Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Ca Cerviks


1. Pengertian
Ca Serviks adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher Rahim.

Sel-sel yang tumbuh tidak normal ini berubah menjadi sel kanker. Kanker ini

terjadi pada serviks yaitu diantara uterus dan vagina. Waktu yang diperlukan

kanker serviks untuk berkembang cukup lama, sekitar 10-15 tahun. Kanker

ini biasanya terjadi pada wanita dengan usia 30-50 tahun, yaitu pada puncak

usia reproduktif wanita sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas

hidup secara fisik, kejiwaan maupun seksual.


Kanker Serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak

diderita wanita yang mana berawal dari displasia lapisan epitelium serviks

yang akan berkembang menjadi karsinoma insitu dan akhirnya menjadi

karsinoma invasive yang mampu bermetastase ke jaringan atau organ lain

melalui aliran darah dan limfatik. Proses perubahan dari epitel yang normal

sampai menjadi ca invasi yang memberikan gejala merupakan proses

perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun, dimana adanya ca

intraepitel sampai adanya metastase kesekitarnya mengambil waktu 10 tahun

atau lebih.

2. Penyebab
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human

Papilloma Virus). faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kanker

cerviks adalah :
a) Menikah Di usia Muda
Menikah diusia muda merupakan faktor pendukung timbulnya kanker

cerviks. Transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai

dengan menstruasi yang melibatkan berbagai perubahan, terutama

perubahan hormon. Munculnya hormon estrogen pada masa itu membuat

sel-sel pada dinding vagina menebal. Selain itu juga pada masa ini

terdapat glikogen yang bermanfaat diuabah menjadi asam vagina. Pada

dasarnya asam vagina ini berfungsi melakukan proteksi terhadap infeksi.

Akibat suasana vagina yang menjadi asam, jaringan epitel disekitarnya

menjadi berlapis-lapis. Apabila pada situasi-situasi yang penuh

perubahan itu masuk vagina, perubahan akan semakin menjadi-jadi.

Apalagi bila terjadi luka akibat gesekan. Sel-sel epitel akan terganggu dan

kadang akan menjadi tidak normal, sehingga wanita yang menikah diusia

muda lebih berpeluang terkena kanker cerviks.


b) Hubungan seksual pada usia muda (15-20 tahun) beresiko terjadinya

kanker serviks. Hal ini karena terjadi perubahan epithelium serviks

sehingga menjadi rentan terhadap karsinogen.


c) Kebersihan kongenital yang kurang terjaga.
Kurang menjaga kebersihan alat kelamin dapat menjadi penyebab

terjadinya kanker serviks.

d) Wanita yang merokok


Hindari merokok karena banyak bukti menunjukan penggunaan tembakau

dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks.


e) Riwayat penyakit kelamin, seperti herpes dan kutil gental.
f) Kehamilan yang terlalu sering.
Pada wanita yang memiliki banyak anak, apalagi dengan jarak kehamilan

yang terlalu dekat, beresiko tinggi terkena kanker cerviks.


g) Defisiensi zat gizi dan asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya

displapsia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan


terjadinya kanker cerviks pada wanita yang mengkonsumsi vitamin A

dalam jumlah rendah.


h) Traumatik kronis pada cerviks, seperti persalinan, infeksi dan iritasi

menahun, karena mikroba radiasi, atau pencemaran oleh bahan kimia.


i) Hindari penggunaan aseptic.
Hindari kebiasaan pencucian vagina menggunakan obat-obatan antiseptic

maupun deodorant karena akan mengakibatkan iritasi dimulut rahim yang

merangsang terjadinya kanker.

3. Patofisiologi

Predominat kanker serviks dibagi atas 2 yaitu : adanya tipe sel

karsinoma skuamosa (85% -90%) dan sisanya 10% - 15%) adalah

adenokarsinoma. Pada awalnya terjadi perubahan neoplastik pada

sambungan epitel skuamosa dan kolumnar dari mukosa endoserviks.

Kelebihan sel abnormal yang progresif menyebabkan terjadinya penebalan

pada epitelium. Perubahan ini disebut cervical intra epitelium neoplasia (CNI).

CNI tidak sampai melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, oleh karena itu

CNI dibagi atas 3 yaitu:

a) CNI 1 : displasia ringan

b) CNI 2: displasia sedang

c) CNI 3: displasia berat atau karsinoma insitu.

Tingkat CNI dan karsinoma insitu disebut kelainan pra kanker. Waktu yang

diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu berkisar 1 - 7 tahun

sedangkan dari karsinoma insitu ke karsinoma invasive berkisar 3 20 tahun.

Dari karsinoma insitu akan berkembang menjadi karsinoma invasive dimana

sel sel neoplasma ini atau tumor menembus epitel masuk kedalam stroma

serviks. Invasive dapat terjadi pada beberapa tempat sekaligus, dimana sel

sel tumor meluas kedalam jaringan ikat dan akhirnya menembus pembuluh
darah limfe dan vena. Karsinoma serviks invasive dapat meluas ke dinding

vagina ligamentum kardinale rongga endometrium dan metastase ke tempat

tempat yang jauh seperti hati, tulang, otak, paru, mediastina dan nodus

supraklavikular.

Ada 3 jenis lesi pada ca serviks yaitu :

1 Lesi eksopthy : berbentuk kembang kol, berjamur, mudah berdarah bisa

sedikit atau banyak.

2 Lesi nekrotik ulserasi (excavating) : terdapat ulser pada vagina bagian

atas, dan serviks yang mudah berdarah.

3 Lesi endophitc : terdapat dalam saluran endoserviks yang di tandai tidak

ada tumor atau ulser dan serviks teraba keras.

Hasil Pengobatan rata -rata untuk Ca serviks pada tiap stadium :

Ia : hampir 100%

I b & II a : (Untuk 5 tahun ) 65% - 90 %

II b : 50% - 65%

III : 30% - 40%

IV : 5 % - 10%

4 Gejala Klinis

Pada stadium awal kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Bahkan sang

penderita pun tidak merasa dirinya sudah menderita kanker cerviks. Gejala

biasanya baru muncul ketika cerviks yang abnormal berubah menjadi

keganasan dan menyusup kejaringan sekitarnya.


Jika kanker berkembang makin lanjut, akan timbul gejala-gejala seperti :

a) Keputihan yang semakin hari semakin berbau bususk, berwarna

kekuningan dan kental.


b) Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama kelamaan

dapat terjadi perdarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan

seksual .
c) Timbulnya perdarahan setelah menopause.
d) ada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuningan, berbau dan

bercampur dengan darah.


e) Anemia kerana perdarahan yang sering timbul.
f) Berkurangnya napsu makan, menurunnya berat badan dan kelelahan.
g) Rasa nyeri panggul, punggung dan tungkai.

5 Stadium Ca Serviks
Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy, dilanjutkan dengan penentuan

stadium. stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan

sebaiknya pemeriksaan dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum.

stadium tidak dipengaruhi adanya penyebaran penyakit yang ditemui setelah

tindakan bedah atau setelah diberikan tindakan terapi. penentuan stadium ini

harus mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti

bukti klinis, dan sederhana.

Stadium kanker serviks menurut FIGO

stadium O : Karsinoma insitu atau karsinoma epithelial.

stadium I : karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri

diabaikan).

stadium Ia :invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,

lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi

yang sangat superficial dikelompokkan sebagai stadium Ib.


kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya

lesi tidak lebih dari 7 mm.

stadium Ia1 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan

lebar tidak lebih dari 7 mm.

stadium Ia2 : invasi ke stroma dengan kedalaman 3 mm tapi kurang dari 5

mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.

stadium Ib : lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia.

stadium Ib1 : besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 mm.

stadium Ib2 : besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.

stadium II : telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau

infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

stadium IIa: telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.

stadium IIb : infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding

panggul.

stadium III : telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan

sampai dinding panggul. kasus denagn hidroneprosis atau

gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, ecuali

kelaianan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

stadium IIIa : keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum

mencapai dinding panggul.

stadium IIIb : perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis

atau gangguan fungsi ginjal.

stadium IV : perluasan keluar organ reproduktif.

stadium Iva : keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum.

stadium IVb: metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.
6 Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks dapat dicegah dengan cara cara sebagai berikut :
a) Dapatkan Pemeriksaan Terbaik
Kebanyakan kanker cerviks disebabkan oleh virus hpv, sejenis

virus yang tersebar melalui kontak seksual. sekitar 90% dari hpv sembuh

dengan sendirinya. namun jika tidak hpv dapat menyebabkan

terbentuknya sel-sel prakanker. Pemeriksaan pap smear merupakan

standar untuk mendeteksi sel-sel ini tapi beberapa studi terkini

mengungkapkan pemeriksaan untuk HPV bisa lebih mudah untuk

menghentikan kanker sebelum dimulai. Jika hasil tes ini positif, dokter

akan memperhatikan secara lebih cermat perubahan-perubahan cerviks

dan mengangkat sel-sel prakanker yang mungkin ada.


b) Makan Sayuran Pembasmi HPV
Perempuan yang diet tinggi sayuran beresiko lebih rendah 50%

menderita infeksi HPV yang berlangsung lama yang juga berarti

berkemungkinan lebih kecil mengembangkan kanker cerviks. tambahan

semua jenis buah dan sayuran warna pelangi kedalam diet untuk

mendapat perlindungan.
c) Jangan merokok
Kendati kebanyakan infeksi HPV lenyap dengan sendirinya tanpa

diobati, hal ini jarang terjadi pada perempuan yang merokok.

penyebabnya adalah asap rokok melemahkan pertahanan tubuh. Infeksi

HPV berlangsung lebih lama pada perempuan yang merokok

dibandingkan dengan tidak, dan meningkatkan resiko kanker cerviks

dengan menghindari merokok.


d) Pelumas Organ Intim
Menggunakan pelumas organ intim yang dibuat dari carrageenan,

senyawa pengental yang berasal dari rumput laut, menghentikan HPV

bertahan dalam sel-sel sehat.


e) Makan brokoli
Senyawa tumbuhan didalam brokoli, kembang kol dan lain-lain

dapat membantu sel-sel yang terinfeksi HPV menghancurkan diri. Cara ini

alamiah untuk menghilangkan sel-sel yang tidak sehat sehingga dapat

meminimalkan resiko terkena kanker cerviks.


f) Tingkatkan Akurasi Pemeriksaan Pap Smear
Dokter atau petugas kesehatan, akan menyarankan untuk

melakukan pap smear setiap tahun atau setiap tiga tahun, tergantung

faktor resiko. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, jadwalkan

pemeriksaan antara 10-20 hari sesudah hari pertama mens terakhir anda.

Jadwalkan ulang jika anda mens pada hari pemeriksaan yang

direncanakan. Jangan menggunakan foam, krim atau obat pembasuh

vagina selama dua hari sebelum pemeriksaan. Jangan berhubungan intim

48 jam sebelum hari pemeriksaan.


g) Vaksin HPV
Saat ini tersedia vaksin untuk strain HPV yang paling berbahaya.

Vaksin ini dapat mebantu mencegah kanker cerviks.

7 Pengobatan Kenker Serviks


Pemilihan Pengobatan untuk kanker cerviks tergantung pada lokasi

dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan

rencana penderita untuk hamil lagi.


a) Pembedahan pada karsinoma Insitu (kanker yang terbatas pada lapisan

cerviks paling luar). Seluruh kanker sering dapat diangkat dengan

bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengbatan

tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali

kambuh, penderita dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan

pap smear tiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6

bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan

untuk menjalani histerektomi.


b) Terapi Penyinaran (Radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasive

yang masih terbatas pada daerah panggul. Therapy radioterapi

menggunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan

menghentikan perumbuhannya.
ada dua jenis Radiotherapi yaitu :
1) Radiasi Eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar. Ketika

menjalani therapy ini, penderita tidak perlu dirawat dirumah sakit.

Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6

minggu.
2) Radiasi Internal : Zat Radioaktif yang terdapat dalam sebuah kapsul

dimasukkan langsung kedalam cerviks. Kapsul ini dibiarkan selama

1-3 hari dan selama itu penderita dirawat dirumah sakit. Pengobatan

ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.


Efek samping therapy penyinaran seperti :
1) Iritasi rectum da vagina.
2) Kerusakan kandung kemih dan rektumovarium berhenti berfungsi.
c) Kemoterapy
Jika kanker telah menyebar keluar panggul, penderita kadang

dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat-

obatan untuk membunuh sel-sel kanker yang telah menyebar kebagian

tubuh lainnya. Obat antikanker dapat diberikan melalui suntikan intravena

atau melalui mulut. kemoterapi diberikan dalam satu siklus, artinya satu

periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan

pengobatan diselingi dengan pemulihan dan seterusnya.


d) Therapy biologis
Therapy biologis menggunakan zat-zat untuk memperbaiki system

kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada

kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.terapi biologis yang

paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan

dengan kemotherapi.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap prakanker dan kanker

cerviks telah diidentifikasi untuk menyembuhkan, beberapa hal yang

dapat dilakukan adalah:


1) Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker,

biasanya uterus beserta leher rahimnya.


2) Radioterapi, yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi

yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

8 Efek Samping
Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan kanker juga

menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat. Hal ini sering menimbulkan

efek samping yang tidak mnyenangkan. Efek samping dari pengobatan kanker

sangat bergantung pada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu reaksi dari

setiap penderita juga berbeda-beda. Metode untuk menghancurkan sel-sel

kanker pada permukaan cerviks sama dengan metode yang digunakan untuk

mengobati lesi perenkim.


Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan

atau keluar cairan encer dari vagina. Beberapa hari setelah menjalani

histerektomi, penderita dapat mengalami nyeri perut bagian bawah. Untuk

mengatasinya dapat digunakan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan

mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu

pembuangan air kemih, bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah

pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan

lancer. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali

dilakukan pada waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi, penderita

tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak

mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan

seksual. Akan tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional


setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap kehidupan seksualitasnya

bisa berubah dan penderita merasakan perubahan karena dia tidak dapat hamil

lagi.
Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan yang

luar biasa, terutama seminggu sesudahnya. Istirahat yang cukup merupakan hal

yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisanya

dapat aktif. Pada radiasi ekternal sering terjadi kerontokan rambut didaerah yang

disinari dan kulit menjadi merah, kering, serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan

menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapat udara yang

cukup, tetapi harus terlindungi dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak

menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi pakaian yang mengiritasi daerah

yang disinari.
Biasanya selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan

hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebih sempit

dan kurang lentur sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan

seksual. Untuk mengatasu hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator

atau pelumas dengan bahan dasar air. Radioterapi juga bisa menimbulkan diare

dan sering berkemih. Efek samping dari kemoterapi sangat bergantung pada

jenis dan dosis obat yang digunakan selain itu, efek sampingnya berbeda pada

tiap penbderita.
Biasanya obat anti kanker akan membelah dengan cepat, termasuk sel

darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah, atau

mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Jika sel darah terkena pengaruh obat anti

kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar,

perdarahan, serta kekurangan tenaga. Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang

melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel tersebut

terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut,


nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka dimulut. Terapi

biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu yaitu menggigil, demam,

nyeri otot, lemah, napsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang

timbul ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami

perdarahan. Beberapa tips dalam pengobatan yang perlu di perhatikan, seperti :


1) hindari pengobatan hormonal yang mengadung banyak estrogen,

terutama pada wanita yang sulit memiliki anak.


2) hindari obesitas (kegemukan) karena pada wanita yang gemuk hormon

estrogen bisa tinggi.


3) bagi penderita diabetes mellitus dan hipertensi, perlu kontrol agar

terhindar dari penyakit ini.

B. Konsep Dasar Anemia


1. Pengertian
Menurut Muttaqin anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,

kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100

ml darah.
Menurut Corwin anemia adalah penurunan kuantitas sel sel darah

merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah,

atau keduanya.

2. Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan

kofaktor untuk eritropoesis, seperti : asam folat, vitamin B12, dan besi. produksi

sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor

atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin,

seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. peningkatan penghancuran sel

darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang

berlebihan (misal hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang belakang yang

menghasilkan sel darah merah abnormal.


anemia dapat juga disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah

merah atau peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronis,

perdarahan mendadak, atau lisis sel darah merah yang berlebihan. anemia

akibat perdarahan atau lisis yang mendadak atau kronis mengakibatkan

penurunan jumlah total sel darah merah dalam sirkulasi. anemia jenis ini dapat

berhubungan dengan peningkatan persentase sel darah merah imatur

(retikulosit) dalam sirkulasi. sel darah merah normal mampu hidup sekitar 120

hari. destruksi atau hilangnya sel darah merah yang terjadi sebelum 100 hari

bersifat abnormal.

3. Klasifiasi
Anemia dapat dikalsifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan

etiologi.
a. Klasifikasi menurut morfologi
pada klasifikasi aneia menurut morfologi mikro dan makro menunjukkan

ukura sel darah merah, sedangkan, kromik menunjukkan warnanya.


1) Anemia normositik normokom
terjadi ketika ukuran dan bentuk sel - sel darah merah normal serta

mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu

menderita anemia. penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah

akut, hemolisis, penyakit kronis termasuk infeksi, gangguan endokrin,

gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit penyakit

infiltrative metastatic pada sumsum tulang.


2) Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarati ukuran sel sel darah merah lebih besar dari

normal, tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya

normal. hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis

asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 atau

asam folat. ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen

agen yang digunakan mengganggu metabolism sel.


3) Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam

jumlah yang kurang dari normal. hal ini umumnya menggambarkan

insufisiensi sintesis heme (besi), seperti pada anemia defisiensi besi,

keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis, atau gangguan

sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal

kongenital).
b. Klasifikasi menurut etiologi
Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. penyebab

utamanya adalah :
1) meningkatnya sel darah merah.
2) penurunan atau gangguam pembentukan sel.
meningkatnya sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau

oleh penghancuran sel. perdarahan dapat disebabkan oleh trauma, atau

akibat perdarahan kronis karena polip pada kolon, penyakit prenyakit

keganansan, hemoroid, atau menstruasi.

ANEMIA APLASTIK

Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel sel induk di susum tulang

yang dapat menimbulkan kematian. pada keadaan ini jumlah sel sel darah

yang dihasilkan tidak memadai. klien mengalami pansitopenia, yaitu :

kekurangan sel darah merah, sel darah merah, trombosit.

Patofisiologi Anemia Aplastik

Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam

sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. hal ini dapat

terjadi secara kongenital maupun didapat. apa pun penyebabnya, apabila

pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi sumsum


tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan

ireversibel. disinilah pentingnya pemeriksaan darah sesering mungkin pada klien

yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang

dapat menyebabkab anemia aplastik.

Manifestasi Klinis

Anemia aplastik biasanya khas, yaitu bertahap. ditandai oleh

kelemahan, pucat, sesak napas pada saat latihan, dan manifestasi anemia

lainnya. kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. gejala

gejala lain yang berkaitan adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.

Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan :

1. ekimosis den petekie (perdarahan kulit),


2. epistaksis (perdarahan hidung),
3. perdarahan saluran cerna,
4. perdarahan saluran kemih,
5. perdarahan susunan saraf pusat.
Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena

infeksi. perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu

satunya pada sepertiga klien. apabila granulosit juga terlibat, klien biasanya

mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan

perdarahan. tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit biasanya tidak jelas.

pemeriksaan darah menunjukan adanya degisiensi berbagai jenis sel darah

(pansitopenia). sel darah merah normositik dan normokrom. artinya, ukuran dan

warnanya normal. seringkali klien tidak mempunyai temuan fisik yang khas,

misalnya adenopati (pembesaran kelenjar ) dan hepatoplenomegali (pembesaran

hati dan limpa).

Evaluasi Diagnostik
Jika terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi

sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. maka perlu

dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan elemen sumsum tulang

normal dan penggantian oleh lemak. abnormalitas mungkin terjadi pada stem sel,

precursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. akibatnya, terjadi pansitopenia

(defisiensi semua elemen sel darah).

Penatalaksanaan Medis
Seperti yang diharapkan pada keadaan mengrnai sel hematopoetik,

anemia aplastik mempunyai prognosis yang sangat buruk.


1) Transplantasi
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan

jaringan hematopoetik yang masih dapat berfungsi.


2) Imunosupresif
Terapi imunosupresif globulin antitimosit (ATG) diberikan untuk menghentikan

fungsi imunologis yang memperpanjang kondisi aplastik, sehingga

memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan. klien yang

berespons terhadap terapi tetapi biasanya akan sembuh dalam beberapa

minggu sampai 3 bulan, tetapi respons dapat lambat sampai 6 bulan, tetapi

respons dapat lambat sampai 6 bulan setelah penanganan.


3) Transfusi
Klien disokong dengan transfuse sel darah merah dan trombosit secukupnya

untuk mengatasi gejala. selanjutnya klien tersebut akan mengembangkan

antibody terhadap antigen sel darah merah minor dan antigen trombosit,

sehingga transfuse tidak lagi mampu menaikkan jumlah sel. kematian

biasanya disebabkan oleh perdarahan atau infeksi meskipun antibiotic,

khususnya yang aktif terhadap basil gram negative telah mengalami

kemajuan besar pada klien ini. klien dengan leucopenia yang jelas

(penurunan abnormal sel darah putih) harus dilindungi terhadap kontak

dengan orang lain yang mengalami infeksi. antibiotic tidak boleh diberikan
secara profilaktis pada klien dengan kadar neutrofil rendah dan abnormal

(netropenia) karena antibiotic dapat mengakibatkan kegawatan akibat

resistensi bakteri dan jamur.

Pencegahan
Pencegahan pengobatan yang mengakibatkan anemia aplastik sangat

pentina. hitung sel darah harus dipantau dengan teliti pada klien yang mendapat

obat potensial toksik terhadap sumsum tulang, seperti chloramphenicol. klien

yang minum obat toksik dalam jangka waktu lama harus memahami pentingnya

pemeriksaan darah secara periodic dan mengerti gejala apa yang harus

dilaporkan.
C. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, ilmiah penemuan penemuan, keterampilan dan

keterampilan tahapan yang logis untuk pengambilan suatu masalah yang

berfokus pada klien.


2. Langkah langkah manajemen kebidanan berdasarkan tujuh langkah

varney, yaitu :
Langkah I Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap dan

akurat yaitu : identitas, alasan datang, riwayat pernikahan, riwayat penyakit

sekarang, riwayat kesehatan lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat

menstruasi, riwayat seksual, riwayat KB, pemeriksaan fisik yang terdiri

dari : pengukuran fisik/tanda tanda vital, pemeriksaan umum, dan

pemeriksaan penunjang.
Langkah II Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas


data data yang telah dikumpulkan. data dasar yang telah dikumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang

spesifik. kata masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena

beberapa masalah tidaka dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi

sungguh membutuhkan penenganan yang dituangkan kedalam sebuah

rencana asuhan terhadap klien. masalah yang sering berkaitan dengan

wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan masalah ini sering

menyertai diagnosis.
Langkah III Mengidentifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap diri bila diagnosis/ masalah potensial benar benar terjadi. pada

langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.


Langkah IV Identifikasi Perlunya Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. langkah keempat ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.


Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi. rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap


wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi berikutnya. denagan

kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. setiap rencana asuhan harus

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidandan klien agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari

pelaksanaan rencana tersebut. oleh karena itu, pada langkah ini tugas

bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan

rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama

sebelum melaksanakannya.
Langkah VI Pelaksanaan Rencana Asuhan
Pada langkah keenam in, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh

klien atau anggota tim kesehatan lain. jika bidan tidak melakukannya

sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (misalnya memastikan agar langkah - langkah tersebut

terlaksana). dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya

serta meningkatkan mutu asuhan klien.


Langkah VII Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan. hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi

dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar benar efektif dalam
pelaksanaannya. ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

efektif, sedangkan sebagian lain belum efektif. mengingat proses

manajeman keasuhan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap

asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi

mengapa proses manajemen tidak efektif, serta melakukan penyesuaian

pada rencana asuhan tersebut. langkah langkah proses manajemen

umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang

memengaruhi tindakan, serta berorientasi pada proses klinis. oleh karena

proses manajemen tersebut didalam situasi klinis dan dua langkah terakhir

bergantung pada klien dan situasi klinis, maka tidak mungkin proses

manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Anda mungkin juga menyukai