Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA STROKE

NON HEMORAGIK (SNH)

Disusun oleh:
ATIKA FADILLA
231030230773

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG TAHUN 2023
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkandefisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia
atau hemoragiksirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan
secara spesifik untukmenjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi,
2015).
Stroke non hemoragik merupakan keadaan sementara atau
temporer daridisfungsi neurologik yang dimanifestasikan oleh kehilangan
fungsimotorik, sesorik atau visual secara tiba-tiba. Stroke iskemik atau
stroke nonhemoragik terjadi akibat obstruksi atau bekuan (thrombus)
yang terbentukdi dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ
distal. Tidak terjadiperdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia danselanjutnya dapat timbul edema sekunder
(Wijaya & Putri, 2013).

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Smeltzer dan Bare (2013) Stroke biasanya diakibatkan dari salah
satu dari empat kejadian :
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otakdari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak,
yangmenyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,
berpikir,memori bicara, atau sensasi, trombosis serebral.
Arteosklerosis serebraldan pelambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosisserebral, yang adalah penyebab paling umum
stroke. Tanda – tanda trombosisserebral bervariasi. Sakit kepala adalah
awitan yang tidak umum. Beberapapasien dapat mengalami pusing,
perubahan kognitif, atau kejang, danbeberapa mengalami awitan
yang tidak dapat dibedakan dari hemoragiintracerebral tidak terjadi
dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitanpralisis berat
pada beberapa jam atau hari Embolisme serebral.Abnormalitas patologik
pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif,penyakit jantung
reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal,adalah tempat-
tempat di asal emboli. Mungkin saja bawah pemasangankatup jantung
prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkataninsiden
embolisme setelah prosedur ini.
1. Faktor risiko stroke
Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor atau yang
sering disebut multifaktor. Faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat
dikendalikan (non-modifiable risk factors) dan faktor resiko yang dapat
dikendalikan (modifiable risk factors) (Saunoah, 2019). Berikut faktor-
faktor yang berkaitan dengan stroke antara lain:
a) Faktor risiko tidak dapat dikendalikan
1) Umur
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah
berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu
sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi
pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti
bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke
dapat menyerang semua kelompok dewasa muda dan tidak
memandang jenis kelamin.
2) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi
penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang
meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi
daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia
lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih
tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke,
pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga
kemungkinan meninggal lebih besar.
3) Ras
Ada variasi yang cukup besar dalam insiden stroke antara
kelompok etnis yang berbeda. Orang-orang dari ras Afrika
memiliki risiko lebih tinggi untuk semua jenis stroke
dibandingkan dengan orang-orang dari ras kaukasia. Risiko ini
setidaknya 1,2 kali lebih tinggi dan bahkan lebih tinggi untuk
jenis stroke ICH (Intracerebral Hemorrahage).
4) Faktor genetik
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling
berkaitan. Dalam hal ini hipertensi, diabetes, dan cacat pada
pembuluh darah menjadi faktor genetik yang berperan. Selain itu,
gaya hidup dan kebiasaan makan dalam keluarga yang sudah
menjadi kebiasaan yang sulit diubah juga meningkatkan risiko
stroke.

b) Faktor risiko dapat dikendalikan

1) Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama


yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri.
Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga
enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan
sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita
hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah
di
atas 140-90 tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena
dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun
seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia,
faktor- faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar
terhadap risiko stroke. Orang yang tidak menderita hipertensi,
risiko stroke meningkat terus hingga usia 90 tahun, menyamai
risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Sejumlah
penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat
mengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan
angka kematian karena stroke sebesar 40 persen (Makarim,
2020)
2) Diabetes Mellitus
Pada penderita DM, khususnya Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) terdapat faktor risiko multiple stroke. Lesi
ateriosklerosis pembuluh darah otak baik intra maupun
ekstrakranial merupakan penyebab utama stroke. Ateriosklerosis
pada pembuluh darah jantung akan mengakibatkan kelainan
jantung yang selanjutnya dapat menimbulkan stroke dengan
emboli yang berasal dari jantung atau akibat kelainan
hemodinamik. Pada ateriosklerosispembuluh darah otak yang
besar, perkembangannya mengikuti peningkatan tekanan darah,
tetapi pada pembuluh darah kecil, misal dinding pembuluh darah
penetrans, suatu end-arteries berdiameter kecil menebal karena
proses jangka panjang dari deposisi hialin, produk lipid
amorphous, dan fibrin. Suatu mikroaneurisma dapat terjadi pada
daerah yang mengalami ateriosklerosis tersebut dan selanjutnya
dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit dibedakan dengan
lesi iskemik primer tanpa menggunakan suatu pemeriksaan
imajing (Misbach, 2013). Penderita diabetes cenderung
menderita ateriosklerosis dan meningkatkan terjadinya
hipertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi
hipertensi dan diabetes sangat menaikkan komplikasi diabetes,
termasuk stroke. Pengendalian diabetes sangat menurunkan
terjadinya stroke (Wenju, 2017).
3) Kenaikan kadar kolesterol/lemak darah
Kenaikan level Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan
faktor risiko penting terjadinya aterosklerosis yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah. Penelitian menunjukkan
angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolestrol di
atas 240 mg%. Setiap kenaikan 38,7 mg% menaikkan angka
stroke 25%. Kenaikan HDL 1 m mol (38,7 mg%)
menurunkanterjadinya stroke setinggi 47%. Demikian juga
kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya stroke
(Farahdina, 2015).
4) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke baik perdarahan
maupun sumbatan, tergantung pada faktor risiko lainnya yang
ikut menyertainya (Dourman, 2013). Fakta membuktikan bahwa
stroke banyak dialami oleh mereka yang mengalami kelebihan
berat badan dan bahkan sebagian kasus umumnya dialami oleh
penderita obesitas (Lingga, 2013).
5) Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol memiliki efek sekunder terhadap
peningkatan tekanan darah, peningkatan osmolaritas plasma,
peningkatan plasma homosistein, kardiomiopati dan aritmia
yang semuanya dapat meningkatkan risiko stroke. Konsumsi
alkohol yang sedang dapat menguntungkan, karena alkohol
dapat menghambat thrombosis sehingga dapat menurunkan
kadar fibrinogen dan agregasi platelet, menurunkan lipoprotein,
meningkatkan HDL, serta meningkatkan sensitivitas insulin
(Misbach, 2013).
6) Aktifitas fisik
Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk
terjadinya stroke dan penyakit jantung. Olahraga secara cukup
rata-rata 30 menit/hari dapat menurunkan risiko stroke
(Yulianto, 2011). Kurang gerak menyebabkan kekakuan otot
serta pembuluh darah. Selain itu orang yang kurang gerak akan
menjadi kegemukan yang menyebabkan timbunan dalam lemak
yang berakibat pada tersumbatnya aliran darah oleh lemak
(aterosklerosis). Akibatnya terjadi kemacetan aliran darah yang
bisa menyebabkan stroke (Dourman, 2013)
7) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling
mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar
dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir melipat
gandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang
lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik
hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian
stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda
ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko
stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan
terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok.
Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen
(faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis.

C. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena adanya penyumbatan
padapembuluh darah ke otak.Sumbatan ini disebabkan karena adanya
penebalandinding pembuluh darah yang disebut dengan
Antheroscherosis dantersumbatnya darah dalam otak oleh emboli
yaitu bekuan darah yangberasal dari Thrombus di jantung. Stroke
non hemoragik mengakibatkanbeberapa masalah yang muncul,
seperti gangguan menelan, nyeri akut,hambatan mobilitas fisik,
hambatan komunikasi verbal, defisit perawatandiri, ketidakseimbangan
nutrisi, dan salah satunya yang menjadi masalah yangmenyebabkan
kematian adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Patofisologi utama stroke adalah penyakit jantung atau
pembuluhdarah yang mendasarinya. Patologi utama termasuk
hipertensi,aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri
koroner, dislipideia,penyakit jantung dan hiperlipemia.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak
padapembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan
otak yangkekurangan oksigen selama lebih dari 60-90 detik
akan menurunfungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti
aterosklerosis menyebabkaniskemiapada jaringan otak dan membuat
kerusakan jaringan neuronsekitarnya akibat proses hipoksia dan
anoksia. Sumbatan emboli yangterbentuk di daerah sirkulasi lain dalam
sistem peredaran darah yang biasaterjadi didalam jantung atau sebagai
komplikasi dari fibrilasi atrium yangterlepasdan masuk ke sirkulasi
darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak. Kekurangan
jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnyaaliran darah adalah suatu
proses biomekular yang bersifat cepat danprogresif padatingkat
selular, proses ini disebut dengan kaskade iskemia.Setelah aliran darah
terganggu, jaringan menjadi kekurangan oksigendan glukosa
yangmenjadi sumber utama energi untuk menjalankan prosespotensi
membran. Kekurangan energi ini membuat daerah yang
kekuranganoksigen dan guladarah tersebut menjalankan metabolisme
anaerob.
Metabolisme anaerob ini merangsang pelepasan
senyawaglutamat. Glutamat bekerja pada resptor di sel-sel saraf,
menghasilkaninfulks natrium dan kalsium. Influks natrium membuat
jumlah cairanintraseluler meningkatdan pada akhirnya
menyebabkan edema padajaringan. Influks kalsium merangsang
pelepasan enzime protolisis(protese, lipase, nuklease) yang
memecah protein, lemak dan struktur sel.Influks kalsium
menyebabkan kegagalan mitokondria, suatu organelmembran yang
mengatur metabolismsel. Kegagalan – kegagalan tersebutyang membuat
sel otak mati ataunekrosis (Haryono & Utami, 2019).

D. Manifestasi Klinik
Menurut (Dellima D R, 2019) manifestasi klinis Stroke tergantung
dari sisiatau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi
dan adanyasirkulasi kolateral. Gejala klinis pada Stroke akut:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang
timbulsecara mendadak.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma).
4. Afasia (kesulitan dalam bicara).
5. Gangguan penglihatan, diplopia, Ataksia.
6. Verigo, mual, muntah dan nyeri kepala
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih
beratatau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya
menetap.Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untukmengendalikan emosi.
Stroke juga menyebabkan berbagai defisit neurologik,
bergantung padalokasi lesi (pembuluh darah yang tersumbat), ukuran
area perfusinya tidakadekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori).
Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Pada strokeiskemik, gejala utamanya yang timbul adalah
defisit neurologis secaramendadak atau sumbatan. Kondisi tersebut
didahului gejala prodormal, terjadipada waktu istirahat atau bangun pagi
dan kesadaran biasanya tidak menurunkecuali bila embolus cukup besar.
Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Stroke akibat PIS (pendarahan intraserebral) mempunyai gejala
prodormalyang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi.
Serangan seringkaliterjadi pada siang hari, saat beraktivitas atau emosi
(marah). Mual dan muntahsering terdapat permulaan serangan.
Hemiparasis/hemiplegi biasanya terjadipada permulaan serangan,
kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma(60% terjadi kurang
dari setengah jam, 23% antara setengah jam s.d 2 jam, dan12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari). Pada pasien PSA
(pendarahansubaraknoid) gejala prodrormal berupa nyeri kepala hebat dan
akut, kesadaransering terganggu & sangat bervariasi, ada gejala/tanda
rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid
karena pecahnya aneurisma padaarteri komunikans anterior atau arteri
karotis internal.
Berikut ini merupakan manifestasi yang umum terjadi pada
penderita stroke (Santoso, 2018) :
1. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan
mengakibatkan kehilangankontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Karena neuron atas melintas,gangguan kontrol motor voluter pada
salah satu sisi tubuh dapatmenunjukan kerusakan pada neuron motor
pada sisi yang berlawanan dariotak. Disfungsi motor paling umum
adalah hemiplegia (paralisis padasalah satu bagian tubuh). Bila stroke
menyerang bagian kiri otak, terjadihemiplegia kanan. Bila yang
terserang adalah bagian kanan otak, yangterjadi adalah hemiplegi kiri
dan yang lebih ringan disebut hemiperesiskiri.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsia bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan sebagai berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang
sulidimengerti (bicara pelo atau cedal) yang disebabkan oleh
paralisis ototyang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara),
yang terutama ekspresi atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajarisebelumnya) seperti dilihat ketika penderita stroke
mengambil sisir danberusaha menyisir rambutnya.
d. Gangguan persepsi Persepsi adalah ketidakmampuan
untukmenginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan :
1) Disfungsi persepsi visual Terjadi karena gangguan jarak sensori
primer diantara mata dankorteks visual.
2) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan gangguan
duaatau lebih objek dalam area spasial). Sering terjadi
pada klien hemiplegia kiri. Penderita mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
memcocokanpakaian ke bagian tubuh.
3). Kehilangan sensoriKehilangan senrori dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkinberat dengan kehilangan
propiosepsi (kemampuan untuk merasakan posisidan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikanstimulus
visual dan auditorius.
4). Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis Bila kerusakan
terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori,atau
fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsiini dapat dibuktikan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalampemahaman, lupa, dan kurang
motivasi yang menyebabkan penderitamenghadapi masalah
frustasi. Masalah psikologik lain juga umunya terjadidan
dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan
frustasi,dendam dan kurang berkerja sama.
5). Disfungsi kandung kemih Setelah stroke, klien dapat
mengalami inkonensia urinarius sememtarakarena konfunsi dan
ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan.
E. Komplikasi
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya stroke menurut Dellima D R,
(2019) sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan imobilisasi
2. Infeksi pernafasan
3. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
4. Konstipasi
5. Tromboflebitis
6. Berhubungan dengan mobilisasi
7. Nyeri daerah punggung
8. Dislokasi sendi
9. Berhubungan dengan kerusakan otak
10. Epilepsi
11. Sakit kepala

F. Penatalaksanan
1. Penatalaksanaan non – farmakologi
Tindakan pertama dalam menanganani pasien dengan stroke
adalahdengan menilai terhadap sistem pernapasan dan jantung.
Pemeriksaanterhadap jalan napas meliputi pemeriksaan pada daerah
mulut, sepertisisa makanan, gigi palsu, atau benda asing
lainnya yang dapatmenghalangi jalan napas penderita. Lalu
diperiksa keadaan sirkulasinya,seperti tekanan darah dan denyut
nadi. Pada saat di rumah sakitpasien akandiperiksa jantungnya
(dengan EKG).
2. Penatalaksanaan farmakologi
Penanganan dengan obat – obatan harus dilakukan dengan
segera,dalam waktu kurang dari 3-6 jam sejak kejadian (onset).
Apabila obat diberikan lebih dari 6 jam, maka kemungkinan
sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat menjadi kecil.a. Terapi
obat trombolitik/penghancur thrombus atau sumbatanpembuluh
darah.b. Obat anti agregasi trombosit/anti pembekuan darah,
antikoagulan.c. Neuroprotektan/pelindung saraf (Dellima D R, 2019).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan stroke antaranya:
1. Computerized Tomografi Scaning (CT Scan)
Mengetahui area infark, edema, hematoma, srtruktur
dansistemventrikel otak.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik,malformasiarteriovena.
3. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah di dasarkan pada gelombang
otakdanmungkin memeperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
4. Angiografi Serebral
Membantu mementukan penyebab stroke secara
spesifiksepertiperdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau
ruptur.
5. Sinar X Tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada
trombosiscerebral.
6. Pungsi lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkatdan
cairanmengandung darah menunjukan hemoragik
subarachnoid atauperdarahan intrakranial (Dellima D R, 2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuanuntuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapatmengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dankeperawatan pasien dengan baik mental, sosial
dan lingkungan.
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap): nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan,agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal masuk RS, no.RM, alamat.
b. Penanggung jawab (diisi lengkap): nama, umur, jenis kelamin,
agama,pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukanpengkajian).
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saatmasuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakitlain yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang
samadiderita oleh anggota lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifatgenetis maupun tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi dan sensori ( pemeriksaan 5 indera
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap).
2) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS
(glasgowcoma scale) (reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan
tempat).
3) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas suara, dan
jalannafas).
4) Sistem kardiovaskuler (nilai tekanan darah, nadi dan irama,
kualitasdan frekuensi).
5) Sistem gastrointestial (nilai kemampuan menelan,
nafsumakan/minum, peristaltik dan eliminasi).
6) Sistem intergumen (nilai warna, tugor kulit, tekstur dari
kulitpasien).
7) Sistem reproduksi
8) Sistem perkemihan (nilai frekuensi dan volume).
4. Pla fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pada klien
hipertensiterdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum alkohol
dan pengunaanobat-obatan.
b. Pola aktivitas dan latihan: pada klien hipertensi terkadang
mengalamilemas, pusing, kelelahan otot, dan kesadaran menurun.
c. Pola nutrisi dan metabolisme: pada pasien hipertensi
terkadangmengalami mual dan muntah.
d. Pola eliminasi: pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
e. Pola tidur dan istirahat.
f. Pola kognitif dan perseptual.
g. Persepsi diri dan konsep diri.
h. Pola toleransi dan koping stress: pada pasien hipertensi
biasanyamengalami stress psikologis.
i. Pola seksual reproduksi.
j. Pola hubungan dan peran.
k. Pola nilai
dan
keyakinan.
B. Diagnosa (SDKI, 2017)
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
embolisme(D.0017)
2. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
penurunan mobilitas (D. 0192)
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasiserebral (D.0119)

C. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Risiko Perfusi Serebral Setelah dilakukan Manajemen


Tidak Efektif dibuktikan tindakan keperawatan Peningkatan tekanan
dengan Embolisme selama .... intrakranial (I.06194)
(D.0017). jam diharapkan perfusi 1.1 Identifikasi
serebral (L.02014) dapat penyebab
adekuat/meningkat dengan peningkatan
Kriteria hasil : tekanan
1) Tingkat kesadaran intrakranial (TIK)
meningkat 1.2 Monitor tanda
2) Tekanan Intra gejala peningkatan
kranial (TIK) tekanan intrakranial
menurun (TIK)
3) Tidak ada tanda
1.3 Monitor status
tanda pasien gelisah.
pernafasan pasien
4) TTV membaik
1.4 Monitor intake
dan output cairan
1.5 Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
1.6 Berikan posisi semi
fowler
1.7 Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
pemberian obat
deuretik osmosis
2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas
integritas tindakan keperawatan kulit (I.11353)
kulit/jaringan selama … jam diharapkan 2.1 Identifikasi
berhubungan dengan integritas kulit/jaringan penyebab gangguan
penurunan mobilitas (L.14125) meningkat integritas kulit
(D.0192). dengan kriteria hasil : 2.2 Ubah posisi
1) Perfusi jaringan tiap 2 jam jika tirah
meningkat baring
2) Tidak ada tanda tanda 2.3 Anjurkan
infeksi menggunakan
3) Kerusakan jaringan pelembab
menurun 2.4 Anjurkan
4) Kerusakan lapisan minum air yang
kulit cukup
5) Menunjukkan 2.5 Anjurkan
terjadinya proses meningkatkan asupan
penyembuhan luka nutrisi
2.6 Anjurkan
mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
3. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan Promosi komunikasi:
verbal berhubungan tindakan keperawatan defisit bicara (13492)
dengan penurunan selama … jam diharapkan 3.1 Monitor
sirkulasi serebral komunikasi verbal kecepatan,tekanan,
(D.0119). (L.13118) meningkat kuantitas,volume dan
dengan kriteria hasil: diksi bicara
1) Kemampuan bicara 3.2 Identifikasi
meningkat perilaku emosional
2) Kemampuan dan fisik sebagai
mendengar dan bentuk komunikasi
memahami kesesuaian 3.3 Berikan
ekspresi wajah / tubuh dukungan psikologis
meningkat kepada klien
3) Respon prilaku 3.4 Gunakan
pemahaman metode komunikasi
komunikasi membaik alternatif (mis.
4) Pelo menurun Menulis dan
bahasa isyarat/
gerakan tubuh)
3.5 Anjurka klien
untuk bicara secara
perlahan
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi merupakan
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu
rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari
ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari
hasil pengamatan.
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Dellima Damayanti Reicha. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non
Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri. (Studi
Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruhan), Progam Studi Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan medikal Bedah 2. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan


praktek.Jakarta : Salemba Medika.

Nur Wijayanti. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Stroke Non
Hemoragik (Snh) Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Tk.Iii Slamet Riyadi
Surakarta. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,
5(2), 40–51.
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi II). DPP PPNI.

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai