.

Stres rentan memicu gejala asma rentan kumat tiba-tiba atau membuat serangannya terasa
semakin parah saat kejadian.

Nah, pengobatan penyakit asma yang satu ini dapat membantu Anda mengatur napas di kala
terimpit agar otak dan paru-paru tetap mendapatkan cukup pasokan oksigen.

Cara termudah untuk melakukan teknik pernapasan sebagai pengobatan asma adalah sebagai
berikut.

• Cari tempat yang sepi dan nyaman untuk duduk atau berbaring. Cobalah untuk
kosongkan pikiran. Setelahnya, taruh satu tangan di dada dan satu tangan lagi di perut.

• Ambil napas perlahan lewat hidung dalam 5 hitungan lambat. Biarkan dada dan perut
bawah mengembang terus sampai Anda merasa tangan ikut naik. Ini artinya diafragma Anda
sedang bergerak ke bawah untuk memberi ruang bagi paru-paru Anda agar terisi penuh
dengan udara beroksigen.

• Tahan napas selama yang Anda bisa, kemudian perlahan buang napas lewat hidung
juga dalam 5 hitungan lambat. Selama melakukan ini, Anda seharusnya akan merasa tangan
ikut perlahan turun.

• Ulangi terus selama beberapa menit sampai napas jadi lebih teratur.

Jika ingin lebih pasti, dokter dapat merujuk Anda pada seorang terapis pernapasan untuk
mengajarkan Anda teknik pernapasan khusus yang bisa menjadi salah satu cara mengobati
gejala asma yang muncul.

Dengan begitu ketika Anda berada dalam situasi stres yang bisa memicu asma kambuh, Anda
akan secara naluriah menggunakan teknik ini untuk mengatur napas.

3. Terapi obat alami atau herbal

Selain dengan menggunakan obat-obatan resep dari dokter, konon gejala-gejala asma juga
dapat diatasi dengan konsumsi obat-obatan alami atau herbal untuk asma.
Pilihan ini tentunya memudahkan Anda karena kebanyakan bahan-bahan obat alami asma ini
Anda dapatkan di rumah.

Salah satu cara alami untuk mengobati gejala asma adalah mengonsumsi bawang putih.

Sebuah penelitian dari jurnal Food and Chemical Toxicology menunjukkan bahwa ekstrak
bawang putih memiliki sifat antiinflamasi.

Maka itu, bumbu dapur ini diyakini dapat mengatasi berbagai penyakit peradangan kronis,
salah satunya asma.

Tentunya, masih banyak lagi pilihan obat alami yang bisa dimanfaatkan untuk
menyembuhkan gejala-gejala asma.

Namun, penting untuk Anda ingat bahwa obat herbal tidak bisa dijadikan sebagai pengobatan
utama asma. Anda harus tetap menggunakan obat-obatan resep dari dokter.

Selain itu, efek dari beberapa obat herbal untuk penyakit asma masih memerlukan penelitian
lebih lanjut, terutama mengenai keamanannya.

4. Terapi yoga

Yoga adalah jenis olahraga yang mengharuskan Anda mengatur pola tarikan dan embusan
napas mengikuti setiap gerakan tubuh.

Maka dari itu, olahraga bisa dimanfaatkan sebagai salah satu cara mengobati gejala-gejala
asma. Teknik pernapasan yoga lambat laun akan meningkatkan kapasitas paru.

Dengan begitu, Anda dapat menghirup volume oksigen dalam jumlah yang lebih banyak saat
bernapas pendek.

Yoga juga secara tidak langsung mengajarkan bagaimana caranya bernapas lebih baik dan
efisien. Tidak hanya itu, yoga juga bisa mengurangi gejala stress yang bisa memicu asma.

Sebuah studi dari Ethiopian Journal of Health Sciences menyatakan bahwa yoga berpotensi
mengurangi serangan asma akut.

Studi ini dilakukan pada 24 penderita asma selama 4 minggu dengan durasi 50 menit per hari.

Hasil dari studi tersebut mengungkapkan bahwa olahraga ini efektif mengurangi kambuhnya
serangan asma di pagi dan malam hari.

Selain itu, yoga juga diyakini dapat mengurangi penggunaan pengobatan asma lainnya, seperti
salbutamol.

5. Terapi renang
Bagi beberapa orang yang asmanya dipicu olahraga (exercise-induced asthma), beraktivitas
fisik terlalu berat riskan menimbulkan serangan.

Saat berolahraga, tanpa sadar kita seringnya bernapas lewat mulut, bukan hidung. Cara
bernapas seperti ini membuat Anda makin sesak napas karena udara yang masuk ke paru
adalah udara kering.

Udara kering akan mengiritasi saluran napas yang akhirnya memicu gejala asma.

Di sisi lain, memilih olahraga yang tepat dapat bisa menjadi salah satu cara tepat untuk
mengobati gejala asma dalam jangka panjang.

Berenang adalah salah satu olahraga yang paling disarankan dokter untuk penderita asma.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa berenang lebih efektif mengatasi asma ketimbang
hanya dengan obat-obatan.

Manfaat berenang untuk asma yang lainnya adalah membantu melembapkan saluran udara
agar tidak kering dan teriritasi.

Selain itu, postur tubuh yang mendatar saat berenang dapat melemaskan otot-otot saluran
pernapasan sehingga nantinya Anda bisa bernapas lebih lega.

Pasalnya, berenang tidak mengharuskan Anda menopang berat terlalu banyak seperti saat
sedang berdiri tegak.

Terapi pengobatan asma ini juga dapat membantu penderita asma agar tetap aktif bergerak.

Faktanya, kurang olahraga bisa membuat kondisi fisik penderita asma jadi lebih rentan
terhadap penyakit dan serangan asma.

6. Akupunktur

Akupunktur merupakan pengobatan tradisional asal Tiongkok dengan menusukkan jarum


super tipis ke titik-titik tertentu tubuh.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi akupunktur dapat membantu meringankan


gejala berbagai kondisi medis, termasuk asma.

Terapi penyakit asma yang satu ini dipercaya dapat meningkatkan fungsi paru-paru,
mengendalikan gejala, hingga mengurangi risiko efek samping dari penggunaan obat-obatan
asma.

Hal ini pun telah didukung oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Medicine
tahun 2017 lalu.
Pada penelitian tersebut diketahui bahwa akupunktur ampuh membantu mengurangi gejala
asma yang dialami anak-anak.

K. Cara buka saluran nafas ketika asma

Ketika saluran pernapasan Anda tidak sepenuhnya terbuka, kondisi ini akan membuat Anda
sulit bernapas. Orang yang menderita penyakit asma atau penyakit paru obstruktif kronik
( PPOK ), seringkali menghadapi masalah ini ketika saluran napas menyempit selama
bronkospasme. Bronkospasme ialah kontraksi otot secara spontan atau penyempitan pada
dinding bronkial. Bronkial merupakan jalan masuk udara yang dihirup melalui hidung atau
mulut lalu mendarat pada alveoli (kantong udara). Selama serangan tersebut, otot polos
berkontraksi, sehingga lebih menyulitkan udara untuk keluar. Dengan menjaga saluran napas
tetap terbuka, akan lebih memudahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru, serta
membantu mencegah Anda dari kelelahan. Coba perkuat otot diafragma melalui beberapa
latihan pernapasan yang dapat membantu menjaga jalan napas Anda bersih dan tidak
terganggu, seperti yang dilansir dari Ehow, Rabu (24/8/2016).

1. Duduk di kursi atau berdiri dengan punggung serta lutut sedikit ditekuk. Letakkan satu
tangan di dada dan satunya lagi di perut Anda.

2. Napas melalui hidung Anda sambil merilekskan otot-otot perut. Rasakan diafragma
berkontraksi dan perut yang mengembang. Namun pastikan saat bernapas, dada Anda hampir
tidak bergerak. Ini disebut dengan pernapasan diafragma.

3. Kerutkan bibir Anda ketika menghembuskan napas, seperti jika ingin bersiul. Hal ini akan
menciptakan tekanan pada saluran udara Anda dan menjaganya agar tetap terbuka. Namun,
buang napas secara perlahan, dua kali lebih lama seperti Anda menarik napas. Visualisasikan
paru-paru Anda membuka dan menutup saat bernapas. Teknik ini akan membantu Anda rileks
dan membuka saluran napas tersebut.

Pengobatan asma dapat dilakukan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Berikut ini
adalah penjelasan masing-masing metode beserta pengobatannya:

1.Pengobatan Jangka Pendek

Metode pengobatan jangka pendek bertujuan untuk secara cepat meredakan serangan asma
saat sedang terjadi dan mencegah kekambuhan gejala. Ada tiga jenis obat yang dapat
digunakan pada metode ini, yaitu:

1. Inhaler short-acting beta2-agonist

Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat serangan asma sedang
berlangsung. Obat ini dapat membuka saluran pernapasan yang menyempit sehingga udara
dapar kembali masuk. Meski inhaler dapat dengan mudah meredakan gejala asma, obat ini
sebaiknya hanya digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini karena penggunaannya
tidak boleh terlalu sering dan perlu dicatat tiap minggunya.

2. Kortikosteroid oral atau infus

Dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran pernapasan.

3. Obat antikolinergik

Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium, digunakan untuk melemaskan


saluran pernapasan sehingga pasien bisa lebih mudah bernapas.

2. Pengobatan Jangka Panjang

Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk meredakan gejala dengan mengurangi


peradangan dan mencegah penyempitan saluran pernapasan. Metode ini dilakukan dengan
mengonsumsi obat-obatan secara rutin, seperti:

a) Kortikosteroid dalam bentuk hirup atau pil, untuk mengurangi respons tubuh terhadap
peradangan

b) Obat biologis bentuk suntik, seperti omalizumab, mepolizumab, reslizumab, dan


benralizumab, yang berfungsi meredakan respons tubuh terhadap alergen pada penderita asma
yang parah

c) Obat modifikasi leukotrien, seperti montelukast, zafirlukast, dan zileuton, untuk meredakan
peradangan dan menjaga saluran pernapasan tetap terbuka

d) Stabilisator sel mast, seperti cromolyn, untuk mencegah peradangan pada saluran
pernapasan saat terpapar alergen atau penyebab asma lain dengan mencegah sel imun
menghasilkan sinyal pemicu peradangan

e) Imunoterapi, dalam bentuk hirup, tablet, atau sirup, untuk mengurangi respons tubuh
terhadap alergen penyebab asma

f) Inhaler bronkodilator, untuk mencegah penyempitan saluran pernapasan

3.Penanganan Darurat

Serangan asma merupakan kondisi darurat yang membahayakan jiwa. Pada kondisi tersebut,
dokter akan memberikan obat-obatan melalui nebulizer atau infus. Bila diperlukan, dokter
juga dapat memberikan terapi oksigen atau alat bantu pernapasan, seperti ventilator atau
tabung oksigen.
Bronchial Thermoplasty

Bronchial thermoplasty adalah operasi untuk mengatasi asma yang parah dan tidak bisa
ditangani dengan metode pengobatan lain. Meski begitu, tidak semua penderita asma cocok
untuk menjalani prosedur ini.

Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang tipis dan lentur ke dalam paru-paru, untuk
memanaskan otot-otot di sekitar saluran napas. Tujuannya adalah untuk merusak otot tersebut
agar penyempitan pada saluran pernapasan dan serangan asma dapat berkurang.

LEAFLET

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-statistika-stis/admintor/sap-kmb-asma-
bronchial-keperawatan-medikal-bedah/16911608

https://pdfcoffee.com/satuan-acara-penyuluhan-asma-bronchial-4docx-pdf-free.html

Buku keperawatan medikal bedah edisi-8 buku-3 ( Joyce M. Black Jane Hokanson Hawks)

Anda mungkin juga menyukai