Disusun oleh:
ATIKA FADILLA
231030230773
1) Hipertensi
C. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena adanya penyumbatan
padapembuluh darah ke otak.Sumbatan ini disebabkan karena adanya
penebalandinding pembuluh darah yang disebut dengan
Antheroscherosis dantersumbatnya darah dalam otak oleh emboli
yaitu bekuan darah yangberasal dari Thrombus di jantung. Stroke
non hemoragik mengakibatkanbeberapa masalah yang muncul,
seperti gangguan menelan, nyeri akut,hambatan mobilitas fisik,
hambatan komunikasi verbal, defisit perawatandiri, ketidakseimbangan
nutrisi, dan salah satunya yang menjadi masalah yangmenyebabkan
kematian adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Patofisologi utama stroke adalah penyakit jantung atau
pembuluhdarah yang mendasarinya. Patologi utama termasuk
hipertensi,aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri
koroner, dislipideia,penyakit jantung dan hiperlipemia.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak
padapembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan
otak yangkekurangan oksigen selama lebih dari 60-90 detik
akan menurunfungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti
aterosklerosis menyebabkaniskemiapada jaringan otak dan membuat
kerusakan jaringan neuronsekitarnya akibat proses hipoksia dan
anoksia. Sumbatan emboli yangterbentuk di daerah sirkulasi lain dalam
sistem peredaran darah yang biasaterjadi didalam jantung atau sebagai
komplikasi dari fibrilasi atrium yangterlepasdan masuk ke sirkulasi
darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak. Kekurangan
jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnyaaliran darah adalah suatu
proses biomekular yang bersifat cepat danprogresif padatingkat
selular, proses ini disebut dengan kaskade iskemia.Setelah aliran darah
terganggu, jaringan menjadi kekurangan oksigendan glukosa
yangmenjadi sumber utama energi untuk menjalankan prosespotensi
membran. Kekurangan energi ini membuat daerah yang
kekuranganoksigen dan guladarah tersebut menjalankan metabolisme
anaerob.
Metabolisme anaerob ini merangsang pelepasan
senyawaglutamat. Glutamat bekerja pada resptor di sel-sel saraf,
menghasilkaninfulks natrium dan kalsium. Influks natrium membuat
jumlah cairanintraseluler meningkatdan pada akhirnya
menyebabkan edema padajaringan. Influks kalsium merangsang
pelepasan enzime protolisis(protese, lipase, nuklease) yang
memecah protein, lemak dan struktur sel.Influks kalsium
menyebabkan kegagalan mitokondria, suatu organelmembran yang
mengatur metabolismsel. Kegagalan – kegagalan tersebutyang membuat
sel otak mati ataunekrosis (Haryono & Utami, 2019).
D. Manifestasi Klinik
Menurut (Dellima D R, 2019) manifestasi klinis Stroke tergantung
dari sisiatau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi
dan adanyasirkulasi kolateral. Gejala klinis pada Stroke akut:
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang
timbulsecara mendadak.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma).
4. Afasia (kesulitan dalam bicara).
5. Gangguan penglihatan, diplopia, Ataksia.
6. Verigo, mual, muntah dan nyeri kepala
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih
beratatau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya
menetap.Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untukmengendalikan emosi.
Stroke juga menyebabkan berbagai defisit neurologik,
bergantung padalokasi lesi (pembuluh darah yang tersumbat), ukuran
area perfusinya tidakadekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori).
Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Pada strokeiskemik, gejala utamanya yang timbul adalah
defisit neurologis secaramendadak atau sumbatan. Kondisi tersebut
didahului gejala prodormal, terjadipada waktu istirahat atau bangun pagi
dan kesadaran biasanya tidak menurunkecuali bila embolus cukup besar.
Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Stroke akibat PIS (pendarahan intraserebral) mempunyai gejala
prodormalyang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi.
Serangan seringkaliterjadi pada siang hari, saat beraktivitas atau emosi
(marah). Mual dan muntahsering terdapat permulaan serangan.
Hemiparasis/hemiplegi biasanya terjadipada permulaan serangan,
kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma(60% terjadi kurang
dari setengah jam, 23% antara setengah jam s.d 2 jam, dan12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari). Pada pasien PSA
(pendarahansubaraknoid) gejala prodrormal berupa nyeri kepala hebat dan
akut, kesadaransering terganggu & sangat bervariasi, ada gejala/tanda
rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid
karena pecahnya aneurisma padaarteri komunikans anterior atau arteri
karotis internal.
Berikut ini merupakan manifestasi yang umum terjadi pada
penderita stroke (Santoso, 2018) :
1. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan
mengakibatkan kehilangankontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Karena neuron atas melintas,gangguan kontrol motor voluter pada
salah satu sisi tubuh dapatmenunjukan kerusakan pada neuron motor
pada sisi yang berlawanan dariotak. Disfungsi motor paling umum
adalah hemiplegia (paralisis padasalah satu bagian tubuh). Bila stroke
menyerang bagian kiri otak, terjadihemiplegia kanan. Bila yang
terserang adalah bagian kanan otak, yangterjadi adalah hemiplegi kiri
dan yang lebih ringan disebut hemiperesiskiri.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsia bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan sebagai berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang
sulidimengerti (bicara pelo atau cedal) yang disebabkan oleh
paralisis ototyang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara),
yang terutama ekspresi atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajarisebelumnya) seperti dilihat ketika penderita stroke
mengambil sisir danberusaha menyisir rambutnya.
d. Gangguan persepsi Persepsi adalah ketidakmampuan
untukmenginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan :
1) Disfungsi persepsi visual Terjadi karena gangguan jarak sensori
primer diantara mata dankorteks visual.
2) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan gangguan
duaatau lebih objek dalam area spasial). Sering terjadi
pada klien hemiplegia kiri. Penderita mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
memcocokanpakaian ke bagian tubuh.
3). Kehilangan sensoriKehilangan senrori dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkinberat dengan kehilangan
propiosepsi (kemampuan untuk merasakan posisidan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikanstimulus
visual dan auditorius.
4). Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis Bila kerusakan
terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori,atau
fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsiini dapat dibuktikan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalampemahaman, lupa, dan kurang
motivasi yang menyebabkan penderitamenghadapi masalah
frustasi. Masalah psikologik lain juga umunya terjadidan
dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan
frustasi,dendam dan kurang berkerja sama.
5). Disfungsi kandung kemih Setelah stroke, klien dapat
mengalami inkonensia urinarius sememtarakarena konfunsi dan
ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan.
E. Komplikasi
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya stroke menurut Dellima D R,
(2019) sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan imobilisasi
2. Infeksi pernafasan
3. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
4. Konstipasi
5. Tromboflebitis
6. Berhubungan dengan mobilisasi
7. Nyeri daerah punggung
8. Dislokasi sendi
9. Berhubungan dengan kerusakan otak
10. Epilepsi
11. Sakit kepala
F. Penatalaksanan
1. Penatalaksanaan non – farmakologi
Tindakan pertama dalam menanganani pasien dengan stroke
adalahdengan menilai terhadap sistem pernapasan dan jantung.
Pemeriksaanterhadap jalan napas meliputi pemeriksaan pada daerah
mulut, sepertisisa makanan, gigi palsu, atau benda asing
lainnya yang dapatmenghalangi jalan napas penderita. Lalu
diperiksa keadaan sirkulasinya,seperti tekanan darah dan denyut
nadi. Pada saat di rumah sakitpasien akandiperiksa jantungnya
(dengan EKG).
2. Penatalaksanaan farmakologi
Penanganan dengan obat – obatan harus dilakukan dengan
segera,dalam waktu kurang dari 3-6 jam sejak kejadian (onset).
Apabila obat diberikan lebih dari 6 jam, maka kemungkinan
sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat menjadi kecil.a. Terapi
obat trombolitik/penghancur thrombus atau sumbatanpembuluh
darah.b. Obat anti agregasi trombosit/anti pembekuan darah,
antikoagulan.c. Neuroprotektan/pelindung saraf (Dellima D R, 2019).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan stroke antaranya:
1. Computerized Tomografi Scaning (CT Scan)
Mengetahui area infark, edema, hematoma, srtruktur
dansistemventrikel otak.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik,malformasiarteriovena.
3. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah di dasarkan pada gelombang
otakdanmungkin memeperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
4. Angiografi Serebral
Membantu mementukan penyebab stroke secara
spesifiksepertiperdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau
ruptur.
5. Sinar X Tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada
trombosiscerebral.
6. Pungsi lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkatdan
cairanmengandung darah menunjukan hemoragik
subarachnoid atauperdarahan intrakranial (Dellima D R, 2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuanuntuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapatmengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dankeperawatan pasien dengan baik mental, sosial
dan lingkungan.
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap): nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan,agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal masuk RS, no.RM, alamat.
b. Penanggung jawab (diisi lengkap): nama, umur, jenis kelamin,
agama,pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukanpengkajian).
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saatmasuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakitlain yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang
samadiderita oleh anggota lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifatgenetis maupun tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi dan sensori ( pemeriksaan 5 indera
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap).
2) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS
(glasgowcoma scale) (reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan
tempat).
3) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas suara, dan
jalannafas).
4) Sistem kardiovaskuler (nilai tekanan darah, nadi dan irama,
kualitasdan frekuensi).
5) Sistem gastrointestial (nilai kemampuan menelan,
nafsumakan/minum, peristaltik dan eliminasi).
6) Sistem intergumen (nilai warna, tugor kulit, tekstur dari
kulitpasien).
7) Sistem reproduksi
8) Sistem perkemihan (nilai frekuensi dan volume).
4. Pla fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pada klien
hipertensiterdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum alkohol
dan pengunaanobat-obatan.
b. Pola aktivitas dan latihan: pada klien hipertensi terkadang
mengalamilemas, pusing, kelelahan otot, dan kesadaran menurun.
c. Pola nutrisi dan metabolisme: pada pasien hipertensi
terkadangmengalami mual dan muntah.
d. Pola eliminasi: pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
e. Pola tidur dan istirahat.
f. Pola kognitif dan perseptual.
g. Persepsi diri dan konsep diri.
h. Pola toleransi dan koping stress: pada pasien hipertensi
biasanyamengalami stress psikologis.
i. Pola seksual reproduksi.
j. Pola hubungan dan peran.
k. Pola nilai
dan
keyakinan.
B. Diagnosa (SDKI, 2017)
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
embolisme(D.0017)
2. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
penurunan mobilitas (D. 0192)
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasiserebral (D.0119)
C. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu
rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari
ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari
hasil pengamatan.
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Dellima Damayanti Reicha. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non
Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri. (Studi
Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruhan), Progam Studi Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan medikal Bedah 2. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Nur Wijayanti. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Stroke Non
Hemoragik (Snh) Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Tk.Iii Slamet Riyadi
Surakarta. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,
5(2), 40–51.
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi II). DPP PPNI.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika