Anda di halaman 1dari 8

Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa stroke adalah suatu sindrom

yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang
berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab
lain selain penyebab vaskuler. Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia
dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang.
Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke
hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia. Jenis-jenis stroke terbagi atas
stroke iskemik yaitu terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat.
Jenis stroke ini yang paling umum (hampir 90% stroke adalah iskemik). Stroke hemoragik
disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah didalam atau di sekitar otak sehingga
menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju.

Definisi yang paling banyak diterima adalah bahwa stroke adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan tanda dan gejala klinis yang berkembang pesat berupa disfungsi otak fokal
atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali pembedahan atau fatal). penyebab
non-vaskular. Di masyarakat Barat, 80 persen pasien mengalami stroke iskemik dan 20
persen mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke terus meningkat dengan bertambahnya
usia. Jenis stroke dibagi menjadi stroke iskemik, yang terjadi ketika pembuluh darah yang
membawa darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini adalah yang paling umum (hampir 90%
stroke iskemik). Stroke hemoragik disebabkan oleh bocor atau pecahnya pembuluh darah di
dalam atau di sekitar otak, menghalangi aliran darah ke jaringan otak yang ditargetkan.

Stroke iskemik terjadi apa bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis
stroke ini paling banyak dijumpai. Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah
penumpukan lemak yang melapisi dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Kolesterol,
homocysteine dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri, membentuk zat lengket yang
biasa disebut plak. Seiring berjalannya waktu plak akan terus menumpuk. Hal ini akan sering
membuat darah sulit mengalir dengan baik dan akan menyebabkan pembekuan darah
(trombus).
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam atau di
sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju. Selain itu,
darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau
mematikan fungsinya.
Stroke hemoragik disebabkan oleh bocor atau pecahnya pembuluh darah di dalam atau di
sekitar otak, menghalangi aliran darah ke jaringan otak yang ditargetkan. Selain itu, darah
membanjiri dan menekan jaringan otak di sekitarnya, mengganggu atau menghentikan
fungsinya.
Gejala stroke iskemik ini dapat bervariasi pada seseorang yang mengalaminya tergantung
pada lokasi arteri di bagian otak yang terpengaruhi. Gejala tersebut meliputi:
Kelemahan pada bagian wajah secara tiba-tiba
Kelemahan di lengan atau tungkai secara tiba-tiba
Kesemutan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai
Kesulitan bicara atau memahami pembicaraan
Kehilangan penglihatan, penglihatan menjadi kabur, atau gangguan lapangan penglihatan
Kehilangan keseimbangan tubuh
Sakit kepala hebat tiba-tiba

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Depresi paska stroke merupakan faktor utama yang dapat menghambat


penyembuhan fungsi neurologi dan aktivitas harian pada Pasien stroke dan
berhubungan dengan peningkatan mortalitas. Sebenarnya depresi
bisa mengenai siapa saja, akan tetapi orang yang mengalami penyakit serius
seperti stroke memiliki frekuensi lebih tinggi. Depresi sendiri merupakan
gangguan mental yang di tandai dengan munculnya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau
nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentras.

Depresi pasca stroke merupakan hambatan utama untuk pemulihan fungsi neurologis dan
aktivitas sehari-hari pada penderita stroke dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas.
Depresi dapat berkembang pada siapa saja, tetapi orang yang pernah menderita penyakit
serius seperti stroke, lebih mungkin mengalami depresi. Depresi adalah gangguan mental
yang ditandai dengan perkembangan gejala seperti suasana hati yang buruk, kehilangan minat
terhadap apapun, selalu merasa bersalah, masalah tidur dan penurunan nafsu makan,
kehilangan energi, dan kesulitan berkonsentrasi terhadap apapun.

Depresi apabila tidak ditangani dapat menimbulkan hormon kortisol yang


mempengaruhi penurunan sistem imun sehingga ketahanan tubuh penderita juga
semakin menurun yang menyebabkan penderit juga lebih mudah terkena infeksi,
kadar glukosa dan tekanan darah juga meningkat yang menyebabkan
berulangnya serangan stroke.Dalam penanganan pasien depresi Paska stroke
perlu adanya dukungan dari keluarga karena kelurga merupakan unit social
terkecil yang berhubungan paling dekat dengan pasien. Keluarga merupakan
unsur penting dalam kehidupan seseorang karena keluarga merupakan sistem
yang di dalamnya terdapat anggota-anggota keluarga yang saling berhubungan
dan saling ketergantungan dalam memberikan dukungan,kasih sayang rasa
aman, dan perhatian yang secara harmonis menjalankan perannya masing-
masing untuk mencapai tujuan bersama.

Depresi yang tidak diobati dapat menyebabkan hormon kortisol yang berdampak pada
melemahnya sistem kekebalan tubuh, sehingga daya tahan tubuh pasien juga menurun yang
membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi, kadar gula darah meningkat, tekanan darah
juga naik, dan stroke terjadi berulang kali serangan stroke. Unit sosial terkecil yang paling
dekat dengan pasien adalah keluarga. Keluarga merupakan elemen penting dalam kehidupan
seseorang. Karena keluarga merupakan suatu sistem yang menghubungkan dan bergantung
satu sama lain dengan memberikan dukungan, kasih sayang, rasa aman dan perhatian, serta
secara harmonis memenuhi perannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut Batticaca (2008) Sumber penyakit stroke yang diduga turut meningkatkan jumlah
penderitan adalah faktor makanan, stress dan gaya hidup, yang akan terdeteksi pada pemeriksaan
lemak darah penderita

Berdasarkan penelitian indraswari yang membangun

Faktor risiko stroke terbagi menjadi tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor
risiko tidak dapat dimodifikasi seperti umur, ras, jenis kelamin, dan genetik, sedangkan faktor
risiko dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, diabetes melitus, fibrilasi atrium, merokok, dan
kecanduan alkohol. Pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat
saji, makanan berpengawet, tinggi garam, tinggi gula, kurangnya aktivitas fisik, kelelahan,
stres pekerjaan dan merokok juga meningkatkan risiko stroke.

Terdapat banyak faktor risiko penyakit stroke, namun pada umumnya adalah hipertensi,
diabetes mellitus, merokok, dan hiperkolesterolemia. Hipertensi merupakan penyebab
utama perdarahan intraserebral, sekitar 67% dari 66 pasien dari penderita stroke serebral
menderita hipertensi. Diabetes melitus dapat menyebabkan stroke iskemik karena proses
aterosklerosis. Kira-kira 30% pasien dengan aterosklerosis otak terbukti adalah penderita
diabetes melitus. Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan dinding pembuluh
darah besar maupun pembuluh darah perifer dan

Stroke iskemik memiliki banyak faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, tingginya kadar kolesterol dalam tubuh, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol yang terus-menerus, dan penggunaan obat-obatan seperti kokain. Kondisi yang
biasanya dapat menyebabkan stroke iskemik salah satunya adalah tingginya kadar kolesterol
di dalam tubuh atau dapat disebut dengan hiperkolesterolemia, yaitu peningkatan kadar
kolesterol total dalam darah yang disertai dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein
(HDL), sehingga rasio antara kadar kolesterol total terhadap HDL akan meningkat

Ada banyak faktor risiko stroke iskemik, termasuk usia, jenis kelamin, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus, penyakit jantung, tingginya kadar kolesterol, kebiasaan merokok,
mengonsumsi alkohol secara terus menerus, dan penggunaan obat-obatan terlarang seperti
kokain. Suatu kondisi yang biasanya memicu terjadinya stroke iskemik salah satunya adalah
tingginya kadar kolesterol di dalam tubuh atau disebut juga hiperkolesterolemia, yaitu
peningkatan kadar kolesterol di dalam darah secara total yang disertai dengan menurunnya
kadar High Density Lipoprotein (HDL), sehingga meningkatkan rasio kolesterol total
terhadap HDL.
Pada pembuluh darah kecil dalam yaitu cabang cabang penetrans yang menembus ke dalam
jaringan otak dapat mengalami perubahan-perubahan degeneratif Seperti degenerasi
lipohialin/lipohialinosis atau disorganisasi fibrinoid dimana dapat mengalami penyumbatan
sebagai cerebral small vessels disease dengan sindrom klinik stroke lakunar, atau pecah
terjadi stroke hemoragik.

Pembuluh darah kecil yang dalam atau cabang tembus yang menyerang jaringan otak, dapat
mengalami perubahan degeneratif seperti Degenerasi lipohyalin/lipohyalinosis atau gangguan
fibrinoid tersumbat sebagai penyakit pembuluh darah kecil serebral dengan sindrom stroke
lakunar klinis atau ruptur yang mengarah ke stroke hemoragik.

Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam atau di
sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju. Selain itu,
darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau
mematikan fungsinya

Stroke hemoragik disebabkan oleh bocor atau pecahnya pembuluh darah di dalam atau di
sekitar area otak dan memotong suplai darah ke jaringan otak. Darah juga membanjiri dan
menekan jaringan otak di sekitarnya dan mengganggu atau menghancurkan fungsinya.

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Masalah yang timbul akibat
stroke berupa kelumpuhan ataupun kelemahan anggota tubuhnya, hal tersebut mengakibatkan
kesulitan beraktivitas sehari-hari, dapat juga mengalami gangguan sensoris (alat indera
perasa), kesulitan mengendalikan buang air kecil. Hal tersebut diatas dapat mengakibatkan
dampak psikologis bagi penderita stroke yaitu berupa depresi, yang berakibat menurunnya
semangat kualitas hidupnya. Secara umum penderita stroke kesulitan untuk hidup secara
mandiri. Penderita mudah mengalami perasaan yang kurang baik, hubungan dengan
lingkungan keluarga ataupun sekitarnya terganggu, gejala fisik yang mudah lelah ataupun
terbatas yang semua hal tersebut diakibatkan ketidakmampuan fisiknya dalam melakukan
aktivitas fungsional.

Stroke adalah salah satu penyebab utama kecacatan jangka panjang. Masalah yang timbul
akibat stroke yaitu berupa kelumpuhan atau kelemahan anggota badan yang mengakibatkan
kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari, dapat juga menimbulkan gangguan indra (sensorik),
kesulitan dalam mengontrol buang air kecil. Pada pasien stroke, hal ini dapat menyebabkan
gangguan psikologis berupa depresi yang berujung pada penurunan kualitas hidup. Pada
umumnya penderita stroke mengalami kesulitan hidup mandiri. Pasien lebih cenderung
mengalami gejala seperti emosi yang tidak menyenangkan, hubungan yang terganggu dengan
keluarga dan lingkungan, gejala fisik, dan kerentanan terhadap kelelahan dan keterbatasan,
yang semuanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas
fungsional.

Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang
berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak.

Stroke adalah penyakit serebrovaskular dimana terjadi gangguan pada pembuluh darah yang
mensuplai darah ke otak yang meterjadinya disfungsi otak.
Skala pengukuran untuk membantu mengetahui tingkat depresi seseorang yaitu menggunakan
skala BDI- II (Beck Depression Inventory). Skala BDI terdiri dari 21 kelompok item yang
menggambarkan 21 kategori sikap dan gejala depresi. Sikap dan gejala tersebut antara lain
sedih, pesimis, merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah, merasa dihukum, perasaan
benci pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, kecenderungan bunuh diri, menangis,
mudah tersingggung, menarik diri dari hubungan sosial, tidak mampu mengambil keputusan,
merasa tidak menarik secara fisik, tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan tidur,
merasa lelah, kehilangan, selera makan, penurunan berat badan, preokupasi somatik dan
kehilangan libido seks. Masing - masing kelompok item terdapat 4 pernyataan yang
menggambarkan dari tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang paling berat (Lorraine,
2014). Penilaian tingkat depresidapat digolongkan menjadi empat yaitu skor 0 - 9 mengalami
gejala depresi minimal, skor 10 - 16 mengalami depresi ringan, skor 17 - 29 depresi sedang,
dan skor 30 - 63 menunjukan depresi berat (American Psychiatric Association, 2000).

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat depresi seseorang menggunakan
skala BDI-II (Beck Depression Inventory). Skala BDI-II terdiri dari 21 kelompok item yang
mewakili 21 kategori sikap dan gejala depresi. Sikap dan gejala tersebut meliputi kesedihan,
pesimisme, perasaan gagal, rasa tidak puas, rasa bersalah, merasakan dihukuman, perasaan
membenci diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, pikiran untuk bunuh diri, menangis, lekas
marah, menarik diri dari hubungan sosial, Ketidakmampuan membuat keputusan, fisik tidak
menarik, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, gangguan pola tidur, kelelahan,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, preokupasi somatik, kehilangan libido
seksual. Setiap kelompok item berisi empat pernyataan yang menggambarkan tidak ada
gejala hingga gejala yang paling parah (Lorraine, 2014). Peringkat keparahan depresi dapat
dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1. skor 0-9 untuk gejala depresi minimal,
2. skor 10-16 untuk depresi ringan,
3. skor 17-29 untuk depresi sedang, dan
4. skor 30. – 63, menunjukkan depresi berat (American Psychiatric Association, 2000).

Strategi terapi stroke iskemik meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non
farmakologi dapat dilakukan dengan modifikasi pola hidup dengan cara menghindari konsumsi
alkohol dan rokok, konsumsi makanan sehat dan seimbang, mengurangi berat badan bila
kegemukan, sikap hidup rileks dan menghindari stres (Junaidi, 2004). Sedangkan terapi farmakologi
stroke iskemik dapat dilakukan dengan reperfusi dan neuroproteksi. Reperfusi yaitu mengembalikan
aliran darah ke otak secara adekuat sehingga perfusi meningkat, obat-obat yang dapat diberikan
antara lain : thrombolytic agent, inhibitor platelet dan antikoagulan (Junaidi, 2004)

Strategi pengobatan untuk stroke iskemik meliputi terapi non-obat (nonfarmakologi) dan
terapi obat (farmakologi). Pengobatan nonfarmakologi dapat dilakukan melalui perubahan
gaya hidup, antara lain menghindari mengonsumsi alkohol dan merokok, makan makanan
yang sehat dan seimbang, menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan, menjaga sikap
santai, dan menghindari stres (Junaidi, 2004). Pengobatan farmakologi stroke iskemik dapat
dilakukan melalui reperfusi dan neuroproteksi. Reperfusi dilakukan untuk mengembalikan
aliran darah ke otak secara adekuat sehingga meningkatkan perfusi, dan obat yang dapat
diberikan antara lain: trombolitik, inhibitor trombosit, dan antikoagulan (Junaidi, 2004).
Pengobatan berdasarkan pemilihan golongan dan jenis obat yang paling sering digunakan adalah
golongan aktivator serebral dan vasodilator dengan jenis obat citicolin, nootropik dan neurotropik
dengan jenis obat Piracetam dan antiplatelet dengan jenis obat Clopidogrel. Dosis obat yang
diberikan berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan beberapa faktor dari pasien misalnya kondisi
pasien, umur dan diagnosis pasien. Sedangkan rute pemberian obat yang terbanyak diberikan secara
intravena. Interaksi obat yang terjadi berupa interaksi farmakodinamik antara Clopidogrel dengan
Simvastatin, Clopidogrel dengan Aspilet, Aspilet dengan Captopril dan Aspilet dengan Furosemid

Secara umum, tujuan terapi farmakologis pada pasien stroke adalah untuk mengurangi cedera
neuologis dan penurunan angka kematian, serta kecacatan jangka panjang (Perdossi, 2011).

Manajemen stroke hemoragik dapat dilihat dari penyebab perdarahan yang terjadi, seperti
hipertensi, penggunaan obat-obat antikoagulan, trauma kepala, serta malformasi pembuluh darah
(Louis R.C dkk, 2015). Perawatan medis yang dapat dilakukan secara farmakologis pada pasien stroke
hemoragik adalah dengan terapi neuroprotektan, diuretik osmotik, antikoagulan,antifibrinolitik,
antihipertensi dan antidisiplidemia (Jagtap P.N, 2013). Pemilihan dan penggunaan obat harus secara
rasional, sehingga pengobatan dapat mencapai terapi yang maksimal dengan efek samping minimal.
Penggunaan obat yang tidak rasional akan memberikan dampak yang merugikan bagi instansi
pelayanan kesehatan, pasien dan masyarakat (Munaf, 2004).

Secara umum, tujuan farmakoterapi pada pasien stroke adalah untuk mengurangi kerusakan
neurologis dan mortalitas, serta kecacatan jangka panjang (Perdossi, 2011).

Penatalaksanaan stroke hemoragik bisa dilihat dari penyebab perdarahan, seperti hipertensi,
penggunaan antikoagulan, trauma kepala, dan malformasi vaskular (Louis R.C et al, 2015).
Obat yang dapat diberikan pada pasien stroke hemoragik antara lain terapi neuroprotektif,
diuretik osmotik, antikoagulan, antifibrinolitik, antihipertensi, dan obat antidisiplin (Jagtap
P.N, 2013). Pemilihan dan penggunaan obat harus rasional, agar pengobatan mencapai efek
terapeutik yang maksimal dan efek samping yang minimal. Penggunaan obat yang tidak tepat
akan berdampak buruk pada fasilitas pelayanan kesehatan, pasien dan masyarakat (Munaf,
2004).

Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan, menjaga


jarak dari orang lain, kehilangan minat dalam hidup, dan hal-hal menyenangkan
lainnya (Nasir dan Muhith, 2011). Penyakit stroke juga dapat membuat pasien merasa
tidak berdaya, tidak mandiri, membutuhkan bantuan orang lain, mempengaruhi
pendapatan seseorang, dan membuat pasien depresi

Stroke adalah penyakit serebrovaskular dimana terjadi gangguan pada


pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak yang menyebabkan terjadinya
disfungsi otak (Permadhi et al., 2022). Stroke adalah kondisi otak di mana pembuluh
darah tersumbat atau pecah, memotong atau mengurangi suplai darah ke otak.
Masalah yang timbul akibat stroke berupa kelumpuhan atau kelemahan anggota gerak
tubuhdan dapat menyebabkan kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, juga dapat
menyebabkan gangguan sensorik dan kesulitan mengontrol buang air kecil
(Wijanarko et al., 2020). Stroke hemoragik disebabkan oleh bocor atau pecahnya
pembuluh darah di dalam atau di sekitar area otak dan memotong suplai darah ke
jaringan otak. Darah juga membanjiri dan menekan jaringan otak di sekitarnya dan
mengganggu atau menghancurkan fungsinya (Kanggeraldo et al., 2018). Stroke
Iskemik (non hemorrhagic) adalah stroke yang terjadi ketika aliran darah ke otak
terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah).
Akibatnya suplai darah ke otak terganggu (Purnomo et al., 2018).

BDI-II adalah ukuran depresi yang sangat umum pada manusia (Sorayah, 2015). Skala
pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat depresi seseorang menggunakan skala
BDI-II (Beck Depression Inventory). Skala BDI-II terdiri dari 21 kelompok item yang
mewakili 21 kategori sikap dan gejala depresi.

Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan, keterasingan dari
orang lain, kehilangan minat dalam hidup, dan hal-hal menyenangkan lainnya (Nasir dan
Muhith, 2011). Stroke juga dapat membuat orang merasa tidak berdaya, tidak mandiri,
membutuhkan bantuan orang lain, mempengaruhi pendapatan, dan membuat orang menjadi
rendah secara emosional
Stroke adalah penyakit serebrovaskular di mana pembuluh darah yang mensuplai otak
tersumbat sehingga menyebabkan disfungsi otak (Permadhi et al. 2022). Stroke adalah
penyakit otak di mana pembuluh darah tersumbat atau pecah, memotong atau mengurangi
suplai darah ke otak. Kelumpuhan atau kelemahan anggota badan akibat stroke dapat
menyebabkan kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, serta gangguan sensorik dan kesulitan
buang air kecil (Wijanarko et al., 2020). Stroke hemoragik disebabkan ketika pembuluh darah
di dalam atau di sekitar area otak bocor atau pecah dan memutus suplai darah ke jaringan
otak. Darah juga membanjiri dan menekan jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak atau
mengganggu fungsinya (Kanggeraldo et al., 2018). Stroke iskemik (non hemoragik) adalah
stroke yang terjadi ketika aliran darah ke otak berhenti karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol di dinding pembuluh darah). Akibatnya suplai darah ke otak terganggu (Purnomo
et al., 2018).
BDI-II adalah ukuran depresi yang sangat umum pada manusia (Sorayah, 2015).
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat depresi seseorang menggunakan
skala BDI-II (Beck Depression Inventory). Skala BDI-II terdiri atas 21 item yang mewakili
21 kategori sikap depresi dan gejala depresi.

Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang umum ditandai dengan gejala kesedihan,
kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, perasaan bersalah, sulit tidur, nafsu makan
menurun, konsentrasi menurun, dan kekurangan energi (WHO, 2018).

Menurut WHO (2018) Depresi adalah gangguan kejiwaan yg generik ditandai


menggunakan tanda-tanda kesedihan, kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari, perasaan
bersalah, sulit tidur, nafsu makan menurun, konsentrasi menurun dan kekurangan energi.

Pasien stroke juga mengalami gangguan fisik seperti gangguan persepsi dengan
ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi baik berupa visual, spesial maupun sensori.
Selain itu juga kerusakan pada fungsi kognitif dan efek psikologis berupa kapasitas memori atau
fungsi intelektual. Sehingga disfungsi ini menyebabkan lapang pandang terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi. Hal ini menyebabkan pasien frustasi dalam program
rehabilitas mereka (Smeltzer dan Bare, 2008). Dampak lain dari stroke adalah depresi, yang
merupakan gangguan emosi pada pasien stroke sering terjadi

Penderita stroke juga berdampak pada gangguan fisik, seperti gangguan persepsi dan
ketidakmampuan untuk menginterpretasikan perasaan secara visual, spesifik atau sensorik.
Selain itu, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis berupa memori atau fungsi
intelektual. Disfungsi ini menyebabkan bidang penglihatan terbatas, kesulitan dalam
memahami, pelupa dan lesu. Hal ini menyebabkan pasien menjadi frustrasi dengan program
rehabilitasi (Smeltzer dan Bare, 2008). Dampak lain dari stroke adalah depresi, gangguan
emosional yang umum terjadi pada korban stroke.

Anda mungkin juga menyukai