Anda di halaman 1dari 5

``SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

SYEDZA SAINTIKA PADANG


UTS/UAS SEMERTER II
Mata Kuliah :Penyakit Degeneratif ( NR) Hari/Tanggal : 12 juni 2021
Program Studi :DIV- Teknologi Laboratorium Medik Waktu : 80 Menit
Dosen : Rahmi Novita Yusuf,S.SiT,M.Biomed

SELAMAT UJIAN
SOAL:
1. Jelaskan lah factor penyebab dari penyakit pada persendian ( osteoporosis dan rematoid)?

2. Pada penyakit kardiovaskuler ada dikenal dengan istilah arterioklorosis, jabarkan lah perjalanan
penyakit ini sehingga tegak diagnose seseorang menderita arteriosklorosis

3. Pada penderita alzaimer, terjadi penurunan daya ingat yang berakhir dengan terhapusnya
semua memori pada system syaraf. Jelaskanlah metamorphosis dari penyakit alzeimer itu?

4. Pada pasien gagal ginjal terjadi penurunak HB dalam darah yang berakhir dengan pasi anaemia,
jelaskanlah kenapa hal ini bisa terjadi?

Jl.Prof.DR.Hamka No.228 Padang Telp. (0751)442699, (0751)7718784


Email: syedza saintika@yahoo.co.id
“ We are Better Quality”
NAMA : RABIATUN ADAWIYAH
NIM : 2005047

JAWABAN :

1. Faktor Risiko Nyeri Sendi :


Obesitas. Kelebihan berat badan bisa memberi tekanan dan stres pada sendi, terutama
lutut.

Merokok. Kebiasaan ini berbahaya bagi tubuh dan berpengaruh terhadap nyeri kronis,
termasuk nyeri sendi.

Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko nyeri sendi semakin meningkat.

Cedera yang bisa terjadi karena bekerja atau berolahraga bisa membuat kamu berisiko
mengalami nyeri sendi.

faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena rheumatoid arthritis adalah:

Berjenis kelamin wanita.


Usia paruh baya.
Riwayat keluarga.
Obesitas.
Kebiasaan merokok.
Paparan lingkungan, seperti asbes atau silika.

2. Arteri adalah pembuluh darah yang mengalirkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
Aterosklerosis merupakan suatu kondisi pengerasan arteri yang disebabkan oleh
timbunan plak kolesterol. Seiring berjalannya waktu, plak ini bersama dengan kalsium
dan trombosit, dapat terus menebal hingga akhirnya menyumbat total pembuluh darah
arteri.

Gejala Aterosklerosis :
 Pembuluh darah arteri yang tersumbat akibat plak dapat menyebabkan berbagai
penyakit, antara lain penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke.
 Penyakit jantung koroner hingga serangan jantung, gejalanya dapat berupa nyeri
dada yang berat, yang dapat disertai dengan sesak napas, kelelahan, keringat
dingin, mual muntah, pingsan, bahkan kematian.
 Stroke sumbatan, gejalanya dapat berupa kelumpuhan mendadak sesisi anggota
gerak, kelumpuhan otot wajah, kesulitan berbicara, makan dan minum,
penglihatan ganda, gangguan keseimbangan, kebingungan, serta kesulitan untuk
mengerti pembicaraan.

Penyebab Aterosklerosis :
 Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun penyakit ini
diawali akibat kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri (endothelium).
Beberapa penyebab kerusakan ini, antara lain:
 Diabetes atau resisten terhadap insulin.
 Kadar kolesterol, trigliserida, serta tekanan darah yang tinggi.
 Kebiasaan merokok.
 Obesitas atau berat badan berlebih.
 Penyakit yang menyebabkan peradangan, seperti artritis, infeksi, atau lupus.
 Riwayat keluarga dengan aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau stroke.

Faktor Risiko Aterosklerosis :


 Beberapa faktor risiko aterosklerosis, antara lain:
 Diabetes.
 Kadar kolesterol tinggi dalam darah.
 Kebiasaan merokok.
 Kelebihan berat badan atau obesitas.
 Kurang aktivitas fisik, lebih banyak duduk, dan jarang berolahraga.
 Riwayat keluarga mengidap aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau stroke.
 Tekanan darah tinggi.

Diagnosis Aterosklerosis :
 Dokter akan mendiagnosis aterosklerosis dengan melakukan wawancara medis
lengkap, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang sesuai, antara lain:
 Pemeriksaan darah, seperti pemeriksaan darah rutin, kolesterol, LDL, HDL, serta
gula darah.
 EKG (elektrokardiogram) atau rekam jantung, sebagai pemeriksaan awal, untuk
mengetahui adanya sumbatan atau kelainan pada jantung.
 Ekokardiografi (USG jantung), untuk melihat bagian dalam jantung, fungsi
pompa jantung, dan fungsi katup jantung.
 Treadmill test, yaitu pemeriksaan irama jantung yang dilakukan sembari pengidap
melakukan aktivitas fisik (treadmill), untuk deteksi dini penyakit jantung koroner.
 Angiografi, yaitu pemeriksaan jantung yang dilakukan dengan cara memasukkan
suatu kamera ke dalam pembuluh darah jantung, untuk melihat adanya sumbatan
di dalam pembuluh darah jantung.
 CT scan jantung atau otak, untuk mengetahui adanya sumbatan atau kelainan pada
jantung atau otak.
 MRI otak, jika dicurigai adanya sumbatan arteri pada otak yang menyebabkan
stroke.

3. Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum dan bertanggungjawab atas
60-80 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia adalah gangguan otak yang mengakibatkan
hilangnya kemampuan intelektual dan sosial seseorang. Penyakit ini tergolong sebagai penyakit
progresif yang mengganggu fungsi mental seseorang, seperti memori dan perilaku.
Penyebab Penyakit Alzheimer :
Perubahan mikroskopik di otak dimulai jauh sebelum tanda-tanda pertama kehilangan ingatan.
Otak memiliki 100 miliar sel saraf (neuron). Setiap sel saraf terhubung dengan banyak sel lain
untuk membentuk jaringan komunikasi. Kelompok sel saraf memiliki pekerjaan khusus. Beberapa
terlibat dalam berpikir, belajar, dan mengingat. Sementara itu, sebagian yang lain membantu kita
melihat dan mendengar.

Untuk melakukan pekerjaan mereka, sel-sel otak beroperasi seperti pabrik-pabrik kecil. Mereka
menerima persediaan, menghasilkan energi, membangun peralatan, dan membuang limbah. Sel
juga memproses dan menyimpan informasi dan berkomunikasi dengan sel lain. Menjaga
semuanya berjalan membutuhkan koordinasi serta sejumlah besar bahan bakar dan oksigen.

Para ahli meyakini bahwa penyakit Alzheimer mengganggu bagian dari pabrik sel, sehingga tidak
berjalan dengan baik. Ilmuwan ini tidak yakin bagaimana masalah ini berawal, tapi seperti pabrik
nyata, backup, dan gangguan dalam satu sistem menyebabkan masalah di area lain. Ketika
kerusakan menyebar, sel-sel kehilangan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan akhirnya
mati, menyebabkan perubahan pada otak yang tidak dapat diubah.

Gejala Penyakit Alzheimer :


Alzheimer merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan gejala-gejala demensia dan akan
memburuk seiring berjalannya waktu, biasanya dalam hitungan tahun. Pada stadium awal,
pengidap akan mengalami turunnya daya ingat yang ringan, sehingga sering kali tidak disadari
baik oleh pengidap maupun orang-orang terdekat. Pada stadium lanjut, gejala akan semakin parah
sampai pada tahap pengidap tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain dan merespons
terhadap lingkungan sekitarnya.

Gejala awal yang mungkin disadari oleh pengidap adalah turunnya kemampuan untuk mengingat
atau mempelajari hal baru. Kondisi ini diduga berkaitan dengan perkembangan penyakit
Alzheimer yang pada tahap awal terjadi di daerah otak yang bertanggungjawab dalam proses
pembelajaran. Seiring dengan menyebarnya Alzheimer ke area otak yang lebih luas, gejala yang
lebih berat kemudian mulai muncul, seperti disorientasi, perubahan suasana hati dan perilaku,
kebingungan tentang kejadian-kejadian yang baru-baru terjadi, juga kebingungan dalam persepsi
waktu dan tempat.

Gejala berat lainnya dapat berupa kecurigaan tidak berdasar terhadap anggota keluarga, teman
dan perawat. Pada stadium yang lebih lanjut, gejala bisa berkembang menjadi sangat berat,
sampai pada tahap pengidap mengalami kehilangan memori yang serius, perubahan perilaku yang
ekstrem, kesulitan berbicara, menelan, dan berjalan. Gejala-gejala ekstrem lainnya adalah
insomnia, halusinasi, gangguan persepsi, apati, depresi, perilaku agresif, serta kecemasan
berlebih.

4. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kondisi irreversible dimana fungsi ginjal menurun dari
waktu ke waktu. Kondisi fungsi ginjal memburuk, kemampuan untuk memproduksi
erythropoietin yang memadai terganggu, sehingga terjadi anemia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan kadar Hb pre dengan post Hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik
di RSU “KH” Batu. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang
menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan teknik Quota Sampling. Sampel yang
dipilih adalah 20 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil dengan cara melakukan
pengecekkan kadar Hb secara langsung pada responden. Uji statistik menggunakan uji t-test
berpasangan didapatkan nilai rerata kadar Hb pre Hemodialisis adalah 7,38 dan rerata kadar Hb
post Hemodialisis adalah 7,10. Hasil uji t-test berpasangan didapatkan nilai p=0,039 (p<0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar Hb pre
dengan post Hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik, dimana kadar Hb post Hemodialisis
lebih rendah daripada kadar Hb pre Hemodialisis. Hal tersebut dikarenakan sejumlah kecil darah
biasanya tertinggal di dalam dialiser. Hal ini dapat menjadi sumber kekurangan zat besi dari
waktu ke waktu, sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
tentang penanganan anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani terapi
Hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai