Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

SINDROM CEREBRAL

disusun oleh:

RINA FEBRIATI
1711901055

Pembimbing:
dr. Elvina Zuhir, Sp.S

KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD BANGKINANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Penuaan memang erat kaitannya dengan penurunan fungsi dari suatu organ,
yang nantinya akan berhubungan erat terhadap terjadinya penyakit. Sindrom
serebral merupakan salah satu problem klinis yang sering ditemukan pada usia
geriatri. Sindrom serebral sendiri adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
adanya perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara
lain adalah perubahan kesadaran, perubahan tanda neurologis fokal, seperti
kejang, hemiparese, ataupun deviasi konjugasi mata, dan lain sebagainya.1,2,3
Usia geriatri merupakan salah satu kelompok yang sering terjadi sindroma
serebral ini. Penuaan merupakan salah satu proses fisiologis tubuh yang pasti akan
terjadi seiring dengan peningkatan usia. Lebih lanjut diketahui bahwa pada
kelompok ini akan terjadi perubahan dari arteri cerebri yang akan berpengaruh
terhadap system vaskuler di cerebri.2
Proses penuaan atau aging adalah suatu proses yang terjadi ketika jaringan
mulai kehilangan kemampuan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur, serta fungsi fisiologis normalnya. Proses penuaan ditandai dengan
adanya penurunan fungsi fisiologis yang bersifat progresif, penurunan fungsi
fisiologis ini kemudian dapat memicu abnormalitas fungsi dan meningkatkan
kerentanan seseorang.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Sindroma serebral merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
adanya perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara
lain adalah perubahan kesadaran (misalnya stupor, delirium, atau koma),
perubahan tanda neurologis fokal (misalnya kejang, hemiparese, ataupun deviasi
konjugasi mata), dan lain sebagainya.1,2,3
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan sindrom
serebral klasik dalam bidang neurologi, dinamai oleh Joseph Gerstmann, seorang
ahli saraf Amerika kelahiran Austria-Austria.5
Delirium merupakan gejala yang umum terjadi dan sering ditemukan pada
pasien geriatri di rumah sakit. Menurut International Statistical Classification of
Diseases 10th (2015) bahwa delirium ini merupakan salah satu jenis sindroma
serebral organik yang nonspesifik. Delirium sendiri didefinisikan sebagai adanya
gangguan atensi, persepsi, pola pikir, daya ingat, tingkah laku, emosi, dan waktu
tidur.3

2. Anatomi dan Fisiologi


Otak merupakan struktur yang terletak didalam tempurung kepala. Otak hanya
menyumbang 2% dari massa tubuh orang dewasa (sekitar 1400 g), tetapi
menerima sekitar 15% dari curah jantung yang beristirahat. Aliran darah serebral
(CBF) diatur pada tingkat arteriol serebral dan berbanding lurus dengan tekanan
perfusi serebral serta berbanding terbalik dengan resistensi serebrovaskular.
Aliran darah otak rata-rata normal adalah 50-65 ml / 100 g jaringan otak per menit
(sekitar 80 ml / 100 g / mnt dalam grey matter dan 30 ml / 100 g / mnt dalam
white matter), yang jumlahnya mencapai 750-900 ml / mnt untuk otak secara
keseluruhan.6

3
Gambar 1. Gambaran sisi lateral dari ventrikel.7

Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan bening dan tidak berwarna yang
terdapat di ventrikel otak dan di ruang subaraknoid kranial dan spinal. Selain
memberikan dukungan hidromekanis untuk otak, itu juga memiliki peran penting
dalam menjaga aktivitas metabolisme neuron. CSF sebagian besar diproduksi oleh
pleksus koroid, yang merupakan tonjolan mirip daun ke dalam lumen ventrikel.
Total massa pleksus koroid hanya 2 g tetapi mereka diadaptasi dengan baik untuk
menghasilkan CSF volume besar dan mengeluarkan 400-600 ml setiap hari.
Sekresi ekstra-koroid dari cairan ekstraseluler dan kapiler otak membuat
kontribusi yang relatif kecil untuk produksi CSF.7

4
Gambar 2. Gambaran MRI pada otak normal.4

CSF terkandung dalam ventrikel dan ruang subaraknoid. Volume CSF


biasanya 150-250 ml, dengan sekitar 25% di ventrikel dan 75% di ruang
subarachnoid. CSF yang disekresikan ke ventrikel lateral melewati folamen
Monro ke ventrikel ketiga dan melalui saluran air otak ke ventrikel keempat.
Kemudian melewati foramina Luschka dan Magendie ke cisterna magna. Pada
titik ini jalur membelah dan CSF dapat bersirkulasi secara rostral di ruang
subarachnoid kranial atau secara kaudal dalam ruang sub-arachnoid tulang
belakang. Sejumlah kecil CSF mengalir melalui kanal pusat sumsum tulang
belakang. Aliran bersih CSF adalah searah tetapi berosilasi dengan siklus jantung
dan pernapasan.7

Tabel. Komposisi plasma dan CSF normal.7

CSF dipisahkan dari plasma oleh sawar darah. Ini memungkinkan perbedaan
yang signifikan dalam komposisi dipertahankan. Kandungan protein CSF sangat
rendah dan ini membatasi kapasitas buffer asam-basa. Oleh karena itu, perubahan

5
pCO2 yang kecil menghasilkan perubahan pH CSF yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan plasma.7
Autoregulasi otak bertindak untuk menjaga laju lokal aliran darah otak sangat
konstan meskipun variasi menit demi menit dalam tekanan arteri rerata (MAP)
dan tekanan intrakranial (ICP). Autoregulasi beroperasi secara efektif antara batas
MAP 50 dan 180 mmHg.6

3. Etiopatogenesis
Sindroma serebral dapat disebabkan oleh banyak hal. Usia geriatri merupakan
salah satu kelompok yang sering terjadi sindroma serebral ini. Usia geriatric
merupakan fase dimana seseorang menginjak umur 60 tahun ke atas. Penuaan
merupakan salah satu proses fisiologis tubuh yang pasti akan terjadi seiring
dengan peningkatan usia. Perubahan pada usia geriatri ini juga dapat
mempengaruhi fungsi system ventrobasiler, serta keadaan spondylosis servikalis.
Pada fase ini, individu akan mengalami banyak kemunduran baik secara fisik
maupun secara mental. Disebutkan dalam sebuah sumber bahwa pada sindrom
serebral, seorang usia lanjut mengalami atrofi serebral, yang aliran darahnya
mencapai + 23cc/100gm/menit, padahal normalnya pada usia dewasa -
+50cc/100gm/menit.2,4,8,9
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan sindrom
serebral klasik dalam bidang neurologi. Keluhan yang biasanya didapatkan pada
pasien ini adalah adanya dari gejala kognitif, termasuk agraphia, acalculia,
agnosia jari dan disorientasi kiri-kanan. Sindrom ini diketahui terjadi akibat lesi
pada bagian posterior lobus parietal yang dominan dan biasanya disebabkan oleh
stroke atau masalah perkembangan.5
Proses penuaan atau aging adalah suatu proses yang terjadi ketika jaringan
mulai kehilangan kemampuan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur, serta fungsi fisiologis normalnya. Proses penuaan ditandai dengan
adanya penurunan fungsi fisiologis yang bersifat progresif, penurunan fungsi
fisiologis ini kemudian dapat memicu abnormalitas fungsi dan meningkatkan
kerentanan terhadap kematian. Proses penuaan akan terjadi pada seluruh organ
tubuh, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, ovarium, otak, dan lain-lain, juga

6
organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit. Penurunan fungsi akibat proses
penuaan merupakan faktor resiko primer terhadap keadaan patologis, seperti
kanker, diabetes, gangguan kardiovaskuler, dan neurodegenerative.4
Terjadinya penuaan disebabkan karena adanya faktor endogen maupun faktor
eksogen, dimana kedua faktor ini dapat saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Faktor endogen seperti keadaan hormonal dalam tubuh, sedangkan
faktor eksogen seperti adanya paparan radikal bebas.10

Gambar 3. Mekanisme terjadinya penuaan.10

Lebih lanjut diketahui bahwa pada kelompok ini akan terjadi perubahan dari
arteri cerebri yang akan berpengaruh terhadap system vaskuler di cerebri.
Pembentukan plak aterom banyak dijumpai di daerah bifurcatio, khususnya
pangkal arteri carotis interna. Selain itu, fungsi circulus willisi juga dapat
terganggu oleh karena plak atheroma. Dengan adanya plak aterom ini, lumen
pembuluh darah ke otak akan mengalami penyempitan, yang akan berakibat
dalam penurunan cerebral blood flow yang bila berkelanjutan dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.2
Gangguan sirkulasi yang sifatnya umum seperti penurunan kesadaran dan
mental confusion. Sedangkan gangguan sirkulasi setempat yang ditimbulkan oleh
oklusi pembuluh darah arteri, dapat menyebabkan deficit neurologis yang sifatnya
setempat juga. Gangguan klinis yang berkaitan dengan seluruh otak meliputi
apraksia (kaku otot), gangguan jalan, demensia, inkontinensia, dan lain
sebagainya. Gangguan klinis yang berkaitan dengan territorial pembuluh karotis
meliputi adanya gangguan pandangan, gangguan bicara, monoparesis, gangguan

7
kesadaran sesaat, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk gangguan klinis yang
berhubungan dengan territorial pembuluh vertebrobasilar meliputi gangguan
reflek postur, pengaturan tensi, muntah, jatuh, ataksia, nystagmus, disfagia,
hemiparesis, parestesi, vertigo, dan lain sebagainya.2
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan proses penuaan, antara lain
akumulasi mutasi genomik, akumulasi metabolit toksik, deprivasi hormonal,
peningkatan pembentukan radikal bebas (kerusakan oksidatif) dan reaksi molekul
silang akibat proses glikasi.4
Dalam terjadinya penuaan, terdapat 4 teori yang mendukung yakni sebagai
berikut:
a. Wear and tear theory
Teori ini menyatakan bahwa organ akan mengalami kerusakan bila dipakai
secara berlebihan dan makin sering dipakai berlebihan akan makin banyak
yang rusak sehingga tubuh tidak mampu memperbaiki. Selain karena
pemakaian berlebihan.11

b. The neuroendocrinology theory


Ketidakmampuan produksi hormon untuk mengimbangi fungsinya yang
berlebihan sehingga tubuh akan mengalami kekurangan hormon secara
menyeluruh. Walaupun mekanisme umpan balik mulai dari hipotalamus,
hipofisis, dan organ sasaran masih bekerja tetapi berhubung kerjanya berlebih
sehingga poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran tetap tidak mampu
mengimbanginya dan akhirnya proses penuaan akan terjadi.11

c. The genetic control theory


Kontrol genetik mengatur manusia sesuai dengan apa yang telah diatur di
dalam DNA seseorang, namun sekarang berbagai kemajuan ilmu kedokteran
khususnya dalam bidang kedokteran anti penuaan telah mulai dijajaki untuk
memutus rantai dari DNA untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki
DNA.11

d. The free radical theory


Radikal bebas diyakini sebagai salah satu unsur yang mempercepat proses
penuaan sehingga berdasarkan teori ini maka terbentuknya radikal bebas yang

8
berlebihan harus segera dihindari. Radikal bebas adalah suatu molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya,
dapat bereaksi dengan molekul lain, serta dapat menimbulkan reaksi destruktif
Mekanisme radikal bebas dimulai dengan adanya paparan dari dalam maupun
dari luar. Ketika tubuh terpapar radikal bebas, maka terjadilah reaksi
peroksidasi lipid pada membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya
serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan
organel sel. Peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan
pasokan radikal bebas secara terus menerus yang menginisiasi peroksidasi
lebih lanjut, sehingga terjadilah penuaan. Peroksidasi lipid ini termasuk dalam
reaksi berantai yang sangat berpotensi memiliki efek menghancurkan. Oleh
karena itu, diperlukan senyawa yang bersifat antioksidan untuk dapat
mengontrol proses dan mengurangi hasil dari peroksidasi lipid.11,12
Adanya perubahan-perubahan secara biomolecular dan anatomis pada geriatri
membuat dampak pada sirkulasi darah, misalnya adanya gerakan tertentu akibat
arteri vertebralis yang berkelok menyebabkan insufisiensi sirkulasi di daerah
batang otak yang menyebabkan seorang geriatri mengalami drop attack, atau
keluhan kepala terasa pusing atau kepala terasa ringan dan akhirnya tiba-tiba
terjatuh.2
Selain yang disebutkan diatas, pada usia geriatri juga mengalami penurunan
jumlah neuron ataupun penurunan aktivitas neuron. Dengan demikian maka
kebutuhan oksigen serebral juga akan menurun, karena aliran ini berhubungan
dengan proses metabolisme.2

9
BAB III
ILUSTRASI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

REKAM MEDIS AKADEMIS


ILMU PENYAKIT SARAF

PEMERIKSA : ‘RINA FEBRIATI


No BP : 1711901055
Kasus ke :1

No RM : 004971
Data Dasar
Nama Penderita : Tn. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lipat kain Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : - Dirawat yang ke : -
Agama : Islam Tanggal : 04-01-2020
berkunjung

ANAMNESA : AUTO & ALLO


Keluhan Utama: oyong
@ Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli saraf RSUD Bangkinang dengan keluhan oyong
yang dirasakan sekitar 3 tahun yang lalu. Rasa oyong ini menyebabkan pasien
tidak bisa menjaga keseimbangan saat berdiri terlalu lama. Pasien mengatakan
diriya seakan terjatuh. Keluhan ini dirasakan terus menurus, paling parah 1
tahun terakhir. Kedua kaki pasien lemah yang dirasakan sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan semakin berat ketika pasien berdiri.Keluhan lain seperti muntah,
pusing, demam, batuk disangkal.
@ Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat
trauma ada, pasien pernah jatuh dari motor dan pingsan sekitar 8 tahun yang
lalu. Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal

10
@ Riwayat Penyakit Keluarga:
Ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama yaitu adik
kandung. Riwayat hipertensi disangkal, riwaayat diabetes mellitus disangkal.
@ Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien tidak bekerja dan sehari-hari di rumah

PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum :
Keadaan Umum : Baik Nadi : 80 x/mnt
Kesadaran : Komposmentis. E4V5M6. Irama : Reguler
Kooperatif : Baik Pernafasan : 19 x/mnt
Keadaan Gizi : Baik/Sedang/Kurang/Buruk Tekanan Darah : 110/80mmHg
Tinggi Badan : 155cm Suhu : 36ºC
Berat Badan : 45 kg Turgor Kulit : Baik
Rambut : Hitam dan tidak rontok Kulit dan Kuku : Tidak ada kelainan
Kelenjar Getah Bening
 Leher : Tidak ada pembesaran
 Aksilla : Tidak ada pembesaran
 Inguinal : Tidak ada pembesaran
Torak :
 Paru
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan kulit
 Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus taktil simetris
 Perkusi : Sonor +/+
 Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung
 Inspeksi : Pulsasi ictus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus kordis teraba disela iga 4 linea midclavicularis sinistra
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
 Inspeksi : Bentuk perut buncit, distensi (-)
 Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar dan lien
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus normal, Tympani

11
Korpus Vertebra
 Inspeksi : Tidak Tampak Kelainan
 Palpasi : Tidak Teraba Kelainan
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Tidak dilakukan

II. Status Neurologi


A. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Brudzinki I : Negatif Brudzinki II : Negatif
Kaku Kuduk : Negatif Tanda Kernig : Negatif

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


Pupi : Isokor/An-isokor/Miosis/Midriasis
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. I Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
 Subyektif Positif Positif
 Obyektif dengan bahan Positif Positif

N. II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
 Tajam penglihatan Normal Normal
 Lapangan Pandang Normal Normal
 Melihat Warna Normal Normal
 Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III Okulomotorius
Kanan Kiri
Bola Mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Ada Ada
Ekso/endopthalmus Tidak ada Tidak ada
Diplopia Ada Ada
Pupil : Bentuk Normal Normal
Reflek cahaya Positif Positif
Reflek akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek konvergensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. IV Troklearis

12
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Ada Ada

N. V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik :
 Membuka mulut Normal Normal
 Mengerakkan rahang Normal Normal
 Menggigit Normal Normal
 Mengunyah Normal Normal
Sensorik :
 Divisi optalmika
 Reflek kornea Normal Normal
 Sensibilitas Normal Normal
 Divisi maksila
 Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Divisi mandibula
 Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. VI Abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia ada Ada

N. VII Fasialis
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Tidak dinilai Tidak dinilai
Menggerakan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir / bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. VIII Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Normal Normal

13
Weber test Normal Normal
Scwabach test:
 Memanjang Normal Normal
 Memendek Normal Normal
Nistagmus
 Pendular Ada Ada
 Vertikal Ada Ada
 Siklikal Ada Ada
Hiperakusis Tidak ada Tidak ada

N. IX Glosopharingeus
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek muntah / Gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi 80 x/menit 80 x/menit

N. XI Asesorius
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal

N. XII Hipoglosus
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah di julurkan Normal Normal
 Tremor Tidak ada Tidak ada
 Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
 Atrofi Tidak ada Tidak ada

D. Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan


Keseimbangan Koordinasi
Cara berjalan Tidak Tes jari - hidung Normal
normal
Romberg tes Tidak Tes jari – jari Normal

14
normal
Stepping tes Tidak Tes tumit lutut Tidak normal
normal
Tandem Walking tes Tidak Disgrafia Tidak ada
normal
Ataksia Ada Supinasi-pronasi Normal
Rebound phenomen Tidak ada

E. Pemeriksaan Fungsi Motorik


Berdiri dan berjalan Kanan Kiri
 Gerakan spontan Normal Normal
 Tremor Tidak ada Tidak ada
 Atetosis Tidak ada Tidak ada
 Mioklonik Tidak ada Tidak ada
 Khorea Tidak ada Tidak ada
 Bradikinesia Tidak ada Tidak ada

Superior Inferior
Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Trofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal

G. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps + +
Berbangkis Normal Normal Triseps + +
Laring Tidak Tidak APR + +
dinilai dinilai
Maseter Normal Normal KPR + +
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak Tidak
dilakuka dilakukan
n
 Atas Normal Normal Kremaster Tidak Tidak
dilakuka dilakukan

15
n
 Bawah Normal Normal Sfingter Tidak Tidak
dilakuka dilakukan
n
 Tengah Normal Normal
2. Patologis
Lengan Tungkai
 Hoffman Negatif Negatif  Babinski Negatif Negatif
 Tromner Negatif Negatif  Chaddoks Negatif Negatif
 Oppenheim Negatif Negatif
 Gordon Negatif Negatif
 Schaeffer Negatif Negatif
 Klonus kaki Negatif Negatif

III.Fungsi Otonom
 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal
 Sekresi keringat : Normal

IV. Fungsi Luhur


Kesadaran Tanda Demensia
 Reaksi bicara Normal  Refelek glabella Normal
 Fungsi intelek Normal  Reflek snout Tidak dilakukan
 Reaksi emosi Normal  Reflek mengisap Tidak dilakukan
 Reflek memegang Normal
 Reflek palmomental Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah: Rutin : Tidak terlampir
Kimia klinik : Tidak terlampir
Urin : Tidak terlampir
Feses : Tidak terlampir

16
RENCANA PEMERIKSAAN TAMBAHAN

1. CT SCAN kepala
2. …………………………………………………………………..

MASALAH
Diagnosis
 Diagnosis klinis : sindrom cerebral
 Diagnosis topik : cerebellum
 Diagnosis etiologi : Idiopatik
Diagnosis sekunder : Tidak teratur minum obat
Deferensial Diagnosis :-

Prognosa : 1. Ad vitam: ad bonam


1. Ad fungsionam: dubia ad bonam
2. Ad sanationam: dubia ad bonam

PEMECAHAN MASALAH
Terapi
Umum/Suportif : - Paracetamol 500 mg 2x 1

Khusus :-

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 41 tahun datang ke poli saraf RSUD Bangkinang


pada tanggal 04-01-20 dengan keluhan oyong yang dirasakan sekitar 3 tahun yang
lalu. Rasa oyong ini menyebabkan pasien tidak bisa menjaga keseimbangan saat
berdiri. Pasien mengatakan dirinya seakan terjatuh jika terlalu lama berdiri.
Keluhan ini dirasakan terus menurus, paling parah 1 tahun terakhir. Kedua kaki
pasien lemah yang dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan semakin berat
ketika pasien berdiri.Keluhan lain seperti muntah, pusing, demam, batuk
disangkal.
Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan pada pasien ini adalah
Paracetamol 500 mg 3 x 1 yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri.
Mekanisme kerja berlangsung di pusat saraf dengan mempenaruhi ambang rasa
sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase, COX-1,COX-2 dan COX-3
yang terlibat dalam prostaglandin, substansi yang bertindak mengatur rasa sakit
dan regulator panasa pada hipotalamus.
Pemeriksaan penunjang, diagnosis sindrom cerebral dapat didukung dengan
pemeriksaan penunjang CT-Scan kepala, dimana pada ct scan untuk melihat
sruktur pada otak untuk menilai apakah ada tumor, cedera otak dan perdarahan
didalam otak serta untuk proses kelanjutan pengobatan.5

18
BAB V
KESIMPULAN
Penuaan memang erat kaitannya dengan penurunan fungsi dari suatu organ,
yang nantinya akan berhubungan erat terhadap terjadinya penyakit. Sindrom
serebral sendiri adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh adanya
perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara lain
adalah perubahan kesadaran, perubahan tanda neurologis fokal, seperti kejang,
hemiparese, ataupun deviasi konjugasi mata, dan lain sebagainya.1,2,3
Disebutkan dalam sebuah sumber bahwa pada sindrom serebral, seorang
usia lanjut mengalami atrofi serebral, yang aliran darahnya mencapai +
23cc/100gm/menit, padahal normalnya pada usia dewasa +50cc/100gm/menit.2,4,8,9
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan
sindrom serebral klasik dalam. bidang neurologi. Keluhan yang biasanya
didapatkan pada pasien ini adalah adanya dari gejala kognitif, termasuk agraphia,
acalculia, agnosia jari dan disorientasi kiri-kanan. Sindrom ini diketahui terjadi
akibat lesi pada bagian posterior lobus parietal yang dominan dan biasanya
disebabkan oleh stroke atau masalah perkembangan

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Whalen LD, Khot SP, dan Standage SW. High Dose Rosuvastatin
Treatment for Multifocal Stroke in Trauma Induced Cerebral Fat
Embolism Syndrome: a Case Report. Pediatric Neurology. 2014; 51 (3):
410-413.
2. Fillit HM, Rockwood K, dan Woodhouse K. Brocklehurst’s Textbook of
Geriatric Medicine and Gerontology. 7th ed. 2010; New York: Saunders.
3. Brendan G, Magauran JR, Kalpana N, et al. Geriatric Emergencies, an
Issue of Emergency Medicine Clinics of North America. 2016; USA:
Elsevier.
4. Zhang S, Dong Z, Peng Z, Lu F. Anti-Aging Effect of Adipose-Derived
Stem Cells in a Mouse Model of Skin Aging Induced by D-Galactose.
Journal of PLOS one. 2014; 9 (5): 1-7.
5. Dimitrov I, Atanasova S, Kaprelyan A, Ivanov B, et al. Gertmann
Syndrome in a Young Man: a Case Report. Trakia Journal of Sciences.
2018; 3: 239-241.
6. Shah RS dan Jeyaretna DS. Cerebral Vascular Anatomy and Physiology.
Surgery. 2018; 1-7.
7. Puntis M, Reddy U, dan Hirsch N. Cerebrospinal Fluid and Its Physiology.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2016; 17 (12): 611-612.
8. Nugroho W. Keperawatan gerontik dan geriatric. 3rd ed. 2008; Jakarta:
EGC.
9. Padila. Buku Ajar Keperawatan gerontic. 2013; Yogyakarta.
10. Robbins, Cotran, Kumar. Pathologic Basis of Disease. 8th ed. 2012.
Irawati, et al (Alih Bahasa). 2012; Jakarta: EGC.
11. Pangkahila W. AntiAging Medicine. 2007; Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
12. Goldman R dan Klatz R. The New Anti-Aging Revolution. 4th ed. 2007;
Basic Health Publication.

Anda mungkin juga menyukai