SINDROM CEREBRAL
disusun oleh:
RINA FEBRIATI
1711901055
Pembimbing:
dr. Elvina Zuhir, Sp.S
Penuaan memang erat kaitannya dengan penurunan fungsi dari suatu organ,
yang nantinya akan berhubungan erat terhadap terjadinya penyakit. Sindrom
serebral merupakan salah satu problem klinis yang sering ditemukan pada usia
geriatri. Sindrom serebral sendiri adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
adanya perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara
lain adalah perubahan kesadaran, perubahan tanda neurologis fokal, seperti
kejang, hemiparese, ataupun deviasi konjugasi mata, dan lain sebagainya.1,2,3
Usia geriatri merupakan salah satu kelompok yang sering terjadi sindroma
serebral ini. Penuaan merupakan salah satu proses fisiologis tubuh yang pasti akan
terjadi seiring dengan peningkatan usia. Lebih lanjut diketahui bahwa pada
kelompok ini akan terjadi perubahan dari arteri cerebri yang akan berpengaruh
terhadap system vaskuler di cerebri.2
Proses penuaan atau aging adalah suatu proses yang terjadi ketika jaringan
mulai kehilangan kemampuan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur, serta fungsi fisiologis normalnya. Proses penuaan ditandai dengan
adanya penurunan fungsi fisiologis yang bersifat progresif, penurunan fungsi
fisiologis ini kemudian dapat memicu abnormalitas fungsi dan meningkatkan
kerentanan seseorang.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sindroma serebral merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
adanya perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara
lain adalah perubahan kesadaran (misalnya stupor, delirium, atau koma),
perubahan tanda neurologis fokal (misalnya kejang, hemiparese, ataupun deviasi
konjugasi mata), dan lain sebagainya.1,2,3
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan sindrom
serebral klasik dalam bidang neurologi, dinamai oleh Joseph Gerstmann, seorang
ahli saraf Amerika kelahiran Austria-Austria.5
Delirium merupakan gejala yang umum terjadi dan sering ditemukan pada
pasien geriatri di rumah sakit. Menurut International Statistical Classification of
Diseases 10th (2015) bahwa delirium ini merupakan salah satu jenis sindroma
serebral organik yang nonspesifik. Delirium sendiri didefinisikan sebagai adanya
gangguan atensi, persepsi, pola pikir, daya ingat, tingkah laku, emosi, dan waktu
tidur.3
3
Gambar 1. Gambaran sisi lateral dari ventrikel.7
Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan bening dan tidak berwarna yang
terdapat di ventrikel otak dan di ruang subaraknoid kranial dan spinal. Selain
memberikan dukungan hidromekanis untuk otak, itu juga memiliki peran penting
dalam menjaga aktivitas metabolisme neuron. CSF sebagian besar diproduksi oleh
pleksus koroid, yang merupakan tonjolan mirip daun ke dalam lumen ventrikel.
Total massa pleksus koroid hanya 2 g tetapi mereka diadaptasi dengan baik untuk
menghasilkan CSF volume besar dan mengeluarkan 400-600 ml setiap hari.
Sekresi ekstra-koroid dari cairan ekstraseluler dan kapiler otak membuat
kontribusi yang relatif kecil untuk produksi CSF.7
4
Gambar 2. Gambaran MRI pada otak normal.4
CSF dipisahkan dari plasma oleh sawar darah. Ini memungkinkan perbedaan
yang signifikan dalam komposisi dipertahankan. Kandungan protein CSF sangat
rendah dan ini membatasi kapasitas buffer asam-basa. Oleh karena itu, perubahan
5
pCO2 yang kecil menghasilkan perubahan pH CSF yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan plasma.7
Autoregulasi otak bertindak untuk menjaga laju lokal aliran darah otak sangat
konstan meskipun variasi menit demi menit dalam tekanan arteri rerata (MAP)
dan tekanan intrakranial (ICP). Autoregulasi beroperasi secara efektif antara batas
MAP 50 dan 180 mmHg.6
3. Etiopatogenesis
Sindroma serebral dapat disebabkan oleh banyak hal. Usia geriatri merupakan
salah satu kelompok yang sering terjadi sindroma serebral ini. Usia geriatric
merupakan fase dimana seseorang menginjak umur 60 tahun ke atas. Penuaan
merupakan salah satu proses fisiologis tubuh yang pasti akan terjadi seiring
dengan peningkatan usia. Perubahan pada usia geriatri ini juga dapat
mempengaruhi fungsi system ventrobasiler, serta keadaan spondylosis servikalis.
Pada fase ini, individu akan mengalami banyak kemunduran baik secara fisik
maupun secara mental. Disebutkan dalam sebuah sumber bahwa pada sindrom
serebral, seorang usia lanjut mengalami atrofi serebral, yang aliran darahnya
mencapai + 23cc/100gm/menit, padahal normalnya pada usia dewasa -
+50cc/100gm/menit.2,4,8,9
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan sindrom
serebral klasik dalam bidang neurologi. Keluhan yang biasanya didapatkan pada
pasien ini adalah adanya dari gejala kognitif, termasuk agraphia, acalculia,
agnosia jari dan disorientasi kiri-kanan. Sindrom ini diketahui terjadi akibat lesi
pada bagian posterior lobus parietal yang dominan dan biasanya disebabkan oleh
stroke atau masalah perkembangan.5
Proses penuaan atau aging adalah suatu proses yang terjadi ketika jaringan
mulai kehilangan kemampuan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur, serta fungsi fisiologis normalnya. Proses penuaan ditandai dengan
adanya penurunan fungsi fisiologis yang bersifat progresif, penurunan fungsi
fisiologis ini kemudian dapat memicu abnormalitas fungsi dan meningkatkan
kerentanan terhadap kematian. Proses penuaan akan terjadi pada seluruh organ
tubuh, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, ovarium, otak, dan lain-lain, juga
6
organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit. Penurunan fungsi akibat proses
penuaan merupakan faktor resiko primer terhadap keadaan patologis, seperti
kanker, diabetes, gangguan kardiovaskuler, dan neurodegenerative.4
Terjadinya penuaan disebabkan karena adanya faktor endogen maupun faktor
eksogen, dimana kedua faktor ini dapat saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Faktor endogen seperti keadaan hormonal dalam tubuh, sedangkan
faktor eksogen seperti adanya paparan radikal bebas.10
Lebih lanjut diketahui bahwa pada kelompok ini akan terjadi perubahan dari
arteri cerebri yang akan berpengaruh terhadap system vaskuler di cerebri.
Pembentukan plak aterom banyak dijumpai di daerah bifurcatio, khususnya
pangkal arteri carotis interna. Selain itu, fungsi circulus willisi juga dapat
terganggu oleh karena plak atheroma. Dengan adanya plak aterom ini, lumen
pembuluh darah ke otak akan mengalami penyempitan, yang akan berakibat
dalam penurunan cerebral blood flow yang bila berkelanjutan dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.2
Gangguan sirkulasi yang sifatnya umum seperti penurunan kesadaran dan
mental confusion. Sedangkan gangguan sirkulasi setempat yang ditimbulkan oleh
oklusi pembuluh darah arteri, dapat menyebabkan deficit neurologis yang sifatnya
setempat juga. Gangguan klinis yang berkaitan dengan seluruh otak meliputi
apraksia (kaku otot), gangguan jalan, demensia, inkontinensia, dan lain
sebagainya. Gangguan klinis yang berkaitan dengan territorial pembuluh karotis
meliputi adanya gangguan pandangan, gangguan bicara, monoparesis, gangguan
7
kesadaran sesaat, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk gangguan klinis yang
berhubungan dengan territorial pembuluh vertebrobasilar meliputi gangguan
reflek postur, pengaturan tensi, muntah, jatuh, ataksia, nystagmus, disfagia,
hemiparesis, parestesi, vertigo, dan lain sebagainya.2
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan proses penuaan, antara lain
akumulasi mutasi genomik, akumulasi metabolit toksik, deprivasi hormonal,
peningkatan pembentukan radikal bebas (kerusakan oksidatif) dan reaksi molekul
silang akibat proses glikasi.4
Dalam terjadinya penuaan, terdapat 4 teori yang mendukung yakni sebagai
berikut:
a. Wear and tear theory
Teori ini menyatakan bahwa organ akan mengalami kerusakan bila dipakai
secara berlebihan dan makin sering dipakai berlebihan akan makin banyak
yang rusak sehingga tubuh tidak mampu memperbaiki. Selain karena
pemakaian berlebihan.11
8
berlebihan harus segera dihindari. Radikal bebas adalah suatu molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya,
dapat bereaksi dengan molekul lain, serta dapat menimbulkan reaksi destruktif
Mekanisme radikal bebas dimulai dengan adanya paparan dari dalam maupun
dari luar. Ketika tubuh terpapar radikal bebas, maka terjadilah reaksi
peroksidasi lipid pada membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya
serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan
organel sel. Peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan
pasokan radikal bebas secara terus menerus yang menginisiasi peroksidasi
lebih lanjut, sehingga terjadilah penuaan. Peroksidasi lipid ini termasuk dalam
reaksi berantai yang sangat berpotensi memiliki efek menghancurkan. Oleh
karena itu, diperlukan senyawa yang bersifat antioksidan untuk dapat
mengontrol proses dan mengurangi hasil dari peroksidasi lipid.11,12
Adanya perubahan-perubahan secara biomolecular dan anatomis pada geriatri
membuat dampak pada sirkulasi darah, misalnya adanya gerakan tertentu akibat
arteri vertebralis yang berkelok menyebabkan insufisiensi sirkulasi di daerah
batang otak yang menyebabkan seorang geriatri mengalami drop attack, atau
keluhan kepala terasa pusing atau kepala terasa ringan dan akhirnya tiba-tiba
terjatuh.2
Selain yang disebutkan diatas, pada usia geriatri juga mengalami penurunan
jumlah neuron ataupun penurunan aktivitas neuron. Dengan demikian maka
kebutuhan oksigen serebral juga akan menurun, karena aliran ini berhubungan
dengan proses metabolisme.2
9
BAB III
ILUSTRASI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
No RM : 004971
Data Dasar
Nama Penderita : Tn. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lipat kain Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : - Dirawat yang ke : -
Agama : Islam Tanggal : 04-01-2020
berkunjung
10
@ Riwayat Penyakit Keluarga:
Ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama yaitu adik
kandung. Riwayat hipertensi disangkal, riwaayat diabetes mellitus disangkal.
@ Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien tidak bekerja dan sehari-hari di rumah
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum :
Keadaan Umum : Baik Nadi : 80 x/mnt
Kesadaran : Komposmentis. E4V5M6. Irama : Reguler
Kooperatif : Baik Pernafasan : 19 x/mnt
Keadaan Gizi : Baik/Sedang/Kurang/Buruk Tekanan Darah : 110/80mmHg
Tinggi Badan : 155cm Suhu : 36ºC
Berat Badan : 45 kg Turgor Kulit : Baik
Rambut : Hitam dan tidak rontok Kulit dan Kuku : Tidak ada kelainan
Kelenjar Getah Bening
Leher : Tidak ada pembesaran
Aksilla : Tidak ada pembesaran
Inguinal : Tidak ada pembesaran
Torak :
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan kulit
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus taktil simetris
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba disela iga 4 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk perut buncit, distensi (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal, Tympani
11
Korpus Vertebra
Inspeksi : Tidak Tampak Kelainan
Palpasi : Tidak Teraba Kelainan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
N. II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapangan Pandang Normal Normal
Melihat Warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III Okulomotorius
Kanan Kiri
Bola Mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Ada Ada
Ekso/endopthalmus Tidak ada Tidak ada
Diplopia Ada Ada
Pupil : Bentuk Normal Normal
Reflek cahaya Positif Positif
Reflek akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek konvergensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IV Troklearis
12
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Ada Ada
N. V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik :
Membuka mulut Normal Normal
Mengerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik :
Divisi optalmika
Reflek kornea Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal
Divisi maksila
Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi mandibula
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VI Abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia ada Ada
N. VII Fasialis
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Tidak dinilai Tidak dinilai
Menggerakan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir / bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Normal Normal
13
Weber test Normal Normal
Scwabach test:
Memanjang Normal Normal
Memendek Normal Normal
Nistagmus
Pendular Ada Ada
Vertikal Ada Ada
Siklikal Ada Ada
Hiperakusis Tidak ada Tidak ada
N. IX Glosopharingeus
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek muntah / Gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi 80 x/menit 80 x/menit
N. XI Asesorius
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal
N. XII Hipoglosus
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah di julurkan Normal Normal
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
14
normal
Stepping tes Tidak Tes tumit lutut Tidak normal
normal
Tandem Walking tes Tidak Disgrafia Tidak ada
normal
Ataksia Ada Supinasi-pronasi Normal
Rebound phenomen Tidak ada
Superior Inferior
Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Trofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
G. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps + +
Berbangkis Normal Normal Triseps + +
Laring Tidak Tidak APR + +
dinilai dinilai
Maseter Normal Normal KPR + +
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak Tidak
dilakuka dilakukan
n
Atas Normal Normal Kremaster Tidak Tidak
dilakuka dilakukan
15
n
Bawah Normal Normal Sfingter Tidak Tidak
dilakuka dilakukan
n
Tengah Normal Normal
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman Negatif Negatif Babinski Negatif Negatif
Tromner Negatif Negatif Chaddoks Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaeffer Negatif Negatif
Klonus kaki Negatif Negatif
III.Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah: Rutin : Tidak terlampir
Kimia klinik : Tidak terlampir
Urin : Tidak terlampir
Feses : Tidak terlampir
16
RENCANA PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. CT SCAN kepala
2. …………………………………………………………………..
MASALAH
Diagnosis
Diagnosis klinis : sindrom cerebral
Diagnosis topik : cerebellum
Diagnosis etiologi : Idiopatik
Diagnosis sekunder : Tidak teratur minum obat
Deferensial Diagnosis :-
PEMECAHAN MASALAH
Terapi
Umum/Suportif : - Paracetamol 500 mg 2x 1
Khusus :-
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
BAB V
KESIMPULAN
Penuaan memang erat kaitannya dengan penurunan fungsi dari suatu organ,
yang nantinya akan berhubungan erat terhadap terjadinya penyakit. Sindrom
serebral sendiri adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh adanya
perubahan patologis aliran darah serebral. Gejala yang dapat terjadi antara lain
adalah perubahan kesadaran, perubahan tanda neurologis fokal, seperti kejang,
hemiparese, ataupun deviasi konjugasi mata, dan lain sebagainya.1,2,3
Disebutkan dalam sebuah sumber bahwa pada sindrom serebral, seorang
usia lanjut mengalami atrofi serebral, yang aliran darahnya mencapai +
23cc/100gm/menit, padahal normalnya pada usia dewasa +50cc/100gm/menit.2,4,8,9
Ada juga yang disebut sebagai Sindrom Gerstmann, yaitu merupakan
sindrom serebral klasik dalam. bidang neurologi. Keluhan yang biasanya
didapatkan pada pasien ini adalah adanya dari gejala kognitif, termasuk agraphia,
acalculia, agnosia jari dan disorientasi kiri-kanan. Sindrom ini diketahui terjadi
akibat lesi pada bagian posterior lobus parietal yang dominan dan biasanya
disebabkan oleh stroke atau masalah perkembangan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Whalen LD, Khot SP, dan Standage SW. High Dose Rosuvastatin
Treatment for Multifocal Stroke in Trauma Induced Cerebral Fat
Embolism Syndrome: a Case Report. Pediatric Neurology. 2014; 51 (3):
410-413.
2. Fillit HM, Rockwood K, dan Woodhouse K. Brocklehurst’s Textbook of
Geriatric Medicine and Gerontology. 7th ed. 2010; New York: Saunders.
3. Brendan G, Magauran JR, Kalpana N, et al. Geriatric Emergencies, an
Issue of Emergency Medicine Clinics of North America. 2016; USA:
Elsevier.
4. Zhang S, Dong Z, Peng Z, Lu F. Anti-Aging Effect of Adipose-Derived
Stem Cells in a Mouse Model of Skin Aging Induced by D-Galactose.
Journal of PLOS one. 2014; 9 (5): 1-7.
5. Dimitrov I, Atanasova S, Kaprelyan A, Ivanov B, et al. Gertmann
Syndrome in a Young Man: a Case Report. Trakia Journal of Sciences.
2018; 3: 239-241.
6. Shah RS dan Jeyaretna DS. Cerebral Vascular Anatomy and Physiology.
Surgery. 2018; 1-7.
7. Puntis M, Reddy U, dan Hirsch N. Cerebrospinal Fluid and Its Physiology.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2016; 17 (12): 611-612.
8. Nugroho W. Keperawatan gerontik dan geriatric. 3rd ed. 2008; Jakarta:
EGC.
9. Padila. Buku Ajar Keperawatan gerontic. 2013; Yogyakarta.
10. Robbins, Cotran, Kumar. Pathologic Basis of Disease. 8th ed. 2012.
Irawati, et al (Alih Bahasa). 2012; Jakarta: EGC.
11. Pangkahila W. AntiAging Medicine. 2007; Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
12. Goldman R dan Klatz R. The New Anti-Aging Revolution. 4th ed. 2007;
Basic Health Publication.